Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN SYOK KARDIOGENIK DI MASA KEHAMILAN

Mata Kuliah Keperawatan Maternitas II


Dosen Pengampuh : Fatiah F.I Said,S.Kep.,Ns.,M.Kep

Kelompok 2 :

1. Salwa F Tawurutubun 5. Esince Penggu


2. Astrid L F Soro 6. Losi Uduas
3. Windi Tribuati 7. Paskalina Y S Mogan
4. Marfian G Z B Imbiri 8. Yalimuti Yikwa

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) JAYAPURA

T.A 2022/2023

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
hidayah kepada kita semua, sehingga berkat Karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah
etika penelitian tepat pada waktunya.

Dalam penyusunan makalah ini, penulis tidak lupa mengucapkan banyak terimakasih
kepada semua teman yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini. Penulis hanya
berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi diri sendiri maupun kepada pembaca
umumnya.

Penulis menyadari dengan keterbatasan yang kami miliki sebagai manusia biasa, namun
karena tugas ini adalah amanah, maka tersususnlah hasil pemikiran kami yang mungkin masih
jauh dari sutu kesempurnaan untuk itu kami mengharapkan kritik dan pesan demi
menyempurnakan makalah ini

Tim Penyusun

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
D. Manfaat Penulisan

BAB II PEMBAHASAN

A. Definisi Syok Kardiogenik


B. Klasifikasi Etiologi
C. Etiologi
D. Manifestasi Klinis
E. Patofisiologi
F. Pemeriksaan Diagnostik
G. Komplikasi
H. Asuhan Keperawatan

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Seseorang dikatakan syok bila terdapat ketidak cukupan perfusi oksigen danzat
gizi ke sel- sel tubuh. Kegagalan memperbaiki perfusi menyebabkan kematian sel yang
progressif, gangguan fungsi organ dan akhirnya kematian penderita.
Kardiogenik syok merupakan syok yang disebabkan kegagalan jantung,
metabolisme miokard. Apabila lebih dari 40% miokard ventrikel mengalami gangguan,
maka akan tampak gangguan fungsi vital dan kolaps kardiovaskular. Perkiraan terbaru
kejadian syok kardiogenik antara 5%-10%dari pasien dengan infark miokard. Perkiraan
yang tepat sulit karena pasien yang meninggal sebelum mendapat perawatan di rumah
sakit tidak mendapat diagnosa.
Dalam membandingkan monitoring awal dan agresif dapat meningkatkan dengan
jelas insiden syok kardiogenik. Insiden kardiogenik syok 7,2% yakni sebuah rata-rata
yang ditemukan pada percobaan trombolitik multisenter yang lain . Kebanyakan
penyebab dari kardiogenik syok adalah infark miokardakut, walaupun infark yang kecil
pada pasien dengan sebelumnya mempunyai fungsi ventrikel kiri yang membahayakan
bisa mempercepat shock. Syok dengan onset yang lambat dapat menjadi infark, reocclusi
dari sebelumnya dari infark arteri atau dekompensasio fungsi miokardial dalam zona
noninfark yang disebabkan oleh metabolik abnormal. Itu penting untuk mengenal area
yang luas yang tidak berfungsi tetapi miokardium viable dapat juga menjadi penyebab
atau memberikan kontribusi untuk terjadinya perkembangan kardiogenik syok pada
pasien setelah mengalami infark miokard.

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi syok kardiogenik ?
2. Apa saja klasifikasi syok kardiogrenik ?
3. Apa saja etiologi syok kardiogenik ?
4. Apa saja manifestasi klinis syok kardiogenik ?
5. Bagaimana Patofisiologi syok kardiogenik ?
6. Apa saja pemeriksaan diagnostic syok kardiogenik ?
7. Apa saja komplikasi syok kardiogenik ?
8. Bagaimana asuhan keperawatan syok kardiogenik ?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui definisi syok kardiogenik
2. Mengetahui klasifikasi syok kardiogrenik
3. Mengetahui etiologi syok kardiogenik
4. Mengetahui manifestasi klinis syok kardiogenik
5. Mengetahui Patofisiologi syok kardiogenik
6. Mengetahui pemeriksaan diagnostic syok kardiogenik
7. Mengetahui komplikasi syok kardiogenik
8. Mengetahui asuhan keperawatan syok kardiogenik

