Gagal jantung
Disusun oleh:
E.0105.20.029
2020-2021
DEFINISI
Jantung merupakan suatu organ otot berongga yang terletak di pusat dada. Bagian kanan dan kiri
jantung masing-masing memiliki ruang sebelah atas (atrium yang mengumpulkan darah dan
ruang sebelah bawah (ventrikel) yang mengeluarkan darah. Agar darah hanya mengalir dalam
satu arah, maka ventrikel memiliki satu katup pada jalan masuk dan satu katup pada jalan keluar.
Fungsi utama jantung adalah menyediakan oksigen ke seluruh tubuh dan membersihkan tubuh
dari hasil metabolisme (karbondioksida). Jantung melaksanakan fungsi tersebut dengan
mengumpulkan darah yang kekurangan oksigen dari seluruh tubuh dan memompanya ke dalam
paru- paru, dimana darah akan mengambil oksigen dan membuang karbondioksida. Jantung
kemudian mengumpulkan darah yang kaya oksigen dari paru-paru dan memompanya ke jaringan
di seluruh tubuh.
Gagal jantung merupakan suatu keadaan dimana jantung tidak dapat lagi memompa darah ke
jaringan untuk memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh, walaupun darah balik masih dalam
keadaan normal. Dengan kata lain, gagal jantung merupakan suatu ketidakmampuan jantung
untuk memompakan darah dalam jumlah yang memadai untuk memenuhi kebutuhan metabolik
tubuh (forward failure) atau kemampuan tersebut hanya dapat terjadi dengan tekanan pengisian
jantung yang tinggi (backward failure) atau keduanya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya gagal jantung adalah kontraktilitas miokard, denyut
jantung (irama dan kecepatan/ menit) beban awal dan beban akhir.
ETIOLOGI
Menurut beberapa penelitian penyakit jantung disebabkan oleh beberapa hal yaitu: 3
usia,
jenis kelamin,
keturunan,
stress,
obesitas,
merokok,
hipertensi,
konsumsi alkohol,
Hypothyroidsm,
PATOPISIOLOGI
Patofisiologi gagal jantung amat kompleks dan melibatkan jejas kardiak dan
ekstrakardiak yang memicu respons neurohormonal seluler dan molekuler serta
remodelisasi jantung. Aktivasi neurohormonal yang pada mulanya bersifat adaptif
kemudian berlanjut secara kronik disertai remodelisasi yang buruk semakin
memperberat jejas jantung dan di luar jantung (misalnya vaskuler, pulmoner, dan
renal).
MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis gagal jantung dapat diperhatikan secara relatif dari derajat latihan fisik yang
diberikan. Pada pasien gagal jantung, toleransi terhadap latihan fisik akan semakin menurun dan
gejala gagal jantung akan muncul lebih awal dengan aktivitas yang ringan. Gejala awal yang
umumnya terjadi pada penderita gagal jantung yakni dyspnea (sesak napas), mudah lelah dan
adanya retensi cairan. Paroxysmal Nocturnal Dyspnea (PND) yaitu kondisi mendadak bangun
karena dyspnea yang dipicu oleh timbulnya edema paru interstisial. PND merupakan salah satu
manifestasi yang spesifik dari gagal jantung kiri.
Backward failure pada sisi kanan jantung dapat meningkatkan tekanan vena jugularis.
Penimbunan cairan dalam ruang interstisial dapat menyebabkan edema dan jika berlanjut akan
menimbulkan edema anasarka. Forward failure pada ventrikel kiri menimbulkan tanda-tanda
berkurangnya perfusi ke organ tubuh seperti kulit pucat dan kelemahan otot rangka. Makin
menurunnya curah jantung dapat
disertai insomnia, kegelisahan, dan kebingungan. Bahkan pada gagal jantung kronis yang berat,
dapat terjadi kehilangan berat badan yang progresif.Manifestasi klinis Gagal Jantung dapat dilihat
pada tabel 1.
PENATALAKSANAAN
Terapi yang dilakukan kepada pasien gagal jantung dilakukan agar penderita merasa lebih nyaman
dalam melakukan berbagai aktivitas fisik, dan bisa memperbaiki kualitas hidup serta
meningkatkan harapan hidupnya. Pendekatannya dilakukan melalui tiga segi, yaitu mengobati
penyakit penyebab gagal jantung, menghilangkan faktor-faktor yang bisa memperburuk gagal
jantung, dan mengobati gagal jantung.
Terapi bagi penderita gagal jantung berupa terapi non-farmakologis dan terapi farmakologis.
Tujuan dari adanya terapi yakni untuk meredakan gejala, memperlambat perburukan penyakit,
dan memperbaiki harapan. Terapi non-farmakologi pada penderita gagal jantung berbentuk
manajemen perawatan mandiri. Manajemen perawatan mandiri diartikan sebagai tindakan-
tindakan yang bertujuan untuk menjaga stabilitas fisik, menghindari perilaku yang dapat
memperburuk kondisi dan mendeteksi gejala awal perburukan gagal jantung. Manajemen
perawatan diri berupa ketaatan berobat, pemantauan berat badan, pembatasan asupan cairan,
pengurangan berat badan (stadium C), pemantauan asupan nutrisi, dan latihan fisik. Terapi non-
farmakologis juga dapat dilakukan dengan restriksi garam, penurunan berat badan, diet rendah
garam dan rendah kolesterol, tidak merokok, dan dengan melakukan olahraga.
