O DENGAN ADHF
(ACCUTED DECOMPENSATED HEART FAILURE)
DI RUANGAN TERATAI RUMAH SAKIT TK.2 DUSTIRA KOTA CIMAHI
LAPORAN
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas stase keperawatan medical bedah
Disusun oleh :
Kelompok 2
Haetami 4006210025
2021
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
Heart Failure di ruangan teratai Rumah sakit Tk.2 Dustira" laporan ini disusun untuk
memenuhi salah satu tugas mata kuliah keperawatan medical bedah tepat pada waktu
nya.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu,
sehigga laporan ini selesai sesuai dengan waktu nya. peyusun menyadari bahwa
laporan ini masih jauh dari sempurna oleh karea itu, kritik dan saran yang bersifat
membangun khususnya dari dosen mata kuliah keperawatan medical bedah sangat
penyusunan harapkan, guna menjadi acuan dalam bekal pengalaman bagi penyusun
Bandung,November 2021
Kelompok 2
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................................1
B. Rumusan masalah......................................................................................................3
C. Tujuan penelitian.......................................................................................................3
BAB II TINJAUAN TEORI..................................................................................................4
A. Pengertian...................................................................................................................4
B. Etiologi........................................................................................................................4
C. Patofisiologi.................................................................................................................6
E. Manifestasi Klinis.......................................................................................................9
F. Pemeriksaan Diagnostik..........................................................................................10
G. Penatalaksanaan...................................................................................................12
H. Asuhan Keperawatan Teori.................................................................................14
I. INTERVENSI KEPERAWATAN..........................................................................15
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN...............................................................................22
A. KASUS......................................................................................................................22
B. PENGKAJIAN.........................................................................................................22
BAB IV PENUTUP................................................................................................................3
A. Kesimpulan.................................................................................................................3
B. Saran...........................................................................................................................3
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................4
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit jantung dan pembuluh darah sampai saat ini dikenal sebagai
penyebab kematian nomor satu didunia. pada tahun 2013 terdapat >54% juta
kematian secara global dan 32% dari kematian ini atau 17 juta kematian
berkaita dengan penyakit jantung dan pembuluh darah (WHO, 2020). Penyakit
gagal jantung merupakan suatu masalah kesehatan pada negara maju mauun
berkembang. gagal jantung dapat terjadi tanpa timbulnya gejala atau gejala
sangat minimal dan baru akan menimbulkan gejala setelah terjadi selama
kurun waktu tertentu. Alasan dari hal ini diduga akibat mekanisme
jantung yang terjadi secara tiba-tiba yang dapat mengancam jiwa sehingga
membutuhkan penata laksana segera. Gagal jantung akut suatu kondisi pemnburukan
dengan latar belakang gagal jantung kronik yang dapat terjadi secara akut, yang
memburuk secara bertahap dalam beberapa hari atau minggu. (Ramli,2018). Menurut
WHO (2013), 17,3 juta orang di dunia meninggal karena disebabkan penyakit
kardiovaskuler lalu terus meningkat hingga mencapai 23,3 juta (Depkes, 2014).
Indonesia tahun 2013 terdapat 0,13% (229.696 orang), sedangkan diagnose dokter
0,3% (Dinkes, 2013). Sedangkan, di Jawa Barat jumlah penyakit jantung koroner
ditemukan pada kelompok umur 45 – 54 tahun dan ditemukan juga pada kelompok
1
umur 15 – 24 tahun. Gagal jantung yaitu jenis penyakit pada jantung dimana angka
kesakitan serta angka kematiannya sangat tinggi, resiko untuk menderita gagal
Gagal jantung merupakan sindrom klinis yang disebabkan keruakan struktur dan
fungsi pada miokardium yang dapat diakibatkan oleh beberapa etiologi diantaranya
gangguan pada pemompaan darah dan aliran balik vena. (Kemp, 2012). Kedua
gangguan tersebut memiliki manefistasi klinis berupa dipsnea, batuk, edema pada
tungkai bawah, rasa letih, mual, nafsu makan berkurang. (Kemp, 2012). Gagal
seperti aripnia, disfungsi katup, dan iskemia akut, yang mana masing-masing meliputi
30% dari kasus – kasus gagal jantung akut dekompensasi (Hummel, 2015).
Gagal jantung disebut juga sindrom klinik kompleks dimana yang disadari oleh
seluruh jaringan. pasien gagal jantung terjadi tanda dan gejala sesak nafas pada
istirahat, merasa lelah, dan edema tungkai. Penyakit gagal jantung sering
menimbulkan gejala klinik berupa dipnea ortopnea dan prokyesmal nochturnal dipnea
yang diakibatkan kegagalan fungsi pulmonal. Kegagalan fungsi pulmonal pada gagal
jantung sering diakibatkan oleh adanya edema paru dan berdampak pada penururnan
pentrikel kiri, dan pembesaran hati. Pasien gagal jantung sering mengalami masalah
intoleransi aktivitas.
