SYOK KARDIOGENIK
OLEH:
MALANG
2021
KATA PENGANTAR
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kebiasaan mengkonsumsi makanan yang mengandung lemak
jenuh dapat meningkatkan kadar kolesterol total dalam darah. Kadar
kolesterol total yang melewati batas normal akan berperan dalam
pembetukan plak aterosklerotik yang menghambat aliran darah dan
berkontribusi terhadap kejadian infark miokard akut (Astuti et all, 2018).
Mencegah kejadian tersebut bisa dengan membatasi konsumsi makanan
tinggi lemak dan merubah gaya hidup sehat. Untuk mengatasinya dapat
meningkatkan konsumsi makanan berserat setiap hari sesuai dengan yang
dianjurkan, yaitu 25-30 gram per harinya (Sari dkk, 2010).
Kejadian syok kardiogenik merupakan komplikasi dari klien infark
miokardium akut, di mana terjadi penurunan curah jantung karena tidak
adekuatnya tekanan pengisian ventrikel kiri (left ventricular filling
pressure – LVFP). Tanpa intervensi yang efektif, perkembangan syok
kardiogenik akan cepat dan fatal (Muttaqin, 2009).
Syok kardiogenik menjadi penyebab kematian paling umum pada
pasien dengan infark miokard akut meskipun mortalitas dapat dikurangi
dari sebelumnya 80% menjadi 40-50%. Di Amerika Serikat syok
kardiogenik yang menyulitkan AMI terjadi dalam kisaran 5 hingga 15%,
yaitu 40.000 hingga 50.000 pasien per tahun dan di Eropa mencapai
60.000 hingga 70.000 pasien (Thiele et all, 2015). Berdasarkan laporan
World Health Organization (WHO) pada tahun 2008, infark miokard
merupakan penyebab kematian utama di dunia, yaitu sebanyak 7,25 juta
(12,8%) kematian.
Menurut Badan Kesehatan Dunia tercatat lebih dari 7 juta orang
meninggal akibat infark miokard di seluruh dunia pada tahun 2002. Angka
ini diperkirakan meningkat hingga 11 juta orang pada tahun 2020. Meski
belum ada data epidemiologis pasti, angka kesakitan/kematiannya terlihat
cenderung meningkat. Hasil Survei Kesehatan Nasional tahun 2005
menunjukkan tiga dari 1.000 penduduk Indonesia menderita Infark
Miokard (WHO, 2011). Syok kardiogenik terjadi dalam 6-10% kasus
infark miokard akut dan merupakan penyebab kematian utama, dengan
laju mortalitas di rumah sakit mendekati 50%.
Syok kardiogenik dapat dicegah dengan selalu menjaga kesehatan
jantung dan menghindari faktor risiko yang memicu penyakit jantung.
Beberapa faktor risiko penyakit jantung antara lain kurangnya konsumsi
serat (sayur buah), konsumsi makanan berisiko seperti makanan manis,
asin, berlemak, jeroan, dan berkafein (Zuraida, 2015).
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimakasuk dengak syok kardiogenik?
2. Apa penyebab syok Kardiogenik?
3. Masalah apa saja yang dapat disebabkan oleh syok kardiogenik?
4. Bagaiman cara mengatasi syok kardiogenik?
5. Bagaiamana memberikan asuhan keperawatan pada pasien syok
kardiogenik?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui apa itu Syok Kardiogenik
2. Untuk mengetahui penyebab terjadinya syok kardiogenik
3. Untuk mengetahui masalah apa saja yang dapat disebabkan oleh syok
kardigenik
4. Untuk mengetahui cara mengatasi syok kardiogenik
5. Untuk mengetahui bagaiman cara memberikan asuhan keperawatan
pada pasien syok kardiogenik
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. PENGERTIAN
Syok didefinisikan sebagai sindrom gangguan patofisiologi berat yang
ketika berlanjut menyebabkan perfusi jaringan yang buruk, hal ini dapat
dikaitkan dengan metabolisme sel yang tidak normal. Selain itu, syok
merupakan kegagalan sirkulasi perifer yang menyeluruh sehingga perfusi
jaringan menjadi tidak adekuat. Syok kardiogenik merupakan suatu
kondisi dimana terjadi hipoksia jaringan sebagai akibat dari menurunnya
curah jantung, meskipun volume intravaskuler cukup. Sebagian besar
kondisi syok ini disebabkan oleh infark miokard akut (Asikin et all, 2016)
Pendapat lain mengatakan bahwa syok kardiogenik adalah kelainan
jantung primer yang menyebabkan kelainan fungsi jaringan yang tidak
cukup untuk mendistribusi bahan makanan dan mengambil sisa
metabolisme. Syok kardiogenik adalah syok yang disebabkan oleh
ketidakadekuatan perfusi jaringan akibat dari kerusakan fungsi ventrikel.
