Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

PALIATIF PADA PASIEN NY. S DENGAN PENYAKIT GAGAL


JANTUNG DI RS PERMATA MEDIKA SEMARANG

Disusun oleh :

MAURINNUS DICKY VIDRIYANTO / 1905036

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

FAKULTAS KESEHATAN DAN KETEKNISIAN MEDIK

UNIVERSITAS WIDYA HUSADA SEMARANG

TAHUN AKADEMIK 2021/2022


LAPORAN PENDAHUUAN

A. Pengertian

Gagal jantung merupakan masalah kesehatan progresif dengan angka mortalitas dan
morbiditas yang tinggi di negara maju maupun negara berkembang. Sekitar tima juta
orang di Amerika Serikat menderita gagal jantung kongestif (GJK), dimana jumlah
tersebut didominasi olch orang tua, dengan hampir 80% kasus terjadi pada pasien di atas
usia 65 tahun dengan angka kematian sekitar 45-50% (O'Connor et al., 2011). Di
Indonesia, usia pasicn gagal jantung relatif lebih muda dibanding Eropa dan Amerika
disertai dengan tampilan klinis yang lebih berat (PERKI, 2015). Prevalensi penyakit gagal
jantung berdasarkan wawancara terdiagnosis dokter di Indonesia sebesar 0,13% atau
diperkirakan sekitar 229.696 orang (Kemenkes,2013).

Gagal jantung secara umum discbabkan karena penyakit pada miokard antara lain:
penyakit jantung koroner, kardiomiopati, miokarditis, dan gangguan mekanis pada
miokard antara lain: hipertensi, stenosis aorta, koartasio aorta(Kabo, 2012). Gangguan
tersebut akan menyebabkan terjadinya overioad volume atau tekanan atau disfungsi
regional pada jantung yang akan meningkatkan beban kerja jantung sehinga menimbulkan
tanda dan gejala seperti sesak nafas dan kelelahan saat beraktivitas. Umumnya pasien
dengan gagal jantung akan mengalami intoleransi aktifitas sehingga terjadi keterbatasan
fungsional. Keterbatasan fungsional akan mempengaruhi kemampuan pasien gagal
jantung untuk melakukan self care.

Self care menurut Dorothea Orem adalah suatu tindakan dalam mengoptimalkan
kemampuan seseorang untuk merawat dirinya sendiri secara mandiri sehingga tercapai
kemampuan untuk mempertahankar kesehatan dan kesejahteraannya (Alligood, 2014).
Pada dasarnya sescorang memiliki kemampuan untuk merawat dirinya sendiri yang
disebut dengan self care agency. Self care agency pada penderita penyakit jantung
mengalami penurunan karena penyakit yang lama (Indiarti 2014). Sebagian besar pasien
gagal jantung belum melaksanakan self cane secara tepat seperti yang telah diajarkan
seperti diet rendah garam, aktivitas fisik teratur, pembatasan cairan dan monitor berat
badan setiap hari (Britz & Dunn, 2010). Ketidakmampuan melaksanakan self care
tersebut dapat menjadi faktor yang mempengaruhi rehospitalisasi pada pasien gagal
jantung.

Salah satu sistem yang diidentifikasi Orem pada pasien dengan hambatan pemenuhan
self care adalah supportive-educative system, yang merupakan suatu upaya memberikan
bantuan pada pasien yang membutuhkan dukungan pendidikan dengan harapan pasien
mampu memerlukan perawatan secara mandiri. Sistem ini dilakukan agar pasien mampu
melakukan tindakan keperawatan setelah dilakukan pembelajaran (Alligood, 2014).
Program supportive-educative merupakan intervensi yang efektif diberikan oleh perawat
kepada keluarga dan pasien dengan gagal jantung, karena intervensi ini bersifat
sederhana, murah, dan praktis diberikan (Etemadifar, Bahrarni,Shahriari, & Farsani,
2014). Pasien gagal jantung akan mampu melakukan perawatan diri apabila ada
pemahaman tentang aspek yang berbeda dari perilaku perawatan diri yang terapcutik,
schingga intervensi yang paling tepat adalah memberikan supportive-educative yang
sesuai . (Zamanzadeh, Valizadeh, Howard, & Jamshidi, 2013).

Oleh karena itu, Program Supportif Edukatif (PRODUKTIF) yang merupakan sebuah
program berdasarkan intervensi keperawatan self care dipromosikan sebagai suatu solusi
untuk memenuhi slef care dan meningkatkan kualitas hidup pasien gagal jantung.
Monograft ini disusun berdasarkan hasil penelitian yang berjudul "Pengaruh Program
Supportif-Edukatif (Produktif) Terhadap Kemampuan Self Care Pasien Gagal Jantung".
Penelitian tersebut merupakan quasyexperimental dengan menggunakan responden
sejumlah 28 orang yang dibagi pada kelompok kontrol dan kelompok intervensi. Pada
kelompok intervensi, responden diberikan program supportif-edukatif yaitu suatu
program edukasi terstrukstur dengan pendampingan perawat dan dibekali dengan booklet
dan video manajemen self care heart failure, sedangkan pada kelompok diberikan edukasi
sesuai dengan prosedur discharge planning yang berlaku di RSUD Mangusada. Setelah 8
minggu diberikan program supportif- edukatif, maka dilakukan kembali evaluasi
kemampuan self care dengan kuisioner Self Care Heart Failure Index (SCHFD) pada
seluruh responden. (Ida, Putu 2020).

Penyakit gagal jantung sering juga disebut dekompensasi kordis, insufisiensi jantung,
atau inkompeten jantung. Kegagalan jantung kongestif adalah keadaan ketika jantung
tidak mampu memompa darah ke seluruh tubuh untuk memenuhi kebutuhan tubuh.
Kegagalan jantung dibagi atas kegagalan jantung akut yang timbulnya sangat cepat,
sebagai akibat dari serangan infark miokard, ditandai dengan sinkope, syok, henti
jantung, dan kematian tiba-tiba dan kegagalan jantung kronis, berkembang secara
perlahan dan disertai dengan tanda-tanda yang ringan karena jantung dapat mengadakan
kompensas. (Mary, Yakobus. 2010).