2
3
B. Rumusan masalah
4
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Acute Decompensated Heart Failure (ADHF) merupakan gagal
jantung akut yang didefinisikan sebagai serangan yang cepat (rapid
onset) dari gejala – gejala atau tanda – tanda akibat fungsi jantung
yang abnormal. Disfungsi ini dapat berupa disfungsi sistolik maupun
diastolik, abnormalitas irama jantung, atau ketidakseimbangan preload
dan afterload. ADHF dapat merupakan serangan baru tanpa kelainan
jantung sebelumnya, atau dapat merupakan dekompensasi dari gagal
jantung kronik (chronic heart failure) yang telah dialami sebelumnya.
ADHF muncul bila cardiac output tidak dapat memenuhi kebutuhan
metabolism tubuh (Putra, 2012).
B. Etiologi
Penyebab umum ADHF biasaya berasal dari ventrikel kiri,
disfungsi diastolik, dengan atau tanpa Coronary Artery Disease
(CAD), dan abnormalitas valvular. Meskipun sebagian pasien ADHF
adalah pasien dengan riwayat Heart Failure (HF) dan jatuh pada
kondisi yang buruk, 20% pasien lainnya yang dinyatakan ADHF tidak
memiliki diagnosa HF sebelumnya (Joseph, 2009).
5
pada keadaan dimana terjadi stenosis aorta atau hipertensi sistemik.
Kontraktilitas miokardium dapat menurun pada infark miokard atau
kardiomyopati. Faktor lain yang dapat menyebabkan jantung gagal
sebagai pompa adalah gangguan pengisian ventrikel (stenosis katup
atrioventrikuler), gangguan pada pengisian dan ejeksi ventrikel
(perikarditis konstriktif dan temponade jantung). Dari seluruh
penyebab tersebut diduga yang paling mungkin terjadi adalah pada
setiap kondisi tersebut mengakibatkan gangguan penghantaran
kalsium di dalam sarkomer, atau di dalam sistesis atau fungsi protein
kontraktil (Price. Sylvia A, 1995).
Faktor risiko :
6
c. Krisis Hipertensi
g. Tamponade jantung
h. Diseksi aorta
a. Volume overload
f. Asma
h. Feokromositoma
C. Patofisiologi
ADHF dapat muncul pada orang yang sebelumnya
menderita gagal jantung kronik asimptomatik yang
mengalami dekompensasi akut atau dapat juga terjadi pada
mereka yang tidak pernah mengalami gagal jantung
7
sebelumnya. Etiologi ADHF dapat bersumber dari
kardiovaskuler maupun non kardiovaskuler. Etiologi ini
beserta dengan faktor presipitasi lainnya akan menimbulkan
kelainan atau kerusakan pada jantung yang diakibatkan oleh
proses iskemia miokard atau hipertropi remodeling otot
jantung atau kerusakan katup jantung yang dapat
menyebabkan disfungsi ventrikel sehingga terjadi gangguan
preload maupun afterload sehingga menurunkan curah
jantung. Bila curah jantung menurun, maka tubuh akan
mengeluarkan mekanisme neurohormonal untuk
mengkompensasi penurunan curah jantung. Mekanisme ini
melibatkan system adrenergik, renin angiotensin dan
aldosteron sehingga terjadi peningkatan tekanan darah
akibat vasokonstriksi arteriol dan retensi natrium dan air
(Ulfiyah, 2015).
8
menyebabkan peningkatan beban ventrikel kiri. Hal ini
disebabkan karena penurnan kontraktilitas miokard
disertai dengan peningkatan venous return (aliran balik
vena). Hal ini tentunya akan meningkatkan bendungan
darah di paru–paru. Bendungan ini akan menimbulkan
transudasi cairan ke jaringan dan alveolus paru sehingga
terjadilah oedema paru. Oedema ini tentunya akan
menimbulkan gangguan pertukaran gas di paru–paru.
Sedangkan apabila curah jantung menurun, maka secara
fisiologis tubuh akan melakukan kompensasi melalui
perangsangan sistem adrenergik dan RAA untuk
mempertahankan curah jantung ke arah normal. Sedangkan
apabila tubuh tidak mampu lagi melakukan kompensasi,
maka penurunan curah jantung akan memicu penurunan
aliran darah ke jaringan berlanjut. Apabila terjadi
penurunan aliran darah ke ginjal, akan memicu retensi
garam dan air oleh sistem renin angiotensin aldosteron.
Retensi ini akan menjadi lebih progresif karena tidak
diimbangi dengan peningkatan tekanan atrium kanan
akibat proses dekompensasi, sehingga terjadi kelebihan
volume cairan yang berujung pada oedema perifer (Ulfiyah,
2015).
9
D. Klasifikasi
Gagal jantung diklasifikasikan menurut American
College of Cardiology (ACC) dan American Heart
Association (AHA) terbagi atas atas 4 stadium berdasarkan
kondisi predisposisi pasien dan derajat keluhannya yaitu :
10
1. Stage A : Risiko tinggi gagal jantung, tetapi tanpa
penyakit jantung struktural atau tanda dan gejala gagal
jantung. Pasien dalam stadium ini termasuk mereka
yang mengidap hipertensi, DM, sindroma metabolik,
penyakit aterosklerosis atau obesitas.