Syok kardiogenik adalah ketidakmampuan jantung mengalirkan cukup
darah ke jaringan untuk memenuhi kebutuhan metabolisme, akibat dari
gangguan fungsi pompa jantung (Aspiani, 2015).
Syok bukanlah merupakan suatu diagnosis. Syok merupakan sindrom
klinis yang kompleks yang mencakup sekelompok keadaan dengan
manisfestasi hemodinamika yang bervariasi ; tetapi petunjuk yang umum
adalah tidak memadainya perfusi jaringan ketika kemampuan jantung
untuk memompa darah mengalami kerusakan. Curah jantung merupakan
fungsi baik untuk volume sekuncup maupun frekuensi jantung. Jika
volume sekuncup dan frekuensi jantung menurun atau menjadi tidak
teratur, tekanan darah akan turun dan perfusi jaringan akan terganggu.
Bersama dengan jaringan dan organ lain mengalami penurunan suplai
darah, otot jantung sendiri menerima darah yang tidak mencukupi dan
mengalami kerusakan perfusi jaringan (Muttaqin, 2009).
B. ETIOLOGI
Penyebab syok kardiogenik terjadi akibat beberapa jenis kerusakan,
gangguan atau cedera pada jantung yang menghambat kemampuan
jantungg untuk berkontraksi secara efektif dan memompa darah. Pada
syok kardiogenik, jantung mengalami kerusakan berat sehingga tidak bisa
secara efektif memperfusi dirinya sendiri atau organ vital lainnya. Ketika
keadaan tersebut terjadi, jantung tidak dapat memompa darah karena otot
jantung yang mengalami iskemia tidak dapat memompa secara efektif.
Pada kondisi iskemia berkelanjutan, denyut jantung tidak berarturan dan
curah jantung menurun secara drastic (Yudha, 2011).
Beberapa faktor penyebab terjadinya syok kardiogenik adalah :
1. Infark Miokardium : jantung yang rusak tidak dapat memompa darah
dan curah jantung tiba-tiba menurun. Tekanan sistolik menurun akibat
kegagalan mekanisme kompensasi. Jantung akan melakukan yang
terbaik pada setiap kondisi, sampai akhirnya pompa jantung tidak
dapat memperfusi dirinya sendiri
2. Aritmia Ventrikel yang Mematikan : pasien dengan takikardia terus
menerus akan dengan cepat menjadi tidak stabil. Tekanan darah
sistolik dan curah jantung menurun karena denyut jantung yang terlalu
cepat menurunkan waktu pengisian ventrikel. Takikardia ventrikel dan
fibrasi ventrikel dapat terjadi karena iskemia miokardium setelah
infark miokardium akut
3. Gagal Jantung Stadium Akhir : jaringan parut di miokardium akibat
serangan jantung sebelumnyaa, dilatasi ventrikel, dan iskemia
miokardium kronis merusak otot jantung, dan gerak dinding menjadi
tidak terkoordinasi (ruang ventrikel tidak padat memompa secara
bersamaan.
C. PATOFISIOLOGI
Syok kardiogenik di tandai oleh gangguan fungsi ventrikel kiri, yang
mengakibatkan gangguan berat pada perfusi jaringan dan penghantaran
oksigen ke jaringan. Nekrosis fokal diduga merupakan akibat dari
ketidakseimbangan yang terus menerus antara kebutuhan suplai oksigen
miokardium. Pembuluh coroner yang terserang juga tidak mampu
meningkatkan aliran darah secara memadai sebagai respons terhadap
peningkatan beban kerja dan kebutuhan oksigen jantung oleh aktivitas
respons kompensatorik seperti perangsang simpatik. Kontraktilitas
ventrikel kiri dan kinerjanya menjadi sangat terganggu akibat dari proses
infark. Pertahanan perfusi jaringan menjadi tidak memadai, karena
ventrikel kiri gagal bekerja sebagai pompa dan tidak mampu menyediakan
curah jantung dengan baik. Maka dimulailah siklus yang terus berulang.
Siklus dimulai saat terjadinya infark yang berkelanjut dengan gangguan
fungsi miokardium (Muttaqin, 2009).
