Anda di halaman 1dari 28

ASKEP PADA GANGGUAN

POMPA JANTUNG
CONGESTIVE HEART FAILURE
(CHF)

Kelompok 3
ANGGOTA
KELOMPOK
1. KURNIA TAMAWWULAN
2. LINDA BINDARI
3. MUHAMMAD SUHAILI
4. WINDA OKTAVIA LESTARI
PENGERTIAN

Congestive Heart Failure (CHF) adalah sindrome klinis


(sekumpulan tanda dan gejala), di tandai oleh sesak
nafas dan fatik (saat Aktivitas atau saat istirahat) yang
disebabkan oleh kelainan struktur atau fungsi jantung.
Gagal jantung dapat disebabkan oleh gangguan yang
mengakibatkan terjadinya pengurangan pengisian
ventrikel dan / kontraktilitas miokardial (NANDA,
2015).
ETIOLOGI
Gagal jantung disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:
a. Kelainan otot jantung
b. Aterosklerosis/sumbatan koroner
c. Hipertensi
d. Peradangan dan penyakit myocardium degenerative
e. Penyakit jantung lainnya
f. Faktor sistemik
PATOFISIOLOGI
Kekuatan jantung untuk
CHF
merespon stress tidak mencukupi dalam memenuhi
kebutuhan metabolisme tubuh. Jantung akan gagal melakukan tugasnya sebagai organ
pemompa, sehingga terjadi yang namanya gagal jantung. Sebagai respons terhadap
gagal jantung, ada tiga mekanisme primer yang dapat dilihat (Aspiani, 2014):
a. Meningkatnya aktifitas adrenergik simpatik
b. Meningkatnya beban awal akibat aktivasi sistem renin angiotensin aldosterone
c. Hipertrofi ventrikel
Ketiga respons kompensatorik ini mencerminkan usaha untuk mempertahankan
curah jantung. Meningkatnya aktifitas adrenergik simpatik merangsang pengeluaran
katekolamin dari saraf adrenergik jantung dan medula adrenal. Denyut jantung dan
kekuatan kontraksi akan meningkat untuk menambah curah jantung. Juga terjadi
vasokontriksi arteri perifer untuk menstabilkan tekanan arteri dan redistribusi volume
darah dengan mengurangi aliran darah ke organ rendah metabolismenya, seperti kulit dan
ginjal, agar perfusi ke jantung dan otak dapat dipertahankan (Aspiani, 2014).
KLASIFIKA
SI
Klasifikasi Fungsional gagal jantung menurut New York Heart
Association (NYHA), sebagai berikut :
● Kelas 1 (Tidak ada batasan) : aktivitas fisik yang biasa tidak
menyebabkan dipsnea napas, palpitasi atau keletihan berlebihan
● Kelas 2 (Gangguan aktivitas ringan) : merasa nyaman ketika
beristirahat, tetapi aktivitas biasa menimbulkan keletihan dan
palpitasi.
● Kelas 3 (Keterbatasan aktifitas fisik yang nyata) : merasa nyaman
ketika beristirahat, tetapi aktivitas yang kurang dari biasa dapat
menimbulkan gejala.
● Kelas 4 (Tidak dapat melakukan aktifitas fisik apapun tanpa merasa
tidak nyaman) : gejala gagal jantung kongestif ditemukan bahkan
pada saat istirahat dan ketidaknyamanan semakin bertambah ketika
melakukan aktifitas fisik apapun.
TANDA & GEJALA
a. Dyspnea / sesak nafas
b. Batuk kronis atau muncul
wheezing
c. Edema
d. Fatigue
e. Nausea
f. Konfusi
g. Takikardia
PEMERIKSA
AN
DIAGNOSTIK
● Elektrokardiogram (EKG)
Hipertrofi atrial atau ventrikular,
penyimpangan aksis,iskemia,
disaritmia, takikardi dan fibrilasi atrial.
● Uji stress
Merupakan pemeriksaan non-invasif