E. Manifestasi Klinis
Decompensasi cordis dapat dimanifestasikan oleh
penurunan curah jantung dan/atau pembendungan darah di
vena sebelum jantung kiri atau kanan, meskipun curah
jantung mungkin normal atau kadang-kadang di atas
normal.
11
dimanifestasikan dengan batuk dan nafas pendek.
Meningkatnya tekanan vena sistemik dapat
mengakibatkan edema perifer umum dan penambahan
berat badan. Turunnya curah jantung pada gagal jantung
dimanifestasikan secara luas karena darah tidak dapat
mencapai jaringan dan organ (perfusi rendah) untuk
menyampaikan oksigen yang dibutuhkan. Beberapa efek
yang biasanya timbul akibat perfusi rendah adalah pusing,
konfusi, kelelahan, tidak toleran terhadap latihan dan
panas, ektremitas dingin, dan haluaran urin berkurang
(oliguri). Tekanan perfusi ginjal menurun, mengakibatkan
pelepasan rennin dari ginjal, yang pada gilirannya akan
menyebabkan sekresi aldosteron, retensi natrium dan
cairan serta peningkatan volume intravaskuler.
2. Angina
3. Cemas
4. penurunan aktifitas GI
Tanda dan gejala yang disebakan oleh kongesti balik dari ventrikel kiri,
antara lain :
1. Dyspnea
2. Batuk
3. Orthopnea
4. Reles paru
12
5. Hasil x-ray memperlihatkan kongesti paru
1. Edema perifer
F. Pemeriksaan Diagnostik
1. Laboratorium :
a. Hematologi : Hb, Ht, Leukosit
b. Elektrolit : K, Na, Cl, Mg
c. Enzim Jantung (CK-MB, Troponin, LDH)
d. Gangguan fungsi ginjal dan hati : BUN,
Creatinin, Urine Lengkap,
2. SGOT, SGPT :
a. Gula darah
b. Kolesterol, trigliserida
c. Analisa Gas Darah
Acute Decompensated Heart Failure National Registry
(ADHERE) trial: a blood urea nitrogen of ≥43 g/dL,
systolic blood pressure <115 mmHg, and/or serum
creatinine >2.75 mg/dL (Abraham, 2005).
3. Elektrokardiografi, untuk melihat adanya :
- Penyakit jantung koroner : iskemik, infark
- Pembesaran jantung ( LVH : Left Ventricular Hypertrophy )
- Aritmia
- Perikarditis
4. Foto Rontgen Thoraks, untuk melihat adanya :
- Edema alveolar
- Edema interstitials
13
- Efusi pleura
- Pelebaran vena pulmonalis
- Pembesaran jantung
5. Echocardiogram
- Menggambarkan ruang –ruang dan katup jantung
6. Radionuklir
- Mengevaluasi fungsi ventrikel kiri
- Mengidentifikasi kelainan fungsi miokard
7. Pemantauan Hemodinamika (Kateterisasi
Arteri Pulmonal Multilumen) bertujuan untuk
:
- Mengetahui tekanan dalam sirkulasi jantung dan paru
- Mengetahui saturasi O2 di ruang-ruang jantung
- Biopsi endomiokarditis pada kelainan otot jantung
- Meneliti elektrofisiologis pada aritmia ventrikel berat
recurrent
- Mengetahui beratnya lesi katup jantung
- Mengidentifikasi penyempitan arteri coroner
- Angiografi ventrikel kiri (identifikasi
hipokinetik,
14
3. Pemberian morphin >> Untuk mengatasi edema
pulmonal akut, vasodilatasi perifer, menurunkan aliran
balik vena dan kerja jantung, menghilangkan ansietas
karena dispnea berat
15
7. Inotropik positif
Tindakan-tindakan mekanis
16
oxygenation (ECMO). Alat ini menggantikan
fungsi jantung paru. Mengakibatkan aliran darah
dan pertukaran gas. Oksigenasi membrane
extrakorporeal dapat digunakan untuk memberi
waktu sampai tindakan pasti seperti bedah by pass
arteri koroner, perbaikan septum atau transplantasi
jantung dapat dilakukan.
c. Istirahat
DIAGNOSA KEPERAWATAN
17
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan
Perubahan kontraktilitas miokardial/perubahan inotropik.