D. Manfaat penulisan
Setelah menyelesaikan makalah ini diharapkan kami sebagai mahasiswa dapat
meningkatkan pengetahuan dan wawasan mengenai klien dengan syok kardiogenik dan
mendapat bahan masukan untuk melaksanakan asuhan keperawatan dengan penanganan
yang tepat terhadap pasien yang mengalami syok kardiogenik. Diharapkan agar pembaca
dapat mengetahui tentang informasi betapa pentingnya penanganan terhadap pasien yang
mengalami syok kardiogenik dan perawatan lanjutan.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Syok Kardiogenik


Syok kardiogenik adalah syok yang diakibatkan atau disebabkan oleh tidak
kuatnya perfusi jaringan akibat dari kerusakan fungsi ventrikel kiri. Syok kardiogenik
terjadi ketika jantung tidak mampu mempertahankan kardiak output yang cukup untuk
perfusi jaringan. Hal ini biasanya muncul setelah adanya penyakit infark miokardial
(Manurung, 2016).
Syok merupakan sindrom gangguan patofisiologik berat yang berhubungan
dengan metabolisme seluler yang abnormal, yang umumnya disebabkan oleh perfusi
jaringan yang buruk. Disebut juga kegagalan sirkulasi perifer yang menyeluruh dengan
perfusi jaringan yang tidak adekuat (Tjokronegoro, A.,dkk, 2010).
Kardiogenik syok adalah keadaan menurunnya cardiac output dan
terjadinyahipoksia jaringan sebagai akibat dari tidak adekuatnya volume
intravaskular.Kriteria hemodiamik hipotensi terus menerus (tekanan darah sistolik <
90mmHg lebih dari 90 menit) dan bekurangnya cardiac index (<2,2/menit perm2) dan
meningginya tekanan kapiler paru (>15 mmHg). Sebagian besardisebabkan oleh infark
miokardial akut (Hollenberg, 2014).
Syok kardiogenik adalah kelainan jantung primer yang mengakibatkan perfusi
jaringan tidak cukup untuk mendistribusi bahan-bahan makanan dan pengambilan sisa-
sisa metabolik tubuh. Dari segi hemodinamik syok kardiogenik adalah kelainan jantung
primer yang mengakibatkan hal-hal berikut.
1. Tekanan arterial sistolik < 90 mmHg (hipotensi absolut) atau palingtidak 60
mmHg dibaah tekanan basal (hipotensi relatif)
2. Gangguan aliran darah ke organ-organ penting (kesadaran menurun,
vasokonstriksi perifer, oliguria (urine < 30 ml/jam.
3. Tidak adanya gangguan pre-load atau proses non-miokardial sebagai etiologi
syok (artimia, asidosid atau antidepresan jantung secara farmakologik maupun
fisiologik).
B. Klasifikasi
Menurut Muttaqin (2012) syok dapat dibagi dalam tiga tahap yang semakinlama semakin
berat.
1. Tahap I, syok terkompensasi (non-progresif ), ditandai dengan respon kompensatorik,
dapat menstabilkan sirkulasi, emcegah kemunduran lebih lanjut.
2. Tahap II, tahap progresif, ditandai dengan manifestasi sistemis dari hipoperfusi dan
kemunduran fungsi organ.
3. Tahap III, refrakter (irreversible), ditandai dengan kerusakan sel yang hebat tidak
dapat lagi dihindari, yang pada akhirnya menuju kematian.