Kerusakan miokardium baik iskemia dan infark pada miokardium
mengakibatkan perubahan metabolism dan terjadi asidosis metabolic pada
miokardium yang berlanjut pada gangguan kontraktilitas miokardium yang
berakibat pada penurunan volume sekuncup yang di keluarkan oleh
ventrikel. Penurunan curah jantung dan hipotensi arteria disebabkan
karena adanya gangguan fungsi miokardium yang berat. Akibat
menurunnya perfusi coroner yang lebih lanjut akan mengakibatkan
hipoksia miokardium yang bersiklus ulang pada iskemia dan kerusakan
miokardium ulang. Dari siklus ini dapat di telusuri bahwa siklus syok
kardiogenik ini harus di putus sedini mungkin untuk menyelamatkan
miokardium ventrikel kiri dan mencegah perkembangan menuju tahap
irreversible dimana perkembangan kondisi bertahap akan menuju pada
aritmia dan kematian (Muttaqin, 2009).
D. KLASIFIKASI
Menurut Muttaqin 2009 Syok dapat dibagi menjadi tiga tahap yang
semakin lama semakin berat :
1. Tahap I, syok terkompensasi (non-progresif) ditandai dengan respons
kompensatorik, dapat menstabilkan sirkulasi, mencegah kemunduran
lebih lanjut.
2. Tahap II, tahap progresif, ditandai dengan manisfestasi sistemis dari
hipoperfusi dan keemunduran fungsi organ
3. Tahap III, refrakter (irreversible), ditandai dengan kerusakan sel yang
hebat tidak pdapat lagi dihindari, yang pada akhirnya menuju ke
kematian.
E. MANIFESTASI KLINIS
Menurut buku Aspiani 2015 timbulnya syok kardiogenik dengan infark
miokard akut dapat dikategorikan dalam beberapa tanda dan gejala
berikut:
1. Timbulnya tiba-tiba dalam waktu 4-6 jam setlah infark akibat
gangguan miokard miokard atau rupture dinding bebas ventrikel kiri
2. Timbulnya secara perlahan dalam beberapa hari sebagai akibat infark
berulang
3. Timbulnya tiba-tiba 2 hingga 10 hari setelah infark miokard disertai
timbulnya bising mitral sistolik, ruptur septum atau disosiasi elektro
mekanik. Episode ini disertai atau tanpa nyeri dada, tetapi sering
disertai dengan sesak napas akut
Keluhan dada pada infark miokard akut biasanya didaerah substernal, rasa
seperti ditekan, diperas, diikat, rasa dicekik, dan disertai rasa takut. Rasa
nyeri menjalar ke leher, rahang, lengan dan punggung. Nyeri biasanya
hebat dann berlangsung lebih dari ½ jam, tidak menghilang dengan obat-
obatan nitrat. Syok kardiogeenik yang berasal dari penyakit jantung
lainnya, keluhan sesuai dengan penyakit dasarnya.
Tanda penting yang muncul pada syok kardiogenik adalah sebagai berikut
(Yudha, 2011) :
ASKEP TEORI
SYOK KARDIOGENIK.
A. Pengkajian
Data dasar pengkajian pasien dengan syok kardiogenik, dengan data fokus
pada.
1. Aktivitas
a. Gejala: kelemahan, kelelahan
b. Tanda: takikardi, dispnea pada istirahat atau aktivitas, perubahan
warna kulit, kelembaban, kelemahan umum.
2. Sirkulasi
a. Gejala: riwayat AMI sebelumnya, penyakit arteri koroner, GJK,
masalah TD, DM.
b. Tanda: tekanan darah turun <90 mmHg atau dibawah, perubahan
postural dicatat dari tidur sampai duduk berdiri, nadi cepat tidak
kuat atau lemah, tidak teratur, BJ ekstra S3 atau S4 mungkin
menunjukkan gagal jantung atau penurunan kontraktilitas
ventrikel, gejala hipoperfusi jaringan kulit ; dioferesis (kulit
lembab), pucat, akral dingin, sianosis, vena –vena pada punggung
tangan dan kaki kolaps.
