Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

SHOCK KARDIOGENIK

DISUSUN OLEH
KELOMPOK 8 :
NI MADE SARIYANI
SARAH RUIMASSA
NIKITA RORIMPANDEY
VEBRINA LANTANG
VAHDINI TRI BASTIAN
DODDY WURANGIAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MANADO


JURUSAN KEPERAWATAN
T.A 2018

1
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur di panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas berkat
dan tuntunan-Nya yang Ia berikan sehingga tugas modul ini dapat diselesaikan
dengan baik. Adapun tujuan penulisan tugas ini untuk memenuhi tugas
Kegawatdaruratan Kardiovaskuler dan juga memberikan informasi tentang apa
dan bagaimana Shock Kardiogenik dan juga bagaimana cara pengobatan dan cara
pencegahannya. Sebagai manusia yang tak sempurna, kami menyadari adanya
kekurangan dan kesalahan,dalam penulisan tugas ini. Untuk itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna kesempurnaan tugas ini.

Manado, Juli 2018

Penyusun

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………………….

A. Latar belakang ……………………………………………………….……


B. Rumusan Masalah…………………………………………………………
C. Tujuan ……………………………………………………………….…....

BAB II PEMBAHASAN ………………………………………………………...

A. Pengertian Syok Kardiogenik……………………………………………..


B. Etiologi Syok Kardiogenik………………………………………………...
C. Patofisiologi Syok Kardiogenik……………………………………….......
D. Tanda dan Gejala…………………………………………………………..
E. Komplikasi ………………………………………………………………..
F. Pemeriksaan Penunjang……………………………………………………
G. Penatalaksanaan……………………………………………………………

BAB III PENUTUP ………………………………………………………………

A. Kesimpulan ………………………………………………………………
B. Saran ……………………………………………………………………..

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I

PENDAHULAN

A. Latar Belakang
Seseorang dikatakan syok bila terdapat ketidakcukupan perfusi oksigen dan
zat gizi ke sel- sel tubuh. Kegagalan memperbaiki perfusi menyebabkan
kematian sel yang progressif, gangguan fungsi organ dan akhirnya kematian
penderita (Boswick John. A, 2007).

Kardiogenik syok merupakan syok yang disebabkan kegagalan jantung,


metabolisme miokard. Apabila lebih dari 40% miokard ventrikel mengalami
gangguan, maka akan tampak gangguan fungsi vital dan kolaps
kardiovaskular. Perkiraan terbaru kejadian syok kardiogenik antara 5%-10%
dari pasien dengan infark miokard. Perkiraan yang tepat sulit karena pasien
yang meninggal sebelum mendapat perawatan di rumah sakit tidak mendapat
diagnosa.

Dalam membandingkan monitoring awal dan agresif dapat meningkatkan


dengan jelas insiden syok kardiogenik. Insiden kardiogenik syok 7,2% yakni
sebuah rata-rata yang ditemukan pada percobaan trombolitik multisenter yang
lain . Kebanyakan penyebab dari kardiogenik syok adalah infark miokard
akut, walaupun infark yang kecil pada pasien dengan sebelumnya mempunyai
fungsi ventrikel kiri yang membahayakan bisa mempercepat shock. Syok
dengan onset yang lambat dapat menjadi infark, reocclusi dari sebelumnya
dari infark arteri atau dekompensasio fungsi miokardial dalam zona noninfark
yang disebabkan oleh metabolik abnormal. Itu penting untuk mengenal area
yang luas yang tidak berfungsi tetapi miokardium viable dapat juga menjadi
penyebab atau memberikan kontribusi untuk terjadinya perkembangan
kardiogenik syok pada pasien setelah mengalami infark miokard (Hollenberg,
2003).

4
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian dari syok kardiogenik?
2. Apa penyebab dari syok kardiogenik?
3. Apa tanda dan gejala syok kardiogenik?
4. Bagaimana patofisiologi dari syok kardiogenik?
5. Bagaimana komplikasi dari syok kargiogenik?
6.

