Anda di halaman 1dari 8

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

PENCEGAHAN PERNIKAHAN DINI UNTUK MEMBENTUK GENERASI


YANG BERKUALITAS

I. Identitas
Topik : Pernikahan Dini
Sub pokok bahasan : Pencegahan Pernikahan Dini untuk Membentuk Generasi
yang Berkualitas
Sasaran : Siswa/i SMPN 1 Jonggat
Waktu : 10.00-11.00
Hari/Tanggal : Selasa, 17 Januari 2023
Tempat : Ruang kelas SMP 21 Mataram
Penyuluhan : 1. Moderator : Diah Afrianing Safitri
2. Pemateri : Ni Putu Novi Utami
3. Notulen : Rizki Wahyuni Ernita Hadi
4. Dokumentasi : 1. I Dewa Gede Sandiyasa
2. Nabilla Arriqah Rahmaniar
Azzahra

II. Tujuan Instruksional Umum (TIU)


Siswa/i mampu memahami dampak dan pentingnya mencegah pernikahan dini
bagi generasi bangsa

III. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)


Setelah penyuluhan, siswa/i dapat :
1. Menjelaskan pengertian pernikahan dini
2. Menjelaskan factor pendorong terjadinya pernikahan dini
3. Menjelaskan dampak negative pernikahan dini
4. Menjelaskan upaya pencegahan pernikahan dini

IV. Metode
 Ceramah
 Tanya jawab

V. Job Description
1. Moderator : Mengarahkan jalannya acara agar berjalan lancar
2. Pemateri :Menyampaikan materi penyuluhan dan menjawab
pertanyaan
3. Notulen : Mencatat pertanyaan dari peserta penyuluhan
4. Dokumentasi : Mengabadikan momen sebelum, saat, dan sesudah acara
penyuluhan

VI. KEGIATAN PENYULUHAN

Tahap Waktu Kegiatan Peserta Metode Media


penyuluhan
Registrasi 5 menit 1. Memberi 1.Menjawab - -
salam salam
2. Mencatat
nama
Pembuka 3 menit Menyampaikan Mendengarkan Ceramah -
sambutan dan
memperhatikan
Doa 2 menit Memimpin doa Mendengarkan - -
dan ikut berdoa
Sambutan 5 menit Menyampaikan Mendengarkan Ceramah -
sambutan dan
memperhatikan
Penyajian 20 Menyampaikan Mendengarkan Ceramah LCD dan leaflet
materi menit materi dan
memperhatikan
Tanya jawab 10 Menjawab Mengajukan Tanya LCD dan leaflet
menit pertanyaan pertanyaan jawab
Hiburan 3 menit - - - -
Dorprize 5 menit - - - -
Penutup dan 5 menit Menyampaikan Mendengarkan Ceramah Kamera/Handphone
dokumentasi penutup dan
memperhatikan
Registrasi - - - - -
VII. Media
LCD dan Leaflet

VIII. Materi
Terlampir.

IX. Evaluasi
A. Kriteria Pemantauan
Pemantauan
1. Input
a. Kegiatan penyuluhan dihadiri oleh 18 peserta
b. Media penyuluhan yang digunakan adalah LCD dan Leaflet
c. Paket penyuluhan sesuai SPO dan Up to Date
d. Waktu Kegiatan Penyuluhan adalah 60 menit
e. Tempat penyuluhan adalah diruang kelas SMPN 1 Jonggat
f. Pengorganisasian penyuluhan disiapkan beberapa hari sebelum kegiatan
penyuluhan
2. Proses
a. Peserta aktif dan antusias dalam mengikuti kegiatan penyuluhan
b. Tidak ada peserta yang meninggalkan kegiatan penyuluhan
c. Narasumber menguasai materi dengan baik
3. Output
Setelah dilakukan kegiatan penyuluhan siswa/i mengerti dan memahami
materi penyuluhan.
4. Outcome
Setelah dilakukan kegiatan penyuluhan ada kesadaran dalam diri siswa/i
untuk menjegah dan tidak melakukan pernikahan dini.
MATERI
PERNIKAHAN DINI