B. Etiologi

Gagal jantung adalah komplikasi yang paling sering dari segala jenis penyakit
jantung kongenital maupun didapat. Mekanisme fisiologis yang menyebabkan gagal
jantung mencakup keadaankeadaan yang meningkatkan beban awal, beban akhir, atau
menurunkan kontraktilitas miokardium.

Keadaan-keadaan yang meningkatkan beban awal meliputi regurgitasi aorta dan cacat
septum ventrikel, sedangkan stenosis aorta dan hipertensi sistemik akan meningkatkan
beban akhir.
Kontraktilitas miokardium dapat menurun karena infark miokardium dan
kardiomiopati. Selain dari ketiga mekanisme fisiologis tersebut, ada faktorfaktor
fisiologis lain yang dapat juga mengakibatkan jantung gagal bekerja sebagai pompa,
seperti stenosis katup atrioventrikularis dapat mengsanggu pengisian ventrikel, dan
tamponade jantung dapat menggangsu pengisian ventrikel dan ejeksi ventrikel, schingga
menyebabkan gagal jantung. Diperkirakan bahwa abnormalitas penghantaran kalsium di
dalam sarkomer atau dalam sintesisnya atau fungsi dari protein kontraktil merupakan
penyebab gangguan kontraktilitas miokardium yang dapat mengakibatkan gagal jantung.
Faktor-faktor yang dapat memicu perkembangan gagal jantung melalui penekanan
sirkulasi yang mendadak dapat berupa: Aritmia, akan mengganggu fungsi mekanis
jantung dengan mengubah rangsangan listrik yang memulai respon mekanis. Respon
mekanis yang tersinkronisasi dan efektif tidak akan dihasilkan tanpa adanya ritme jantung
yang stabil. Faktor lainnya yaitu:
a. Kelainan otot jantung
Gagal jantung sering terjadi pada penderita kelainan otot jantung, disebabkan
menurunnya kontraktilitas jantung. Kondisi yang mendasari penyebab kelainan
fungsi otot mencakup ateriosklerosis koroner, hipertensi arterial, dan penyakit
degeneratif atau inflamasi.
b. Aterosklerosis koroner
Mengakibatkan disfungsi miokardium karena terganggunya aliran darah ke otot
jantung. Terjadi hipoksia dan asidosis (akibat penumpukan asam laktat). Infark
miokardium (kematian sel jantung) biasanya mendahului terjadinya gagal jantung.
Peradangan dan penyakit miokardium degeneratif, berhubungan dengan gagal
jantung karena kondisi yang secara langsung merusak serabut jantung,
menyebabkan kontraktilitas menurun.
c. Hipertensi sistemik atau pulmonal
Meningkatkan beban kerja jantung dan pada giliranny mengakibatkan hipertrofi
serabut otot jantung.
d. Peradangan dan penyakit miokardium degeneratif
Berhubungan dengan gagal jantung karena kondisi ini secara langsung merusak
serabut jantung menyebabkan kontraktilitas menurun.
e. Penyakit jantung lain
Gagal jantung dapat terjadi sebagai akibat penyakit jantung yang sebenarnya,
yang secara langsung mempengaruhi jantung. Mekanisme biasanya terlibat
mencakup gangguan aliran darah yang masuk jantung (stenosis katup semiluner),
ketidakmampuan jantung untuk mengisi darah (tamponade, perikardium,
perikarditif konstriktif, atau stenosis AV), peningkatan mendadak afterload.
Infeksi sistermik dan infeksi paru-paru. Respon tubuh terhadap infeksi akan
memaksa jantung untuk memenuhi kebutuhan tubuh akan metabolisme yang
meningkat Emboli paru-paru, secara mendadak akan meningkatkan resistensi
terhadap ejcksi ventrikel kanan, memicu terjadinya gagal jantung kanan. Penanganan
yang efektif terhadap gagal jantung membutuhkan pengenalan dan penanganan tidak
saja terhadap mekanisme fisiologie dan penyakit yang. mendasarinya, tetapi juga
terhadap faktor-faktor yang memicu terjadinya gagal jantung. (Irwan, 2018).

C. Patofisiologi

Gagal jantung bukanlah suatu keadaan klinis yang hanya melibatkan satu
sistem tubuh melainkan suatu sindroma klinik akibat kelainan jantung sehingga
jantung tidak mampu memompa memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh. Gagal
jantung ditandai dengan satu respon hemodinamik, ginjal, syaraf dan hormonal yang
nyata serta suatu keadaan patologik berupa penurunan fungsi jantung. Salah satu
respon hemodinamik yang tidak normal adalah peningkatan tekanan pengisian (filling
pressure) dari jantung atau preload.
Respon terhadap jantungmenimbulkan beberapa mekanisme kompensasi yang
bertujuan untuk meningkatkan volume darah, volume ruang jantung, tahanan
pembuluh darah perifer dan hipertropi otot jantung. Kondisi ini juga menyebabkan
aktivasi dari mekanisme kompensasi tubuh yang akut berupa penimbunan air dan
garam oleh ginjal dan aktivasi system saraf adrenergik. Penting dibedakan antara
kemampuan jantung untuk memompa (pump finction) dengan kontraktilias otot
jantung (myocandial finction). Pada beberapa keadaan ditemukan beban berlebihan
sehingga timbul gagal jantung sebagai pompa tanpa terdapat depresi pada otot jantung
intrinsik.