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan keperawatan gawat darurat
pada pasien dengan syok kardiogenik.
2. Tujuan Khusus
Setelah menyusun asuhan keperawatan kasus gawat darurat diharapkan
mahasiswa mampu:

- Mengidentifikasi pengertian syok kardiogenik


- Mengidentifikasi penyebab syok kardiogenik
- Mengidentifikasi masalah potensial pasien dengan syok kardiogenik
- Mengidentifikasi kebutuhan segera pada pasien dengan syok
kardiogenik

- Membuat prioritas masalah pasien dengan syok kardiogenik


- Melakukan intervensi, implementasi serta evaluasi pasien dengan syok
kardiogenik

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Syok Kardiogenik


Defenisi Syok merupakan sindrom gangguan patofisiologik berat yang
berhubungan dengan metabolisme seluler yang abnormal, yang umumnya
disebabkan oleh perfusi jarigan yang buruk. Disebut juga kegagalan sirkulasi
perifer yang menyeluruh dengan perfusi jaringan yang tidak adekuat
(Tjokronegoro, A., dkk, 2010).

Kardiogenik syok adalah keadaan menurunnya cardiac output dan terjadinya


hipoksia jaringan sebagai akibat dari tidak adekuatnya volume intravaskular.
Kriteria hemodiamik hipotensi terus menerus (tekanan darah sistolik < 90
mmHg lebih dari 90 menit) dan bekurangnya cardiac index (<2,2/menit per
m2) dan meningginya tekanan kapiler paru (>15 mmHg). Sebagian besar
disebabkan oleh infark miokardial akut (Hollenberg, 2014).

Syok kardiogenik adalah suatu sindroma yang diakibatkan oleh gangguan


sirkulasi, akibat utama dari aktivitas pompa jantung yang lemah. Biasanya
terjadi secara tiba-tiba dan mengakibatkan efek yang sangat besar terhadap
organ-organ vital (Eliastam et al., 1998 dalam Muttaqin 2010).

Syok kardiogenik merupakan keadaan gawat darurat jantung yang menuntut


penatalaksanaan cepat dan tepat. Syok ini dapat timbul akibat infak miokard
akut (IMA) atau sebagai fase terminal beberapa penyakit jantung lainnya.
Syok kardiogenik adalah kelainan jantung primer yang mengakibatkan
perfusi jaringan tidak cukup untuk mendistribusi bahan-bahan makanan dan
pengambilan sisa-sisa metabolik tubuh. Darisegi hemodinamik ayok
kardiogenik adalah kelainan jantung primer yang mengakibatkan hal-hal
berikut:
a. Tekanan arterial sistolik < 90 mmHg (hipotensi absolut) atau paling tidak
60 mmHg dibaah tekanan basal (hipotensi relatif).

6
b. Gangguan aliran darah ke organ-organ penting (kesadaran menurun,
vasokonstriksi perifer, oliguria (urine < 30 ml/jam).
c. Tidak adanya gangguan pre-load atau proses non-miokardial sebagai
etiologi syok (artimia, asidosid atau antidepresan jantung secara
farmakologik maupun fisiologik).
Adanya gangguan miokardial primer secara klinik dan laboratorik
(Mayoclinic, 2014).

B. Etiologi
A. Etiologi
Syok kardiogenik biasanya disebabkan oleh karena gangguan mendadak
fungsi jantung atau akibat penurunan fungsi kontraktil jantung kronik. Secara
praktik syok kardiogenik timbul karena gangguan mekanik atau miopatik,
bukan akibat elektrik primer.
Etiologi syok kardiogenik:
1. Gangguan kontraktilitas miokardium.
2. Disfungsi ventrikel kiri yang berat yang memicu terjadinya kongesti paru
dan/atau hipoperfusi iskemik.
3. Infark miokard akut (AMI).
4. Komplikasi dari infark miokard akut, seperti: ruptur otot papillary, ruptur
septum, atau infark ventrikel kanan, dapat mempresipitasi
(menimbulkan/mempercepat) syok kardiogenik pada pasien dengan infark-
infark yang lebih kecil.
5. Valvular stenosis.
6. Myocarditis (Inflamasi miokardium, peradangan otot jantung).
7. Cardiomyopathy (Myocardiopathy, gangguan otot jantung yang tidak
diketahui penyebabnya).
8. Trauma jantung.
9. Temponade jantung akut.
10. Komplikasi bedah jantung

7
C. Patofisiologi
Tanda dan gejala syok kardiogenik mencerminkan sifat sirkulasi
patofisiologi gagal jantung. Kerusakan jantung mengakibatkan penurunan
curah jantung, yang pada gilirannya menurunkan tekanan darah arteria ke
organ-organ vital. Aliran darah ke arteri koroner berkurang, sehingga
asupan oksigen ke jantung menurun, yang pada gilirannya meningkatkan
iskemia dan penurunan lebih lanjut kemampuan jantung untuk memompa,
akhirnya terjadilah lingkaran setan.
Tanda klasik syok kardiogenik adalah tekanan darah rendah, nadi cepat
dan lemah, hipoksia otak yang termanifestasi dengan adanya konfusi dan
agitasi, penurunan haluaran urin, serta kulit yang dingin dan lembab
Disritmia sering terjadi akibat penurunan oksigen ke jantung.seperti pada
gagal jantung, penggunaan kateter arteri pulmonal untuk mengukur
tekanan ventrikel kiri dan curah jantung sangat penting untuk mengkaji
beratnya masalah dan mengevaluasi penatalaksanaan yang telah dilakukan.
Peningkatan tekanan akhir diastolik ventrikel kiri yang berkelanjutan
(LVEDP = Left Ventrikel End Diastolik Pressure) menunjukkan bahwa
jantung gagal untuk berfungsi sebagai pompa yang efektif.

D. Tanda dan Gejala


Timbulnya syok kardiogenik dalam hubungan dengan infark miokard akut
dapat dikategorikan dalam:
a. Timbul tiba-tiba dalam waktu 4-6 jam setelah infark akibat gangguan
miokard masif atau ruptur dinding ventrikel kiri.
b. Timbul secara perlahan dalam beberapa hari sebagai akibat dari infark
yang berulang.
c. Timbul tiba-tiba 2 hingga 10 hari setelah infark disertai timbulnya nising
mitral sistolik, ruptur septum atau disosiasi elektromekanik. Episode ini
daoat disertai atau tanpa nyeri dada, tapi sering disertai dengan sesak napas
akut.

Keluhan nyeri dada pada IMA biasanya di daerah substernal, rasa seperti
ditekan, diperas, seperti diikat, rasa dicekik. Rasa nyeri menjalar ke leher,
rahang, lengan, dan punggung, nyeri biasanya hebat, ebrlangsung lebih dari ½
jam, tidak menghilang dengan obat-obatan nitrat. Syok kardiogenik yang

8
berasal dari penyakit jantung lainnya, keluhannya sesuai dengan penyakit
dasarnya (Eliastam et al., 1998 dalam Muttaqin 2010).

Kekurangan oksigen pada otak, ginjal, kulit, dan bagian tubuh lainnya akan
menimbulkan tnda dan gejala syok kardiogenik. Bebarapa tanda gejala
dibawah ini biasanya timbul dua atau lebih ttanda gejala, yaitu:
a. Penurunan kesadaran sampai kehilangan kesadaran
b. Denyut jantung yang tiba-tiba cepat
c. Diaforesis
d. Kulit pucat
e. Nadi lemah
f. Napas cepat
g. Penurunan atau tidak ada produksi urin
h. Tangan dan kaki dingin
(National Heart, Lung, and Blood Institute, 2011)