Sedangkan terapi farmakologis bertujuan untuk mengatasi gejala akibat gagal jantung, contohnya
kongesti dan mengurangi respon kompensasi. Salah satu mekanisme respon kompensasi
digambarkan dengan model neurohormonal. Adanya aktivasi neurohormonal akibat norepinefrin,
angiotensin II, aldosteron, vasopressin, serta beberapa jenis sitokin menimbulkan respon
kompensasi yang memperburuk kondisi gagal jantung . Oleh sebab itu, pengobatan pada pasien
gagal jantung biasanya memiliki mekanisme kerja yang berkaitan dengan aktivitas
neurohormonal.
Selain untuk mengurangi gejala, terapi farmakologis juga digunakan untuk memperlambat
perburukan kondisi jantung dan mengatasi terjadinya kejadian akut akibat respon kompensasi
jantung. Adapun biasanya pengobatan baik untuk gagal jantung diastolik maupun sistolik adalah
sama. Golongan obat-obatan yang digunakan adalah diuretik, antagonis aldosteron, ACE-inhibitor
(Angiotensin- Converting Enzyme inhibitor), ARB (Angiotensin Receptor Blocker), beta blocker,
glikosida jantung, vasodilator, agonis beta, bypiridine, dan natriuretic peptide.
Urutan terapi pada pasien gagal jantung biasanya diawali dengan diuretik untuk meredakan
gejala kelebihan volume. Kemudian, ditambahkan Angiotensin Receptor Blocker atau ARB jika
ACE- inhibitor tidak ditoleransi. Namun, penambahan ARB dilakukan hanya setelah terapi diuretik
diberikan secara optimal. Dosis diatur secara bertahap hingga dihasilkan curah jantung optimal.
Beta blockers diberikan setelah pasien stabil dengan pemberian ACE-inhibitor. Sedangkan
glikosida jantung (digoxin) diberikan jika pasien masih mengalami gagal jantung meskipun telah
diberikan terapi kombinasi.
KLASIFIKASI
Selain menggunakan kriteria Framingham, terdapat beberapa pembagian kriteria yang dapat
digunakan untuk mengklasifikasikan penyakit gagal jantung, diantaranya yaitu klasifikasi menurut
New York Heart Association (NYHA), dan pembagian stage menurut American Heart Association
(AHA).15 Tingkatan gagal jantung diklasifikasi berdasarkan kelainan struktural jantung dan
kapasitas fungsional. Klasifikasi gagal jantung yang tertera di Pedoman Tatalaksana Gagal Jantung
oleh Perki tahun 2015, dapat dilihat pada Tabel 2.
PATHWAY
Konsep Dasar Keperawatan
Pengkajian
a. Identitas :
1) Identitas pasien :
Nama, umur, tempat tanggal lahir, jenis kelamin, alamat, pekerjaan, suku/bangsa, agama, status
perkawinan, tanggal masuk rumah sakit (MRS), nomor register, dan diagnosa medik.
b. Keluhan utama
2) Lelah, pusing
3) Nyeri dada
Pengkajian yang mendukung keluhan utama dengan memberikan pertanyaan tentang kronologi
keluhan utama. Pengkajian yang didapat dengan gejala-gejala kongesti vaskuler pulmonal, yakni
munculnya dispnea, ortopnea, batuk, dan edema pulmonal akut. Tanyakan juga gajala-gejala lain
yang mengganggu pasien.
kepada pasien apakah pasien sebelumnya menderita nyeri dada khas infark miokardium,
hipertensi, DM, atau hiperlipidemia. Tanyakan juga obat-obatan yang biasanya diminum oleh
pasien pada masa lalu, yang mungkin masih relevan. Tanyakan juga alergi yang dimiliki pasien
f. Pengkajian data
1) Aktifitas dan istirahat : adanya kelelahan, insomnia, letargi, kurang istirahat, sakit dada,
dipsnea pada saat istirahat atau saat beraktifitas.
2) Sirkulasi : riwayat hipertensi, anemia, syok septik, asites, disaritmia, fibrilasi atrial,kontraksi
ventrikel prematur, peningkatan JVP, sianosis, pucat.
4) Pola makan dan cairan : hilang nafsu makan, mual dan muntah.
5) Eliminasi : penurunan volume urine, urin yang pekat, nokturia, diare atau konstipasi.
kulit/dermatitis
g. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan Umum : Kesadaran dan keadaan emosi, kenyamanan, distress, sikap dan tingkah laku
pasien.
