Anda di halaman 1dari 57

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr.

M DENGAN DEMAM THYFOID


DI RUANG DAHLIA RUMAH SAKIT TINGKAT II DUSTIRA

LAPORAN

Diajukan sebagai syarat untuk memenuhi tugas stase Keperawatan Medikal


Bedah

Disusun oleh:

KELOMPOK 6 B

Rio Febrian 40062100

Mutia Kanza 40062100

Sopian Rokhmat 40062100

Suci Sukmawati 40062100

Michia Pratiwi Putri 4006210052

PROGRAM PROFESI NERS

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN DHARMA HUSADA BANDUNG

2021
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat limpahan Rahmat dan Karunia-nya sehingga kami dapat menyusun
makalah ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Dalam makalah ini kami
membahas mengenai “Asuhan Keperawatan Pada Tn.F Dengan Demam Thyfoid
di Ruangan Dahlia Rumah Sakit Tingkat II Dustira” Dalam pembuatan makalah
banyak kendala yang kami hadapi. Namun, pada kesempatan ini, dengan segala
kerendahan hati, kami mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing
akademik stase keperawatan medikal bedah dan pembimbing klinik ruang dahlia
yang telah membimbing kami dalam proses penyusunan makalah ini.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan. Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa
ada kekurangan baik dari segi penyusun bahasa maupun segi lainnya. Oleh karena
itu, kami harapkan pembaca dapat memberi saran dan kritik kepada kami
sehingga kami dapat memperbaiki makalah ini.
Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan.
Terima kasih.

Bandung, Desember 2021

Kelompok 6
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Typhoid berasal dari bahasa Yunani “typhos” yaitu penderita demam


dengan gangguan kesadaran. Typhoid merupakan penyakit infeksi yang terjadi
pada usus halus yang disebabkan oleh makanan atau minuman yang
terkontaminasi oleh kuman Salmonella thypi (Widoyono, 2011).

Demam tifoid sendiri akan sangat berbahaya jika tidak segara di tangani
secara baik dan benar, bahkan menyebabkan kematian. Menurut data WHO
(World Health Organisation) memperkirakan angka insidensi di seluruh dunia
sekitar 17 juta jiwa per tahun, angka kematian akibat demam tifoid mencapai
600.000 dan 70% nya terjadi di Asia. Di Indonesia sendiri, penyakit tifoid
bersifat endemik, menurut WHO angka penderita demam tifoid di Indonesia
mencapai 81% per 100.000 (Depkes RI, 2013).

Secara umum kasus demam thypoid dilaporkan 75% didapatkan pada


umur kurang dari 30 tahun. Pada anak-anak biasanya terjadi pada umur 1
tahun dan terbanyak pada umur 5 tahun. Data pada tahun 2017 menunjukan
bahwa demam thypoid menduduki peringkat ke 3 dari 10 jenis penyakit
diseluruh 3 rumah sakit Indonesia. Total kasus semam thypoid mencapai
41.081 penderita yang terdiri dari 19.706 laki-laki, 21.375 perempuan dan 274
penderita meninggal dunia. Tingkat kematian kasus demam thypoid pada
tahun 2010 sebesar 0,67%. Didapatkan prevelensi Provinsi Jawa Barat pada
tahun 2016 penderita demam thypoid terdapat sebesar 1,6%, dan terbersar
diseluruh kabupatan/kota dengan rentang 0,2-3,5 %.

Gejala typhoid yang timbul bervariasi, mulai ringan hingga berat, bahkan
demam pada sore hari. Terkadang karena ringannya gejala demam typhoid,
penderita sering menganggap remeh dan enggan pergi ke dokter. Penyakit
typoid yang sudah akut, gejalanya semakin serius seperti nyeri ulu hati, nyeri
lambung, diare bahkan konstipasi, sakit kepala, mual, sampai muntah-muntah.
Jika demam typhoid tidak segera ditangani akan mengakibatkan gangguan
kesadaran mulai dari ringan hingga berat. Komplikasi yang bisa terjadi pada
pasien demam typhoid adalah perforasi usus, perdarahan usus, dan
neuropsikiatri (koma) (Widoyono, 2011).