Sebaliknya dapat pula terjadi depresi otot jantung intrinsik tetapi secara klinis
tidak tampak tanda-tanda gagal jantung karena beban jantung yang ringan. Pada awal
gagal jantung akibat CO yang rendah, di dalam tubuh terjadi peningkatan aktivitas
saraf simpatis dan sistem renin angiotensin aldosteron, serta pelepasan arginin
vasopressin yang kesemuanya merupakan mekanisme kompensasi untuk
mempertahankan tekanan darah yang adekuat. Penurunan kontraktilitas ventrikel akan
diikuti penurunan curah jantung yang selanjutnya terjadi penurunan tekanan darah dan
penurunan volume darah arteri yang efektif. Hal ini akan merangsang mekanisme
kompensasi neurohumoral. Vasokonstriksi dan retensi air untuk sementara waktu
akan meningkatkan tekanan darah sedangkan peningkatan preload akan meningkatkan
kontraktilitas jantung melalui hukum Starling. Apabila keadaan ini tidak segera
teratasi, peninggian afterload, peninggian preload dan hipertrofi dilatasi jantung akan
lebih menambah beban jantung sehingga terjadi gagal jantung yang tidak
terkompensasi. Dilatasi ventrikel menyebabkan disfungsi sistolik (penurunan fraksi
ejcksi) dan retensi cairan meningkatkan volume ventrikel (dilatasi). Jantung yang
berdilatasi tidak efisien secara mekanis (hukurs Laplace). Jika persediaan energi
terbatas (misal pada penyakit koroner) selanjutnya bisa menyebabkan gangguan
kontraktilitas.

Selain itu kekakuan ventrikel akan menyebabkan terjadinya disfungsi


ventrikel. Pada gagal jantung kongestif terjadi stagnasi aliran darah, embolisasi
sistemik dari trombus mural, dan disritmia ventrikel refrakter. Disamping itu keadaan
penyakit jantung koroner sebagai salah satu etiologi CHF akan menurunkan aliran
darah ke miokard yang akan menyebabkan iskemik miokard dengan komplikasi
gangguan irama dan sistem konduksi kelistrikan jantung.4.,0 Beberapa data
menyebutkan bradiaritmia dan penurunan aktivitas listrik menunjukan peningkatan
presentase kesnatian jantung mendadak, karena frekuensi takikardi ventrikel dan
fibrilasi ventrikel menurun. WHO menyebutkan kematian jantung mendadak bisa
terjadi akibat penurunan fungsi mekanis jantung, seperti penurunan aktivitas listrik,
ataupun keadaan seperti emboli sistemik (emboli pulmo, jantung) dan keadaan yang
telah disebutkan diatas.

Mekanisme yang mendasari gagal jantung meliputi gangguan kemampuan


kontraktilitas jantung, yang menyebabkan curah jantung lebih rendah dari curah
jantung toral. Konsep curah jantung paling baik dijelaskan dengan persamaan CO-
HR X SV dimana curah jantung adalah fungsi frekuensi jantung X volume sekuncup.

Curah jantung yang berkurang mengakibatkan sistem saraf simpatis akan


mempercepat frekuensi jantung untuk mempertahankan curah jantung, bila
mekanisme kompensasi untuk mempertahankan perfusi jaringan yang memadai, maka
volume sekuncup jantunglah yang harus menyesuaikan diri untuk mempertahankan
curah jantung. Tapi pada gagal jantung dengan masalah utama kerusakan dan
kekakuan serabut otot jantung, volume sekuncup berkurang dan curah jantung normal
masih dapat dipertahankan. Volume sekuncup, jumlah darah yang dipompa pada
setiap kontraksi tergantung pada tiga faktor yaitu:

1. Preload: setara dengan isi diastolik akhir yaitu jumlah darah yang mengisi jantung
berbanding langsung dengan tekanan yang ditimbulkan oleh panjangnya regangan
serabut jantung.
2. Kontraktilitas: mengacu pada perubahan kekuatan kontraksi yang terjadi pada
tingkat sel dan berhubungan dengan perubahan panjang serabut jantung dan kadar
kalsium.
3. Afterload: mengacu pada besarnya ventrikel yang harus di hasilkan untuk
memompa darah melawan perbedaan tekanan yang di timbulkan oleh tekanan
arteriole.

Bila reservasi jantung (andinc rsered) normal untuk berespons terhadap stres
tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolik tubuh, maka jantung gagal untuk
melakukan tugasnya sebagai pompa, dan akibatnya terjadi gagaljantung. Demikian
juga, pada tingkatawal, disfungsi komponen pompa secara nyata dapat mengakibatkan
gagal jantung lika reservasi jantung normal mengalam kepayahan dan kegagalan,
respons fisiologis tertentu pada penurunan curah jantung adalah penting. Semua
respons ini menunjukkan upaya tubuh untuk mempertahankan perfusi organ vital
tetap normal. Terdapat empat mekanisme respons primer terhadap gagal jantung
meliputi:

1. meningkatnya aktivitas adrenergik simpatis;


2. meningkatnya beban awal akibat aktivasi neurohormon;
3. hipertrofi ventrikel
4. Volume cairan berlebih (oterlond zolume).

Keempat respons ini adalah upaya untuk mempertahankan curah jantung.


Mekanisme mekanisme ini mungkin memadai untuk mempertahankan curah jantung
pada tingkat normal atau hampir normal pada gagal jantung dini dan pada keadaan
istirahat. Tetapi, kelainan pada kerja ventrikel dan menurunnya curah jantung
biasanya tampak pada saat beraktivitas. Dengan erlanjutnya gagal jantung, maka
kompensasi akan menjadi semakin kurang efektif. (Arif muttaqin, 2010).