3. Eliminasi
a. Gejala: produksi urine <30ml.jam
b. Tanda: oliguri
4. Nyeri atau ketidaknyamanan
a. Gejala: nyeri dada yang timbul mendadak dan sangat hebat, tidak
hilang dengan istirahat atau nitrogliserin, lokasi tipikal pada dada
anteriosubsternal, prekordia, dapat menyebar ke tangan, rahang,
wajah, tidak tentu lokasinya seperti epigastrium,siku, rahang,
abdomen,punggung,leher dengan kualitas chorusimg,
menyempit,berat, tekanan, dengan skala biasanya 10 pada skala 1-
10, mungkin dirasakan pengalaman nyeri paling buruk yang pernah
dialami.
b. Tanda: wajah meringis, perubahan postur tubuh, meregang
mengeliat, menarik diri, kehilangan kontak mata, perubahan
frekuensi atau irama jantung,TD, pernapasan,warna kulit atau
kelembaban, bahkan penurunan kesadaran.
5. Pernapasan
a. Gejala: dispnea dengan atau tanpa kerja ,dispnea nocturnal, batuk
dengan atau tanpa produksi sputum, penggunaan bantuan
pernapasan oksigen atau medikasi, riwayat merokok, penyakit
pernapasan kronis.
b. Tanda: takipnea, napas dangkal, pernapasan laboret; punggung otot
aksesori pernapasan, nasal flaring, batuk:
kering/nyaring/nonproduktif/batuk terus menerus dengan atau
tanpa pembentukan sputum: mungkin bersemu darah,merah
mudah/ berbuih (edema pulmonal). Bunyi napas; mungkin tidak
terdengar dengan crakles dari basilardan mengi peningkatan
frekuensi napas, napas sesak atau kuat, warna kulit: pucat atau
sianosis, akral dingin.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Penurunan curah jantung b/d syok kardiogenik
2. Pola napas tidak efektif b/d kerusakan pertukaran gas
3. Intoleransi aktivitas b/d kelelahan dan kelemahan
C. INTERVENSI
1. Penurunan curah jantung b/d syok kardiogenik
Intervensi:
SLKI: Curah Jantung
Indikator: kekuatan nadi perifer, tekanan
darah,dispnea,pucat/sianosis, murmur jantung
SIKI: manajemen Energi
1. Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelah
2. Monitor pola makan dan jam tidur
3. Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
4. Monitor kelelahan fisik dan emosional
5. Anjurkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan
2. Pola napas tidak efektif b/d kerusakan pertukaran gas
SLKI: Pola Napas
Indator: dispnea, penggunaan otot bantu napas, frekuensi bapas,
kedalamn napas.
SIKI: Manajemen jalan Napas
1. Monitor pola napas (kedalaman usaha napas)
2. Monitor bunyi napas tambahan (mis:
gurgling,mengi,wheezing,ronchi kering)
3. Posisi semi fowler
4. Berikan minuman hangat
5. Berikan oksigen jika perlu
3. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan dan kelelahan
SLKI: Toleransi aktivitas
Indokator: keluhan lelah,dispnea saat aktivitas,dispnea setelah
aktivitas,sianosis,frekuensi nadi.
SIKI: Perawatan jantung
1. Monitor tekanan darah (termasuk tekanan darah ortostatik jika
perlu)
2. Monitor berat badan setiap hari pada waktu yang sama
3. Monitor saturasi oksigen
4. Monitor keluhan nyeri dada
5. Periksa tekanan darah dan frekuensi nadi sebelum dan sesudah
aktivitas.
D. IMPLEMENTASI
Pelaksanaan adalah pengobatan dan perwujutan dari rencana keperawatan
yang meliputi tindakan yang direncanakan oleh perawat, melaksanakan
anjuran dokter dan menjalankan ketentuan dari rumah sakit. Sebelum
pelaksanaan terlebih dahulu harus mengecek kembali data yang ada,
karena kemungkinan ada perubahan data bila terjadi demikian
kemungkinan rencana harus direvisi sesuai kebutuhan pasien.
E. EVALUASI
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. KASUS
Seorang laki-laki usia 40 tahun dirawat di ICU karena mengalami Syok
Kardiogenik. Berdasarkan pemeriksaan didapatkan:
a. Breating (B1): RR 28 x/m, pasien terpasang nasal kanul dengan
pemberian oksigen 3 lpm, tampak ada pernapasan cuping hidung,
tidak ada suara napas tambahan, pasien tampak sianosis, SpO2 92 %
b. Blood (B2): pasien tampak pucat, TD 80/50 mmHg, Nadi 120 x/m,
nadi teraba sangat lemah dan dalam, tampak keluar keringat dingin,
CRT >2 detik, suara jantung S1/2 tunggal, tidak ada gallop/murmur.