C. Etiologi
Menurut Manurung (2016) etiologi syok kardiogenik:
1. Koroner
Syok kardiogenik koroner lebih sering dan tampak paling sering terjadi pada pasien
dengan infark miokard.
2. Non Koroner
a. Tamponade jantung
b. Embolisme pulmonal
c. Kardiomiopati
d. Kerusakan katup
e. Disritmia

Syok kardiogenik biasanya disebabkan oleh karena gangguan mendadak fungsi


jantung atau akibat penurunan fungsi kontraktilitas jantung kronik. Secara praktis,
syok kradiogenik timbul karena gangguan mekanik ataimiopatik. Etiologi syok
kardiogenik adalah (Bakta dan Suastika, 1999 dalam Mayoclinic, 2014):

1. Infark miokard akut


Kebanyakan IMA terjadi akibat dari PJK. Plak menurunkan aliran darah ke
jantung sehingga akan menyebabkan sumbatan.
 Gangguan fungsi miokard :
a. Infark miokard akut yang cukup jelas (>40%), infark ventrikel kanan
b. Penyakit jantung arteriosklerotik.
c. Miokardiopati : Kardiomiopati restriktif kongestif atau kardiomiopati
hipertropik.
 Mekanis
a. Regurgitasi mitral/aorta
b. Ruptur septum interventrikel
c. Aneurisma ventrikel massif
 Obstruksi
a. Pada aliran keluar (outflow) : stenosis atrium
b. Pada aliran masuk (inflow) : stenosis mitral, miksomaatrium
kiri/thrombus, perikarditis/efusi pericardium
 Miokarditis akut
 Tamponade jantung akut
 Endokarditis infektif
 Trauma jantung
 Ruptur septal ventrikular (biasanya terjadi karena komplikasi post
 Ruptur korda tendinea spontan
 Kardiomiopati tingkat akhir
 Stenosis valvular berat
 Regurgitasi valvular akut
 Miksoma atrium kiri
 Komplikasi bedah jantung

D. Manifestasi Klinis
1. Menurut Manurung (2016) tanda dan gejala syok kardiogenik:
2. Kulit pucat dan dingin
3. Denyut nadi menurun
4. Hipotensi
5. Nyeri dada
6. Gelisah
7. Ansietas
8. Penurunan curah jantung
9. Takikardia
10. Distress pernafasan
11. Perubahan tingkat kesadaran: apatis, letargi, setengah sadar, koma.

Keluhan nyeri dada pada IMA biasanya di daerah substernal, rasa sepertiditekan,
diperas, seperti diikat, rasa dicekik. Rasa nyeri menjalar ke leher,rahang, lengan, dan
punggung, nyeri biasanya hebat, ebrlangsung lebih dari ½ jam, tidak menghilang
dengan obat-obatan nitrat. Syok kardiogenik yang berasal dari penyakit jantung
lainnya, keluhannya sesuai dengan penyakitdasarnya (Eliastamet al., 1998 dalam
Muttaqin 2012)

E. Patofisiologi
Tanda dan gejala syok kardiogenik mencerminkan sifat sirkulasi patofisiologi
gagal jantung. Kerusakan jantung mengakibatkan penurunan curah jantung, yang pada
gilirannya menurunkan tekanan darah arteria ke organ vital. Aliran darah ke arteri
koroner berkurang, sehingga asupan oksigen ke jantung menurun, yang pada gilirannya
meningkatkan iskemia dan penurunan lebih lanjut kemampuan jantung untuk memompa,
akhirnya terjadi lingkaran setan (Rneni, 2015).
Tanda klasik syok kardiogenik adalah tekanan darah rendah, nadi cepat dan
lemah, hipoksia otak yang bermanifestasi dengan adanya konfusi dan agitasi, penurunan
haluaran urine, serta kulit yang dingin dan lembab. Disritmia sering terjadi akibat
penurunan oksigen kejantung, seperti pada gagal jantung, penggunaan kateter arteri
pulmonal untuk mengukur tekanan ventrikel kiri dan curah jantung sangat penting untuk
mengkaji beratnya masalah dan mengevaluasi penatalakasaan yang telah dilakukan.
Peningkatan tekanan akhir diastolik ventrikel kiri yang berkelanjutan (left ventrikel
enddiastolic pressure, LVEDP) menunjukkan bahwa jantung gagal untuk berfungsi
sebagai pompa yang efektif (Reni, 2015).

F. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik yang dilakukan langkah pertama dalam mendiagnosa
syok kardiogenik adalah dengan mengidentifikasi apakah pasien tersebut benar-benar
dalam keadaan syok. Pada waktu tersbut, penatalaksanaan emergensi harus segera
dilakukan. Kemduian diidentifikasi penyebab syok tersebut. Jika penyebab terjadinya
syok karena jantung tidak dapat memompa darah secara adekuat, berarti diagnosisnya
merupakan syok kardiogenik. Prosedur untuk mendiagnosa yok dan penyebabnya adalah:
1. Pemeriksaan tekanan darah
Pemeriksaan tekanan darah dilakukan untuk mengetahui apakah pasienmengalami
hiptensi. Ini merupakan tanda ayok yang paling umum.
2. Foto toraks
 Umumnya normal atau kardiomegali ringan hingga sedang
 Edema paru intersisial/alveolar
 Mugnkin ditemukan efusi pleural
3. Elektrokardiogram
 Umumnya menujukkan infark miokard akut dengan tau tanpa gelombang
Electrical alternans
 menunjukkan adanya efusi perikardialdengan tamponade jantung
4. Elektrokardiografi
Ekokardiogram menggunakan gelombang usra untuk membentuksebuha gambaran
jantung. Pemeriksaan ini memberikan informasimengenai ukuran dan bentuk jantung
dan bagaimana kinerja jantung. Pemeriksaan ini penting untuk menilai:
 Hipokinesis berat ventrikel difus atau segmental (bila berasal dari infark
miokard)
 Efusi pericardial
 Katup mitral dan aorta
 Ruptur septum
5. Katerisasi Jantung
 Umumnya tidak perlu kecuali pad aksus tertentu untuk mengetahui anatomi
pembuluh darah koroner dan fungsi ventrikel kiri untuk persiapan bedah
pintas krooner atau angioplastu koroner transluminal perkutan.
 Untuk menunjukkan defek mekanik pada septum ventrikel atau regurgitasi
mitrala kiabat disfungsi atau ruptur otot papilaris.

6. Cardiac Enzyme Test


Ketika sel jantung ada yang mengalami kematian, maka tubuh akan mengelurakan
enzim ke darah. Enzim tersebut disebut biomarker. Pemeriksaan enzim ini dapet
menunjukkan apakah jantung mengalami kerusakan.
7. Tes Darah
 Pemeriksaan gas darah arteri pemeriksaan ini mengukur kadar oksigen,
karbon dioksida, dan pH dalam darah.
 Pemeriksaan untuk mengukur fungsi beberapa organ, misalnya ginjal dan hati.
Jika organ-organ tersebut tidak bekerja dengan baik, maka mungkin
menunjukkan bahwa organ terebut tidak mendapatkan suplai nutrisi dan
oksigen yang cukup dan hak tersebut bisa menunjang tanda-tanda terjadinya
syok kardiogenik.

G. Penatalaksanaan
Menurut Reni (2015) penatalaksaan medis syok kardiogenik:
1. Pastikan jalan nafas tetap adekuat, bila tidak sadar sebaiknya dilakukan intubasi.
2. Berikan oksigen 8-15 liter/menit dengan menggunakan masker untuk
mempertahankan PO 70-120 mmHg.
3. Rasa nyeri akibat infark akut yang dapat memperbesar syok yang ada harus diatasi
dengan pemberian morfin.
4. Koreksi hipoksia, gangguan elektrolit, dan keseimbangan asam basa yang terjadi.
5. Bila mungkin pasang CVP.
6. Pemasangan kateter Swans Ganz untuk meneliti hemodinamik

Obat-obatan untuk mengatasi syok kardiogenik bekerja untuk meningkatkan aliran datrah
ke jantung dan meningkatkan daya pompa jantung, antara lain (Mayoclinic, 2014):