D. Pathways

GAGAL JANTUNG

Gagal Jantung Kiri Gagal jantung kanan

Kegagalan memompa darah ke sistemik


Darah kembali ke atrium, ventrikel
dan sirkulasi Paru

Hipoksia Penumpukan darah di anasarka paru


Jantung kanan hipertropi

Perpindahan
Kontraktiitas Metabolisme
jantung anaerob Cairan ke
Tekanan pulmonal Darah terkumpul
intersitital Tekanan aliran darah
Disistem perifer
Penuruna ATP Edema paru
n cardiac Kelebihan voume
cairan Infux vena cava
output Fatique Volume darah
Ekpansi paru
dalam sirkulasi
Timbul pd mlm hr
Intoeransi Tekanan vena
Aktivitas Sesak nafas junguaris
Infektif Perfusi
Gangguan pola
Jaringan Perifer
tidur
Pola nafas tdk
efektif
E. Manifestasi Klinik

Gejala Tanda
Tipikal Spesifik
- Sesak nafas - Peningkatan JVP
- Ortopneu - Refluks hepatojugular
- Paroxysmal nocturnal dyspnoe - Suara jantung S3 (gallop)
- Toleransi aktivitas yang bberkurang - Apex jantung bergeser ke lateral
- Cepat lelah - Bising jantung
- - Bengkak di pergelangan kaki
Kurang tipikal Kurang tipikal
- Batuk di malam/dini hari - Edema perifer
- Mengi - Krepitasi pulmonal
- Berat badan bertambah > 2kg/minggu - Suara pekak di basal paru pada perkusi
- Berat badan turun (gagal jantung - Takikardia
stadium lanjut) - Nadi ireguler
- Perasaan kembung/begah - Nafas cepat
- Nafsu makan menurun - Heaptomegali
- Perasaan bingung (terutama pasien usia - Asietas
lanjut) - Kaheksia
- Depresi
- Berdebar
- Pingsan
(ESC Guidelines for the diagnosis and treatment of acute and chronic heart failure,
2012 ).

Tanda dan gejala gagal jantung

Definisi gagal jantung


Gagal jantung merupakan kumpulan gejala klinis pasiendengan tampilan seperti
Gejala khas gagal jantung : sesak nafas saat istirahat atau aktifitas, kelelahan, edema
tungkai.
Tanda khas gagal jantung : Takikardia, takipnu, ronki paru, efusi pleura, peningkatan
tekanan vena jugularis, edema perifer, hepatomegali.
Tanda objektif gangguan struktur atau fungsional jantung saat istirahat, kardimegali,
suara jantung ke tiga, murmur jantung, abnormalitas dalam gambaran ekokardiografi,
kenaikan peptida natriuretik.
(ESC Guidelines for the diagnosis and treatment of acute and chhronic heart
failure, 2008).

F. Komplikasi

- Tromboemboli resiko terjadinya bekuan vena (thrombosis vena dalam DVT (deep
venous thrombosis) dan emboli sistemik tinggi , terutama pada CHF brat. Bisa
diturunkan dengan pemberian warfarin.
- Fibrilasi atrium sering terjadi pada CHF, yang bisa menyebabkan perburukan
dramatis . hal tersebut merupakan indikasi pemantauan denyut jantung (dengan
pemberian digoksin/bloker) dan pemeriksaan warfarin
- Kegagalan pompa profresif bisa terjadi karena penggunaan diuretic dengan dosis
yang ditinggikan. Transpaltasi jantung merupakan pilihan pada pasien tertentu.
- Aritmia vertikel sering dijumpai, bisa menyebabkan sinkop atau kematian jantung
mendadak (250-50% kematian pada atau kematian pada CHF). Pada pasien yang
berhasil direusitasi, amiodaron,bloker, dan defibrillator yang ditanam mungkin
turut mempunyai peranan.

G. Penatalaksanaan

1. Tatalaksana Non-Farmakologi
a) Manajemen Perawatan Mandiri

Manajemen perawatan mandiri mempunyai peran dalam keberhasilan


pengobatan gagal jantung dan dapat memberi dampak bermakna perbaikan
gagal jantung, kapasitas fungsional, kualitas hidup. Manajemen perawatan
mandiri dapat didefinisikan sebagai tindakan – tindakan yang bertujuan untuk
mnjaga stabilitas fisik, menghindari gejala awal perburukan gagal jantung.

b) Ketaatan pasien berobat


Ketaan pasien berobat menurunkan, mordibitas, mortalitas dan kualitas hidup
pasien. Berdasarkan literatur, hanya 20- 60% pasien taat pada terapi
farmakologi maupun non farmakologi.
c) Asupan cairan
Restriksi cairan 1,5 – 2 liter/hari dipertimbangkan terutama pada pasien
dengan gejala berat yang disertai hiponatremia.

d) Pengurangan berat badan


Pengurangan berat badan obesitas (IMT > 30kg/m2) dengan gagal jantung
dipertimbangkan untuk mencegah perburukan gagal jantung, mengurangi
hejala dan meningkatkan kualitas hidup.
e) Latihan fisik

Latihan fisik direkomendasikan kepada semua pasien gagal jantung kronik


stabil. Program latihan fisik memberikan efek yang sama dikerjakan dirumah
sakit atau dirumah.

2. Tatalaksana Farmakologi
a) Tujuan Tatalaksana Gagal Jantung

Tujuan diagnosis dan terapi gagal jantung yaitu mengurangi morbiditas dan
mortalitas. Tindakan preventif dan pencegahan perburukan penyakit jantung
tetap merupakan bagian penting dalam tatalaksana penyakit jantung.

b) Tujuan pengobatan gagal jantung kronik

1 Prognosis Merununkan mortalitas


2 Morbiditas Meringankan gejala dan tanda
Memperbaiki kualitas hidup
Menghilangkan edema dan retensi cairan
Meningkatkan kapasitas aktifitas fisik
Mengurangi kelelahan dan sesak nafas
3 Pencegahan Timbulnya kerusakan miokard
Perburukan kerusakan miokard
Timbul kembali dan akumulasi cairan

3. Non Medikamentosa
Dalam pengobatan medikamentosa yang ditkankan adalah istirahat, dimana kerja
jantung dalam keadaan dekompensasi harus dikurangi benar – benar dengan tirah
baring ( bed rest ) mengingat konsumsi oksigen yang relatif meningkat. Sering
tampak gejala – gejala jantung jauh berkurang hanya dengan istirahat saja.
4. Medikamentosa
Pengobatan medikamentosa masih digunakan diuretic oral maupun parental
yang masih merupakan ujung tombak pengobatan gagal jantung.Sampai edema
atau asites hilang (tercapai euvolemik). ACE-inhibitor atau Angiotensin Receptor
Blocker (ARB) dosis kecil dapat dimulai setelah euvolemik sampai dosis optimal.
Penyekat beta dosis kecil sampai optimal dapat dimulai setelah diuretik dan ACE-
inhibitor tersebut diberikan. Digitalis diberikan bila ada aritmia supra-ventrikular
(fibrilasi atrium atau SVT lainnya) dimana digitalis memiliki manfaat utama
dalam menambah kekuatan dan kecepatan kontraksi otot. Jika ketiga obat diatas
belum memberikan hasil yang memuaskan. Aldosteron antagonis dipakai untuk
memperkuat efek diuretik atau pada pasien dengan hipokalemia, dan ada beberapa
studi yang menunjukkan penurunan mortalitas dengan pemberian jenis obat ini.
Pemakaian obat dengan efek diuretik-vasodilatasi seperti Brain Natriuretic
Peptide (Nesiritide) masih dalam penelitian. Pemakaian alat Bantu seperti Cardiac
Resychronization Theraphy (CRT) maupun pembedahan, pemasangan ICD (Intra-
Cardiac Defibrillator) sebagai alat pencegah mati mendadak pada gagal jantung
akibat iskemia maupun noniskemia dapat memperbaiki status fungsional dan
kualitas hidup, namun mahal. Transplantasi sel dan stimulasi regenerasi miokard,
masih terkendala dengan masih minimalnya jumlah miokard yang dapat
ditumbuhkan untuk mengganti miokard yang rusak dan masih memerlukan
penelitian lanjut.

H. Pemeriksaan penunjang

1) Radiografi Toraks
Menunjukkan kardiomegali (rasio kardiotorasik (CTR) >50%), terutama bila
gagal jantung sudah kronis. Ukuran jantung yang normal tidak menyingkirkan
diagnosis dan bisa didapatkan pada gagal jantung kiri akut, seperti yang terjadi
pada infrak miokard, regurgitasi katup akut, atau defek septum ventrikel (VSD)
pascainfrak.
2) Elektrokardiografi
Memperlihatkan beberapa abnormalitas pada sebagian besar pasien (80-90%),
termasuk gelombang Q, perubahan ST-T, hipertrofi LV, gangguan konduksi,
aritmia.
3) Ekokardiografi
Dilakukan pada semua pasien dengan dugaan klinis gagal jantung. Dimensi ruang
jantung, fungsi ventrikel (sistolik dan diastolik), dan abnormalitas gerakan dinding
dapat dinilai dan penyakit katup jantung dapat disingkirkan.
4) EKG ambulator
Harus dilakukan jika diduga terdapat aritmia.
5) Tes Darah
Direkomendasikan untuk menyingkirkan anemia dan menilai fungsi ginjal
sebelum terapi dimulai. Disfungsi tiroid ( baik hiper maupun hipotiroidisme)
dapat menyebabkan gagal jantung sehingga pemeriksaan fungsi tiroid harus selalu
dilakukan ).
DAFTAR PUSTAKA

Indonesia, P. D. (2015). Pedoman Tatalaksana Gagal Jantung. Jakarta: Edisi Pertama.


Irwan. (2018). Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Yogyakarta: Grup Penerbit CV BUDI
UTAMA.
Laksmi , a. i. (2020). monograf program suportif edukatif meningkatkan kemampuan self
care pada pasien gagal ginjal. yogyakarta: bintang pustaka madani (cv. bintang surya
madani ).
Muttaqin, A. (2009). Pengantar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem
Kardiovaskular. Jakarta: Salemba Medika.
ASUHAN KEPERAWATAN

Tanggal dan jam pengkajian : 06 Mei 2022


A. Data Umum

Biodata

a. Identitas Pasien
Nama : Ny. S
Umur : 59 tahun
Jenis kelamin : Prempuan
Agama : Islam
Status perkawinan : Kawin
Pendidikan :-
Pekerjaan :-
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
Alamat : Semarang Barat
Tanggal masuk : 04 Mei 2022 Jam 22.41
No. Rrgister : 00-21-**-**
Diagnosa medis : Gagal Jantung
b. Identitas penanggung jawab
Nama : Tn. B
Umur : 36 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
Kawin/belum : Kawin
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : Wiraswasta
Hubungan : Anak
B. Riwayat kesehatan
1. Keluhan utama
Pasien mengeluh sesak, lemas, nyeri pada dada sebelah kiri menjalar ke punggung
sejak 3 hari yang lalu. Nyeri bertambah apabila dibuat aaktivitas dan berkurang
bila saat istirahat.
P : Nyeri karena penyakit
Q : Seperti ditusuk-tusuk
R : Nyeri dada sebelah kiri tembus sampai punggung
S : Skala 7
T : Nyeri bertambah apabila sedang beraktivitas
2. Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang ke RS pada tanggal 4 Mei 2022 dengan keluhan sesak, lemas, dan
dada nyeri sebelah kiri menjalar punggung, pusing, keringat dingin menyebabkan
pasien dan keluarga khawatir dengan kondisi pasien saat ini. Pasien sangat cemas
dengan kondisinnya saat ini yang tak kunjung sembuh. Dan sekarang pasien
dirawat di RSPM dengan diagnosa Gagal Jantung.
3. Riwayat kesehatan masalalu
Pasien pernah menderita penyakit hipertensi 1 tahun yang lalu belum pernah di
rawat di Rumah Sakit.
4. Riwayat kesehatan masalalu
Pasien mengatakan dari orang tua ada yang menderita penyakit hipertensi yaitu
dari Bapak. Pasien memiliki empat orang anak, satu laki-laki dan tiga perempuan.
Genogram :
Keterangan :