yang bertujuan untuk menentukan
kemungkinan iskemia atau infark yang
terjadi sebelumnya.
● EKOKARDIOGRAFI
● Kateterisasi jantung
Tekanan abnormal merupakan indikasi
dan membantu membedakan gagal
jantung kanan dan gagal jantung kiri
dan stenosis katup.
● Radiografi dada
Dapat menunjukan pembesaran jantung, bayangan mencerminkan dilatasi atau hipertrofi
bilik, atau perubahan dalam pembuluh darah abnormal.
● Elektrolit
Mungkin berubah karena perpindahan cairan atau penurunan fungsi ginjal, terapi diuretik.
● Oksimetri nadi
Saturasi oksigen mungkin rendah terutama jika gagal jantung kongestif akut menjadi kronis.
● Analisa gas darah (AGD)
Gagal ventrikel kiri ditandai dengan alkalosis respiratori ringan atau hipoksemia dengan
peningkatan PCO2 (akhir).
● Blood ureum nitrogen (BUN) dan kreatinin
Peningkatan BUN menunjukan penurunan fungsi ginjal. Kenaikan baik BUN dan kreatinin
merupakan indikasi gagal ginjal.
● Pemeriksaan tiroid
Peningkatan aktifitas tiroid menunjukan hiperaktifitas tiroid sebagai pencetus gagal jantung
(Nurarif dan Kusuma, 2015).
PENATALAKSANAAN
Terapi non
Terapi farmakologi
Terapi yang dapat diberikan antara lain
farmakologi
Terapi non farmakologi yaitu
golongan diuretik, angiotensin antara lain tirah baring,
converting enzym inhibitor (ACEI), beta perubahan gaya hidup,
bloker, angiotensin receptor blocker pendidikan kesehatan
(ARB), glikosida jantung , antagonis mengenai penyakit,
aldosteron, serta pemberian laksarasia prognosis, obat-obatan serta
pada pasien dengan keluhan pencegahan kekambuhan,
konstipasi. monitoring dan kontrol
faktor resiko.
KONSEP
ASKEP
PENGKAJIAN
● Identitas
Meliputi nama, usia, jenis kelamin, pendidikan, status perkawinan, suku/ bangsa, agama, tanggal masuk rs,
tanggal pengkajian, nomor medrec, diagnosa medis dan alamat.
● Riwayat kesehatan
Keluhan utama yang paling sering manjadi alasan klien meminta pertolongan kesehatan, meliputi:
- Dispnea
- Kelemahan fisik
- Edema sistematik
● Riwayat penyakit sekarang
Pengkajian riwayat penyakit sekarang yang mendukung keluhan utama dilakukan dengan melanjutkan
serangkaian pertanyaan mengenai kelemahan fisik klien.
● Riwayat penyakit dahulu
Pengkajian riwayat penyakit dahulu yang mendukung dengan mngkaji apakah sebelumya klien pernah
menderita nyeri dada khas infark miokardium, hipertensi, DM dan hiperlipidemia.
● Riwayat keluarga
Perawat menanyakan tentang pakit yang pernah dilami anggota keluarga, serta bila ada anggota keluarga
yang meninggal, maka penyebab kematian juga ditanyakan.
● Aktifitas /istirahat : Keletihan, insomnia, nyeri dada dengan aktifitas, gelisah, dispnea saat
istirahat atau aktifitas, perubahan status mental, tanda vital berubah saat beraktivitas.
Sirkulasi, Riwayat Hipertensi, penyakit katup jantung, anemia, kelainan irama jantung,
kuku pucat atau sianosis, hepar adanya pembesaran, bunyi nafas krekles atau ronkhi,
edema pada ektremitas. Inspeksi: adanya parut pada dada, kelemahan fisik, dan adanya