1. Pengertian pernikahan dini


Pernikahan dini adalah suatu pernikahan yang salah satu atau kedua
pasangan berusia di bawah usia minimal untuk melakukan pernikahan, sedangkan
usia ideal bagi seorang wanita untuk menikah yaitu 21 tahun dan untuk pria yaitu 25
tahun.
Baik pria atau wanita yang belum cukup umur jika melangsungkan pernikahan dapat
dikatakan sebagai pernikahan usia dini.
2. Faktor Pendorong Terrjadinya Pernikahan Dini
Beberapa faktor yang mendorong terjadinya pernikahan dini yang sering
dijumpai di lingkungan masyarakat yaitu :
a. Ekonomi
Pernikahan dini terjadi karena kondisi perekonomian dalam keluarga yang
tergolong kurang atau dalam garis kemiskinan. Demi meringankan beban orang
tua, anak perempuannya dinikahkan dengan laki-laki yang dianggap mampu.
b. Pendidikan
Rendahnya tingkat pendidikan ataupun pengetahuan orang tua, anak dan
masyarakat, mempengaruhi pola pikir mereka dalam memahami dan mengerti
makna dan tujuan dari dilangsungkannya pernikahan dan menyebabkan
adanya kecenderungan menikahkan anak yang masih dibawah umur. Tentunya
jika menikah di usia dini akan mengorbankan pendidikan,dimana di usianya
mungkin belum sepenuhnya lulus SMA. Ini merupakan faktor penghambat anak
dalam proses pembelajaran
c. Orang tua
Orang tua khawatir terkena aib karena anak perempuannya berpacaran
dengan laki-laki yang sangat lengket/dekat sehingga segera menikahkan
anaknya.
d. Media massa
Maraknya ekspose seputar seks di media massa menyebabkan remaja modern
semakin permisif atau terbuka terhadap seks.
e. Sosial-budaya
Pernikahan dini terjadi karena orang tuanya takut anaknya dikatakan
perawan tua sehingga segera dikawinkan.

f. Pergaulan bebas remaja


Berteman dengan teman-teman yang memiliki pacar, hal tersebut
seringkali membuat seseorang gengsi jika tidak memiliki pacar. Akibatnya
pergaulan yang bebas dan gaya pacaran yang kebarat-baratan pun sering
dijadikan pilihan padahal gaya pergaulan yang seperti itulah yang
menimbulkan kehamilan di luar nikah atau sering disebut dengan Kehamilan
yang Tidak Diinginkan (KTD) pun menjadi hal yang lumrah terjadi.

3. Dampak Negatif Pernikahan Dini

Pernikahan dini menimbulkan tak sedikit permasalahan, antara lain:

a. Dampak Biologis/ Fisik

Secara biologis alat reproduksinya belum matang (masih dalam


proses menuju kematangan) sehingga belum siap untuk melakukan
hubungan seks dengan lawan jenisnya. Secara medis menikah di usia dini
dapat mengubah sel normal (sel yang biasa tumbuh pada anak- anak)
menjadi sel ganas yang akhirnya dapat menyebabkan infeksi kandungan
dan kanker.

b. Dampak Psikologis

Secara psikologis berpengaruh pada kondisi mental yang masih labil serta
belum adanya kedewasaan dari remaja itu sendiri. Dikhawatirkan,
keputusan yang diambil untuk menikah adalah keputusan remaja yang
jiwa dan kondisi psikologisnya belum stabil. Bukan keputusannya orang
dewasa, yang belum menyadari bahwa menikah adalah suatu keputusan
besar yang akan menimbulkan hak dan kewajiban dalam pernikahan dan
perkawinan tersebut.

c. Dampak Sosial

Menempatkan perempuan pada posisi yang rendah dan hanya dianggap


pelengkap seks laki-laki saja. Kondisi ini hanya akan melestarikan
budaya patriarki yang bias gender yang akan melahirkan kekerasan
terhadap perempuan.

d. Dampak lapangan pekerjaan

Seperti realita yang ada didalam masyarakat, seseorang yang mempunyai


pendidikan rendah hanya dapat bekerja sebagai buruh. Dan biasanya
seorang yang sudah menikah apalagi pernikahan dini jarang untuk dapat
diterima diperusahaan-perusahaan besar di kota karena dianggap akan
memberikan kerugian untuk perusahan itu sendiri.
e. Dampak yang lain adalah rawannya praktik aborsi

Penyimpangan seksual (pedofilia), putus sekolah dan baby boom


(tingginya angka kelahiran bayi), kehilangan “masa remaja” jika nanti
teman sebaya sedang menikmati liburan, dan pergi kumpul ke berbagai
daerah, mungkin anda harus gigit jari, ketika suami atau istri tidak
mengizinkan atau telah memiliki bayi yang tidak mungkin di ajak pergi
jauh.