Perawat memiliki beberapa peran yang dapat dilakukan untuk mengatasi


masalah yang timbul akibat typhoid, diantaranya adalah sebagai care provider
yaitu menganjurkan klien untuk beristirahat, menjaga kebersihan pribadi dan
memberikan perawatan sesuai tanda dan gejala yang muncu. Peran perawat
juga dapat sebagai penyuluh dan konsultan yaitu perawat dapat berperan
dalam memberikan petunjuk asuhan keperawatan dasar terhadap klien dan
keluarga disamping menjadi penasehat dalam mengatasi masalah-masalah
kesehatan klien, dan sebagai kolabolator yaitu berkolaborasi dengan tim
kesehatan (dokter) memberikan obat antibiotik (Perry & Potter, 2005).
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum pada makalah ini adalah untuk memahami asuhan
keperawatan pada Tn.F dengan Demam Thyfoid di Ruang Dahlia
Rumah Sakit Tingkat II Dustira.
2. Tujuan Khusus
a. Menjelaskan konsep dasar thyfoid
b. Mendeskripsikan dan menganalisis asuhan keperawatan pada Tn.F
dengan Demam Thyfoid.
C. Manfaat Penelitian
1. Bagi institusi pendidikan
Memberi bahan pustaka atau referansi tambahan dan bahan
pertimbangan dalam penyusunan meteri pembelajaran tentang ilmu
keperawatan khususnya asuhan keperawatan pada demam thyfoid
2. Bagi profesi keperawatan
Sebagai baha referensi dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada
pasien dengan demam thyfoid
3. Lahan praktek
Dapat memberikan referensi dan meningkatkan kualitas asuhan
keperawatan terutama pada pasien dengan thyfoid secara
komperhensif/terus menerus.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Demam Thypoid
1. Definisi
Demam thypoid atau enteric fever adalah penyakit infeksi akut
yang biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam
lebih dari satu minggu, gangguan pada pencernaan dan gangguan
keasadaran. Demam thypoid disebabkan oleh infeksi salmonella typhi.
(Lestari Titik, 2016). Thypoid fever atau demam tifoid adalah penyakit
infeksi akut pada usus halus dengan gejala demam satu minggu atau
lebih disertai gangguan pada saluran pencernaan dan dengan gangguan
kesadaran. (Wijayaningsih kartika sari, 2013).
2. Etiologi
Penyebab utama demam thypoid ini adalah bakteri samonella
typhi. Bakteri salmonella typhi adalah berupa basil gram negatif,
bergerak dengan rambut getar, tidakberspora, dan mempunyai tiga
macam antigen yaitu antigen O (somatik yang terdiri atas zat kompleks
lipopolisakarida), antigen H (flegella), dan antigen VI. Dalam serum
penderita, terdapatzat (aglutinin) terhadap ketiga macam antigen
tersebut. Kuman tumbuh pada suasana aerob dan fakultatif anaerob
pada suhu 15-41 derajat celsius (optimum 37 derajat 7 celsius) dan pH
pertumbuhan 6-8. Faktor pencetus lainnya adalah lingkungan, sistem
imun yang rendah, feses, urin, makanan/minuman yang
terkontaminasi, formalitas dan lain sebagainya. (Lestari Titik, 2016).
3. Manifestasi klinis
Demam thypoid pada anak biasanya lebih ringan daripada orang
dewasa. Masa tunas 10-20 hari, yang tersingkat 4 hari jika infeksi
terjadi melalui makanan, sedangkan jika melalui minuman yang
terlama 30 hari. Selama masa inkubasi mungkin ditemukan gejala
prodromal, perasaan tidak enak badan, lesu, nyeri, nyeri kepala, pusing
dan tidak bersemangat, kemudian menyusul gejala klinis yang
biasanya di temukan, yaitu: (Lestari Titik, 2016).
a. Demam
Pada kasus yang khas, demam berlangsung 3 minggu bersifat
febris remitten dan suhu tidak tinggi sekali. Minggu pertama, suhu
tubuh berangsur-angsur naik setiap hari, menurun pada pagi hari
dan meningkat lagi pada sore dan malam hari. Dalam minggu
ketiga suhu berangsur turun dan normal kembali.
b. Gangguan pada saluran pencernaan
Pada mulut terdapat nafas berbau tidak sedap, bibir kering dan
pecah-pecah (ragaden). Lidah tertutup selaput putih kotor, ujung
dan tepinya kemerahan. Pada abdomen dapat di temukan keadaan
perut kembung. Hati dan limpa membesar disertai nyeri dan
peradangan.
c. Gangguan kesadaran
Umumnya kesadaran pasien menurun, yaitu apatis sampai
samnolen. Jarang terjadi supor, koma atau gelisah (kecuali
penyakit berat dan terlambat mendapatkan pengobatan). Gejala
yang juga dapat ditemukan pada punggung dan anggota gerak
dapat ditemukan reseol, yaitu bintikbintik kemerahan karena
emboli hasil dalam kapiler kulit, yang ditemukan pada minggu
pertama demam, kadang-kadang ditemukan pula trakikardi dan
epistaksis.
d. Relaps
Relaps (kambuh) ialah berulangnya gejala penyakit demam
thypoid, akan tetap berlangsung ringan dan lebih singkat.
Terjadinya pada minggu kedua setelah suhu badan normal kembali,
terjadinya sukar diterangkan. Menurut teori relaps terjadi karena
terdapatnya basil dalam organ-organ yang tidak dapat
dimusnahkan baik oleh obat maupun oleh zat anti.
4. Patofisiologi
Proses perjalanan penyakit kuman masuk ke dalam mulut melalui
makanan dan minuman yang tercemar oleh salmonella (biasanya
˃10.000 basil kuman). Sebagian kuman dapat dimusnahkan oleh asam
hcl lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus. Jika respon
imunitas humoral mukosa (igA) usus kurang baik, maka basil
salmonella akan menembus selsel epitel (sel m) dan selanjutnya
menuju lamina propia dan berkembang 9 biak di jaringan limfoid plak
peyeri di ileum distal dan kelenjar getah bening mesenterika. (Lestari
Titik, 2016).
Jaringan limfoid plak peyeri dan kelenjar getah bening mesenterika
mengalami hiperplasia. Basil tersebut masuk ke aliran darah
(bakterimia) melalui duktus thoracicus dan menyebar ke seluruh organ
retikulo endotalial tubuh, terutama hati, sumsum tulang, dan limfa
melalui sirkulasi portal dari usus. (Lestari Titik, 2016).
Hati membesar (hepatomegali) dengan infiltasi limfosit, zat
plasma, dan sel mononuclear. Terdapat juga nekrosis fokal dan
pembesaran limfa (splenomegali). Di organ ini, kuman salmonella
thhypi berkembang biak dan masuk sirkulasi darah lagi, sehingga
mengakibatkan bakterimia ke dua yang disertai tanda dan gejala
infeksi sistemik (demam, malaise, mialgia, sakit kepala, sakit perut,
instabilitas vaskuler dan gangguan mental koagulasi). (Lestari Titik,
2016).
Perdarahan saluran cerna terjadi akibat erosi pembuluh darah di
sekitar plak peyeriyang sedang mengalami nekrosis dan hiperplasia.
Proses patologis ini dapat berlangsung hingga ke lapisan otot, serosa
usus, dan mengakibatkan perforasi. Endotoksin basil menempel di
reseptor sel endotel kapiler dan dapat mengakibatkan komplikasi,
seperti gangguan neuropsikiatrik kardiovaskuler, pernafasan, dan
gangguan organ lainnya. Pada minggu pertama timbulnya penyakit,
terjadi hiperplasia plak peyeri, di susul kembali, terjadi nekrosis pada
minggu ke dua dan ulserasi plak peyeri 10 pada mingu ke tiga.
selanjutnya, dalam minggu ke empat akan terjadi proses penyembuhan
ulkus dengan meninggalkan sikatriks (jaringan parut).
Sedangkan penularan salmonella thypi dapat di tularkan melalui
berbagai cara, yang dikenal dengan 5F yaitu Food (makanan), Fingers
(jari tangan/kuku), Fomitus (muntah), Fly (lalat) dan melalui Feses.
(Lestari Titik, 2016).
5. Pathway
6. Komplikasi
a. Komplikasi intestinal : perdarahan usus, perporasi usus dan ilius
paralitik.
b. Komplikasi extra intestinal
1) Komplikasi kardiovaskuler : kegagalan sirkulasi (renjatan
sepsis), miokarditis, trombosis, tromboplebitis.
2) Komplikasi darah : anemia hemolitik, trobositopenia dan
syndroma uremia hemolitik.
3) Komplikasi paru : pneumonia, empiema, dan pleuritis.
4) Komplikasi pada hepar dan kandung empedu : hepatitis, dan
kolesistitis.
5) Komplikasi ginjal : glomerulus nefritis, pyelonepritis dan
perinepritis.
6) Komplikasi pada tulang : osteomyolitis, osteoporosis, spondilitis
dan arthritis.
7) Komplikasi neuropsikiatrik : delirium, meninggiusmus,
meningitis, polineuritis perifer, sindroma guillain bare dan
sindroma katatonia. (Lestari Titik, 2016).

7. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang dengan typoid antara lain:
a. Pemeriksaan leukosit
Di dalam beberapa literatur dinyatakan bahwa demam
typhoid terdapat leukopenia dan limposistosis relatif tetapi
kenyataannya 13 leukopenia tidaklah sering dijumpai. Pada
kebanyakan kasus demam typhoid, jumlah leukosit pada sediaan
darah tepi berada pada batas-batas normal bahkan kadang-kadang
terdapat leukosit walaupun tidak ada komplikasi atau infeksi
sekunder. Oleh karena itu, pemeriksaan jumlah leukosit tidak
berguna untuk diagnosa demam typhoid.
b. Pemeriksaan SGOT dan SGPT
SGOT dan SGPT pada demam typhoid seringkali
meningkat tetapi dapat kembali normal setelah sembuhnya typhoid.
c. Biakan darah
Bila biakan darah positif hal itu menandakan demam
typhoid, tetapi bila biakan darah negatif tidak menutup
kemungkinan akan terjadi demam typhoid. Hal ini dikarenakan
hasil biakan darahtergantung dai beberapa faktor :
1) Tehnik pemeriksaan laboratorium
Hasil pemeriksaan satu laboratorium berbeda dengan laboratorium
yang lain, hal ini disebabkan oleh perbedaan tehnik dan media
biakan yang digunakan. Waktu pengambilan darah yang baik
adalah pada saat demam tinggi yaitu pada saat bakteremia
berlangsung.
2) Saat pemeriksaan selama perjalanan penyakit
Biakan darah terhadap salmonella typhi terutama positif pada
minggu pertama dan berkurang pada minggu-minggu berikutnya.
Pada waktu kambuh biakan darah dapat positif kembali.
3) Vaksinasi di masa lampau
Vaksinasi terhadap demam typhoid di masa lampau dapat
menimbulkan antibodi dalam darah klien, antibodi ini dapat
menekan bakteremia sehingga biakan darah negatif.
4) Pengobatan dengan obat anti mikroba
Bila klien sebelum pembiakan darah sudah mendapatkan obat anti
mikroba pertumbuhan kuman dalam media biakan terhambat dan
hasil biakan mungkin negatif.
5) Uji widal
Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan
antibodi. Aglutinin yang spesifik terhadap salmonella typhi
terdapat dalam serum klien dengan demam typhoid juga terdapat
pada orang pernah divaksinasikan. Antigen yang digunakan pada
uji widal adalah suspensi salmonella yang sudah dimatikan dan
diolah di laboratorium. Tujuan dari uji widal ini adalah untuk
menentukan adanya aglutinin dalam serum klien yang disangka
menderita typhoid. Akibat infeksi oleh salmonella typhi, klien
membuat antibodi atau aglutinin yaitu:
1) Aglutinin O, yang dibuat karena rangsangan anti-gen O (berasal
dari tubuh kuman). 2) Aglutinin H, yang dibuat karena rangsangan
anti-gen H (berasal dari flagel kuman). 3) Aglutinin VI, yang
dibuat karena rangsangan anti-gen VI (berasal dari simpai kuman).
Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin 15 O dan H yang
ditentukan titernya untuk diagnosa, makin tinggi titernya makin
besar klien menderita typhoid.
d. Kultur
Kultur urin bisa positif pada minggu pertama, kultur urin
bisa positif pada akhir minggu kedua, dan kultur feses bisa positif
pada minggu kedua hingga minggu ketiga.
e. Anti Salmonella typhi IgM
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi secara dini
infeksi akut Salmonella Typhi, karena antibodi IgM muncul pada
hari ke-3 dan 4 terjadinya demam.
8. Penatalaksanaan
Berdasarkan Lestari Titik, 2016, penatalaksanaan pada demam typhoid
yaitu:
a. Perawatan
1) Klien diistirahatkan 7 hari sampai 14 hari untuk mencegah
komplikasi perdarahan usus.
2) Mobilisasi bertahap bila tidak ada panas, sesuai dengan pulihnya
tranfusi bila ada komplikasi perdarahan.
b. diet
1) Diet yang sesuai, cukup kalori dan tinggi protein.
2) Pada penderita yang akut dapat diberikan bubur saring.
3) Setelah bebas demam diberi bubur kasar selama 2 hari lalu nasi
tim.
4) Dilanjutkan dengan nasi biasa setelah penderita bebas dari
demam selama 7 hari.
c. Obat-obatan
Antibiotika umum digunakan untuk mengatasi penyakit
typhoid. Waktu penyembuhanbisa makan waktu 2 minggu hingga
satu bulan. Antibiotika, seperti ampicilin, kloramfenikol,
trimethoprim sulfamethoxazole dan ciproloxacin sering digunakan
untuk merawat demam typhoid di negara-negara barat. Obat-
obatan antibiotik adalah:
1) Kloramfenikol diberikan dengan dosis 50 mg/kgBB/hari, terbagi
dalam 3-4 kali pemberian, oral atau intravena, selama 14 hari.
2) Bilamana terdapat kontra indikasi pemberian kloramfenikol,
diberikan ampisilin dengan dosis 200 mg/kgBB/hari, terbagi
dalam3- 4 kali. Pemberian intravena saat belum dapat minum obat,
selama 21 hari.
3) Amoksisilin dengan dosis 100 mg/kgBB/ hari, terbagi dalam3-4
kali. Pemberian oral/intravena selama 21 hari.
4) Kotrimoksasol dengan dosis 8 mg/kgBB/hari terbagi dalam 2-3
kali pemberian, oral, selama 14 hari.
5) Pada kasus berat, dapat diberi ceftriakson dengan dosis 50
m/kgBB/hari dan diberikan 2 kali sehari atau 80 mg/kgBB/hari,
sehari sekali, intravena selama 5-7 hari.
6) Pada kasus yang diduga mengalami MDR, maka pilihan
antibiotika adalah meropenem, azithromisin, dan fluoroquinolon.
Bila tak terawat, demam typhoid dapat berlangsung selama tiga
minggu sampai sebulan. Kematian terjadi antara 10% dan 30 %
dari kasus yang tidak terawat. Pengobatan penyulit tergantung
macamnya. Untuk kasus berat dan dengan manifestasi nerologik
menonjol, diberi deksamethason dosis tinggi dengan dosis awal 3
mg/kgBB, intravena perlahan (selama 30 menit). Kemudian disusul
pemberian dengan dosis 1 mg/kg BB dengan tenggang waktu 6
sampai 7 kali pemberian. Tatalaksanaan bedah dilakukan pada
kasus-kasus dengan penyulit perforasi usus.

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Demam Typhoid

I. Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama di dalam


memberikan asuhan keperawatan. Perawat harus mengumpulkan data
tentang status kesehatan pasien secara sistematis, menyeluruh, akurat,
singkat, dan berkesinambungan. Pengumpulan data ini juga harus dapat
menggambarkan status kesehatan klien dan kekuatan masalah-masalah
yang dialami oleh klien. (Hutahaean Serri, 2010).

Menurut sodikin 2012 pengkajian pada anak demam typhoid antara lain:

1. Identifikasi, sering ditemukan pada anak berumur diatas satu tahun.

2. Keluhan utama

Berupa perasaan yang tidak enak badan, lesu, nyeri kapala, pusing
dan kurang bersemangat, serta nafsu makan kurang (terutama selama masa
inkubasi). Pada kasus yang khas, demam berlangsung selama 3 minggu,
bersifat febris remiten, dan suhu tubuhnya tidak tinggi sekali. Selama
minggu pertama, suhu tubuh berangsur-angsur baik setiap harinya
biasanya menurun pada pagi hari dan meningkat lagi pada sore dan malam
hari. Pada minggu kedua, pasien terus berada dalam keadaan demam. Saat
minggu ke tiga, suhu beragsur turun dan normal kembali pada akhir
minggu ke tiga. Umumnya kesadaran pasien menurun walaupun tidak
berada dalam kedaaan yaitu apatis sampai samnolen. Jarang terjadi stupor,
koma, atau gelisah (kecuali bila penyakitnya berat dan terlambat
mendapatkan pengobatan). Disamping gejala-gejala tersebut mungkin
terdapat gejala lainnya. Kadang-kadang ditemukan pula bradikardia dan
epitaksis pada anak besar.

3. Pemeriksaan fisik

1) Kepala Melihat kebersihan kulit kepala, distribusi rambut


merata dan warna rambut.

2) Wajah, melihat ke semetrisan kiri dan kanan.

3) Mata, terlihat sklera putih, konjuntiva merah muda, dan reflek


pupil mengecil ketika terkena sinar.

4) Mulut, terdapat napas yang berbau tidak sedap serta bibir kering,
dan pecah-pecah (ragaden). Lidah tertutup selaput putih kotor,
sementara ujung dan tepinya berwarna kemerahan dan jarang
disertai tremor.

5) Leher, tidak adanya distensi vena jugularis.

6) Abdomen, dapat ditemukan keadaan perut kembung. Bisa terjadi


konstipasi, atau mungkin diare atau normal.

7) Hati dan limfe membesar disertai dengan nyeri pada perabaan.

8) Ektermitas, pergerakan baik antara kiri dan kanan.

9) Integumen, akral teraba hangat dan terdapat pada punggung dan


anggota gerak dapat ditemukan reseola (bintik-bintik kemerahan
karena emboli basil dalam kapiler kulit yang dapat ditemukan pada
minggu pertama demam).

4. Pemeriksaan laboratorium

1) Pada pemeriksaan darah tepi terdapat gambaran leukopenia,


limfositosis relatif dan aneosinofillia pada permukaan yang sakit.

2) Darah untuk kultur (biakan darah, empedu) dan widal.


3) Biakan empedu basil salmonella typhosa dapat ditemukan dalam
darah pasien pada minggu pertama sakit. Selanjutnya lebih sering
ditemukan dalam urine dan feses.

4) Pemeriksaan widal Untuk membuat diagnosis, pemeriksaan


yang diperlukan ialah titer zat anti terhadap antigen O yang bernilai
1/200 atau lebih 20 menunjukkan kenaikan yang progresif
(Nursalam Susianingrum, Rekawati Utami, Sri, 2008).

II. Diagnosa

Diagnosa keperawatan adalah proses menganalisa data subjektif


dan objektif yang telah diperoleh pada tahap pengkajian untuk
menegakkan diagnosa keperawatan. Diagnosa keperawatan melibatkan
proses berpikir kompleks tentang data yang dikumpulkan dari klien,
keluarga, rekam medis, dan pemberi pelayanan kesehatan yang lain.
(Hutahaean Serri, 2010).

1. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit.


2. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis.
3. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahan

III. Intervensi Keperawatan

N Diagnosa Tujuan Intervensi


o
1 Hipertermia NOC (Nursing NIC (Nursing
berhubunga Outcome Intervention
n dengan Classification) : Classification) :
proses Kriteria Hasil : 1. Kaji warna kulit
penyakit.  Suhu tubuh 2. Monitor suhu
dalam rentang tubuh minimal 2
normal, anatara jam
36,5 – 37,5 3. Monitor TD, N,
derajat celcius RR
 nadi dan 4. IDentifikasi
pernafasan adanya penurunan
dalam rentang tingkat kesadaran
normal 5. Tingkatkan intake
 tidak ada cairan dan nutrisi
perubahan 6. Beri kompres
warna kulit dan hangat pada
tidak ada pusing sekitar axilla dan
lipatan paha
7. Beri pakaiana
yang tipis dan
menyerap
keringat
8. Kolaborasi
pemberian obat
antipiretik
2 Nyeri akut NOC (Nursing NIC (Nursing
berhubunga Outcome Intervention
n dengan Classification) : Classification) :
agen Kriteria hasil : 1. Lakukakan
pencedera  Mampu pengkajian nyeri
fisiologis mengontrol secara
nyeri komprehensif
 Melaporkan termasuk lokasi,
nyeri berkurang karakteristik,
dengan durasi, frekuensi,
menggunakan kualitas dan
menegemen faktor presipitasi.
nyeri. 2. Observasi reaksi
 Mampu non verbal dari
mengenali ketidaknyamanan.
nyeri. 3. Gunakan
 Menyatakan komunikasi
rasa nyaman terapeutik untuk
setelah nyeri mengetahui
berkurang pengalaman nyeri
pasien.
4. Kontrol
lingkungan yang
dapat
mempengaruhi
nyeri seperti suhu
ruangan,
pencahayaan dan
kebisingan.
5. Ajarkan tehnik
non farmakologi.
6. Kolaborasi
pemberin obat
analgetik.
3 Intoleransi Setelah dilakukan NIC : Activity Therapy
aktivitas tindakan keperawatan
1. Kolaborasikan
berhubunga selama 3 x 24 jam,
dengan Tenaga
n dengan pasien mampu :
Rehabilitasi
kelemahan Energy
Medik
conservation
dalammerencanaka
Activity
n progran terapi
tolerance Self
yang tepat.
Care : ADLs
2. Bantu klien
Dengan Kriteria Hasil :
untuk
 Berpartisipas mengidentifikasi
i dalam aktivitas yang
aktivitas fisik mampu dilakukan
tanpa disertai 3. Bantu untuk
peningkatan memilih aktivitas
tekanan konsisten yang
darah, nadi sesuai dengan
dan RR kemampuan fisik,
 Mampu psikologi dan social
melakukan 4. Bantu untuk
aktivitas sehari mengidentifikasi
hari (ADLs) dan mendapatkan
secara mandiri sumber yang
diperlukan untuk
aktivitas yang
diinginkan
5. Bantu untuk
mendapatkan alat
bantuan aktivitas
seperti kursi roda,
krek
6. Bantu untuk
mengidentifikasi
aktivitas disukai
7. Bantu klien untuk
membuat jadwal
latihan diwaktu
luang
8. Bantu
pasien/keluarga
untuk
mengidentifikasi
kekurangan dalam
beraktivitas
9. Sediakan penguatan
positif bagi yang
aktif beraktivitas
10. Bantu pasien
untuk
mengembangkan
motivasi diri dan
penguatan
11. Monitor respon
fisik, emosi, social
dan spiritual
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. KASUS
Kasus Demam Typoid :
Sdr. M usia 14 tahun masuk rumah sakit dengan keluhan demam sejak 1
minggu sebelum masuk rumah sakit, demam dirasakan naik turun, demam
dirasakan malam hari lebih tinggi. Hasil tanda tanda vital tekanan darah
100/70 mmHg, nadi 90x/menit, respirasi rate 26x/menit, suhu 40,4 OC.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr.M DENGAN DIAGNOSA MEDIS


DEMAM TYPOID DI RUANG DAHLIA RSU DUSTIRA KOTA CIMAHI

B. PENGKAJIAN
I. Identitas
A. Identitas Pasien
1) Nama inisial : Sdr.M
2) No RM : 654706
3) Usia : 14 Tahun
4) Status perkawinan : Belum Menikah
5) Pekerjaan : Pelajar
6) Agama : Islam
7) Pendidikan : SMP
8) Suku : Sunda
9) Alamat rumah : Kp. Sukamanah Rt.004/003 Bojong
Kunci Pameungpeuk Bandung
10) Sumber biaya : BPJS AD Keluarga
11) Tanggal masuk RS : 20 Desember 2021
12) Tanggal pengkajian : 22 Desember 2021
13) Diagnosa Medis : Demam Typoid
B. Identitas Penanggungjawab
1) Nama : Tn. J
2) Umur : 36 Tahun
3) Hubungan dengan pasien : Ayah
4) Pendidikan : SMA
5) Alamat : Kp. Sukamanah Rt.004/003 Bojong
Kunci Pameungpeuk Bandung

II. Riwayat Kesehatan


a. Keluhan Utama
Pasien mengatakan demam
b. Riwayat kesehatan saat pengkajian/riwayat penyakit sekarang
(PQRST) : Penyebab, onset, lamanya, frequensi, intensitas, faktor
pencetus, lokasi, hal yang memperberat, hal yang memperingan.
Pada saat dilakukan pengkajian rabu, 21 Desember 2021 jam
(13.10) pasien mengatakan demam, demam dirasakan naik
turun dan demam lebih tinggi pada malam hari.
c. Riwayat kesehatan lalu
Riwayat alergi, riwayat kecelakaan, riwayat perawatan di RS,
riwayat penyakit berat/kronis, riwayat pengobatan, riwayat operasi
Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat alergi, kecelakaan,
perawatan di rs, dan operasi
d. Riwayat kesehatan keluarga
Genogram atau penyakit yang pernah diderita oleh anggota keluarga
yang menjadi faktor resiko, 3 generasi.
Pasien mengatakan bahwa dalam keluarganya tidak ada yang
mempunyai penyakit yang sama.
e. Riwayat psikososial dan spiritual
1. Support sistem terdiri dari dukungan keluarga, lingkungan,
fasilitas kesehatan terhadap penyakitnya.
Klien berhubungan baik dengan keluarga dan lingkungan
sekitarnya maupun di masyarakat.
2. Komunikasi terdiri dari pola interaksi sosial sebelum dan saat
sakit
Sebelum sakit: klien mengatakan mengikuti aktivitas
dilingkungan rumahnya dan bersosialisasi
Saat sakit: klien mengatakan berinteraksi dengan
keluarganya petugas kesehatan yang ada di rumah sakit
3. Sistem nilai kepercayaan sebelum dan saat sakit
Sebelum sakit: klien mengatakan selalu beribadah dan shalat
5 waktu
Setelah sakit: klien mengatakan melaksanakan sholat di
tempat tidur
f. Lingkungan
1. Rumah
 Kebersihan : klien mengatakan rumahnya bersih
 Polusi : klien mengatakan bahwa rumahnya jauh dari polusi
2. Pekerjaan
 Kebersihan : -
 Polusi : -
 Bahaya : -
g. Pola kebiasaan sehari-hari sebelum dan sat sakit
Kebiasaan Sebelum masuk RS Di RS
1. Pola Persepsi dan manajemen kesehatan
 Persepsi pasien
mengenai kesehatan  Baik  Baik
secara umum (baik,
sedang, jelek)
 Bagaimana kondisi
kesehatan
 Hal yang dianggap
penting dalam perawatan
kesehatan? Seberapa  Pasien mengatakan tidak
besar itu dapat ada masalah mengenai  Pasien mengatakan merasa
membantu? kesehatan kurang segar
 Apa yang diketahui  Sangat Penting
mengenai penyakitnya?
 Tindakan yang dilakukan  Sangat Penting
untuk mengurangi tanda
dan gejala. Hasilnya
bagaimana?
 Promosi kesehatan:
mengatur pola makanan
dan minuman, latihan  Pasien belum mengetahui  Pasien mengetahui
dan olahraga teratur, tentang penyakitnya mengenai penyakitnya
gaya hidup yang
dijalankan.  Klien berobat ke rumah
 Riwayat penyakit sakit  Klien selalu minum obat
sebelumnya (penyakit,
pembedahan, penyakit
kronis)
 Hal yang dilakukan
untuk menjaga kesehatan  Klien mengatakan makan  Klien mengatakan makan
dan minum secara teratur, dan minum teratur tapi
dan olahraga tidak melakukan olahraga
 Perilaku untuk mengatasi
masalah kesehatan: diet,
latihan dan olah raga,
pengobatan.
 klien tidak memilki
 Berpartisipasi dalam
 klien tidak memilki riwayat
perawatan kesehatan penyakit kronis riwayat penyakit kronis
 Sedang dalam masa
pengobatan penyakit
(mendapatkan obat-
obatan)  Klien selalu minum obat
 Kecelakaan (dirumah,  Minum air putih,
kerja dan berkendara) berolahraga dan makan
yang cukup
 Klien selalu makan teratur
serta berobat bila sakit  Klien selalu makan teratur
sesuai jadwal di rs