edema ekstremitas. Palpasi: oleh karena peningkatan frekuensi jantung merupakan
respon awal jantung terhadap stress, sinus takikardia mungkin dicurigai dan sering
ditemukan pada pemeriksaan klien dengan kegagalan pompa jantung. Auskultasi:
Tekanan darah biasanya menurun akibat penurunan volume sekuncup. Perkusi: batas
jantung pergeseran yang menunjukan adanya hipertrofi jantung
● Integritas ego, Ansietas, stress, marah, takut, dan mudah tersinggung.
● Eliminasi, gejala penurunan berkemih urun berwarna pekat, berkemih malam hari diare/
konsipasi.
● Makanan/cairan, kehilangan nafsu makan mual, muntah, penambahan BB signifikan,
Pembengkakan ekstremitas bawah, diet tinggi garam pengunaan diuretic distensi
abdomen edema umum.
● Neurosensori akibat adanya Kelemahan, pusing letargi, perubahan perilaku dan mudah
tersinggung
● Pernafasan/Dispnea saat aktifitas tidur sambil duduk atau dengan beberapa bantal,
batuk dengan atau tanpa sputum penggunaan bantuan otot pernafasan oksigen dll.
Bunyi nafas warna kulit.
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
● Penurunan curah jantung berhubungan dengan
perubahan kontraktilitas, afterload, frekuensi,
irama, dan preload.
● Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan
perubahan membran
alveolar-kapiler/ketidakseimbangan ventilasi-
perfusi.
● Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan
posisi tubuh menghambat ekspansi paru,
hambatan upaya nafas.
● Hipervolemia berhubungan dengan kelebihan
asupan cairan/kelebihan asupan natrium.
● Intoleransi aktifitas berhubungan dengan
ketidakseimbangan antara suplai oksigen dan
kebutuhan, tirah baring, kelemahan, gaya hidup
monoton.
INTERVENSI
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan kontraktilitas, afterload,
frekuensi, irama, dan preload.
Tujuan : Dalam waktu 3x24 jam penurunan curah jantung dapat teratasi dengan kriteria hasil:
● Tanda-tanda vital dalam batas normal
● Kekuatan nadi perifer ejection fractian (EF) meningkat
● Bunyi jantung abnormal tidak ada
● Kelelahan menurun
● Klien melaporkan penurunan dispnea
Intervensi dan Rasional :
Observasi
● Identifikasi tanda/gejala primer penurunan curah jantung (meliputi dispnea, kelelahan,
edema, ortopnea, paroxysmal nocturnal dyspnea, peningkatan CVP)
● Rasional : Mengetahui tanda/gejala primer penurunan curah jantung pada pasien
● Identifikasi tanda/gejala sekunder penurunan curah jantung (meliputi peningkatan berat
badan, hepatomegali, distensi vena jugularis, palpitasi, dsb.)
● Rasional: Mengetahui tanda/gejala sekunder penurunan curah jantung pada pasien
● Monitor tekanan darah
● Rasional : Mengetahui tekanan darah pasien
● Monitor keluhan nyeri dada
● Rasional: Mengetahui keluhan nyeri dada pada pasien
● Monitor aritmia
● Rasional: Mengetahui adanya kelainan irama dan frekuensi jantung pada pasien
● Periksa tekanan darah dan frekuensi nadi sebelum pemberian obat
● Rasional: Mengetahui Frekuensi tekanan darah dan frekuensi nadi sebelum pemberian obat

