Kesehatan
Hubungan antara factor risiko gagal jantung dengan
kejadian penyakit gagal jantung pada masyarakat
Dukuh Kupang Surabaya
Latar Belakang
Gagal jantung merupakan kelainan multisitem dimana terjadi gangguan pada jantung, otot skelet dan fungsi ginjal, stimulasi sistem
saraf simpatis serta perubahan neurohormonal yang kompleks.
Kematian akibat penyakit kardiovaskuler khususnya gagal jantung adalah 27 %. Dari hasil penelitian Framingham pada tahun 2000
menunjukkan angka kematian dalam 5 tahun terakhir sebesar 62% pada pria dan 42% wanita, berdasarkan data dari di Amerika
terdapat 3 juta penderita gagal jantung dan setiap tahunnya bertambah dengan 400.000 orang, sedangkan untuk di Indonesia angka
kejadian gagal jantung menyebab kematian nomor satu, padahal sebelumnya menduduki peringkat ketiga.
Ada tiga faktor lainnya yang tidak bisa dihindari oleh manusia yakni faktor keturunan dan latar belakang keluarga, faktor usia dan
jenis kelamin yang banyak ditemui pada kasus kegagalan jantung.
Dalam penelitian ini, kami bertujuan untuk menyelidiki penyakit gagal jantung yang merupakan masalah kesehatan serius dan
hubungannya dengan faktor-faktor yang berkaitan dengan penyakit gagal jantung.
Tujuan
01 02
Tujuan Umum Tujuan Khusus
Menganalisis prevalensi penyakit Mengetahui hubungan antara
gagal jantung pada masyarakat tingkat pengetahuan
dukuh kupang dan faktor-faktor masyarakat dukuh kupang
yang berkaitan dengan penyakit gagal jantung.
Mengetahui hubungan faktor
resiko gagal jantung dengan
penyakit gagal jantung.
Manfaat
Untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai
Hubungan Faktor Risiko Gagal Jantung Dengan Kejadian
Penyakit Gagal Jantung.
PEMBAHASAN
Definisi
Riwayat
Umur Jenis Kelamin
Keluarga
Faktor Risiko Yang Dapat Diubah
Aldosteron akan menyebabkan retensi natrium dan air serta meningkatkan sekresi kalium. Angiotensin II juga memiliki efek pada
miosit serta berperan pada disfungsi endotel pada gagal jantung.
Terdapat tiga bentuk natriuretic peptide yang berstruktur hampir sama yang memiliki efek yang luas terhadap jantung, ginjal dan
susunan saraf pusat. Atrial Natriuretic Peptide dihasilkan di atrium sebagai respon terhadap peregangan menyebabkan natriuresis
dan vasodilatsi. Pada manusia Brain Natriuretic Peptide juga dihasilkan di jantung, khususnya pada ventrikel, kerjanya mirip
dengan ANP. Vasopressin merupakan hormon antidiuretik yang meningkat kadarnya pada gagal jantung kronik yang berat. Kadar
yang tinggi juga didpatkan pada pemberian diuretik yang akan menyebabkan hyponatremia.
Endotelin disekresikan oleh sel endotel pembuluh darah dan merupakan peptide vasokonstriktor yang poten menyebabkan efek
vasokonstriksi pada pembuluh darah ginjal, yang bertanggung jawab atas 6 retensi natrium. Konsentrasi endotelin-1 plasma akan
semakin meningkat sesuai dengan derajat gagal jantung.
Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis pada pasien dengan gagal jantung kongestif adalah sesak
napas, nadi cepat, intoleransi aktivitas, retensi cairan, penurunan kadar oksigen
darah arteri, edema paru, edema perifer, ketidaknyamanan (Nugraha, Pebrianti
& Platini, 2018) dan gangguan pola tidur. Selain itu, muncul permasalahan non
fisik seperti ketakutan, kecemasan, depresi, dan stress yang secara simultan
dapat memperburuk kondisi pasien gagal jantung berkaitan dengan respon
neurohormonal pasca stress yang menimbulkan fatigue atau kelelahan
Diagnosis
Diagnosis gagal jantung dapat dilakukan dengan dengan pemeriksaan fisik dan penunjang. Gejala yang didapatkan pada pasien dengan gagal
jantung antara lain sesak nafas, Edema paru, peningkatan JVP , hepatomegali , edema tungkai.
Pada pemeriksaan foto toraks seringkali menunjukkan kardiomegali (rasio kardiotorasik (CTR) > 50%), terutama bila gagal jantung sudah kronis.
Kardiomegali dapat disebabkan oleh dilatasi ventrikel kiri atau kanan, LVH, atau kadang oleh efusi perikard. Derajat kardiomegali tidak
berhubungan dengan fungsi ventrikel kiri.