1. Aspirin
Aspirin dapat menurunkan proses pembentukan blood clot dan membantu menjaga
aliran darah.

2. Agen trombolitik
Agen trombolitik akan menghancurkan blood clot yang menyumbat aliran darah ke
jatung. Semakin cepat pasien mendapatkan agen trombolitik, maka semakin besar
pula kesempatan hidupnya. Trombolitik akan diberikan jika emergency cardiac
catheterization tidak tersedia.
3. Superaspirin
Obat ini akan mencegah permbentukan blood clot, misalnyaclopidogrel oral, platelet
glycoprotein Iib/IIIa receptor blocker.
4. Antikoagulan
Obat-obatan ini misalnya heparin, yang berfungsi untuk mencegah terjadinya blood
clot. Heparin dberikan secara IVatau injeksi yang diberikan selama beberapa hari
pertama setelah serangan jantung.
5. Agen inotropic

H. Komplikasi
Menurut Reni (2015) komplikasi yang bisa terjadi akibat dari syok kardiogenik adalah:
1. Henti jantung paru
2. Disritmia
3. Gagal multisistem organ
4. Gagal ginjal
5. Kerusakan hati
6. Stroke
7. Trombroemboli
ASUHAN KEPERAWATAN

SYOK KARDIOGENIK

A. Pengkajian
1. Data Bio Psikososial
a. Oksigen
Gejala :
 Dispnea tanpa atau dengan kerja
 Paroxymal nocturnal dyspnea
 Pernapasan cheyne stokes
 Batuk dengan atau tanpa produksi sputum
Tanda
 Peningkatan frekuensi pernafasan
 Sesak/sulit bernafas
 Tampak pucat, sianosis
 Bunyi nafas ( bersih, krekles, mengi ), sputum
b. Nutrisi
Gejala : mual, muntah, anoreksia, nyeri ulu hati, nyeri abdominal, sangat
kehausan.
Tanda : penurunan turgor kulit, kulit kering, berkeringat, perubahan berat badan
c. Eliminasi
Gejala : Oliguri
Tanda : Produksi urin < 20 mL/jam
d. Gerak dan Aktifitas
Gejala :
1. Kelemahan
2. Kelelahan
3. Pola hidup menetap
Tanda :
1. Takikardi
2. Dispnea pada istirahat atau aktifitas

e. Istirahat dan Tidur


Gejala : insomnia/susah tidur
Tanda : kesulitan saat akan tidur dan sering terbangun saat tidur akibat nyeri dan
sesak napas.
f. Pengaturan Suhu Tubuh
Gejala: suhu tubuh rendah, anggota gerak teraba dingin (ektremitas dingin).
Tanda : menggigil
g. Kebersihan diri
Gejala dan tanda : Kesulitan melakukan tugas perawatan diri.
h. Rasa nyaman
Gejala :
1. Gelisah
2. Meringis
3. Nyeri hebat, berlangsung lebih dari ½ jam, tidak menghilang dengan obat-
obatan nitrat.
Lokasi : Biasanya di daerah subternal. Nyeri menjalar ke leher, rahang,
lengan, dan punggung.
Kualitas : Rasa seperti ditekan, diperas, seperti diikat, rasa seperti dicekik.
i. Sosialisasi
Gejala :
1. Stress
2. Kesulitan koping dengan stressor yang ada misal : penyakit, perawatan di RS
dan ancaman kematian.
Tanda :
1. Kesulitan istirahat dengan tenang
2. Respon terlalu emosi ( marah terus-menerus,ketakutan )
3. Menarik diri
4. Gelisah
5. Cemas

j. Sirkulasi
Gejala :
Riwayat IMA sebelumnya, penyakit arteri koroner,masalah tekanan darah.
Tanda :
1. Tekanan darah
Penurunan tekanan darah (sistolik kurang dari 90mmHg, atau berkurangnya
tekanan arteri rata-ratalebih dari 30 mmHg)
2. Nadi
Nadi teraba lemah dan cepat, berkisar antara 90 – 110kali/menit, atau
bradikardi berat.
3. Bunyi jantung
S1 terdengar lembut (soft). Dapat juga terdengar suara jantung abnormal
(abnormal heart sounds), misalnya: S3 gallop, S4, atau murmur dari ruptured
papillarymuscle, regurgitasi mitral akut, atau septal rupture.
4. Irama jantung dapat teratur atau tidak teratur .
5. Edema
Distensi vena juguler, edema dependent , perifer, edema umum,krekles
mungkin ada dengan gagal jantung atau ventrikel.
6. Warna
Pucat atau sianosis, kuku datar , pada membrane mukosa atau bibir

B. Pemeriksaan Fisik
a. Tampilan Umum
1. Pasien tampak pucat, diaforesis (mandi keringat), gelisah akibat aktivitas simpatis
berlebih.
2. Pasien tampak sesak/sulit bernapas.
3. Kombinasi nyeri dada substernal > 30 menit dan banyak keringat dicurigai kuat
adanya stemi.
4. Oliguri (urin < 20 mL/jam).
5. Tekanan vena sentral > 10 mmH2o

b. Denyut Nadi dan Tekanan Darah


1. Sinus takikardi (> 100 x/menit) terjadi pada seper tiga pasien.
2. Adanya sinus bradikardi atau blok jantung sebagai komplikasi dari infark
3. Nadi teraba lemah dan cepat
4. Tensi turun < 80-90 mmHg
c. Pemeriksaan Jantung (auskultasi)
1. Adanya bunyi jantung S4 dan S3 Gallop, Penurunan intensitas bunyi jantung
pertama dan split paradoksikal bunyi jantung kedua.
2. Dapat ditemukan murmur mid sistolik atau latesistolik apikal bersifat sementara.
3. Bunyi jantung sangat lemah, bunyi jantung III sering terdengar.
4. Indeks jantung kurang dari 2,2 L/menit/m2

C. Pemeriksaan Diagnostik
a. Electrocardhiograhpy (elektrokardiografi)
1. Elevasi segmen ST dapat terobservasi. Right-sidedleads dapat menunjukkan suatu
pola infark ventrikel kanan, yang mengindikasikan terapi yang berbeda dari terapi
untuk penyebab – penyebab lainnya darisyok kardiogenik.
2. Pada pasien karena infark miokard akut dengan gagal ventrikel kiri (LV failure),
gelombang Q (Q waves)dan/atau >2-mm ST elevation pada multiple leadsatau left
bundle branch block biasanya tampak. Lebihdari setengah (> 50%) dari semua
infark yang berhubungan dengan syok adalah anterior. Globalischemia karena
severe left main stenosis biasanya disertai dengan depresi ST berat (>3 mm) pada
multiple leads.
b. Radiografi
Radiografi dada (chest roentgenogram) dapat terlihat normal pada mulanya atau
menunjukkan tanda-tanda gagal jantung kongestif akut (acute congestive
heartfailure), yaitu:
1. Cephalization karena dilatasi pembuluh darah- pembuluh darah pulmoner.
2. Saat tekanan diastolik akhir ventrikel kiri (leftventricular end-diastolic pressures)
meningkat, akumulasi cairan interstitial ditunjukkan secara radiografis dengan
adanya gambaran fluffy margins tovessels, peribronchial cuffing, serta garis
Curley A dan B. Dengan tekanan hidrostatik yang sangat tinggi, cairan dilepaskan
(exuded) ke alveoli, menyebabkan diffuse fluffy alveolar infiltrates.
3. Gambaran foto/rontgen dada (chest x-ray) lainnya yang mungkin tampak pada
penderita syok kardiogenik:
a) Kardiomegali ringan
b) Edema paru (pulmonary edema)
c) Efusi pleurad
d) Pulmonary vascular congestione)
e) Ukuran jantung biasanya normal jika hasil syok kardiogenik berasal dari
infark miokard yang pertama, namun membesar jika ada riwayat
infarkmiokard sebelumnya.
c. Bedside echocardiography
Ini berguna untuk menunjukkan:
1. Fungsi ventrikel kiri yang buruk (poor left ventricularfunction).
2. Menilai keutuhan katub (assessing valvular integrity).
3. Menyingkirkan penyebab lain syok, seperti: cardiactamponade.
d. Laboratorium
Penemuan laboratorium :
1. Hitung leukosit secara khas meningkat disertaidengan left shift.