: laki- laki

: perempuan

: laki-laki meninggal

: perempuan meninggal

: pasien

C. Pola Kesehatan Fungsional


1. Pola Persepsi Dan Pemeliharaan Kesehatan
Pasien cemas dengan kondisinya sekarang karena penyakit yang bertambah parah
dan kondisinya semakin lemah. Upaya klien dalam memelihara kesehatnya
dengan menjaga pola hidupnya dan semisal pasien sakit paisen berobat ke RS
terdekat.
2. Pola Nutrisi Dan Metabolik
Klien mengatakan sebelum sakit makan 3x sehari dengan menu 1 porsi yang
cukup terdiri dari nasi, lauk dan sayur-sayuran, setelah di rumah sakit klien hanya
makan makanan tambahan yang banyak mengandung kalium.
Klien mengatakan sebelum sakit klien minum dalam sehari 8 gelas , setelah di
rumah sakit klien hanya minum 5-6 gelas/hari.
3. Pola Eliminasi
Klien mengatakan sebelum sakit BAB 1x sehari dengan konsisten keras berwarna
kuning dan berbau khas, setelah di rumah sakit klien mengatakan BAB 1x dalam 3
hari dengan konsisten lembek dan berbau khas.
Klien mengatakan sebelum sakit BAK 5-6 x sehari berwarna kuning dan berbau
pesing, setelah di rumah sakit klien hanya BAK 4-5 x/hari sering di malam hari
dengan warna urine gelap dan berbau khas.
4. Pola Aktivitas Dan Latihan
Klien mengatakan tidak suka olahraga dan klien mengatakan tidak mampu
melakukan aktifitas dan merasa nyeri pada bagian dada.
Indeks Kats

Aktivitas 0 1 2 3 4
Makan 
Toileting 
Berpakain 
Mobilisasi ditempat tidur 
Berpindah 
Ambulansi 
Keterangan

0 : Mandiri

1 : Dibantu sebagian

2 : Dibantu orang lain

3 : Dibantu orang lain dan alat

4 : Ketergantungan total

5. Pola Istirahat Dan Tidur

Klien mengatakan sebelum sakit tidur 8 jam/hari dan tidak mudah terbangun,
setelah di rumah sakit klien hanya tidur 6-7 jam/ hari dan klien sulit tidur karena
cemas dan takut.

6. Pola Kognitif – Perseptual Sensori


Klien mengatakan sebelum sakit tidak ada masalah atau keluhan pada
pendengaran, penciuman atau perabaan. Semua masih dalam keadaan normal.
Klien masih dapat mendengar dengan baik. Klien mengatakan merasakan nyeri
dada sebelah kiri menjalar sampai punggung. Rasanya seperti ditusuk-tusuk denga
skala nyeri 7.
7. Pola Persepsi Diri Dan Konsep Diri
Klien mengatakan menerima kondisinya saat ini dan bersyukur kepada Tuhan
karena telah diberi umur panjang. Klien mengatakan peranya saat ini sebagai
Bapak.
8. Pola Mekanisme Koping
Klien mengatakan dalam mengambil keputusan bersama keluarga terutama istri
dan anak-anaknya dalam memecahkan masalah karena klien mengatakan setiap
ada kejadian, klien menceritakan kepada keluarganya.
9. Pola Seksual-Reproduksi
Klien memiliki 4 anak, 1 laki-laki dan 3 perempuan. Selama sakit klien
mengatakan sudah jarang melakukan hubungan seksual.
10. Pola Peran-Hubungan dengan Orang lain
Klien mengatakan dengan keluarga sangat baik, klien selalu menceritakan setiap
kejadian kepada keluarganya dan klien juga mengatakan hubungan klien dengan
saudra baik-baik saja.
11. Pola Nilai dan Kepercayaan
Klien mengatakan beragama islam dan dalam menjalankan ibadanya shalat tidak
ada masalah.
D. Pemeriksaan Fisik ( Head To Toe )
a) Kesadaran : Composmentis
b) Tanda-tanda vital
TD : 138/80 mmHg
N : 105 x/ menit
S : 36,8 C
P : 28cx/ menit
c) Kepala : bentuk oval, nampak bersih , warna hitam dan sedikit beruban dan
merata
d) Mata : palpebra tidak nampak ada oedem, seclera tidak icterus, cojungtiva merah
muda, pupil isokor dan bola mata dapat bergerak ke segala arah
e) Hidung : lubang hidung simetris kiri dan kanan, tidak nampak adanya deviasi
pada spuntum, tidak ada peradangan atau lesi dan mukosa hidung tampak lembab
f) Telinga : tidak ada serumen, tidak ada perdangan atau lesi, nampak simetris kiri
dan kanan, dan tidak ada pengeluaran cairan pada lubang telinga
g) Mulut : gusi berwarna merah dan tidak ada peradangan, lidah nampak agak kotor,
membra mukosa bibir kering dan pucat
h) Leher : tidak nampak adanya pembesaran pada kelenjar limfe, tidak ada
pembesaran kelenjar typoid, tidak ada bendungan pada vena jugularis dan tidak
ada peradangan atau lesi

i) Thoraks dan paru


Inspeksi :
1. Bentuk dada normal chest/simetris kiri dan kanan
2. Pergerakan dada mengikuti irama pernafasan
3. Irama pernafsan teratur
4. Frekuensi pernafasan 22x/ menit

Palpasi :