Terapeutik
● Posisikan pasien semi-fowler atau fowler
● Rasional: Mempertahankan kenyamanan, meningkatkan ekspansi paru, dan memaksimalkan oksigenasi pasien
● Berikan diet jantung yang sesuai
● Rasional: Pemberian asupan makanan yang tidak memacu kerja jantung lebih keras
● Berikan terapi relaksasi untuk mengurangi stress
● Rasional: Agar pasien merasa lebih rileks
● Berikan oksigen untuk mempertahankan saturasi oksigen >94%
● Rasional: Memenuhi suplay oksigen pasien

Edukasi
● Anjurkan beraktivitas fisik sesuai toleransi
● Rasional: Melatih pasien beraktivitas sesuai toleransi
● Anjurkan berhenti merokok
● Rasional: Melatih pasien untuk gaya hidup sehat
● Anjurkan pasien dan keluarga mengukur berat badan harian
● Rasional: Agar pasien dan keluarga dapat mengukur berat badan harian secara mandiri
● Kolaborasi
● Kolaborasi pemberian antiaritmia
● Rasional: Pemberian antiaritmia sesuai kebutuhan pasien
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran
alveolar-kapiler/ketidakseimbangan ventilasi-perfusi.
Tujuan : Dalam waktu 3x24 jam gangguan pertukaran gas dapat teratasi dengan kriteria hasil:
■ Tanda-tanda vital dalam rentang normal
■ Mendemonstrasikan peningkatan ventilasi dan oksigenasi yang adekuat
■ Memelihara kebersihan paru dan bebas dari tanda-tanda distress pernafasan
■ Mendemonstrasikan batuk efektif, suara nafas bersih dan tidak ada sianosis
dan dyspneu
Intervensi
1. Auskultasi bunyi nafas, cacat adanya suara tambahan
2. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
3. Barikan bronkodilator bila perlu
4. Monitor rata-rata, kedalaman, irama respirasi
5. Catat pergerakan dada, kesimetrisan, penggunaan otot tambahan, retraksi otot
6. Monitor pola nafas: bradipnea, takipnea, kussmaul, hiperventilasi
7. Auskultasi suara paru setelah tindakan untuk mengetahui hasilnya
Rasional :
● Tambahan bunyi nafas (krekles) dapat menunjukan timbulnya edema paru atau gagal
jantung kronis
● Menurunkan beban kerja jantung, memaksimalkan curah jantung
● Merileksasikan otot halus dan menurunkan kongesti lokal, menurunkan spasme jalan
nafas, mengi, dan produksi mukosa
● Peningkatan kerja nefas menunjukan peningkatan konsumsi oksigen dan kebutuhan
energi
● Pernapasan meningkat sebagai mekanisme kompensasi awal terhadap hilangnya
jaringan paru
● Untuk mengetahui adanya gangguan pernafasan
● Mengidentifikasi hasil setelah dilakukan intervensi

3. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan posisi tubuh menghambat ekspansi paru,
hambatan upaya nafas.
Tujuan : Dalam waktu 3x24 jam pola nafas tidak efektif dapat teratasi dengan kriteria hasil:
● Tanda-tanda vital dalam rentang normal
● Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan
dyspneu
● Menunjukan jalan nafas yang paten (tidak merasa tercekik, irama, frekuensi dalam
rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal
Intervensi :
1. Monitor tanda-tanda vital
2. Auskultasi suara pernafasan abnormal
3. Monitor irama, kedalaman, dan frekuensi pernafasan
4. Monitor adanya sianosis perifer
5. Posisikan pasien memaksimalkan ventilasi
6. Lakukan fisioterapi dada bila perlu
7. Berikan bronkodilator bila perlu
8. Pertahankan jalan nafas yang paten
9. Kolaborasi pemberian ADH lasix
Rasional :
1. Perubahan hemodinamik dapat menunjukan hipoksemia sistemik pada fungsi jantung
2. Krekles dan ronchi dapat menunjukann akumulasi cairan atau obstruksi jalan nafas parsial
3. Kecepatan dan upaya mungkin meningkat karena penurunan volume sistemik, akumulasi sekret, atau
hipoksia
4. Pucat menunjukan menurunnya perfusi jaringan perifer terhadap tidak adekuatnya curah jantung
5. Menurunkan beban kerja jantung
6. Membuat dasar pengawasan kemajuan/kemunduran proses penyakit dan komplikasi
7. Merileksasikan otot halus dan dan menurunkan kongesti lokal, menurunkan spasme jalan nafas, mengi,
dan produksi mukosa
8. Mempermudah untuk intervensi selanjutnya
9. Menurunkan kongesti alveolar, memperlancar pertukaran gas
4. Hipervolemia berhubungan dengan kelebihan asupan cairan/kelebihan asupan natrium.
Tujuan : Dalam waktu 3x24 jam hipervolemia dapat teratasi dengan kriteria hasil:
● Tanda-tanda vital dalam batas normal
● Terbebas dari edema, efusi, dan anaskara
● Bunyi nafas bersih tidak ada dyspneu/ortopneu
● Terbebas dari distensi vena juguralis
● Terbebas dari kelelahan, kecemasan, kebingungan