18
I. INTERVENSI KEPERAWATAN
Kriteria Hasil: RR
19
kelelahan 5. Monitor kualitas dari nadi
20
reflek batuk, Respiratory status : memaksimalkan ventilasi
penumpukan Airway patency 3. Identifikasi pasien perlunya
secret. Aspiration Control, pemasangan alat jalan nafas
Dengan kriteria hasil : buatan
Mendemonstrasikan 4. Pasang mayo bila perlu
batuk efektif dan suara 5. Lakukan fisioterapi dada jika
nafas yang bersih, tidak perlu
ada sianosis dan dyspneu 6. Keluarkan sekret dengan batuk
(mampu mengeluarkan atau suction
sputum, mampu bernafas 7. Auskultasi suara nafas, catat
dengan mudah, tidak ada adanya suara tambahan
pursed lips) 8. Lakukan suction pada mayo
Menunjukkan jalan nafas 9. Berikan bronkodilator bila perlu
yang paten (klien tidak 10. Berikan pelembab udara Kassa
merasa tercekik, irama basah NaCl Lembab
nafas, frekuensi 11. Atur intake untuk cairan
pernafasan dalam rentang mengoptimalkan keseimbangan.
normal, tidak ada suara 12. Monitor respirasi dan status O2
nafas abnormal)
Mampu
mengidentifikasikan dan
mencegah factor yang
dapat menghambat jalan
nafas
3. Gangguan Setelah dilakukan NIC :
pertukaran gas tindakan keperawatan Airway Management
berhubungan selama 3 x 24 jam, 1. Buka jalan nafas, gunakan
dengan edema pasien mampu : teknik chin lift atau jaw thrust
paru Respiratory Status : Gas bila perlu
exchange 2. Posisikan pasien untuk
Respiratory Status : memaksimalkan ventilasi
21
22
ventilation 3. Identifikasi pasien perlunya
Vital Sign Status pemasangan alat jalan nafas
Dengan kriteria hasil : buatan
Mendemonstrasikan 4. Pasang mayo bila perlu
peningkatan ventilasi dan 5. Lakukan fisioterapi dada jika
oksigenasi yang adekuat perlu
Memelihara kebersihan 6. Keluarkan sekret dengan batuk
paru paru dan bebas dari atau suction
tanda tanda distress 7. Auskultasi suara nafas, catat
pernafasan adanya suara tambahan
Mendemonstrasikan 8. Lakukan suction pada mayo
batuk efektif dan suara 9. Berikan bronkodilator bial perlu
nafas yang bersih, tidak 10. Berikan pelembab udara
ada sianosis dan dyspneu 11. Atur intake untuk cairan
(mampu mengeluarkan mengoptimalkan keseimbangan.
sputum, mampu bernafas 12. Monitor respirasi dan status O2
dengan mudah, tidak ada
pursed lips) Respiratory Monitoring
Tanda tanda vital dalam 1. Monitor rata – rata, kedalaman,
rentang normal irama dan usaha respirasi
2. Catat pergerakan dada,amati
kesimetrisan, penggunaan otot
tambahan, retraksi otot
supraclavicular dan intercostal
3. Monitor suara nafas, seperti
dengkur
4. Monitor pola nafas : bradipena,
takipenia, kussmaul,
hiperventilasi, cheyne stokes,
biot
5. Catat lokasi trakea
23
6. Monitor kelelahan otot
diagfragma (gerakan
paradoksis)
7. Auskultasi suara nafas, catat
area penurunan / tidak
adanya ventilasi dan suara
tambahan
8. Tentukan kebutuhan suction
dengan mengauskultasi crakles
dan ronkhi pada jalan napas
utama
9. Auskultasi suara paru setelah
tindakan untuk mengetahui
hasilnya
24
4. Kelebihan Tujuan: Fluid Management :
volume cairan
Setelah dilakukan asuhan 1. Kaji status cairan ; timbang
berhubungan
keperawatan selama berat badan,keseimbangan
dengan
3x24 jam volume cairan masukan dan haluaran, turgor
menurunnya
seimbang. kulit dan adanya edema
laju filtrasi
2. Batasi masukan cairan
glomerulus, Kriteria Hasil:
3. Identifikasi sumber potensial
meningkatnya NOC : Fluid Balance cairan
produksi ADH
Terbebas dari 4. Jelaskan pada pasien dan
dan retensi
edema, efusi, keluarga rasional pembatasan
natrium/air.
anasarka cairan
adanya dipsnea
Memilihar Hemodialysis therapy
a tekanan vena
1. Ambil sampel darah dan
25
sentral, tekanan meninjau kimia darah
kapiler paru, output (misalnya BUN, kreatinin,
jantung dan vital natrium, pottasium, tingkat
sign normal. phospor) sebelum perawatan
untuk mengevaluasi respon
thdp terapi.
2. Rekam tanda vital: berat badan,
denyut nadi, pernapasan, dan
tekanan darah untuk
mengevaluasi respon terhadap
terapi.
3. Sesuaikan tekanan filtrasi untuk
menghilangkan jumlah yang
tepat dari cairan berlebih di
tubuh klien.
4. Bekerja secara kolaboratif
dengan pasien untuk
menyesuaikan panjang dialisis,
peraturan diet, keterbatasan
cairan dan obat-obatan untuk
mengatur cairan dan elektrolit
pergeseran antara pengobatan
5. Intoleransi Setelah dilakukan NIC : Activity Therapy
aktivitas tindakan keperawatan 1. Kolaborasikan dengan Tenaga
berhubungan selama 3 x 24 jam, Rehabilitasi Medik
dengan pasien mampu : dalammerencanakan progran
kelemahan Energy conservation terapi yang tepat.
