SYOK KARDIOGENIK
OLEH KELOMPOK 9:
PRODI S1-KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH SURABAYA
TAHUN AJARAN 2014 – 2015
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan atas karunia dan
rahmatnya sehingga penulis mampu menyelesaikan makalah ini tepat pada
waktunya.
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas kelompok mata
kuliah Keperawatan Gawat Darurat yang berjudul “Makalah Keperawatan Gawat
Darurat 1: Syok Kardiogenik”
Dalam makalah ini kami mengulas mengenai penjabaran mulai dari definisi,
macam, dan elemen dari rancangan penelitian. Dalam penyelesaian makalah ini,
kami mendapatkan bantuan serta bimbingan dari beberapa pihak. Oleh karena itu,
sudahsepantasnyajika kami mengucapkan banyak terima kasih.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Karena itu
kami mengharapkan adanya saran dan kritik yang bersifat membangun demi
perbaikan makalah mendatang. Harapan kami semoga makalah ini bermanfaat dan
memenuhi harapan berbagai pihak. Amin.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................2
1.3 Tujuan.........................................................................................................2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................3
2.1 Definisi Syok Kardiogenik.........................................................................3
2.2 Klasifikasi Syok Kardiogenik....................................................................3
2.3 Etiologi Syok Kardiogenik.........................................................................4
2.4 Patofisiologi Syok Kardiogenik.................................................................4
2.5 Penatalaksanaan Medis Syok Kardiogenik................................................5
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN SYOK KARDIOGENIK....6
3.1 Pengkajian ..................................................................................................6
3.1.1 Pengkajian Primer.............................................................................6
3.1.2 Pengkajian Sekunder........................................................................6
3.2 Diagnosa Keperawatan..............................................................................6
3.3. Intervensi Keperawatan..............................................................................7
BAB 4 ANALISIS JURNAL...................................................................................8
BAB 5 PENUTUP..................................................................................................14
5.1 Simpulan...................................................................................................14
5.2 Kritik & Saran...........................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
Rata-rata kematian dengan syok kardiogenik sangatlah tinggi yaitu 50 – 80
%. Patofisiologi dari syok juga menjalar ke bawah: iskemik menyebabkan
disfungsi miokard, dimana membuat iskemik menjadi lebih buruk. Area yang
tidak berfungsi tapi miokardium aktif dapat juga mengakibatkan atau terlibat
pada penyebaran syok kardiogenik. Kunci untuk mendapatkan hasil yang baik
adalah pendekatan yang bertahap dengan diagnosis yang cepat dan inisiasi
untuk terapi mempertahankan tekanan darah dan cardiac output.
Revaskularisasi cepat koroner sangat penting untuk diperhatikan. Ketika
terjadi, katerisasi jantung darurat dan revaskularisasi dengan angioplasti atau
operasi koroner tampaknya meningkatkan kelangsungan hidup dan mewakili
standar terapi sekarang. Di rumah sakit tanpa kemampuan angioplasti,
stabilisasi dengan IABP dan trombolisis yang dibarengi dengan perpindahan
ke fasilitas kesehatan tersier bisa menjadi pilihan terbaik (Hollenberg, 1999).
1.3 Tujuan
1.3.1 Mengetahui definisi Syok Kardiogenik.
1.3.2 Mengetahui klasifikasi Syok Kardiogenik
1.3.3 Mengetahui etiologi Syok Kardiogenik
1.3.4 Memahami patofisiologi Syok Kardiogenik
1.3.5 Mengetahui penatalaksanaan medis pada Syok Kardiogenik
1.3.6 Mengetahui Asuhan Keperawatan yang diberikan pada klien Syok
Kardiogenik
2
1.4
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
4
2.2.3 Tahap III, refrakter (irreversible), ditandai dengan keruakan sel
yang hebat tidak dapat lagi dapat dihindari, yang pada akhirnya
menuju kematian.
5
pompa dan tidak mampu menyediakan curah jantung yang memadai untuk
mempertahankan perfusi jaringan. Maka dimulailah siklus yang terus
berulang. Siklus dimulai dengan terjadinya infark yang berlanjut dengan
gangguan fungsi miokardium (Muttaqin, 2009).
Kerusakan miokardium baik iskemia dan infark pada miokardium
mengakibatkan perubahan metabolisme dan terjadiasidosis metabolik pada
miokardium yang berlanjut pada gangguan kontraktilitas miokardium yang
berakibat pada penurunan volume sekuncup yang dikeluarkan ventrikel.
Gangguan fungsi miokardium yang berat akan menyebabkan menurunnya
curah jantung dan hipotensi arteria. Akibat menurunnya perfusi koroner
yang lebih lanjut akan meningkatkan hipoksia miokardium yang bersiklus
ulang pada iskemia dan kerusakan miokardium ulang. Dari siklus ini dapat
ditelusuri baha siklus syok kardiogenik ini harus diputus sedini mungkin
untuk menyelamatkan miokardium ventrikel kiri dan mencegah
perkembangan menuju tahap irreversible dimana perkembangan kondisi
bertahap akan menuju pada aritmia dan kematian (Muttaqin, 2009).
6
Inotropik, seperti milrinon, vasokontriktor, analgesik, deiuretik
osmotik, dan vasodilator seperti notrogliserin untuk mengatasi
penyabab. (Springhouse, 2009)
2.6.3 Pemantauan Enzim dan EKG
Enzim-enzim antung diukur dan EKG 12-lead dilakukan setiap hari
untuk mengkai tingkat kerusakan miokardium.
7
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN SYOK KARDIOGENIK
3.1 Pengkajian
3.1.3 Pengkajian Primer
1. Airway: penilaian akan kepatenan jalan napas, meliputi pemeriksaan
mengenai adanya obstruksi jalan napas, adanya benda asing. Pada
klien yang dapat berbicara dapat dianggap jalan napas bersih.
Dilakukan pula pengkajian adanya suara napas tambahan seperti
snoring.
2. Breathing: frekuensi napas, apakah ada penggunan otot bantu
pernapasan, retraksi dinding dada, adanya sesak napas, kaji adanya
suara napas tambahan seperti ronchi, wheezing, dan kaji adanya
trauma pada dada.
3. Circulation: dilakukan pengkajian tentang volume darah dan cardiac
output serta adanya perdarahan. Pengkajian juga meliputi status
hemodinamik, warna kulit, nadi.
4. Disability: nilai tingkat kesadaran, serta ukuran dan retraksi pupil.
8
3.2.4 Kelebihan volume cairan b.d meningkatnya produksi ADH dan retensi
natrium/air.
9
3. Pertahankan posisi duduk semifowler
10
4. Berat badan stabil
5. Tidak ada edema
Intervensi:
1. Pantau/hitung haluaran dan masukan cairan setiap hari
2. Kaji adanya distensi jugularis
3. Ubah posisi
4. Auskultasi bunyi napas, catat adanya krekels, mengi,
5. Pantau status hemodinamik
6. Berikan obat diuretik sesuai indikasi
11
BAB 4
ANALISIS JURNAL TERKAIT
4.1 Abstrak
Latar Belakang Penyebab utama kematian pada pasien infark miokard akut
yang dirawat inap adalah syok kardiogenik. Kami melakukan uji coba
secara acak untuk mengevaluasi adanya revaskularisasi dini pada pasien
dengan syok kardiogenik.
Metode Pasien dengan syok karena adanya gagal ventrikel kiri komplikasi
infark miokard secara acak ditetapkan sebagai revaskularisasi darurat (152
pasien) atau stabilisasi medis awal (150 pasien). Revaskularisasi dapat
dicapai dengan bypass grafting koroner-arteri atau angioplasty. Balon intra
aortic konterpulsasi diberikan pada 86 persen pasien pada kedua kelompok.
Pada hasil akhir awal menunjukkan mortalitas dari semua penyebab dalam
30 hari. Kelangsungan hidup dalam 6 bulan adalah hasil akhir kedua.
Hasil Rata-rata (+SD) usia dai parsien adalah 67 tahun, t32 persen wanita,
55 persen ditransfer dari rumah sakit yang lain. Waktu rata-rata pada onset
syok pertama adalah 5,6 jam setelah infark, dan kebanyakan infark berlokasi
di anterior. 97 persen pasien sudah menjalani revaskularisasi dengan
angioplasti koroner dini, dan 87 persen sudah mendapatkan revaskularisasi;
hanya 2,7 persen pasien yang menjalani terapi medis pindah ke
revaskularisasi dini tanpa indikasi klinis. Secara keseluruhan kematian pada
30 hari tidak berbeda secara siginifkan antara grup revaskularisasi dan terapi
medis (46,7 persen dan 56 persen, secara berturut-turut, —9,3 persen; 95
persen perbedaan interval, —20,5 ke 1,9 persen; P=0,11). Kematian dalam 6
bulan lebih rendah pada grup revaskularisasi dripada terapi medis. (50,3
persen dibanding 63,1 persen, P=0,027).
Kesimpulan Pada pasien syok kardiogenik, revaskularisasi emergency tidak
serta merta mengurangi kematian secara keseluruhan dalam 30 hari.
Bagaimanapun, setelah 6 bulan ada keuntungan yang signifikan.
Revaskularisasi dini dengan infark miokar akut berkomplikasi dengan syok
kardiogenik.
12
4.2 Judul
4.2.1 Asli : Predictors of 30-day Mortality and Outcome in Cases of
Myocardial Infarction ith Cardiogenic Shock Treated by
Extracorporeal Life Support
4.2.2 Terjemahan: Prediksi Mortalitas 30 Hari dan Hasil dari Kasus
Infark Miokard dengan Syok Kardiogenik Diobati dengan
Extracorporeal Life Support
4.3 Pengarang
Demondion, Pierre, dkk.
4.5 Publisher
European Journal of Cardio-Thoracic Surgery
13
4.8 Desain penelitian
Kohort retrospektif
4.9 Populasi
Sebanyak 745 pasien di tempat kami yang telah menerima extracorporeal
life support.
4.10 Sampel
Sebanyak 77 pasien yang wajib melakukan extracorporeal life support untuk
infark miokard akut dan syok kardiogenik.
14
Variabel dengan nilai P<0,05 pada langkah pertama dimasukkan ke regresi
logistik untuk langkah kedua.
15
BAB 5
PENUTUP
5.1 SIMPULAN
Syok kardiogenik terjadi ketika kemampuan jantung untuk berkonstraksi
dan memompa darah terganggu dan suplai oksigen tidak memadai bagi
jantung dan jaringan tubuh. Penyebabnya lebih banyak bersifat koroner. Ada
tiga klasifikasi syok kardiogenik, non progresif, profresif dan rekfrakter. Syok
ini bisa diberi terapi, yaitu secara oksige, farmakologi, enzim dan EKG, atau
angioplasti seperti disebutkan di jurnal.
Diagnosa yang didapati di syok kardiogenik adalah ketidak efektifan
bersihan jalan nafas, kerusakan pertukaran gas, dan penurunan curah jantung,
serta kelebihan volume cairan.
16
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2010. Keperawatan Medikat Beda Ed 12. Jakarta: EGC
Corporation, Springhouse. Alih bahasa: Kimberly A. J. 2009. Kapita Selekta
Penyakit dengan Implikasi Keperawatan. Jakarta: EGC
Demondion, Pierre, dkk. 2014. Predictors of 30-day Mortality and Outcome in
Cases of Myocardial Infarction ith Cardiogenic Shock Treated by
Extracorporeal Life Support.http://www.nejm.org/doi/full/10.1056/nejm1
99908263410901. Diakses 3 Nopember 2015.
Muttaqin, Arif. 2009. Pengantar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Sistem Kardivaskular. Jakarta: Salemba Medika.
17