Intervensi :
● Monitor tanda-tanda vital
● Catat secara akurat intake dan output
● Monitor hasil Hb sesuai dengan retensi cairan (BUN, Hmt, osmolalitas urine)
● Monitor indikasi retensi/ kelebihan cairan (cracles, CVP, edema, distensi vena leher, asites)
● Kolaborasi pemberian diuretik sesuai intruksi
● Monitor berat badan

Rasional :
● TD diatas normal dapat menunjukan kelebihan cairan
● Ketidaksimbangan cairan akan berlanjut apabila pemasukan lebih besar dari pengeluaran
● Mengevaluasi status hidrasi, fungsiginjaldan penyebab/efek ketidakseimbangan
● Kelebihan cairan/terjadinya gagal mungkin dimanifestasikan oleh, crecles, edema, distensi vena leher
dan asites
● Meningkatkan laju aliran urine dan dan dapat menghambat reabsorbsi natrium/klorida pada tubulus
ginjal
● Perubahan tiba-tiba pada berat badan menunjukan gangguan keseimbangan cairan
5. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen dan
kebutuhan, tirah baring, kelemahan, gaya hidup monoton.
Tujuan : Dalam waktu 3x24 jam intoleransi aktifitas dapat teratasi dengan kriteria hasil:
● Tanda-tanda vital dalam batas normal
● Berpartisispasi dalam aktifitas fisik tanpa disertai peningkatan tekanan darah, nadi dan resprasi
● Mampu melakukan aktifitas sehari-hari (ADL) secara mandiri 
Intervensi :
● Periksa tanda-tanda vital
● Bantu klien mengidentifikasi aktifitas yang mampu dilakukan dan yang disukai
● Kolaborasikan dengan tenaga rehabilitasi medik dalam merencanakan program terapi yang tepat
● Bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi kekurangan dalam beraktifitas
● Monitor respon fisik, emosi, sosial dan spiritual
Rasional :
● 1. Manifestasi kardiopulmonal dari upaya jantung dan paru untuk membawa jumlah oksigen
adekuat ke jaringan
● 2. Mempengaruhi pilihan intervensi
● 3. Meningkatkan secara bertahap tingkat aktifitas sampai normal dan memperbaiki tonus otot
tanpa kelemahan
● 4. Untuk mengetahui perkembangan dan intervensi yang dilakukan selanjutnya
● 5. Stres yang berlebihan meningkatan bertahap pada aktifitas menghindari kerja jantung
berlebihan.
IMPLEMENTASI
Serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu
klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi. Status kesehatan
yang baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan.
EVALUASI

Dalam evaluasi, perawat melakukan pengkajian


ulang tentang keluhan sesak nafas,
hemodinamik dan terapi yang diberikan pada
klien serta perilaku klien setelah melakukan
implementasi dari intervensi. Evaluasi
menggunakan observasi, mengukur dan
wawancara dengan pasien.
KESIMPULAN
Gagal jantung merupakan penyakit yang diakibatkan oleh
ketidakmampuan jantung dalam melakukan kontraksi atau pompa sehingga
terjadi penurunan cardiac out put sehingga aliran darah ke seluruh tubuh
terjadi penurunan. dampak dari penurunan cardiak out put, akan
mengakitakan volume darah dalam ventrikel kiri menumpuk dan berdampak
pada meningkatnya aliran darah balik yang menuju atrium, paru-paru dan
jantung bagian kanan. Untuk mengatasi masalah ini maka diperlukan
pengobatan untuk meningkatkan kontraktilitas jantung dalam rangka
menurunkan penimbunan darah dalam jantung. Berdasarkan penurunan
kemampuan pompa jantung, maka akan menimbulkan gejala sesak nafas,
perasaan tidak bertenaga dan pada akhirnya terjadi penurunan kemampuan
aktivitas pasien.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai