LAPORAN
Disusun oleh:
KELOMPOK 6 B
2021
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat limpahan Rahmat dan Karunia-nya sehingga kami dapat menyusun
makalah ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Dalam makalah ini kami
membahas mengenai “Asuhan Keperawatan Pada Tn.F Dengan Demam Thyfoid
di Ruangan Dahlia Rumah Sakit Tingkat II Dustira” Dalam pembuatan makalah
banyak kendala yang kami hadapi. Namun, pada kesempatan ini, dengan segala
kerendahan hati, kami mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing
akademik stase keperawatan medikal bedah dan pembimbing klinik ruang dahlia
yang telah membimbing kami dalam proses penyusunan makalah ini.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan. Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa
ada kekurangan baik dari segi penyusun bahasa maupun segi lainnya. Oleh karena
itu, kami harapkan pembaca dapat memberi saran dan kritik kepada kami
sehingga kami dapat memperbaiki makalah ini.
Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan.
Terima kasih.
Kelompok 6
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Demam tifoid sendiri akan sangat berbahaya jika tidak segara di tangani
secara baik dan benar, bahkan menyebabkan kematian. Menurut data WHO
(World Health Organisation) memperkirakan angka insidensi di seluruh dunia
sekitar 17 juta jiwa per tahun, angka kematian akibat demam tifoid mencapai
600.000 dan 70% nya terjadi di Asia. Di Indonesia sendiri, penyakit tifoid
bersifat endemik, menurut WHO angka penderita demam tifoid di Indonesia
mencapai 81% per 100.000 (Depkes RI, 2013).
Gejala typhoid yang timbul bervariasi, mulai ringan hingga berat, bahkan
demam pada sore hari. Terkadang karena ringannya gejala demam typhoid,
penderita sering menganggap remeh dan enggan pergi ke dokter. Penyakit
typoid yang sudah akut, gejalanya semakin serius seperti nyeri ulu hati, nyeri
lambung, diare bahkan konstipasi, sakit kepala, mual, sampai muntah-muntah.
Jika demam typhoid tidak segera ditangani akan mengakibatkan gangguan
kesadaran mulai dari ringan hingga berat. Komplikasi yang bisa terjadi pada
pasien demam typhoid adalah perforasi usus, perdarahan usus, dan
neuropsikiatri (koma) (Widoyono, 2011).
7. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang dengan typoid antara lain:
a. Pemeriksaan leukosit
Di dalam beberapa literatur dinyatakan bahwa demam
typhoid terdapat leukopenia dan limposistosis relatif tetapi
kenyataannya 13 leukopenia tidaklah sering dijumpai. Pada
kebanyakan kasus demam typhoid, jumlah leukosit pada sediaan
darah tepi berada pada batas-batas normal bahkan kadang-kadang
terdapat leukosit walaupun tidak ada komplikasi atau infeksi
sekunder. Oleh karena itu, pemeriksaan jumlah leukosit tidak
berguna untuk diagnosa demam typhoid.
b. Pemeriksaan SGOT dan SGPT
SGOT dan SGPT pada demam typhoid seringkali
meningkat tetapi dapat kembali normal setelah sembuhnya typhoid.
c. Biakan darah
Bila biakan darah positif hal itu menandakan demam
typhoid, tetapi bila biakan darah negatif tidak menutup
kemungkinan akan terjadi demam typhoid. Hal ini dikarenakan
hasil biakan darahtergantung dai beberapa faktor :
1) Tehnik pemeriksaan laboratorium
Hasil pemeriksaan satu laboratorium berbeda dengan laboratorium
yang lain, hal ini disebabkan oleh perbedaan tehnik dan media
biakan yang digunakan. Waktu pengambilan darah yang baik
adalah pada saat demam tinggi yaitu pada saat bakteremia
berlangsung.
2) Saat pemeriksaan selama perjalanan penyakit
Biakan darah terhadap salmonella typhi terutama positif pada
minggu pertama dan berkurang pada minggu-minggu berikutnya.
Pada waktu kambuh biakan darah dapat positif kembali.