Activity tolerance 2. Bantu klien untuk
Self Care : ADLs mengidentifikasi aktivitas yang
Dengan Kriteria Hasil : mampu dilakukan
Berpartisipasi dalam 3. Bantu untuk memilih aktivitas
26
aktivitas fisik tanpa konsisten yang sesuai dengan
disertai peningkatan kemampuan fisik, psikologi dan
tekanan darah, nadi dan social
RR 4. Bantu untuk mengidentifikasi
Mampu melakukan dan mendapatkan sumber yang
aktivitas sehari hari diperlukan untuk aktivitas yang
(ADLs) secara mandiri diinginkan
5. Bantu untuk mendapatkan alat
bantuan aktivitas seperti kursi
roda, krek
6. Bantu untuk mengidentifikasi
aktivitas disukai
7. Bantu klien untuk membuat
jadwal latihan diwaktu luang
8. Bantu pasien/keluarga untuk
mengidentifikasi kekurangan
dalam beraktivitas
9. Sediakan penguatan positif bagi
yang aktif beraktivitas
10. Bantu pasien untuk
mengembangkan motivasi diri
dan penguatan
11. Monitor respon fisik, emoi,
social dan spiritual
27
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. KASUS
Kasus cardio :
Tn. O usia 75 tahun masuk rumah sakit dengan keluhan sesak nafas sejak
2 hari yang lalu dan nyeri dada menjalar hingga ke punggung. sesak
berkurang apabila klien tidur setengah duduk. sesak bertambah jika
beraktifitas, sesak dirasakan hilang timbul dan perasaan di timpa benda
berat. hasil tanda tanda vital tekanan darah 101/90 mmHg, nadi 90x/menit,
respirasi rate 28x/menit, suhu 36,1 OC. dilakukan pemeriksaan foto thorax
krdiomegali curiga dengan edema paru bronchopneumonia.
B. PENGKAJIAN
I. Identitas
A. Identitas Pasien
1) Nama inisial : Tn. O
2) No RM : 430556
3) Usia : 76 Tahun
4) Status perkawinan : Menikah
5) Pekerjaan : Petani
6) Agama : Islam
7) Pendidikan : SMP
8) Suku : Sunda
9) Alamat rumah : KP.Pareang Lio Rt 002/001
Mandalasari Cipatat Bandung Barat
10) Sumber biaya : BPJS
28
11) Tanggal masuk RS : 09 November 2021 (11.31)
12) Tanggal pengkajian : 09 November 2021
13) Diagnosa Medis : ADHF
B. Identitas Penanggungjawab
1) Nama : Ny. A
2) Umur : 56 Tahun
3) Hubungan dengan pasien : Anak
4) Pendidikan : SMA
5) Alamat : KP. Pareang Lio Rt 002/001
Mandalasari Cipatat Bandung Barat
29
30
d. Riwayat kesehatan keluarga
Genogram atau penyakit yang pernah diderita oleh anggota keluarga
yang menjadi faktor resiko, 3 generasi.
Pasien mengatakan bahwa dalam keluarganya ada yang
mempunyai penyakit yang sama yaitu ayahnya.
e. Riwayat psikososial dan spiritual
1. Support sistem terdiri dari dukungan keluarga, lingkungan,
fasilitas kesehatan terhadap penyakitnya.
Klien berhubungan baik dengan keluarga dan lingkungan
sekitarnya maupun di masyarakat.
2. Komunikasi terdiri dari pola interaksi sosial sebelum dan saat
sakit
Sebelum sakit: klien mengatakan mengikuti aktivitas
dilingkungan rumahnya dan bersosialisasi
Saat sakit: klien mengatakan berinteraksi dengan
keluarganya petugas kesehatan yang ada di rumah sakit
3. Sistem nilai kepercayaan sebelum dan saat sakit
Sebelum sakit: klien mengatakan selalu beribadah dan shalat
5 waktu
Setelah sakit: klien mengatakan melaksanakan sholat di
tempat tidur serta klien mengatakan bahwa sakit yang
dideritanya adalah cobaan.
f. Lingkungan
1. Rumah
Kebersihan : klien mengatakan rumahnya bersih
Polusi : klien mengatakan bahwa rumahnya jauh dari polusi
2. Pekerjaan
Kebersihan : klien mengatakan dirinya bekerja sebagai petani
dengan lingkungan yang sedikit kotor
31
Polusi : klien mengatakan lingkungan pekerjaannya bebas dari
polusi
Bahaya : klien juga mengatakan lingkungannya aman serta
bebas dari bahaya
32
teratur, gaya
hidup yang
Klien mengatakan tidak pernah
dijalankan.
mengalami kecelakan
Riwayat penyakit
sebelumnya
(penyakit,
pembedahan,
penyakit
kronis)
Hal yang
dilakukan untuk
menjaga
kesehatan
Perilaku untuk
mengatasi
masalah
kesehatan: diet,
latihan dan olah
raga, pengobatan.