Menurut Mubin (2010), diagnosis syok kardiogenik adalah berdasarkan


1) Keluhan Pokok
• Oliguri (urin < 20 mL/jam).
• Mungkin ada hubungan dengan IMA (infark miokard akut).
• Nyeri substernal seperti IMA.
2) Tanda Penting
• Tensi turun < 80-90 mmHg
• Takipneu dan dalam
• Takikardi
• Nadi cepat
• Tanda-tanda bendungan paru: ronki basah di kedua basal paru
• Bunyi jantung sangat lemah, bunyi jantung III sering terdengar
• Sianosis
• Diaforesis (mandi keringat)
• Ekstremitas dingin
• Perubahan mental

9
3) Kriteria
Adanya disfungsi miokard disertai :
• Tekanan darah sistolis arteri < 80 mmHg.
• Produksi urin < 20 mL/jam.
• Tekanan vena sentral > 10 mmH2O
• Ada tanda-tanda: gelisah, keringat dingin, akral dingin, takikardi
(Mubin, 2010).

E. Komplikasi
Syok kardiogenik merupakan penyebab kematian tersering pada infark
miokard akut. Tanpa penanganan yang agresif dan ahli yang
berpengalaman, mortalitas syok kardiogenik mencapai 70-90%. Kunci
untuk mencapai prognosis yang baik adalah, diagnose yang cepat, terapi
suportif sesegera mungkin, serta revaskularisasi arteri koroner secara tepat
pada pasien yang mengalami iskemik dan infark miokard. Mortalitas pasien-
pasien yang dirawat inap secara keseluruhan mencapai 57%. Pasien dengan
usia >75 tahun, mortalitas 64,1%. Mortalitas syok kardiogenik yang
disebabkan STEMI dan NSTEMI adalah sama. Infark yang melibatkan
ventrikel kanan memiliki prognosis yang lebih buruk. Prognosis pasien-
pasien yang berhasil selamatt dari syok kardiogenik belum diteliti dengan
baik namun mungkin lebih baik jika penyebab yang mendasarinya berhasil
dikoreksi dengan tepat.

Namun penelitian terbaru menunjukkan mortalitas syok kardiogenik di era


modern saat ini ≈ 50%. Faktor-faktor yang mempengaruhi prognosisnya
antara lain: usia, tanda-tanda klinis hipoperfusi perifer, kerusakan organ
anoksik, LVEF, serta kemamuan pompa jantung.

Komplikasi kardiogenik syok antara lain: kardiopulmonari arrest, disritmia,


gagal ginjal, gagal organ multipel, aneurisma ventricular, tromboembolik,
stroke, kematian. Prediktor mortalitas dapat diidentifikasi berdasarkan trial
GUSTO-I yakni : usia, riwayat infark miokard sebelumnya, perubahan

10
kesadaran, kulit yang basah dan dingin serta oliguria. Temuan
echocardiogram sepert fraksi ejeksi ventrikular kiri, regurgitasi mitral,
merupakan predictor independen terhadap mortalitas. EF < 28% memilki
persentase keselamatan 24% dalam 1 tahun, sedangkan EF > 28% persentase
keselamatannya dalam setahun mencapai 56%. Regurgitasi mitral sedang-
berat memiliki persentase keselamatan dalam 1 tahun sebesar 31% sedangkan
tanpa regurgitasi mitral, persentase keselamatannya mencapai 58%. Dalam
SHOCK trial, mortalitas syok kardiogenik sangat menurun dengan tindakan
revaskularisasi yang cepat dibandingkan dengan yang tidak ( 38% vs 70%).