3) Vaksinasi di masa lampau
Vaksinasi terhadap demam typhoid di masa lampau dapat
menimbulkan antibodi dalam darah klien, antibodi ini dapat
menekan bakteremia sehingga biakan darah negatif.
4) Pengobatan dengan obat anti mikroba
Bila klien sebelum pembiakan darah sudah mendapatkan obat anti
mikroba pertumbuhan kuman dalam media biakan terhambat dan
hasil biakan mungkin negatif.
5) Uji widal
Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan
antibodi. Aglutinin yang spesifik terhadap salmonella typhi
terdapat dalam serum klien dengan demam typhoid juga terdapat
pada orang pernah divaksinasikan. Antigen yang digunakan pada
uji widal adalah suspensi salmonella yang sudah dimatikan dan
diolah di laboratorium. Tujuan dari uji widal ini adalah untuk
menentukan adanya aglutinin dalam serum klien yang disangka
menderita typhoid. Akibat infeksi oleh salmonella typhi, klien
membuat antibodi atau aglutinin yaitu:
1) Aglutinin O, yang dibuat karena rangsangan anti-gen O (berasal
dari tubuh kuman). 2) Aglutinin H, yang dibuat karena rangsangan
anti-gen H (berasal dari flagel kuman). 3) Aglutinin VI, yang
dibuat karena rangsangan anti-gen VI (berasal dari simpai kuman).
Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin 15 O dan H yang
ditentukan titernya untuk diagnosa, makin tinggi titernya makin
besar klien menderita typhoid.
d. Kultur
Kultur urin bisa positif pada minggu pertama, kultur urin
bisa positif pada akhir minggu kedua, dan kultur feses bisa positif
pada minggu kedua hingga minggu ketiga.
e. Anti Salmonella typhi IgM
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi secara dini
infeksi akut Salmonella Typhi, karena antibodi IgM muncul pada
hari ke-3 dan 4 terjadinya demam.
8. Penatalaksanaan
Berdasarkan Lestari Titik, 2016, penatalaksanaan pada demam typhoid
yaitu:
a. Perawatan
1) Klien diistirahatkan 7 hari sampai 14 hari untuk mencegah
komplikasi perdarahan usus.
2) Mobilisasi bertahap bila tidak ada panas, sesuai dengan pulihnya
tranfusi bila ada komplikasi perdarahan.
b. diet
1) Diet yang sesuai, cukup kalori dan tinggi protein.
2) Pada penderita yang akut dapat diberikan bubur saring.
3) Setelah bebas demam diberi bubur kasar selama 2 hari lalu nasi
tim.
4) Dilanjutkan dengan nasi biasa setelah penderita bebas dari
demam selama 7 hari.
c. Obat-obatan
Antibiotika umum digunakan untuk mengatasi penyakit
typhoid. Waktu penyembuhanbisa makan waktu 2 minggu hingga
satu bulan. Antibiotika, seperti ampicilin, kloramfenikol,
trimethoprim sulfamethoxazole dan ciproloxacin sering digunakan
untuk merawat demam typhoid di negara-negara barat. Obat-
obatan antibiotik adalah:
1) Kloramfenikol diberikan dengan dosis 50 mg/kgBB/hari, terbagi
dalam 3-4 kali pemberian, oral atau intravena, selama 14 hari.
2) Bilamana terdapat kontra indikasi pemberian kloramfenikol,
diberikan ampisilin dengan dosis 200 mg/kgBB/hari, terbagi
dalam3- 4 kali. Pemberian intravena saat belum dapat minum obat,
selama 21 hari.
3) Amoksisilin dengan dosis 100 mg/kgBB/ hari, terbagi dalam3-4
kali. Pemberian oral/intravena selama 21 hari.
4) Kotrimoksasol dengan dosis 8 mg/kgBB/hari terbagi dalam 2-3
kali pemberian, oral, selama 14 hari.
5) Pada kasus berat, dapat diberi ceftriakson dengan dosis 50
m/kgBB/hari dan diberikan 2 kali sehari atau 80 mg/kgBB/hari,
sehari sekali, intravena selama 5-7 hari.
6) Pada kasus yang diduga mengalami MDR, maka pilihan
antibiotika adalah meropenem, azithromisin, dan fluoroquinolon.