Elektrokardiografi memperlihatkan beberapa abnormalitas pada sebaigian besar pasien (80-90%), termasuk gelombang Q, perubahan ST-T,
hipertropi LV, gangguan konduksi, aritmia.
Ekokardiografi harus dilakukan pada semua pasien dengan dugaan klinis gagal jantung. Dimensi ruang jantung, fungsi ventrikel (sistolik dan
diastolik), dan abnormalitas gerakan dinding dapat dinilai dan penyakit katub jantung dapat disinggirkan.
Tes darah dirkomendasikan untuk menyinggirkan anemia dan menilai fungsi ginjal sebelum terapi di mulai. Disfungsi tiroid dapat menyebabkan
gagal jantung sehingga pemeriksaan fungsi tiroid harus selalu dilakukan.
Pencitraan radionuklida menyediakan metode lain untuk menilai fungsi ventrikel dan sangat berguna ketika citra yang memadai dari ekokardiografi
sulit diperoleh. Pemindahan perfusi dapat membantu dalam menilai fungsional penyakit jantung coroner
Penatalaksanaan
Terapi Pertama
Yang dapat dilakukan adalah mengoreksi atau stabilisasi berbagai keabnormalan
yang terjadi yang dapat menginduksi munculnya CHF, misalkan iskemia dapat
dikontrol dengan terapi medis atau pembedahan, hipertensi harus selalu
terkontrol, dan kelainan pada katup jantung dapat ditangani dengan perbaikan
pada katup tersebut.
Terapi Non- Farmakologis
Dapat dilakukan dengan restriksi garam, penurunan berat badan, diet rendah
garam dan rendah kolesterol, tidak merokok, olahraga.
Terapi Farmakologis
I. Diuretics
II. Vasodilator drugs
III. inotropic Drugs Digitalis glycosides
IV. Beta blockers
V. Aldosterone antagonis
VI. Antiarrhythmic Therapy
VII. Anticoagulant Therapy
Terapi Infasif
a) Coronary Reperfusion, terutama pada akut gagal jantung berulang dihubungkan dengan edema
pulmonary.
b) Valvular Heart Disease.
c) Reduction ventriculoplasty meliputi eksisi pada bagian dari otot ventrikel kiri yang diskinetik. Hal
ini biasanya dilakukan pada gagal jantung klas akhir.
d) Transmyocardial laser revascularization
e) Prosedur operasi perbaikan fungsi jantung a. intra-aortic balloon pump b. permanent implantable
balloon pump c. total artificial heart
f) Transplantasi Jantung (terapi paling efektif pada keadaan gagal jantung berat).
Pencegahan
Penyebab gagal jantung terutama berasal dari penyakit jantung, maka pencegahan penyakit jantung merupakan
tahap pertama pencegahan gagal jantung. Pencegahan atau pengobatan dini penyakit jantung seperti CAD,
endokartitis infektif, perikarditis, konstriktif, hipertensi, dan penyakit jantung reumatik adalah sangat penting.
Bagaimanapun, penyakit jantung tidak selalu dapat dicegah, maka tahap berikutnya adalah menunda serangan
mendadak gagal jantung. Hal ini meliputi manajemen diet seperti diet rendah garam, rendah lemak, atau diet
untuk menurunkan berat badan, program penghentian merokok, menyusun program aktivitas/latihan dan
pengobatan dini terhadap infeksi.
Kecemasan merupakan masalah psikologis penyebab fatigue. Selain masalah psikologis, kelelahan pada pasien
gagal jantung juga disebabkan oleh masalah fisiologis yang terjadi akibat penurunan suplai oksigen dan nutrisi
ke jaringan. Gangguan sirkulasi terjadi akibat kegagalan jantung dalam memompa. Gangguan vaskularisasi dan
gangguan metabolisme pembentukan energi.
Rekomendasi
Rachma, Lailia Nur. 2014. Patomekanisme Penyakit Gagal Jnatung Kongestif.. Malang : Jurusan Biologi, Fakultas Sains
dan Teknologi UIN Maliki Malang
Utami, Nisa., Haryanto, Ero., Fitri, Anisa. 2019. Fatigue Pada Pasien Gagal Jantung Di Ruang Rawat Inap Rsau Dr. M.
Salamun. Bandung : Poltekes TNI AU Ciumbuleuit Bandung
Purbianto. Agustanti, Dwi. 2015. ANALISIS FAKTOR RISIKO GAGAL JANTUNG DI RSUD dr. H. ABDUL
MOELOEK PROVINSI LAMPUNG. Lampung : Jurusan Keperawatan Poltekkes Tanjungkarang
THANKYOU