Komplikasi yang bisa terjadi akibat dari syok kardiogenik adalah:


 Gagal ginjal
 Kerusakan hati
 Stroke
(National Heart, Lung, and Blood Institute, 2011)

F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan diagnostik yang dilakukan langkah pertama dalam mendiagnosa
syok kardiogenik adalah dengan mengidentifikasi apakah pasien tersebut
benar-benar dalam keadaan syok. Pada waktu tersbut, penatalaksanaan
emergensi harus segera dilakukan. Kemduian diidentifikasi penyebab syok
tersebut. Jika penyebab terjadinya syok karena jantung tidak dapat memompa
darah secara adekuat, berarti diagnosisnya merupakan syok kardiogenik.
Prosedur untuk mendiagnosa syok dan penyebabnya adalah:
a. Pemeriksaan tekanan darah
Pemeriksaan tekanan darah dilakukan untuk mengetahui apakah pasien
mengalami hiptensi. Ini merupakan tanda ayok yang paling umum.
b. Foto toraks
 Umumnya normal atau kardiomegali ringan hingga sedang
 Edema paru intersisial/alveolar
 Mugnkin ditemukan efusi pleural
c. Elektrokardiogram

11
 Umumnya menujukkan infark miokard akut dengan tau tanpa
gelombang Q
 Electrical alternans menunjukkan adanya efusi perikardial dengan
tamponade jantung
d. Elektrokardiografi
Ekokardiogram menggunakan gelombang usra untuk membentuk sebuha
gambaran jantung. Pemeriksaan ini memberikan informasi mengenai
ukuran dan bentuk jantung dan bagaimana kinerja jantung. Pemeriksaan
ini penting untuk menilai:
 Hipokinesis berat ventrikel difus atau segmental (bila berasal dari infark
miokard)
 Efusi perikardial
 Katup mitral dan aorta
 Ruptur septum

e. Kateterisasi jantung
 Umumnya tidak perlu kecuali pad aksus tertentu untuk mengetahui
anatomi pembuluh darah koroner dan fungsi ventrikel kiri untuk
persiapan bedah pintas krooner atau angioplastu koroner transluminal
perkutan.
 Untuk menunjukkan defek mekanik pada septum ventrikel atau
regurgitasi mitrala kiabat disfungsi atau ruptur otot papilaris.
f. Cardiac Enzyme Test
Ketika sel jantung ada yang mengalami kematian, maka tubuh akan
mengelurakan enzim ke darah. Enzim tersebut disebut biomarker.
Pemeriksaan enzim ini dapet menunjukkan apakah jantung mengalami
kerusakan.
g. Tes darah
 Pemeriksaan gas darah arteri  pemeriksaan ini mengukur kadar
oksigen, karbon dioksida, dan pH dalam darah.

12
Pemeriksaan untuk mengukur fungsi beberapa organ, misalnya ginjal dan
hati. Jika organ-organ tersebut tidak bekerja dengan baik, maka mungkin
menunjukkan bahwa organ terebut tidak mendapatkan suplai nutrisi dan
oksigen yang cukup dan hak tersebut bisa menunjang tanda-tanda terjadinya
syok kardiogenik.

G. Penatalaksanaan
Syok kardiogenik merupakan kondisi yang mengancam nyawa dan
memerluka penangan secara cepat. Kondisi ini akan terdiagnosa setelah
pasien masuk rumah sakit karena serangan jantung. Tujuan utama
pertolongan kegawatdaruratan adalah untuk meningkatkan aliran darah
(oksigen dan nutrisi) ke organ tubuh (National Heart, Lung, and Blood
Institute, 2011).
a. Emergency Life Support
Penatalaksanaan emergency life support dibutuhkan pada semua tipe syok.
Tindakan ini akan membantu mengalirkan darah kaya oksigen ke otak,
ginjal, dan organ lainnya. Mempertahankan aliran darah ke organ akan
mencegah kerusakan organ jangka panjang. Tindakan ini meliputi:
 Berikan oksigen pada pasien. Pada tahap awal syok, suplemen oksigen
diberikan melalui nasal kanul 3-5 L/menit (Muttaqin, 2010)
 Berikan bantuan napas jika diperlukan.
 Berikan cairan melalui IV
b. Obat-obatan
Obat-obatan yang diberikan meliputi (National Heart, Lung, and Blood
Institute, 2011):
 Obat-obatan yang mencagah pembentukan blood clot
 Obat-obatan untuk meningkatkan kontraksi otot jantung
berikan dopamin 2-15 µg/kg/m, norepinefrim 2-20 µg/kg/m atau
dobutamin 2,5-10 µg/kg/m untuk meninggikan tekana perfusi srterial
dan kontraktilitas (Bakta dan Suastika, 1999 dalam Mayoclinic, 2014).
 Obat-obatan untuk serangan jantung