4. Upaya pencegahan pernikahan dini

a. Pemerintah

Merumuskan dan melaksanakan kebijakan dan program serta alokasi


anggaran dalam upaya pencegahan pernikahan dini :

⁻ Menyusun program dan kegiatan, membangun sarana dan prasarana


pendidikan terutama untuk memperluas akses dan keterjangkauan dalam
pemenuhan wajib belajar 12 (dua belas) tahun.

⁻ Menyediakan data penerima manfaat yang akurat dan skema


perlindungan sosial berupa jaminan kesehatan dan beasiswa pendidikan
bagi siswa miskin untuk mencegah pernikahan dini. ⁻ Menyediakan skema
pemberdayaan ekonomi orang tua siswa miskin untuk tidak menikahkan
anaknya pada usia dini.

⁻ Melakukan pembinaan bagi pemuka-pemuka agama agar berpartisipasi


dalam mencegah pernikahan dini;

⁻ Memperkuat kelembagaan dan dukungan teknis bagi pusat pelayanan


terpadu pemberdayaan perempuan dan anak (P2TP2A) untuk melakukan
upaya-upaya pencegahan dan penghapusan pernikahan dini

⁻ Menyelenggarakan program-program kesehatan untuk pencegahan


pernikahan dini

⁻ Memberikan edukasi, informasi dan konseling mengenai kesehatan


reproduksi dan hak atas kesehatan reproduksi bagi anak dan remaja

b. Orang Tua

Orang tua/wali berkewajiban untuk mencegah terjadinya pernikahan dini


dengan cara:

- memenuhi dan mendukung wajib belajar 12 (dua belas) tahun sebagai


bentuk pemenuhan hak anak;
- mengetahui, memahami dampak-dampak pernikahan dini dan
mengambil sikap untuk tidak menikahkan anaknya dibawah usia 19
(sembilan belas) tahun;

- memberikan pendidikan karakter, budi pekerti, budaya dan agama; dan


pendidikan kesehatan reproduksi.

- orang tua/wali berkewajiban untuk melakukan pembinaan, pengasuhan,


bimbingan, pengawasan dan perlindungan anak agar tidak melakukan
pernikahan dini.

c. Anak

Anak berhak berpartisipasi untuk mencegah terjadinya pernikahan pada


dirinya dan teman sebaya. Setiap anak berperan dalam melakukan upaya
pencegahan pernikahan dini pada dirinya dengan cara antara lain:

⁻ mengikuti wajib belajar 12 (dua belas) tahun;

⁻ mengembangkan minat, bakat dan kreatifitasnya untuk menjamin


ketahanan masa depannya; dan

-memperoleh pengetahuan tentang kesehatan reproduksi.

d. Masyarakat

Masyarakat meliputi perorangan, keluarga, kelompok, organisasi


masyarakat, lembaga swadaya masyarakat, organisasi profesi, akademisi,
media dan pihak swasta diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk
berperan aktif dalam program dan kegiatan pencegahan pernikahan dini
mulai dari proses perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, pemantauan,
dan evaluasi. Peran masyarakat dapat dilakukan oleh perseorangan,
lembaga perlindungan anak, lembaga kesejahteraan sosial, organisasi
kemasyarakatan, lembaga pendidikan, media massa, dan dunia usaha.
DAFTAR PUSTAKA

Riaoktaviani. Naskah Penyuluhan Pernikahan Dini. Diakses pada tanggal 16 Januari


2023 melalui Naskah Penyuluhan Pernikahan Dini | PDF (scribd.com)
Muaraenim, 2018. Pencegahan Pernikahan Dini. Diakses pada tanggal 16 Januari
2023 melalui https://www.google.com/search?
rlz=1CDGOYI_enID971ID971&hl=id&sxsrf=A
JOqlzUBUz0H3cGVPa5sX1qX8vVDGtxIng:1673867669881&q=Upaya+PENC
EGAHAN+PERNIKAHAN+dini+PDF&sa=X&ved=2ahUKEwib0fT--
sv8AhVWSGwGHTzyCG4Q1QJ6BAg5EAE&biw=414&bih=696&dpr=3

Anda mungkin juga menyukai