Nilai normalnya :
Nilai rata-rata sistolik : 110-140 mmHg Nilai rata-rata diastolik : 80-90 mmHg
b) Nadi
atau takikkardi)
c) Pernapasan
istirahat / aktivitas
d) Suhu Badan
kesimetrisan
kosta kanan
i) Ekstremitas: lengan-tangan:reflex, warna dan tekstur kulit,
edema, clubbing, bandingakan arteri radialis kiri dan kanan.j) Pemeriksaan khusus jantung :
Kanan bawah : SIC IV Linea Para Sternalis Dextra Kiri atas : SIC II Linea Para Sternalis sinistra
BJ II : terjadi akibat getaran menutupnya katup aorta dan arteri pulmonalis pada dinding toraks.
Ini
4) Pemeriksaan penunjang
a) Foto thorax dapat mengungkapkan adanya pembesaran jantung, edema atau efusi pleura yang
menegaskan diagnosa CHF
b) EKG dapat mengungkapkan adanya tachicardi, hipertrofi bilik jantung dan iskemi (jika
disebabkan AMI), ekokardiogram
c) Pemeriksaan laboratorium : Hiponatremia, hiperkalemia pada tahap lanjut dari gagal jantung,
Blood Urea Nitrogen (BUN) dan kreatinin meningkat, peninkatan bilirubin dan enzim hati.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan penilaian klinis mengenai respon pasien terhadap masalah
kesehatan (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017). Diagnosa berdasarkan SDKI adalah :
Definisi : kelebihan atau kekurangan oksigenasi dan atau eliminasi karbondioksida pada membran
alveolus kapiler
Kriteria mayor :
1) Subjektif : Dispnea
Kriteria minor :
menurun.
ventilasi adekuat
Penyebab : hambatan upaya nafas (mis: Nyeri saat bernafas) Batasan karakteristik :
Kriteria mayor :
1) Subjektf : Dipsnea
Kriteria minor :
1) Subjektif : Ortopnea
2) Objektif : Pernafasan pursed, pernafasan cuping hidung,
Ds:dipsnea
PO2 menurun,
LEVD
takikardia,
pH arteri
Tekanan vena polmunalis
meningkat/menurun,
diaforesis,
Edema paru
gelisah,
menurun.
Data mayor: Pola nafas tidak efektif
memanjang,
Tekanan trium kanan
pola nafas abnormal
Data minor:
Lien
Ds:ortopnea
Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan adalah segala bentuk treatment yang dikerjakan oleh perawat didasarkan
pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai tujuan luaran yang diharapkan (Tim Pokja
SIKI DPP PPNI, 2018). Diagnosa berdasarkan SIKI adalah :
Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan tahap ke empat dari proses keperawatan yang dimulai setelah perawat
menyusun rencana keperawatan (Potter & Perry, 2010).
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk
membantu pasien dari masalah status kesehatan yang dihadapi kestatus kesehatan yang baik
yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan. Proses pelaksanaan implementasi harus
berpusat kepada kebutuhan pasien, faktor-faktor lain yang mempengaruhi kebutuhan
keperawatan, strategi implementasi keperawatan, dan kegiatan komunikasi (Dinarti & Muryanti,
2017).
Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan langkah akhir dari proses keperawatan. Evaluasi adalah kegiatan yang
disengaja dan terus menerus dengan melibatkan pasien, perawat dan anggota tim kesehatan
lainnya (Padila, 2012).
Menurut Setiadi (2012) dalam buku Konsep & penulisan Asuhan Keperawatan, Tahap evaluasi
adalah perbandingan yang sistematis dan terencana tentang kesehatan pasien dengan tujuan
yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara berkesinambungan dengan melibatkan pasien,
keluarga, dan tenaga kesehatan lainnya.
Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan pasien dalam mencapai tujuan yang
disesuaikan dengan kriteria hasil pada tahap perencanaan (Setiadi, 2012).
keperawatan dan hasil tindakan keperawatan. Evaluasi ini dilakukan segera setelah perawat
mengimplementasikan rencana keperawatan guna menilai keefektifan tindakan keperawatan
yang telah dilaksanakan. Evaluasi ini meliputi 4 komponen yang dikenal dengan istilah SOPA,
yakni subjektif (data keluhan pasien), objektif (data hasil pemeriksaan), analisis data
(perbandingan data dengan teori), dan perencanaan.
semua aktifitas proses keperawatan selesai dilakukan. Evaluasi sumatif ini bertujuan menilai dan
memonitor kualitas asuhan keperawatan yang telah diberikan. Metode yang dapat digunakan
pada evaluasi jenis ini adalah melakukan wawancara pada akhir pelayanan, menanyakan respon
pasien dan keluarga terkai pelayanan keperawatan, mengadakan pertemuan pada akhir layanan.
Ada tiga kemungkinan hasil evaluasi dalam pencapaian tujuan keperawatan, yaitu :
1) Tujuantercapai/masalahteratasi
1.Wang J, Nagueh SF. Current perspectives on cardiac function in patients with diastolic heart
failure. Circulation. 2009;119:1146–1157.
2. Panggabean. M. Buku Ilmu Penyakit Dalam: Gagal Jantung. Volume 2. Jakarta: 2009
3.https://www.alomedika.com/penyakit/kardiologi/gagal-jantung/diagnosis