13
Obat-obatan untuk mengatasi syok kardiogenik bekerja untuk
meningkatkan aliran datrah ke jantungg dan meningkatkan daya pompa
jantung, antara lain (Mayoclinic, 2014):
 Aspirin
Aspirin dapat menurunkan proses pembentukan blood clot dan
membantu menjaga aliran darah.
 Agen trombolitik
Ageen trombolitik akan menghancurkan blood clot yang menyumbat
aliran darah ke jatung. Semakin cepat pasien mendapatkan agen
trombolitik, maka semakin besar pula kesempatan hidupnya.
Trombolitik akan diberikan jika emergency cardiac catheterization
tidak tersedia.
 Superaspirin
Obat ini akan mencegah permbentukan blood clot, misalnya clopidogrel
oral, platelet glycoprotein Iib/IIIa receptor blocker.

 Antikoagulan
Oat-obatan ini misalnya heparin, yang berfungsi untuk mencegah
terjadinya blood clot. Heparin dberikan secara IV atau injeksi yang
diberikan selama beberapa hari pertama setelah serangan jantung.
 Agen inotropik

c. Penatalaksanaan dengan Peralatan Medis


 Intra-aortic ballon pump (IABP)
IABP menggunakan counterpilsation internal untuk menguatkan kerja
pemompaan jantugn dengan cara pengembangan dan penegmpisan
balon secara teratur yang diletakkan di aorta descendens. Alat ini
dihubungkan dengan kotak pengontrol yang seirama dengan aktivtas
elektrokardiogram. Pemantauan hemodinamika juga sangat penting
untk menentukan status sirkulasi pasien selama penggunaan IABP.

14
Balon dikembangkan selama fase diastole ventrikel dan diempiskan
selama sistole dengan kecepatan yang sama dengan frekuensi jantung.
IABP akan menguatkan diastole, yang mengakibatkan peningkatan
perfusi arteri kotronaria dan jantung. IABP dikempiskan selama sistole,
yang akan mengurangi beban ekrja ventrikel kiri (Smeltzer dan Bare,
2001 dalam Muttaqin 2010).

 Left ventricular assist device (LVAD)


Alat ini merupakan pompa yang dioperasikan dengan baterai yang akan
menggantikan fungsi pompa jantung. LVAD membantu jantung
memompa darah ke tubuh. Alat ini digunkaan jika terjadi kerusakan di
ventrikle kiri (National Heart, Lung, and Blood Institute, 2011).

d. Prosedur Bedah
Prosedur bedah dilakukan jika obat-obatan dan penggunaan lat bantu
medis tidak bisa mengatasi syok kardiogenik. Prosedur bedah akan
megembalikan aliran darah dan memperbaiki kerusakan jantung. Prosedur
bedah yang dilakukan dalam 6 jam setelah onset terjadinya tanda gejala
syok akan meningkatkan harapan hisup lebih besar. Tipe prosedur bedah
yang digunakan antara lain:
 Percutaneous coronary intervention (PCI) dan stent
PCI yang juga dikenal dengan nama coronary angiplasty, merupakan
prosedur yang digunakan untuk membuka arteri koroner yang
mengalami obstruksi. Kemudian pada saat itu juga digunakan stent
yang berfungsi untuk menjaga arteri koroner tetap terbuka selama
prosedur PCI.
 Coronary artery bypass grafting
Pada prosedur ini, arteri dan vena yang berasal dari baggian tubuh
lainnya digunakan untukmembuat jalan pintas pada arteri kornaria.
Kemudian akan terbentuk sebuah jalan baru untuk memberikan perfusi
ke jantung.