Berpartisipasi
dalam perawatan
kesehatan
Sedang dalam
masa pengobatan
penyakit
(mendapatkan
obat-obatan)
Kecelakaan
(dirumah, kerja
dan berkendara)
33
2. Pola Nutrisi
a. Asupan Oral Oral
b. Frekuensi makan 3 X/hari 1/2 porsi
c. Nafsu makan Baik Buruk
d. Makanan tambahan Buah-buahan ,sayuran Biskuit regalal, roti
e. Makanan alergi Tidak ada alergi Tidak ada alergi
f. Perubahan BB dalam 3
2 kg Tidak ada
bulan terakhir
3. Pola Eliminasi
BAK
BAB
34
pencahat obat pencahat
Kemampuan 0 1 2 3 4
Perawatan Diri
Makan dan V
minum
Mandi V
Toileting V
Berpakaian V
Berpindah V
0: mandiri, 1: Alat bantu, 2: dibantu orang lain, 3: dibantu orang lain dan alat, 4: tergantung total.
35
a. Lama tidur 7-8 jam 3-4 jam
b. Waktu
Siang 1 jam 4 jam
Malam 8 jam 2jam
c. Kebiasaan sebelum tidur
Penggunaan obat tidur Tidak ada Tidak ada
Kegiatan lain Tidak ada Tidak ada
d. Kesulitan dalam tidur
Menjelang tidur Tidak ada Susah tidur karena
sesak
Sering terbangun
merasa karena
Sering terbangun Tidak lingkungan yang
kurang nyaman
selama di rawat
Merasa tidak
nyaman karena
Merasa tidak nyaman setelah
Tidak kurang tidur
bangun tidur
36
menyebutkan
waktu dengan
benar dan
menyebuitkan
orang-oraqn
disekitarnya
Persepsi dan manajemen dengan benar
nyeri (tingkat, lokasi, Tidak ada
waktu/durasi, karakteristik)
tidak ada
Mengidentifikasi Baik
kehilangan/perubahan yang
besar dalam hidup.
Baik
Pemeriksaan: Baik
37
disekitarnya
dengan benar
Test membaca dan berkomunikasi
Klien dapat
membaca papan
nama perawat
Klien mampu serta
membaca dengan baik berkomunikasi
dengan baik
Test hal yang baru dipelajari. Klien mampu
mempelajari hal-
hal baru dengan
Klien dapat baik
mempelajari hal-hal
baru dengan baik
Penampilan/keadaaan. … …
Tingkat kecemasan 3
(subjektive – skala 1-10),
4
(objektive – perubahan raut
muka, perubahan suara,
Identitas personal, Baik
Baik
menjelaskan tentang diri
sendiri.
Perubahan dalam tubuh Minim kegiatan Tidak ada
yang tidak dapat diterima. …
Masalah pada pasien.
38
kehilangan harapan. Klien merasa dihargai Klien merasa
Harga diri: penilaian diri dihargai
sendiri. Klien yakin
Klien berpandangan
Ancaman terhadap konsep bahwa
bahwa penyakitnya
diri: sakit, perubahan peran. penyakitnya akan
akan sembuh
sembuh dan
bukan suatu
ancaman baginya
Pemeriksaan:
39
sendiri keputusan yaitu
klien sendiri
Tidak
Berpartisipasi dalam
kegiatan sosial Tidak
Tidak
Apakah penyakit dapat
menyebabkan perubahan Tidak
yang sangat besar terhadap
pola peran dan hubungan. Klien merasa bahwa
Masalah dan/keprihatinan keluarganya selalu
dalam Keluarga memotivasi dirinya Klien mengatakan
bahwa keluarga
selalu
Klien membesarkan mendukungnya
anaknya dengan baik Klien
Pola membesarkan anak
membesarkan
anak-anaknya
Klien mempunyai dengan baik
hubungan yang baik Klien mempunyai
Hubungan dengan orang dengan keluarga hubungan yang
lain maupunn tetangga baik dengan orang
lainya lain
Klien merasa cukup Klien merasa
dengan kondisi cukup dengan
Merasa kecukupan akan
ekonominya kondisi
kondisi sosial ekonomi
ekonominya saat
(keuangan).
ini
Klien merasa bahwa Klien mengatakan
Merasa (terisolasi) oleh tetangganya sangat bahwa saat sakit
tetangga mendukung tetangganya
sekitar. mengunjunginyadi
rumah sakit
Pemeriksaan:
40
10.Seksualitas dan Reproduksi
41
Pemeriksaan:
Pemeriksaan genitalia, pa
42
Ketika mendapatkan masalah menangani setiap Baik, klien dapat
yang besar dalam hidup, masalah dengan baik menangani setiap
apakah dapat menanganinya? masalah dengan
klien tidak pernah baik
Persepsi tentang status mengalami kekerasan klien tidak
keamanan di rumah (episode fisik maupun emosional pernah
kekerasan fisik/emosional) mengalami
kekerasan fisik
maupun
emosional
43
pencegahan penyakit
Tidak nyeri Nyeri ringan Nyeri sedang Nyeri berat Sangat Nyeri Nyeri tak tertahan
□ 0-1 □ 2-3 4-5 □ 6-7 □ 8-9 □ 10
44
Status apakah pasien disorientasi? (salah Ya/ tidak Salah satu
mental menyebutkan waktu, tempat, atau jawaban ya = 14
orang)
apakah pasien mengalami agitasi? Ya/ tidak
(ketakutan, gelisah, dan cemas)
apakah pasien memakai kacamata? Ya/ tidak 0
Salah satu
Penglihatan apakah pasien mengeluh adanya Ya/ tidak jawaban ya = 1
penglihatan buram?