c. Brain (B3): tingkat kesadaran apatis, GCS 13 , suhu 35,7 ℃
d. Bledder (B4): pasien terpasang kateter, produksi urine 25 ml/jam, (BB
50 kg), urine berwarna kuning pekat.
e. Bowel (B5): pasien terpasang NGT
f. Bone (B6): akral dingin, kekuatan otot 4
Hasil pemeriksaan penunjang:
a. EKG: Sinus bradikardi
1. PENGKAJIAN
a. Biodata pasien
Nama: Tn. S
Umur: 40 Thn
Jenis kelamin: Laki-laki
Agama: Islam
Suku: Jawa
Alamat: Tlogomas. gang. 3
Status : Menikah
Diagnosa Medis: Syok Kardiogenik
b. Biodata penanggung jawab
Nama: Ny. T
Umur: 39 Thn.
Jenis Kelamin: Perempuan
Agama: Islam
Suku: Jawa
Alamat: Tlogomas. gang 3
Status: Menikah
c. Keluahan Utama:
- Pada saat MRS:
Pasien mengatakan sulit untuk bernapas, badan terasa lemas, dan
badan keringat dingin,dan pasien juga mengatakan urinenya
berwarna kuning pekat.
- Pada saat pengkajian:
Pasien tampak ada pernapasan cuping hidung, pasien tampak
sianosis, nadi teraba sangat lemah dan dalam, suara jantung S1/2
tunggal, pasien tampak mengeluarkan keringat dingin akral dingin
TTV :N 120x,menit, TD 80/50 mmHg RR 28x menit, S 35,7℃
SpO2 92%, produksi urin 25 ml/jam, BB 50kg kekuatan otot 4
d. Riwayat penyakit dahulu:
Pasien mengatakan sebelumnya belum pernah mengalami penyakit
seperti yang dialami saat ini.
e. Riwayat penyakit keluarga:
Istri pasien mengatakan didalam keluarganya tidak ada yang
mengalami penyakit yang pasien alami.
f. Genogram
Keterangan:
: Laki-laki
: perempuan
X : meninggal
: Garis keturunan
: Garis Menikah
:Pasien
g. Pemeriksaan Fisik
1. Breating (B1): RR 28 x/m, pasien terpasang nasal kanul dengan
pemberian oksigen 3 lpm, tampak ada pernapasan cuping hidung,
tidak ada suara napas tambahan, pasien tampak sianosis, SpO2 92
%
2. Blood (B2): pasien tampak pucat, TD 80/50 mmHg, Nadi 120
x/m, nadi teraba sangat lemah dan dalam, tampak keluar keringat
dingin, CRT >2 detik, suara jantung S1/2 tunggal, tidak ada
gallop/murmur.
3. Brain (B3): tingkat kesadaran apatis, GCS 13 , suhu 35,7 ℃
4. Bledder (B4): pasien terpasang kateter, produksi urine 25 ml/jam,
(BB 50 kg), urine berwarna kuning pekat.
5. Bowel (B5): pasien terpasang NGT
6. Bone (B6): akral dingin, kekuatan otot 4
h. Pemeriksaan Penunjang
a) EKG: Sinus bradikardi
2. ANALISA DATA
DO: RR 28x ↓
menit,pasien Gangguan
tampak kontraktilitas
pernapasan miokardium
cuping hidung.
↓
Disfungsi ventrikel
kiri
↓
Syok kardiogenik
↓
Penurunan curah
jantung
↓
Darah ke nulmonal↓
↓
Kerusakan pertukaran
gas
↓
Pola napsa tidak
efektif
3. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Pola napas tidak efektif b/d kerusakan pertukaran gas
b. Intoleransi aktivitas b/d kelelahan dan kelemahan
c. Penurunan curah jantung b/d syok kardiogenik
4. Intervensi
dengan napas
pasien
mampu 5. Frekuensi
melakukan Nadi
6. IMPLEMENTASI
No Tangga Jam Tindakan Keperawatan TTD
l
6. EVALUASI
A: masalah Teratasi
P: Intervensi Di hentikan
A:Masalah teratasi
P: Intervensi di hentikan
DAFTAR PUSTAKA
Asikin, W., Nuralamsyah, M., & Susaldi. (2016). Keperawatan Medikal Sistem
Kardiovaskuler. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Aspiani, R. Y. (2015). Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Kardiovaskuler
aplikasi NOC & NIC. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC .
Elvian Maulidiah. 2019. Gambaran Pola Diet Pada Klien Syok Kardiogenik.
Online http://eprints.umm.ac.id/52014/