Bila tak terawat, demam typhoid dapat berlangsung selama tiga
minggu sampai sebulan. Kematian terjadi antara 10% dan 30 %
dari kasus yang tidak terawat. Pengobatan penyulit tergantung
macamnya. Untuk kasus berat dan dengan manifestasi nerologik
menonjol, diberi deksamethason dosis tinggi dengan dosis awal 3
mg/kgBB, intravena perlahan (selama 30 menit). Kemudian disusul
pemberian dengan dosis 1 mg/kg BB dengan tenggang waktu 6
sampai 7 kali pemberian. Tatalaksanaan bedah dilakukan pada
kasus-kasus dengan penyulit perforasi usus.
I. Pengkajian
Menurut sodikin 2012 pengkajian pada anak demam typhoid antara lain:
2. Keluhan utama
Berupa perasaan yang tidak enak badan, lesu, nyeri kapala, pusing
dan kurang bersemangat, serta nafsu makan kurang (terutama selama masa
inkubasi). Pada kasus yang khas, demam berlangsung selama 3 minggu,
bersifat febris remiten, dan suhu tubuhnya tidak tinggi sekali. Selama
minggu pertama, suhu tubuh berangsur-angsur baik setiap harinya
biasanya menurun pada pagi hari dan meningkat lagi pada sore dan malam
hari. Pada minggu kedua, pasien terus berada dalam keadaan demam. Saat
minggu ke tiga, suhu beragsur turun dan normal kembali pada akhir
minggu ke tiga. Umumnya kesadaran pasien menurun walaupun tidak
berada dalam kedaaan yaitu apatis sampai samnolen. Jarang terjadi stupor,
koma, atau gelisah (kecuali bila penyakitnya berat dan terlambat
mendapatkan pengobatan). Disamping gejala-gejala tersebut mungkin
terdapat gejala lainnya. Kadang-kadang ditemukan pula bradikardia dan
epitaksis pada anak besar.
3. Pemeriksaan fisik
4) Mulut, terdapat napas yang berbau tidak sedap serta bibir kering,
dan pecah-pecah (ragaden). Lidah tertutup selaput putih kotor,
sementara ujung dan tepinya berwarna kemerahan dan jarang
disertai tremor.
4. Pemeriksaan laboratorium
II. Diagnosa
ASUHAN KEPERAWATAN
A. KASUS
Kasus Demam Typoid :
Sdr. M usia 14 tahun masuk rumah sakit dengan keluhan demam sejak 1
minggu sebelum masuk rumah sakit, demam dirasakan naik turun, demam
dirasakan malam hari lebih tinggi. Hasil tanda tanda vital tekanan darah
100/70 mmHg, nadi 90x/menit, respirasi rate 26x/menit, suhu 40,4 OC.
B. PENGKAJIAN
I. Identitas
A. Identitas Pasien
1) Nama inisial : Sdr.M
2) No RM : 654706
3) Usia : 14 Tahun
4) Status perkawinan : Belum Menikah
5) Pekerjaan : Pelajar
6) Agama : Islam
7) Pendidikan : SMP
8) Suku : Sunda
9) Alamat rumah : Kp. Sukamanah Rt.004/003 Bojong
Kunci Pameungpeuk Bandung
10) Sumber biaya : BPJS AD Keluarga
11) Tanggal masuk RS : 20 Desember 2021
12) Tanggal pengkajian : 22 Desember 2021
13) Diagnosa Medis : Demam Typoid
B. Identitas Penanggungjawab
1) Nama : Tn. J
2) Umur : 36 Tahun
3) Hubungan dengan pasien : Ayah
4) Pendidikan : SMA
5) Alamat : Kp. Sukamanah Rt.004/003 Bojong
Kunci Pameungpeuk Bandung
BAK
a. Frekuensi 6 x/hari 7 x/hari
b. Jumlah output 1500 cc/hari 1200 cc/hari
c. Warna kunig kuning
d. Bau khas urin khas urin
e. Keluhan tidak ada keluhan tidak ada keluhan
BAB
a. Frekuensi 1 x/hari 1x/hari
b. Warna Kuning kecoklatan Kuning
Kecoklatan
c. Bau Khas feses Khas feces
d. Konsistensi Padat Padat
e. Keluhan Tidak ada keluhan Tidak ada keluhan
f. Penggunaan obat pencahar Tidak menggunakan
Tidak mengunakan obat
pencahat obat pencahat
0: mandiri, 1: Alat bantu, 2: dibantu orang lain, 3: dibantu orang lain dan alat, 4: tergantung total.