apakah pasien mempunyai glaukoma, Ya/ tidak
katarak, atau degenerasi makula?
apakah terdapat perubahan perilaku Ya/ tidak 0
Kebiasaan
berkemih? (frekuensi, urgensi, ya = 2
berkemih
inkontinensia, nokturia)
mandiri (boleh menggunakan alat 0 0
Transfer jumlahkan nilai
bantu jalan) transfer dan
(dari tempat
memerlukan sedikit bantuan (1 orang) 1 mobilitas. Jika
tidur ke
/ dalam pengawasan nilai total 0-3,
kursi dan
kembali ke memerlukan bantuan yang nyata (2 2 maka skor = 0.
tempat orang) jika nilai total 4-
tidur) tidak dapat duduk dengan seimbang, 3 6, maka skor = 7
perlu bantuan total
mandiri (boleh menggunakan alat 0
Mobilitas bantu jalan)
berjalan dengan bantuan 1 orang 1
(verbal / fisik)
menggunakan kursi roda 2
Imobilisasi 3
Total skor 0
Keterangan skor:
45
Warna rambut hitam terdapat uban, tidak terdapat ketombe, tidak
ada kerontokan,
JVP tidak meningkat, kelenjar tiroid tidak membesar, tidak ada nyeri
saat menelan.
46
jantung paru adanya pembesaran dan cairan, Palpasi jantung paru adanya
nyeri tekan.
Bentuk dada Asimetris, pernapasan lebih cepat 28x/menit, tidak ada
retraksi otot dada, tidak ada benjolan atau pembengkakan, adanya
nyeri pada dada sebelah kiri , irama nafas tidak teratur, suara
perkusi sonor , terpasang alat bantu pernafasan nasal kanul 4 liter,
tidak ada pembesaran jantung paru dan tidak ada cairan, suara nafas
rochi, paru kanan dullnes, suara nafas tachypne.
47
Bentuk simetris, tidak ada pembengkakan, akral hangat, tidak ada
luka, CRT kurang dari 3detik, tidak ada nyeri pada sendi dan tulang
tidak menggunakan alat bantu.
5 5 kekuatan otot.
5 5
48
II. Penatalaksanaan medis
1) Jelaskan tindakan medis yang sudah dilakukan contohnya operasi,
pemasangan alat invasif, dll) :
pemasangan infus
2) Pemberian obat dan jelaskan nama, dosis, cara, rute dan tujuan. :
infus Ringer Laktat (500cc/24 jam) : untuk memenuhi kebutuhan
cairan
furosemide 2x2 ampul per iv : untuk mengeluarkan kelebihan
cairan dari dalam tubuh melalui urine
candesartan 1x8 mg peroral : untuk mengobati tekanan darah tinggi
amlodipine 1x5 mg tab peroral : untuk mengobati tekanan darah
tinggi
spironolactone 1x25mg : untuk menurunkan tekanan darah pada
hipertensi dan obat ini juga dapat digunakan dalam pengobatan
gagal jantung.