15
 Pembedahan untuk memperbaiki katup jantung
 Pembedahan untuk memeprbaiki ruptur septal (didning antar
ventrikel)
 Transplantasi jantung
Pembedahan jenis ini jarang dilakukan dalam keadaan emergensi
seperti ini. Tindakan ini direkomendasikan jika ini merupakan jalan
yang paling baik untuk meningkatkan harapan hisup pasien (National
Heart, Lung, and Blood Institute, 2011).

16
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Syok kardiogenik merupakan suatu keadaan penurunan curah jantung
dan perfusi sistemik pada kondisi volume intravaskular yang adekuat,
sehingga menyebabkan hipoksia jaringan dimana TDS <90 mmHg
selama sekurangnya 1 jam dimana :
 Tidak respon dengan pemberian tunggal terapi cairan
 Akibat sekunder dari disfungsi jantung
 Memiliki hubungan dengan tanda-tanda hipoperfusi atau indeks
kardiak <2,2 L/mnt/m2 dan tekanan baji arteri pulmonalis (PAWP)
>15mmHg
2. Penyebab syok kardiogenik tersering adalah kegagalan ventrikel kiri
akibat infark miokard akut
3. Mortalitas syok kardiogenik di era modern saat ini ≈ 50%
4. Revaskularisasi dini pada syok kardiogenik memberikan harapan hidup
lebih baik dibandingkan stabilisasi kondisi medis terlebih dahulu
5. Diagnosa syok kardiogenik dapat ditegakkan berdasarkan pemeriksaan
klinis dan penunjang (radiografi toraks, echocardiography dan data
hemodinamik)
6. Manajemen syok kardiogenik meliputi penganan suportif (resusitasi dan
ventilasi), manajemen hemodinamik termasuk pemberian agen inotropik
atau dan vasopresor, terapi farmakologi lain (aspirin, heparin,
clopidogrel), terapi mekanik (IABP), terapi reperfusi (fibrinolitik, PCI,
CABG) serta alat bantu sirkulasi (LVADs dan ECLS).
7. Seluruh pasien syok kardiogenik harus dirawat di ruang intensif

B. Saran
Saran bagi mahasiswa keperawatan dan tenaga kesehatan diharapkan mampu
mengetahui ciri-ciri pasien dengan syok kardiogenik serta mampu melakukan

17
penanganan gawat darurat terhadap pasien dengan syok kardiogenik sehingga
nyawa pasien dapat terselamatkan.

18
DAFTAR PUSTAKA

Alwi I, Nasution SA. Syok Kardiogenik. Dalam Sudoyo AW dkk. Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam, ed kelima jilid I. Interna Publishing. Jakarta ;
November 2009

Hochman JS, Ohman EM. Cardiogenic Shock. The AHA Clinical Series.
Wiley-Blackwell. Januari 2009

Hochman JS, Menon Venu. Clinical manifestations and diagnosis of


cardiogenic shock in acute myocardial infarction. UpToDate. Wolters
Kluwer Health. Juni 2013 Available from www.uptodate.com

Hochman JS, Ingbar D. Cardiogenic Shock and Pulmonary Edema ; in Kasper DL


et al.

Harrison’s Principles of Internal Medicine. McGraw-Hill inc. USA ; 2005

Khalid L, Dhakam SH. A Review of Cardiogenic Shock In Acute


Myocardial Infarction. Current Cardiology Review. Pakistan ; 2008

Ren X, Lenneman A. Cardiogenic Shock. Medscape Reference. May 2013.


Available from www.emedicine.medscape.com

19
20
21

Anda mungkin juga menyukai