 Klien selalu merawat


kesehatan
 Klien kooperatif terhadap
dokter maupun perawat
 Klien mengatakan tidak
mengkonsumsi obat obatan
 Klien mendapatkan therafi
dari dokter

 Klien mengatakan tidak


 Klien mengatakan tidak
pernah mengalami
mengalami kecelakaan
kecelakan
2. Pola Nutrisi
a. Asupan  Oral  Oral
b. Frekuensi makan  3 X/hari  1/2 porsi
c. Nafsu makan  Baik  Sedang
d. Makanan tambahan  Buah-buahan ,sayuran  Biskuit regalal, roti
e. Makanan alergi  Tidak ada alergi  Tidak ada alergi
f. Perubahan BB dalam 3 bulan
 Tidak ada  Tidak ada
terakhir

g. Asupan cairan  Oral  Oral


h. Jenis  Air putih  Air putih
i. Frekuensi  5-6.x/hari  7-8x/hari
j. Volume  1000.cc/hari  8000cc/hari

Insensible Water Loss (IWL) ……………cc/hari ……………cc/hari


3. Pola Eliminasi

BAK
a. Frekuensi   6 x/hari   7 x/hari
b. Jumlah output   1500 cc/hari  1200 cc/hari
c. Warna  kunig  kuning
d. Bau  khas urin  khas urin
e. Keluhan  tidak ada keluhan  tidak ada keluhan

BAB
a. Frekuensi  1 x/hari  1x/hari
b. Warna  Kuning kecoklatan  Kuning
Kecoklatan
c. Bau  Khas feses  Khas feces
d. Konsistensi  Padat  Padat
e. Keluhan  Tidak ada keluhan  Tidak ada keluhan
f. Penggunaan obat pencahar  Tidak menggunakan
 Tidak mengunakan obat
pencahat obat pencahat

4. Pola Personal Hygiene


a. Mandi  2 x/hari  1x selama di rawat di
b. Oral higiene Rs hanya di waslap
 Frekuensi  2 x/hari  2 x/hari
 Waktu  Setiap kali mandi  Bangun dan sebelum
tidur
c. Cuci rambut  Belum keramas
 2x/ perminggu

5.Pola Aktivitas dan Latihan


a. Kegiatan dalam pekerjaan
b. Waktu bekerja  Tidak ada  Tidak ada
c. Kegiatan waktu luang  Tidak bekerja  Tidak bekerja
d. Keluhan dalam beraktivitas  Bermain sepak bola  Tidak ada
e. Olah raga  Tidak ada keluhan  Perut terasa perih
 Jenis
 Tidak olahraga
 Sepak bola
 frekuensi
 1x/minggu
Kemampuan 0 1 2 3 4
Perawatan Diri
Makan dan V
minum
Mandi V
Toileting V
Berpakaian V
Berpindah V

0: mandiri, 1: Alat bantu, 2: dibantu orang lain, 3: dibantu orang lain dan alat, 4: tergantung total.

6. Pola istirahat dan tidur


a. Lama tidur  7-8 jam  3-4 jam
b. Waktu
 Siang  1 jam  3 jam
 Malam  8 jam  2jam
c. Kebiasaan sebelum tidur
 Penggunaan obat tidur
 Tidak ada  Tidak ada
 Kegiatan lain
 Tidak ada  Tidak ada
d. Kesulitan dalam tidur
 Menjelang tidur
 Tidak ada  Susah tidur karena
demam
 Sering terbangun
merasa karena
 Sering terbangun
lingkungan yang
 Tidak kurang nyaman
selama di rawat
 Merasa tidak
nyaman karena
kurang tidur
 Merasa tidak nyaman setelah
bangun tidur  Tidak

7.Pola Kognitif dan Persepsi


 Menggambarkan  Tidak ada gangguan  Tidak ada
penginderaan khusus: gangguan
penglihatan, pendengaran,
rasa, sentuh, bau
 Penggunaan alat bantu: kaca
 Tidak menggunakan  Tidak
mata, alat bantu dengar.
alat bantu mengguanakan
 Perubahan dalam
alat bantu
penglihatan, pendengara,
 Tidak ada
perasa, pembau.  Tidak ada perubahan
perubahan
 Tingkat kesadaran
 Perubahan/penurunan fungsi
 Compos mentis
dalam penginderaan.  Compos mentis
 Tingkat orientasi: orang,  Tidak ada
 Tidak ada perubahan perubahan
waktu, tempat.
 Klien dapat
 Klien mampunyai menyebutkan
orientasi waktu, tempat bahwa dirinya
dan orang secara baik sedang berada di
dan tepat rumah sakit, dapat
menyebutkan
waktu dengan
benar dan
menyebuitkan
orang-oraqn
disekitarnya
dengan benar

 Tidak ada
 Tidak ada
 Persepsi dan manajemen
nyeri (tingkat, lokasi,  Baik
waktu/durasi, karakteristik)
 Fungsi kognisi dalam
memori istilah, ingatan
jangka pendek, ingatan  Baik
jangka panjang
 Komunikasi; bahasa utama,
bahasa lain, tingkat
pendidikan, kemampuan
membaca dan menulis  Bahasa Indonesia
 Kemampuan memecahkan
 Bahasa Indonesia
masalah dan mengambil
keputusan.
 Baik
 Mengidentifikasi
kehilangan/perubahan yang
besar dalam hidup.
 Baik
· Pemeriksaan:
 Baik
- Test Orientasi: waktu, tempat dan
orang

 Baik

 Klien dapat
menyebutkan
bahwa dirinya
sedang berada di
rumah sakit, dapat
menyebutkan
waktu dengan
benar dan
menyebutkan
 Klien mampunyai orang-orang
orientasi waktu, tempat disekitarnya
dan orang secara baik dengan benar
dan tepat  Klien dapat
membaca papan
nama perawat
serta
berkomunikasi
dengan baik
 Klien mampu
mempelajari hal-
hal baru dengan
baik

- Test membaca dan berkomunikasi

 Klien mampu
membaca dengan baik

- Test hal yang baru dipelajari.