1. Tidak teraba adanya massa atau benjolan


2. Ada nyeri tekan pada dada

Auskultasi

1. Bunyi pernafasan sonor/timpani pada lapang kanan dan kiri


2. Tidak ada bunyi tambahan
j) Jantung
 Inspeksi :Konjungtiva tidak anemis, bibir dan kuku tidak ada sianosis. Tidak
nampak ictus cordis, tidak nampak dextro cordia
 Perkusi : Terjadinya pembesaran jantung (ketika di perkusi bunyi dullnes ada
siantar ICS 2-7 ).
 Auskultasi: Bunyi gallop tidak ditemukan, bunyi jantung murmur, bunyi S1
dan S2 melemah
k) Abdomen
Inspeksi : nampak simetris kiri dan kanan
Auskultasi : peristaltik 6x/ menit
Perkusi : bunyi tympani pada kwadran kiri atas, bawah, sisi kanan atas bunyi
pekak
Palpasi : tidak ada nyeri tekan pada abdomen
l) Ekstremitas atas dan bawah
 Tidak teraba adanya benjolan
 Tidak ada nyeri tekan
 Tidak ada oedema atau pembengkakan
 Tidak ada bunyi krepitasi

E. Data Penunjang
a. Hasil pemeriksaan penunjang
 Hasil pemeriksaan laboratoriumpada tanggal 5 mei 2022 jam 06.14 WIB

PEMERIKSAAN HASIL NILAI RUJUKAN SATUAN KETERANGAN


KIMIA KLINIK
UREUM 65.0 10-5 Mg/dL
KREATIN 1.5 0.6-1.3 Mg/dl
BLOOD GAS ANALYSIS -
PH 7.370 7.35-7.45 -
PCO2 66.3 35-45 mmHg
PO2 175.9 83-108 mmHg
BE ECF 13.4 -2-3 mmol/1
BE B 12.1 -2-3 mmol/1
HCO3 39.2 21-28 mmol.1
TCO2 41.3 20 V%(Hb 15 gr%) mmol/1
SO2 99.0 95-98 %

b. Therapy yang diberikan


 Infus RL asnet
 Injeksi funosemid 4x2 ampul
 Ijeksi methil 3x62,5
 Injeksi pantoprazole 1x1 vial
 Injeksi NBZ (lasal : pulmi 0,5 mg) /8 jam
 Injeksi levofloxaci 1x750 mg
 Sprironolacton 1x25 mg
 Ramipil 1x5 mg
 NAC 3x200 mg
 Aspilet 1x80 mg
 Azetasolamid 1x250 mg
 Prorenal 3x1
 Digoxin 1x1/2
 Nofisil 1x2 mg
 Nitrocaf 3x5 mg

Analisa Data

No. Data Fokus Problem Etiologi


1. S : Pasien mengatakan nyeri pada dada sebelah Nyeri Akut Agen pecendera
kiri fisiologis
P :Nyeri karena gagal jantung
Q: Seperti ditusuk tusuk.
R: Nyeri dada sebelah kiri tembus sampai
punggung
S: Skala 7
T: Nyeri bertambah apabila sedang
beraktivitas
O : Pasien tampak menyeringgai kesakitan,
keluar keringat dingin dan terlihat pucat
2. S: Pasien mengatakan merasa khawatir karena Ansietas Ancaman terhadap
kondisi penyakitnya yang semakin memburuk kematian
O: Pasien tampak gelisah dan tegang
TD: 156/95 mmHg
RR: 22x/menit
N:96x/menit
3. S: Pasien mengeluh sulit tidur karena cemas Gangguan pola Hambatan lingkungan
terhadap kondisinya dan mengatakan tidak puas tidur
ketika tidur karena sering terjaga
O: Pasien tampak lemas dan lesu dan terdapat
lingkaran hitam sekitar mata
Diagnosa Keperawatan

1) Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis


2) Ansietas b.d ancaman terhadap kematian
3) Gangguan pola tidur b.d hambatab lingkungan