Tidak ada
Tidak ada
Persepsi dan manajemen
nyeri (tingkat, lokasi, Baik
waktu/durasi, karakteristik)
Fungsi kognisi dalam
memori istilah, ingatan
jangka pendek, ingatan Baik
jangka panjang
Komunikasi; bahasa utama,
bahasa lain, tingkat
pendidikan, kemampuan
membaca dan menulis Bahasa Indonesia
Kemampuan memecahkan
Bahasa Indonesia
masalah dan mengambil
keputusan.
Baik
Mengidentifikasi
kehilangan/perubahan yang
besar dalam hidup.
Baik
· Pemeriksaan:
Baik
- Test Orientasi: waktu, tempat dan
orang
Baik
Klien dapat
menyebutkan
bahwa dirinya
sedang berada di
rumah sakit, dapat
menyebutkan
waktu dengan
benar dan
menyebutkan
Klien mampunyai orang-orang
orientasi waktu, tempat disekitarnya
dan orang secara baik dengan benar
dan tepat Klien dapat
membaca papan
nama perawat
serta
berkomunikasi
dengan baik
Klien mampu
mempelajari hal-
hal baru dengan
baik
Klien mampu
membaca dengan baik
Klien dapat
mempelajari hal-hal
baru dengan baik
8.Persepsi Diri dan Konsep Diri
Penampilan/keadaaan. … …
Tingkat kecemasan
(subjektive – skala 1-10), 3
(objektive – perubahan raut 4
muka, perubahan suara,
Identitas personal,
menjelaskan tentang diri Baik
Baik
sendiri.
Perubahan dalam tubuh
yang tidak dapat diterima. Tidak ada
Masalah pada pasien. Minim kegiatan
…
Perubahan yang dirasakan
pada diri sendiri semenjak
sakit..
Perasaan yang membuat Mobilisasi perlu
Tidak ada
marah, takut, bingung. bantuan
Pernahkah merasa
kehilangan harapan. Tidak ada
Harga diri: penilaian diri Tidak
sendiri. Tidak ada
Ancaman terhadap konsep
diri: sakit, perubahan peran.
Tidak
Klien merasa
dihargai
Klien yakin
Klien merasa dihargai bahwa
penyakitnya akan
sembuh dan
· Pemeriksaan: Klien berpandangan bukan suatu
bahwa penyakitnya ancaman baginya
- Kontak mata, perhatian (distraksi) akan sembuh
Klien mempunyai
Hubungan dengan orang hubungan yang baik
lain Klien mempunyai
dengan keluarga
hubungan yang
maupunn tetangga
baik dengan orang
lainya
lain
Klien merasa cukup
Klien merasa
Merasa kecukupan akan dengan kondisi
cukup dengan
kondisi sosial ekonomi ekonominya
kondisi
(keuangan).
ekonominya saat
Klien merasa bahwa ini
tetangganya sangat Klien mengatakan
Merasa (terisolasi) oleh mendukung bahwa saat sakit
tetangga
tetangganya
sekitar.
mengunjunginyadi
rumah sakit
· Pemeriksaan:
o Riwayat reproduksi,
hamil terakhir,
Riwayat melahirkan
kembar, kelaianan
congenital atau
kelainan genetic
Cara mencegah penularan
PMS
Riwayat PMS
Persepsi pemeriksaan
payudara sendiri dan testis
sendiri.
· Pemeriksaan:
- Pemeriksaan genitalia, pa
Tidak ada
klien sealu
klien selalu berdoa jika ada
menceritakan masalah
Hubungan antara manajemen permasalahanya kepada
stres terhadap dinamika keluarganya
keluarga.
klien selalu
menceritakan
Baik permasalahanya
Derajat kesuksesan dari kepada
strategi koping saat ini keluarganya
Persepsi dari tingkat toleransi Baik
stress
Tidak ada
Keterangan skor:
0-5= risiko rendah
6-16 = risiko sedang 17-30 = risiko tingg
JVP tidak meningkat, kelenjar tiroid tidak membesar, tidak ada nyeri
saat menelan.