 Klien dapat
mempelajari hal-hal
baru dengan baik
8.Persepsi Diri dan Konsep Diri
Penampilan/keadaaan. … …
 Tingkat kecemasan
(subjektive – skala 1-10),  3
(objektive – perubahan raut  4
muka, perubahan suara,
 Identitas personal,
menjelaskan tentang diri  Baik
 Baik
sendiri.
 Perubahan dalam tubuh
yang tidak dapat diterima.  Tidak ada
Masalah pada pasien.  Minim kegiatan

 Perubahan yang dirasakan
pada diri sendiri semenjak
sakit..
 Perasaan yang membuat  Mobilisasi perlu
 Tidak ada
marah, takut, bingung. bantuan
 Pernahkah merasa
kehilangan harapan.  Tidak ada
 Harga diri: penilaian diri  Tidak
sendiri.  Tidak ada
 Ancaman terhadap konsep
diri: sakit, perubahan peran.
 Tidak

 Klien merasa
dihargai
 Klien yakin
 Klien merasa dihargai bahwa
penyakitnya akan
sembuh dan
· Pemeriksaan:  Klien berpandangan bukan suatu
bahwa penyakitnya ancaman baginya
- Kontak mata, perhatian (distraksi) akan sembuh

- Pola suara (nervous.(Nervous (5)


or relaxed (1); rate from 1 to 5).

- Pola bicara (Assertive (5) or


passive (1); rate from 1 to 5).
9.Peran dan Hubungan
 Tinggal bersama  Keluarga  Keluarga
keluarga/sendiri.
 Status pekerjaan.  pelajar  pelajar
 Gambaran mengenai peran  Klien sebagai kaka  Klien sebagai
yang berkaitan dengan dari adiknya kaka dari adiknya
keluarga, teman-teman dan
rekan.
 Kepuasan/ketidak puasan
menjalankan peran
 Efek terhadap status  Klien mengatakan
kesehatan sangat puas
 Pentingnya keluarga  Tidak ada
 Interaksi bersama keluarga  Klien mengtakan
 Struktur dan dukungan sangat puas
 Sangat penting
keluarga  Tidak ada
 Baik
 Proses pengambilan  Baik
keputusan dalam keluarga  Sangat penting
 Klien mengatakan  Baik
dalam mengambil  Baik
keputusan yaitu
diskusi dengan ayah  Klien mengatakan
dan ibunya dalam mengambil
keputusan yaitu
 Iya diskusi dengan
 Berpartisipasi dalam
ayah dan ibu
kegiatan sosial
 Apakah penyakit dapat  Tidak
menyebabkan perubahan  Tidak
yang sangat besar terhadap
pola peran dan hubungan.  Tidak
 Masalah dan/keprihatinan
dalam Keluarga
 Klien merasa bahwa
keluarganya selalu
memotivasi dirinya
 Klien mengatakan
bahwa keluarga
selalu
 Pola membesarkan anak mendukungnya
 Tidak  Tidak

 Klien mempunyai
 Hubungan dengan orang hubungan yang baik
lain  Klien mempunyai
dengan keluarga
hubungan yang
maupunn tetangga
baik dengan orang
lainya
lain
 Klien merasa cukup
 Klien merasa
 Merasa kecukupan akan dengan kondisi
cukup dengan
kondisi sosial ekonomi ekonominya
kondisi
(keuangan).
ekonominya saat
 Klien merasa bahwa ini
tetangganya sangat  Klien mengatakan
 Merasa (terisolasi) oleh mendukung bahwa saat sakit
tetangga
tetangganya
sekitar.
mengunjunginyadi
rumah sakit

· Pemeriksaan:

- Interaksi dengan anggota keluarga


atau orang lain (jika ada).

10.Seksualitas dan Reproduksi


Masalah atau problem seksual
 Kepuasan berhubungan Klien belum memiliki Klien belum memiliki
seksual? Ada keluarga keluarga
perubahan/masalah?
 Gambaran perilaku seksual:
perilaku seksual yang aman.
 Penggunaan alat
kontrasepsi? KB
 Kecemasan terhadap sex
 Pengetahuan tentang
seksualitas dan reproduksi
 Dampak pada status
kesehatan
 Orientasi seksual
 Wanita
o Waktu punya anak,
perimenstruasi,
Riwayat menstruasi :
umur menarche,
durasi, frekwensi,
keteraturan, masalah

o Riwayat reproduksi,
hamil terakhir,
Riwayat melahirkan
kembar, kelaianan
congenital atau
kelainan genetic
 Cara mencegah penularan
PMS
 Riwayat PMS
 Persepsi pemeriksaan
payudara sendiri dan testis
sendiri.

·     Pemeriksaan:
- Pemeriksaan genitalia, pa

11.Koping dan Manajemen Sttess


 Perubahan besar dalam hidup  Tidak ada
dalam 1-2 tahun ini.  Tidak ada
 Penyebab stress belakangan  Tidak ada
ini

 Tidak ada

 Gambaran umum dan spesifik


 Menerima
respon
 Perubahan, masalah saat ini,
kejadian yang menyebabkan  Menerima
stress atau perhatian
 Krisis saat ini missal; sakit
atau hospitalisasi  Tidak ada
 Tingkat stress saat ini
 Metode/strategi koping yang
biasa digunakan terhadap  Tidak ada
stress selain alcohol atau obat  Tidak ada
 Pengetahuan dan penggunaan
tehnik managemen stress.  Tidak ada  Tidak ada

 klien sealu berdoa jika  Tidak ada


ada masalah

 klien sealu
 klien selalu berdoa jika ada
menceritakan masalah
 Hubungan antara manajemen permasalahanya kepada
stres terhadap dinamika keluarganya
keluarga.
 klien selalu
menceritakan
 Baik permasalahanya
 Derajat kesuksesan dari kepada
strategi koping saat ini keluarganya
 Persepsi dari tingkat toleransi  Baik
stress

 Ketika mendapatkan masalah


yang besar dalam hidup,
apakah dapat menanganinya?
 klien selalu
 klien selalu Bersama Bersama keluarga
 Persepsi tentang status
keluarga dalam dalam
keamanan di rumah (episode
menghadapi masalah menghadapi
kekerasan fisik/emosional)
masalah
 Baik, klien dapat  Baik, klien dapat
menangani setiap menangani setiap
masalah dengan baik masalah dengan
baik
 klien tidak
pernah
mengalami
 klien tidak pernah kekerasan fisik
mengalami kekerasan maupun
fisik maupun emosional emosional

12.Nilai dan Kepercayaan


 Agama  Islam  Islam
 Latar belakang budaya/etnik  Sunda  Sunda
 Tujuan kehidupan, apa yang  Sehat dan bisa
dianggap penting bagi klien beraktifitas seperti
dan keluarga.  Sehat dan bisa beraktifitas biasanya
seperti biasanya
 Keparcayaan spiritual yang  Klien selalu berdoa
berpengaruh terhadap untuk kesembuhanya
pengambilan keputusan dan
praktek kesehatan
 Derajat dari tujuan  Klien selalu berdoa untuk
kesembuhanya  Untuk beribadah
pencapaian hidup
 Persepsi tentang kepuasan
dengan hidup, dan jalan  Pasien merasa puas
hidup dengan kehidupanya
 Pentingnya saat ini
agama/spiritualitas  Sangat penting
 Kepercayaan cultural yang
berpengaruh dengan  Untuk beribadah
kesehatan dan nilai  Tidak ada
 Spiritualitas/agama yang  Pasien merasa puas dengan
berpengaruh terhadap status kehidupanya saat ini  Pasien selalu berdoa
kesehatan. untuk kesembuhanya
 Kepercayaan cultural yang
 Sangat penting
merefleksikan pilihan pada
promosi kesehatan dan
pencegahan penyakit  Tidak ada
 Tidak ada

 Pasien selalu berdoa untuk


kesembuhanya

 Tidak ada

III. Pengkajian Fisik


Kesadaran (GCS) : compos mentis ( E 4 M 6 V 5 )
Tekanan darah : 100/70 mnhg
Nadi : 90x/menit
Respirasi rate : 26 x /menit
Suhu : 40,4 C
BB sebelum masuk RS : 43 kg
saat di rawat di RS : 43 kg

Skala Nyeri menurut VAS ( Visual Analog Scale )


Tidak nyeri Nyeri ringan Nyeri sedang Nyeri berat Sangat Nyeri Nyeri tak tertahan
□ 0-1 2-3 □4-5 □ 6-7 □ 8-9 □ 10