alprazolam 1x1 tab peroral : untuk mengatasi gangguan kecemasan
B. ANALISA DATA
49
Sesak nafas
Metabolisme anaerob
Merangsang hipotalamus
Nyeri akut
50
badan terasa lemas
- klien mengatakan
susah untuk berjalan Penurunan curah jantung
- klien mengatakan
aktivitas di bantu
keluarga
DO : Gagal pentrikel kiri
- pasien tampak
berbaring, aktivitas
dilakukan ditempat Penurunan suplai 02 kejaringan
tidur
- terpasang infus
ditangan kiri
Mudah Lelah dan letih
Intoleransi aktivitas
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
51
D. INTERVENSI KEPERAWATAN
DIAGNOSA PERENCANAAN
NO
KEPERAWATAN TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
1. Pola nafas tidak efektif b.d Setelah dilakukan tindakan 1. monitor status 1. untuk mengetahui status
gangguan neuromuskular keperawatan 3x24 jam pola respirasi dan oksigenasi
nafas tidak efektif teratasi oksigenasi 2. untuk membebaskan jalan
2. pertahankan nafas
dengan kriteria hasil :
kepatenan jalan nafas 3. Membantu mempercepat
1. Respirasi dalam batas 3. Atur posisi klien penyembuhan
normal (18x/menit) (semi fowler) 4. untuk memenuhi kebutuhan
2. Tidak ada bunyi nafas 4. berikan terapi oksigenasi
tambahan oksigenasi sesuai
3. Pengembanagan dada kebutuhan
simstris
2. Nyeri akut b.d agen pencedera Setelah dilakukan tindakan 1. kurangi faktor 1. dengan berkurang nyeri
fisiologis keperawatan 3x 24 jam masalah presipitasi nyeri pencetus maka pasien tidak
keperawatan nyeri akut teratasi 2. kaji skala nyeri merasa nyeri
3. monitor TTV 2. untuk mengetahui tingkat
dengan kriteria hasil :
4. ajarkan Teknik nyeri yang dirasakan klien
1. mampu mengontrol relaksasi nafas dalam 3. untuk mengetahui keadaan
nyeri (tahu penyebab 5. tingkatka relaksasi umum klien dan untuk
sakit, mampu menentukan intervensi
menggunakan Teknik selanjutnya
non parfatika untuk 4. meningkatkan relaksasi
mengurangi nyeri terfokus kembali perhatian
52
2. mampu mengenali nyeri dan meningkatkan koping
3. TTV dalam batas normal 5. menurunkan penegangan
otot
3. Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan tindakan 1. kaji keterbatasan 1. untuk menentukan batas
keperwatan 2x24 jam gerak sendi gerakan
diharapkan klien meningkatkan 2. kaji motivasi klien 2. untuk meningkatkan
untuk motivasi yang tinggi dari
aktivitas dengan kriteria hasil
memperahankan klien
1. mampu meningkatkan pergerakan sendi 3. agar dapat memberikan
aktivitas sehari-hari 3. monitor lokasi motivasi yang tepat
secara mandiri ketidak nyamanan 4. membantu mobilitas
2. pasien tampak segar 4. bantu klien 5. mempercepat
3. mempertahankan berjalan kesembuhan klien
kekuatan otot 5. anjurkan
4. mempertahankan melakukan Rom
fleksibilitas aktif dan pasif
53
E. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
10.15 wib
1. mempertahankan kepatenan jalan
nafas 1. pasien mengikuti
2. memonitor status respirasi dan arahan
oksigenasi 2. SPO2 97 %
3. memberikan oksigenasi RR 21 x/ menit
Jumat, 12-11-2021
3. nasal kanul RPM
12.00
54
13.00
14.00
TD: 120/80
12.00 Rr : 21 x/ menit
55
12.30
Intoleransi aktifitas Kamis, 11-11-2021 1. Mengkaji keterbatasan gerak sendi 1. klien tampak lemas,
2. Mengkaji motivasi klien untuk mampu mengangkat kedua
12.00 wib mempertahankan pergerakan sendi tangan dan kaki kurang
3. Memonitor lokasi ketidak nyamanan dari 2 menit
12.10 wib 4. Menganjurkan melakukan rom aktif 2. klien mengatakan sudah
dan pasif melakukan aktivitas untuk
12.15 wib menggerakan sendi
3. klien masih merasakan
ketidak nyamanan masih
terasa nyari di dada
4. pasien sudah melakukan
gerakan
56
12.00
13.00
14.00
57
F. CATATAN PERKEMBANGAN
Jumat, 12-11 S:
2021 Klien mengatakan sesak tidak ada
14: 00 wib O:
Bernafas normal Rr 21x/ menit
A:
Pola nafas tidak epektif teratasi
P:
Hentikan intervensi
TD: 120/80
N : 73X/ menit
Rr : 21 x/ menit
A:
Masalah teratasi sebagian
P:
1
Lanjutkan intervensi
2
Nyeri akut Jumat, 12-11 S:
2021 Klien mengatakan sudah tidak nyeri
14:00 wib dan merasa nyaman
O:
Skala nyeri 3 (0-10)
TD: 120/70
N : 81 X/ menit
Rr : 22x/ menit
A:
Nyeri akut teratasi
P:
Interpensi di hentikan
Intoleransi Kamis, 11 - S:
aktifitas 11-2021 Klien mengatakan masih lemas
14:00 wib O:
Pasien tampak berbaring di tempat
tidur
A: masalah teratasi sebagian
P: lanjutkan intervensi
Jumat, 12-11 S:
2021 Klien mengatakan sudah tidak
14 : 00 wib lemas lagi
O: pasien tampak duduk di tempat
tidur dan beraktivitas
A: masalah teratasi
P : intervensi di hentikan
3
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Penulis berharap agar pembaca tidak hanya terpaku pada
makalah ini tetap mencari sumber lain untuk mendapat wawasan yang
lebih luas. Mohon maaf apabila dalam penulisan makalah ini masih
banyak kekurangan.
4
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/14172203/
LAPORAN_PENDAHULUAN_ASUHAN_KEPERAWATAN_ACUTE_DEC
OMPENSATED_HEART_FAILURE (diakses tanggal 12 November 2021
pukul 20.30 WIB)
https://www.academia.edu/17238032/
LAPORAN_PENDAHULUAN_AD HF (diakses tanggal 12 November 2021
pukul 20.30 WIB)
5
6