2. Tidak adanya prior renal insufficiency, fungsi ginjal pada mulanya normal, namun
blood urea nitrogen(BUN) dan creatinine meningkat secara cepat (rise
progressively).
3. Hepatic transaminases jelas meningkat karena hipoperfusi hati (liver
hypoperfusion).
4. Perfusi jaringan yang buruk (poor tissue perfusion) dapat menyebabkan anion gap
acidosis dan peningkatan (elevation) kadar asam laktat (lactic acidlevel).
5. Gas darah arteri (arterial blood gases) biasanya menunjukkan hypoxemia dan
metabolic acidosis, dimana dapat dikompensasi oleh respiratory alkalosis. Petanda
jantung (cardiac markers), creatine phosphokinase dan MB fractionnya, jelas
meningkat, begitu juga troponins I dan T
.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan di atas syok kardiogenik merupakan suatu keadaan
penurunan curah jantung dan perfusi sistemik pada kondisi volume intravaskular yang
adekuat, sehingga menyebabkan hipoksia jaringan dimanaTDS <90 mmHg selama
sekurangnya 1 jam dimana : tidak respon dengan pemberian tunggal terapi cairan,
akibat sekunder dari disfungsi jantung,memiliki hubungan dengan tanda-tanda
hipoperfusi atau indeks kardiak <2,2L/mnt/m2 dan tekanan baji arteri pulmonalis
(PAWP) >15mmHg.
Penyebab syok kardiogenik tersering adalah kegagalan ventrikel kiri akibat infark
miokard akut. Revaskularisasi dini pada syok kardiogenik memberikan harapan hidup
lebih baik dibandingkan stabilisasi kondisi medis terlebih dahulu. Diagnosa syok
kardiogenik dapat ditegakkan berdasarkan pemeriksaan klinis dan penunjang
(radiografi toraks, echocardiography dandata hemodinamik)
Manajemen syok kardiogenik meliputi penganan suportif (resusitasi danventilasi),
manajemen hemodinamik termasuk pemberian agen inotropik ataudan vasopresor,
terapi farmakologi lain (aspirin, heparin, clopidogrel), terapimekanik (IABP), terapi
reperfusi (fibrinolitik, PCI, CABG) serta alat bantusirkulasi (LVADs dan ECLS).
Seluruh pasien syok kardiogenik harus dirawatdi ruang intensif.

B. Saran
Saran bagi mahasiswa keperawatan dan tenaga kesehatan diharapkan mampu
mengetahui ciri-ciri pasien dengan syok kardiogenik serta mampu melakukan
penanganan gawat darurat terhadap pasien dengan syok kardiogenik sehingga nyawa
pasien dapat terselamatkan.

DAFTAR PUSTAKA

Manurung, Nixson. (2016).Aplikasi Asuhan Keperawatan Sistem Kardiovaskuler .

Jakarta: CV.Trans Info Medika.

Marya, R.K. (2013). Buku Ajar Patofisiologi. Tangerang Selatan: BINARUPA

AKSARA Publisher.

Muttaqin, Arif. (2012). Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler.

Jakarta: Salemba Medika.

Homenta, Rampengan Starry. (2014). Buku Praktis Kardiologi. Jakarta: FKUI

Reni, Yuli Aspiani. (2015). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan

Kardiovaskuler Aplikasi NIC-NOC . Jakarta: EGC

Alwi I, Nasution SA. Syok Kardiogenik. Dalam Sudoyo AW dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam, ed kelima jilid I. Interna Publishing . Jakarta ; November 2009.

Hochman JS, Ohman EM. Cardiogenic Shock. The AHA Clinical Series. Wiley-Blackwell.
Januari 2009.

Anda mungkin juga menyukai