1. SKALA RISIKO JATUH ONTARIO MODIFIED STRATIFY -


SYDNEY SCORING

A. Para Skrini Jawaban Keterangan Skor


meter ng Nilai
apakah pasien datang ke rumah Ya / tidak
Riwayat sakit Salah satu
0
jatuh karena jatuh? jawaban ya
jika tidak, apakah pasien Ya/ tidak = 6
mengalami
jatuh dalam 2 bulan terakhir ini?
apakah pasien delirium? (tidak Ya/ tidak 0
dapat membuat keputusan,
Status pola pikir tidak Salah satu
mental terorganisir, gangguan daya jawaban ya =
ingat)
14
apakah pasien disorientasi? Ya/ tidak
(salah menyebutkan waktu,
tempat, atau
orang)
apakah pasien mengalami Ya/ tidak
agitasi?
(ketakutan, gelisah, dan cemas)
apakah pasien memakai Ya/ tidak 0
Salah satu
Penglihatan kacamata?
apakah pasien mengeluh adanya Ya/ tidak jawaban ya
penglihatan buram? =1
apakah pasien mempunyai Ya/ tidak
glaukoma,
katarak, atau degenerasi makula?
apakah terdapat perubahan Ya/ tidak 0
Kebiasaan perilaku
berkemih ya = 2
berkemih? (frekuensi, urgensi,
inkontinensia, nokturia)
mandiri (boleh menggunakan alat 0 jumlahkan 0
Transfer bantu jalan)
(dari memerlukan sedikit bantuan (1 1 nilai transfer
tempat orang) dan mobilitas.
tidur ke / dalam pengawasan Jika nilai total
memerlukan bantuan yang nyata 2 0-3, maka skor
kursi dan (2
kembali orang) = 0. jika nilai
tidak dapat duduk dengan 3
seimbang,
ke tempat perlu bantuan total
mandiri (boleh menggunakan alat 0
Mobilitas bantu jalan)
berjalan dengan bantuan 1 orang 1 total 4- 6,
(verbal / fisik) maka skor = 7
menggunakan kursi roda 2
Imobilisasi 3
Total skor 0

Keterangan skor:
0-5= risiko rendah
6-16 = risiko sedang 17-30 = risiko tingg

Pemeriksaan Fisik Head To Toe :

Diisi dengan bentuk narasi hasil penegkajian dan pemeriksaan :

1) Kepala : Bentuk, Lesi, Hematoma, Benjolan


Bentuk simetris, tidak ada lesi, tidak ada nyeri tekan tidak ada
benjolan, dan hematoma

2) Rambut : Warna, Kebersihan, Distribusi, Kerontokan dan Alopesia


Warna rambut hitam, tidak terdapat ketombe, tidak ada kerontokan,
dan rambut berminyak

3) Mata : Kesimetrisan, kelopak mata, alis, pergerakan bola mata, pupil,


sclera, kornea, konjungtiva, test penglihatan, penggunaan alat bantu
Simetris, alis tampak sejajar, reflek pupil mengecil ketika di beri
rangsangan cahaya, penglihatan normal, tidak menggunakan
kacamata.

4) Telinga : Kesimetrisan, kebersihan, serumen, test pendengaran,


penggunaan alat bantu
Telinga kanan kiri simetris dan bersih, fungsional pendengaran
normal tidak ada penggunaan alat bantu.
5) Hidung : Kesimestrisan, kebersihan, sekresi cairan, PCH, polip, pasase
udara, penggunaan selang oksigen, nyeri tekan, tes penciuman.
Simetris, cukup bersih, ada sekret , tidak ada nyeri tekan, tidak ada
suara nafas tambahan, tidak menggunakan selang oksigen, indra
penciuman baik.

6) Mulut : Warna mukosa, kesimetrisan, kelembaban, stomatitis, keutuhan


gigi, karies, gingivitis, kebersihan lidah, palatum, uvula, sekresi dahak, tes
pengecapan
Mukosa lembab, simetris, tidak ada sianosis lidah tidak kotor, tonsil
tidak membesar, faring tidak hiperemis, gigi lengkap pengecapan
normal.

7) Leher : Adanya pembengkakan, benjolan, nyeri saat menelan, ROM, JVP

JVP tidak meningkat, kelenjar tiroid tidak membesar, tidak ada nyeri
saat menelan.

8) Dada : Bentuk, warna, kesimetrisan, retraksi otot dada, kondisi payudara,


benjolan/pembengkakan kelenjar, Auskultasi suara jantung paru, Perkusi
jantung paru adanya pembesaran dan cairan, Palpasi jantung paru adanya
nyeri tekan.
Bentuk dada simetris, pernapasan lebih cepat 26x/menit, tidak ada
retraksi otot dada, tidak ada benjolan atau pembengkakan, tidak ada
nyeri pada dada , irama nafas teratur, suara perkusi sonor ,tidak
terpasang alat bantu pernafasan, tidak ada pembesaran jantung paru
dan tidak ada cairan, suara nafas vesikler

9) Abdomen : Bentuk, warna, kesimestrisan, adanya bekas luka, distensi,


asites, aukultasi bising usus dan bruit, perkusi seluruh kuadran, adanya
shifting dullness, palpasi adanya nyeri tekan/nyeri lepas dan pembesaran
organ (hepar, lien, ginjal, gaster), ketok ginjal

Simestris, bising usus 9x/menit, tidak ada nyeri tekan.


10) Genital : Bentuk, kebersihan, adanya pembengkakan (vagina, testis, penis
dan prostat), sekresi cairan, nyeri atau keluhan lain saat BAK/BAB,
frekuensi/ konsistensi/warna/bau urine/feses, siklus menstruasi,
penggunaan kateter, palpasi blader
Tidak ada nyeri atau keluhan pada saat BAB/BAK, frekuensi BAK 
8x/hari warna kuning, bau khas urin, frekuensi BAB 1x/hari
konsistensi padat,warna kuning kecoklatan, bau khas feces, tidak
terpasang kateter.
11) Ekstremitas Atas dan Bawah : Warna, kesimetrisan, deformitas,
kontraktur, CRT, turgor kulit, kondisi luka /dekubitus, gangrene, luka
bakar (Rule of nine), ROM, Kekuatan otot, Krepitasi, nyeri pada sendi dan
tulang, penggunaan alat bantu (kruk, kursi roda, traksi, gips, ORIF,OREF)
Kaji Refleks Biceps, Triceps, Brachialis, Achiles, Patella, Baninski

Bentuk simetris, tidak ada pembengkakan, akral hangat, tidak ada


luka, CRT kurang dari 3detik, tidak ada nyeri pada sendi dan tulang
tidak menggunakan alat bantu.

5 5 kekuatan otot.

5 5

A. PEMERIKSAN DAN PENATALAKSANAAN


I. Pemeriksaan penunjang
1) Pemeriksaan laboratorium :
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai
Rujukan
Hematologi
Hemoglobin 12.8 g/dL 11.8-15.0
Eritrosit 4.7 10^6/uL 4.0-5.5
Lekosit 7.67 10^3/uL 4.50-13.00
Hematokrit 36.4 % 33.0-45.0
Trombosit 219 10^3/uL 156-408
MCV,MCH,MCHC
MCV 78.3 fL 74.0-102.0
MCH 27.5 Pq 23.0-31.0
MCHC 35.2 g/dL 32.0-36.0
RDW 12.8 % 10.0-16.0
HITUNG JENIS
Basofil 0.1 % 0.0-1.0

Eosinofil 0.0 % 1.0-4.0

Neutrofil Segmen 68.2 % 50.0-80.0

Limfosit 25.4 % 25.0-50.0

Monosit 6.3 % 4.0-8.0

NLR 2.69

II. Penatalaksanaan medis


1) Jelaskan tindakan medis yang sudah dilakukan contohnya operasi,
pemasangan alat invasif, dll) :
pemasangan infus
2) Pemberian obat dan jelaskan nama, dosis, cara, rute dan tujuan. :
- infus Ringer Laktat (500cc/24 jam) : untuk memenuhi
kebutuhan cairan
- Omeprazole 2x1 ampul : untuk meringankan gejala sakit
maag
- Ondansetron 2x1 ampul : untuk mencegah serta mengobati
mual dan muntah
- paracetamol 3x1 : untuk menurunkan demam dan
meredakan nyeri
B. ANALISA DATA