5 5 kekuatan otot.
5 5
NLR 2.69
Do :
- Klien tampak Imunitas Humoral (Imunoglobulin
lemas berbaring A) kurang baik
- Td : 100/70 mmHg
- Nadi : 90x/menit Berkembang biak di lamina propia
- Suhu : 40,4 C
- RR : 26x/menit
Ditelan (makrofag) sel fagosif
Plaques payeri
Sirkulasi darah
Usus
Hipertemi
2. Ds : Bakteri Salmonella thypi& Nyeri
Klien mengeluh nyeri Salmonella partypi
pada bagian kiri perut,
nyeri dirasakan ketika
sedang beraktivitas dan Makanan dan Minuman
berkurang jika
diistirahatkan,
Berkmebnag biak di usus
Do:
-klien tampak
berbaring dengan Imunitas Humoral (Imunoglobulin
lemas A) kurang baik
-klien tampak meringis
kesakitan jika ditekan Berkembang biak di lamina propia
perutnya
-skal nyeri 2 (1-10)
Ditelan (makrofag) sel fagosif
Plaques payeri
Sirkulasi darah
Splenomegali Hepatomegali
Nyeri Akut
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit
b. nyeri akur berhubungan dengan agen cidera fisologis
D. INTERVENSI KEPERAWATAN
PERENCANAAN
DIAGNOSA
NO
KEPERAWATAN
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
1. Hipertemi berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor TTV 1. Pemeriksaan tanda tanda vital
proses penyakit keperawatan selama 3x 8 jam 2. Tingkatkan intake merupakan pengukura fungsi
diharapan demam dapat teratasi cairan dan nutrisi. tubuh yang digunakan untuk
dengan kriteria hasil : 3. Beri kompres hangat dapat memberikan gambaran
pada sekitar axilla keadaan umum pasien
Suhu tubuh dalam rentang dan lipatan paha.
normal, antara 36,5 - 37,5 4. menganjurkan 2.adanya peningkatan
derajat celsius. menggunakan metabolism menyebabkan
pakaian yang tipis kehilangan banyak energi. untuk
Nadi dan pernafasan dalam dan menyerap itu diperlukan peningkatan
rentang normal. keringat. intake dan output cairan dapat
5. Kolaborasi membantu mngurangi demam
Tidak ada perubahanwarna pemberian obat
kulit antiperetik 3. suhu ruangan/jumlah selimut
harus diubah untuk
mempertahankan suhu
mendekati normal
Jumat, 12-11 S:
2021 Klien mengatakan saat ini tidak
14: 00 wib demam
O:
Suhu : 37,3 C
A:
Hipertermi teratasi sebagian
P:
Lanjutkan intervensi
Nyeri akut Kamis, 11 - S:
11-2021 Pasien mengatakan masih nyeri
14:00 wib O:
Skala nyeri 2 (0-10)
TD: 110/70
N : 73X/ menit
Rr : 21 x/ menit
S : 37,3 C
A:
Masalah teratasi sebagian
P:
Lanjutkan intervensi
Nyeri akut Jumat, 12-11 S:
2021 Klien mengatakan sudah tidak nyeri
14:00 wib dan merasa nyaman
O:
Skala nyeri 3 (0-10)
TD: 120/70
N : 81 X/ menit
Rr : 22x/ menit
A:
Nyeri akut teratasi
P:
Interpensi di hentikan
Intoleransi Kamis, 11 - S:
aktifitas 11-2021 Klien mengatakan masih lemas
14:00 wib O:
Pasien tampak berbaring di tempat
tidur
A: masalah teratasi sebagian
P: lanjutkan intervensi
Jumat, 12-11 S:
2021 Klien mengatakan sudah tidak
14 : 00 wib lemas lagi
O: pasien tampak duduk di tempat
tidur dan beraktivitas
A: masalah teratasi
P : intervensi di hentikan