Intervensi Keperawatan

NO DX TUJUAN DAN INTERVENSI RASIONAL


KRITERIA HASIL
1. Nyeri akut b.d Setelah dilakukan Manajemen nyeri - Untuk
agen pencedera tindakan selama 1x24 jam Observasi mengetahui
fisiologis maka di dapatkan Nyeri - Identifikasi lokasi, lokasi,
akut menurun dengan karakteristik, durasi, karakteristik,
kriteria hasil : frekuensi, kualitas, durasi, frekuensi,
- Kemampuan intensitas nyeri kualitas,
menuntaskan aktivitas - Identifikasi skala nyeri intensitas nyeri
meningkat - Identifikasi respon nyeri pada pasien
- Keluhan nyeri non verbal - Untuk
menurun - Identifikasi faktor yang mengetahui skala
- Gelisah menurun memperberat dan nyeri
- Frekuensi nadi memperingan nyeri - Untuk
membaik - Identifikasi pengetahuan mengetahui
dan keyakinan tentang respon nyeri non
nyeri verbal
- Identifikasi pengaruh - Untuk
budaya terhadap respon mengetahui
nyeri pengetahuan dan
- Identifikasi pengaruh keyakinan
nyeri pada kualitas hidup terhadap nyeri
- Monitor keberhasilan - Untuk
terapi komplomenter mengetahui
yang sudah diberikan pengaruh budaya
- Monitor efek samping terhadap respon
penggunaan analgetik nyeri
- Terapeutik - Untuk
- Berikan teknik non mengetahui
farmakologis untuk pengaruh nyeri
mengurangi rasa nyeri pada kualitas
(mis. TENS, hipnosis, hidup
terapi musik, terapi pijat) - - Mengecek efek
- Kontrol lingkungan yang samping
memperberat rasa nyeri penggunaan
(mis. Suhu ruangan, analgetik
pencahayaan,
kebisingan)
- Fasilitasi istirahat dan
tidur
- Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi
- Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri
- Jelaskan strategi
meredakan nyeri
- Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
- Anjurkan meggunakan
analgetik secara tepat
- Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
2. Ansietas b.d Setalah dilakukan Observasi - Untuk
Ancaman tindakan 1x24 jam, maka - Identifikasi saat tingkat mengetahui
terhadap tingkat ansietas menurun. ansietas berubah ( mis. tingkat ansietas
kematian Kriteria Hasil : kondisi,waktu,stresor) (mis.
- Verbalisasi menurun - Identifikasi kemampuan kondisi,waktu,str
- Perilaku gelisah mengambil keputusan esor)
menurun - Monitor tanda - tanda - Mengidentifikasi
- Perilaku tegang ansietas (verbal dan non kemampuan
menurun verbal) mengambil
- Keluhan pusing Terapeutik keputusan
menurun - Ciptakan suasana - Untuk
- Palpitasi menurun terapeutik untuk mengetahui
- Anoreksia menurun menumbuhkan tanda-tanda
- Pucat menurun kepercayaan ansietas (verbal
- Pola tidur membaik - Temani pasien untuk dan nonverbal)
- Frekuensi nadi mengurangi kecemasan, - Menciptakan
membaik jika memungkinkan suasana
- - Tekanan darah - Dengarkan dengan penuh terapeutik untuk
membaik perhatian menumbuhkan
- Gunakan pendekatan kepercayaan
yang tenang dan - Untuk
meyakinkan mengurangi
- Motivasi kecemasan
mengidentifikasi situasi - Untuk
yang memicu kecemasan mengetahui
Edukasi situasi yang
- Anjurkan memicu
mengungkapkan kecemasan
perasaan dan persepsi
- Latih kegiatan
pengalihan untuk
mengurangi ketegangan
3. Gangguan pola Setelah dilakukan Observasi - untuk
tidur b.d tindakan 1x24 jam maka - identifikasi pola aktivitas mengetahui pola
hambatan pola tidur meningkat dan tidur aktivitas dan
lingkungan dengan kriteria hasil : - indentifikasi faktor tidur
- kemampuan penggagu tidur(fisik dan - untuk
beraktifiatas menurun psikologis) mengetahui
- keluhan sulit tidur - identifikasi obat tidur faktor
menurun yang dikomsumsi pengganggu
- keluhan sering terjaga Terapeutik tidur
menurun - modifikasi lingkungan - untuk mengetur
- keluhan tidak puas (mis. Pencahayaan, pola obat tidur
tidur menurun kebisingan,suhu,matras yang
- keluhan pola tidur dan tempat tidur) dikomsumsi
berubah menurun - batasi waktu tidur - mengatur
- keluhan istirahat tidak siang,jika perlu lingkungan (mis.
cukup - fasilitasi menghilangkan Pencahayaan,
stress sebelum tidur kebisingan)
- Tetapkan jadwal tidur - mengatur waktu
rutin tidur
- Lakukan prosedur untuk - mengedintifaksi
meningkatkan fasiliatis
kenyamanan (mis. Pijat, menghilangkan
pengaturan,posisi, terpi stres sebelum
akupresur) tidur
- mengedintifikasi
Edukasi pentingnya
- Jelaskan pentingnya tidur cukup tidur
cukup selama sakit
- Anjurkan menepati
kebiasaan waktu tidur
- Anjurkan menghindari
makanan/minuman yang
mengganggu tidur
- Anjurkan penggunaan
obat tidur yang tidak
mengandung supresor
terhadap tidur REM

Implementasi Keperawatan

TGL/JAM DX.KEP IMPLEMENTASI EVALUASI (S DAN O) TTD


6-5-2022 1 Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, S : Pasien mengatakan nyeri pada dada
Jam 15.00 durasi, frekuensi, kualitas, intensitas sebelah kiri
nyeri, skala nyeri P :Nyeri karena gagal jantung
Q: Seperti ditusuk tusuk.
R: Nyeri dada sebelah kiri tembus
sampai punggung
S: Skala 7
T: Nyeri bertambah apabila sedang
beraktivitas
O : Pasien tampak menyeringgai
kesakitan, keluar keringat dingin dan
terlihat pucat
6-5-2022 1 Memberi teknik relaksai untuk S: Pasien bersedia mendengarkan musik
Jam 15.00 mengurangi nyeri:terapi music O: pasien kooperatif
7-5-2022 3 Melakukan prosedur untuk - S: pasien bersedia memgikuti prosedur
Jam 11.00 meningkatkan kenyamanan (mis. Pijat, perawat
pengaturan,posisi, terpi akupresur) O: pasien kooperatif

7-5-2022 3 modifikasi lingkungan (mis. S : pasien mengatakan senang karena


Jam 11.00 Pencahayaan, kebisingan,suhu,matras lingkungan menjadi nyaman
dan tempat tidur) O: pasie terlihat senang

7-5-2022 2 Menciptakan suasana terapeutik untuk S:


Jam 11.00 menumbuhkan kepercayaan: memberi O : pasien kooperatif
support mental pada pasien

Evaluasi Keperawatan

TGL/JAM DX.KEP EVALUASI (SOAP) TTD


7-5-2022 Nyeri akut b.d agen S: pasien mengatakan masih nyeri dada
Jam 14.00 pendcendra fisiologis P : nyeri karena penyakit
Q : seperti tertusuk-tusuk
R : nyeri dada sebelah kiri menjalar sampai
punggung
S : skala 6
T : nyeri bertambah apabila sedang beraktivitas
O: pasien terlihat menahan nyeri dan terasa pucat
A: masalah nyeri belum teratasi
P:lanjutkan intervensi
Lakukan teknik nonfarmakologi (relaksasi, masase
punggung)
7-5-2022 Ansietas b.d ancaman S: pasien mengatakan rasa cemas sedikit berkurang
Jam 14.00 terhadap keematian O: pasien namapak tenang, N 84x/menit, S 36,6 C , TD
140/90 mmHg
A: masalah teratasi sebagian
P: lanjutkan intervensi
Temani pasien untuk memberikan keamanan dan
mengurangi ketakutan
Nyatakan dengan jelas harapan terhadap perilaku
pasien
7-5-2022 Gangguan pola tidur S: pasien mengatakan belum bisa tidur nyenyak
Jam 14.00 b.d hambatan O: pasien terlihat kurang fres, lemas dan lesu
lingkungan A: masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi
Fasilitasi untuk mempertahankan aktivitas sebelum
tidur (montonton tv)

Anda mungkin juga menyukai