No Data Senjang Etiologi Masalah


1. Ds : Bakteri Salmonella thypi& Hipertemi
- Klien mengatakan Salmonella partypi
demam sejak 1
minggu sebelum
masuk rumah sakit Makanan dan Minuman
- klien mengatakan
demam lebih tinggi
pada malam hari Berkmebnag biak di usus

Do :
- Klien tampak Imunitas Humoral (Imunoglobulin
lemas berbaring A) kurang baik
- Td : 100/70 mmHg
- Nadi : 90x/menit Berkembang biak di lamina propia
- Suhu : 40,4 C
- RR : 26x/menit
Ditelan (makrofag) sel fagosif

Plaques payeri

Kelenjar getah bening masenterika

Sirkulasi darah

Berkembang biak diluar sel

Kantung empedu lumen usus

Usus

Salmonlla dalam makrofag


teraktivasi

Hiperaktif melepaskan sintokin


Reaksi inflamasi

Hipertemi
2. Ds : Bakteri Salmonella thypi& Nyeri
Klien mengeluh nyeri Salmonella partypi
pada bagian kiri perut,
nyeri dirasakan ketika
sedang beraktivitas dan Makanan dan Minuman
berkurang jika
diistirahatkan,
Berkmebnag biak di usus
Do:
-klien tampak
berbaring dengan Imunitas Humoral (Imunoglobulin
lemas A) kurang baik
-klien tampak meringis
kesakitan jika ditekan Berkembang biak di lamina propia
perutnya
-skal nyeri 2 (1-10)
Ditelan (makrofag) sel fagosif

Plaques payeri

Kelenjar getah bening masenterika

Sirkulasi darah

Berkembang biak diluar sel

Splenomegali Hepatomegali

Nyeri Akut

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit
b. nyeri akur berhubungan dengan agen cidera fisologis
D. INTERVENSI KEPERAWATAN
PERENCANAAN
DIAGNOSA
NO
KEPERAWATAN
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL

1. Hipertemi berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor TTV 1. Pemeriksaan tanda tanda vital
proses penyakit keperawatan selama 3x 8 jam 2. Tingkatkan intake merupakan pengukura fungsi
diharapan demam dapat teratasi cairan dan nutrisi. tubuh yang digunakan untuk
dengan kriteria hasil : 3. Beri kompres hangat dapat memberikan gambaran
pada sekitar axilla keadaan umum pasien
 Suhu tubuh dalam rentang dan lipatan paha.
normal, antara 36,5 - 37,5 4. menganjurkan 2.adanya peningkatan
derajat celsius. menggunakan metabolism menyebabkan
pakaian yang tipis kehilangan banyak energi. untuk
 Nadi dan pernafasan dalam dan menyerap itu diperlukan peningkatan
rentang normal. keringat. intake dan output cairan dapat
5. Kolaborasi membantu mngurangi demam
 Tidak ada perubahanwarna pemberian obat
kulit antiperetik 3. suhu ruangan/jumlah selimut
harus diubah untuk
mempertahankan suhu
mendekati normal

4. pakaian tipis dapat digunakan


untuk menyerap keringat pasien

5. digunakan untuk mengurangi


demam
1. kurangi faktor 1. dengan berkurang nyeri
2. Nyeri akut b.d agen pencedera Setelah dilakukan tindakan presipitasi nyeri pencetus maka pasien tidak
fisiologis keperawatan 3x 24 jam masalah 2. kaji skala nyeri merasa nyeri
keperawatan nyeri akut teratasi 3. monitor TTV 2. untuk mengetahui tingkat
dengan kriteria hasil : 4. ajarkan Teknik nyeri yang dirasakan klien
1. mampu mengontrol relaksasi nafas dalam 3. untuk mengetahui keadaan
nyeri (tahu penyebab 5. tingkatka relaksasi umum klien dan untuk
sakit, mampu menentukan intervensi
menggunakan Teknik selanjutnya
non parfatika untuk 4. meningkatkan relaksasi
mengurangi nyeri terfokus kembali perhatian
2. mampu mengenali nyeri dan meningkatkan koping
3. TTV dalam batas normal 5. menurunkan penegangan
otot
A. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
DX. HARI/TGL/JAM IMPLEMENTASI RESPON PARAF
KEPERAWATAN

Hipertemi Rabu, 22 -12-2021


berhubungan 09.30 wib 1. memonitor TTV pasien 1. TD : 100/70
dengan proses 09.40 wib 2. menganjurkan menggunakan pakaian Respirasi : 26x/menit
penyakit 10.00 wib tipis dan menyerap keringat Nadi : 90x/menit
10.15 wib 3. memberikan obat S : 40,4C
2. pasien mengikuti
arahan
3. Pasien mengikuti
arahan
Kamis, 22-12-2021 1. memberikan obat
12.00 2. memonitori suhu tubuh 1. pasien mengikuti
13.00 arahan
14.00 2. S : 37,3 C

Nyeri akut b.d agen Rabu, 22-12-2021


pencedera 12.00 wib 1. mengkaji skala nyeri 1. skala nyeri 2 (0-10)
fisiologis 12.10 wib 2. monitor TTV 2. TTV
12.15 wib 3. Mengajarkan Teknik relaksasi nafas Respirasi : 90x/menit
dalam TD : 100/70
Suhu : 40,4
Nadi : 90x/menit
3. pasien mengikuti arahan
Kamis, 22-12-2021 1. mengkaji skala nyeri 1. skala nyeri 2 (0-10)
12.00 2. monitor ttv 2. TTV
12.15 3. mengajarkan Teknik relaksasi nafas TD: 110/70
12.30 dalam N : 73X/ menit
Rr : 21 x/ menit
S: 37,3 C
3. pasien mengikuti arahan
A. CATATAN PERKEMBANGAN

Dx. Kep Hari/Tgl/Jam SOAP Paraf


Hipertermi Rabu, 22 -12- S:
2021 Klien mengatakan masih demam
14:00 wib jika dimalam hari
O:
Pasien tampak berbaring lemas
Pasien tampak berkeringat dan
bajunya basah
A : Hipertemi belum teratasi
P:
Lanjutkan Intervensi

Jumat, 12-11 S:
2021 Klien mengatakan saat ini tidak
14: 00 wib demam
O:
Suhu : 37,3 C
A:
Hipertermi teratasi sebagian
P:
Lanjutkan intervensi
Nyeri akut Kamis, 11 - S:
11-2021 Pasien mengatakan masih nyeri
14:00 wib O:
Skala nyeri 2 (0-10)
TD: 110/70
N : 73X/ menit
Rr : 21 x/ menit
S : 37,3 C

A:
Masalah teratasi sebagian
P:
Lanjutkan intervensi
Nyeri akut Jumat, 12-11 S:
2021 Klien mengatakan sudah tidak nyeri
14:00 wib dan merasa nyaman
O:
Skala nyeri 3 (0-10)
TD: 120/70
N : 81 X/ menit
Rr : 22x/ menit
A:
Nyeri akut teratasi
P:
Interpensi di hentikan
Intoleransi Kamis, 11 - S:
aktifitas 11-2021 Klien mengatakan masih lemas
14:00 wib O:
Pasien tampak berbaring di tempat
tidur
A: masalah teratasi sebagian
P: lanjutkan intervensi
Jumat, 12-11 S:
2021 Klien mengatakan sudah tidak
14 : 00 wib lemas lagi
O: pasien tampak duduk di tempat
tidur dan beraktivitas
A: masalah teratasi
P : intervensi di hentikan

Anda mungkin juga menyukai