Kelompok 2
Nama Anggota:
• Giska Cahyaningsih
• Hariri Rizki
• Juliani
• Nadiya Maulidiya
• Teteh Intan Lestari
• Tiwi Andriana
DAFTAR ISI
ABORTUS KET
• Pengertian
•Pengertian
• Etiologi
•Etiologi
• Tanda dan gejala
•Tanda dan gejala
• Pathway
•Pathway
• Pemeriksaan/Diaknostik
•Pemeriksaan/Diaknostik
• Penata laksanaan keperawatan dan medis
•Penata laksanaan keperawatan dan medis
• Konsep askep abortus
•Konsep askep abortus
DEFINISI MOLAHIDATIDOSA
• Pengertian
Pendarahan pada • Etiologi
kehamilan muda • Tanda dan gejala
• Pathway
• Pemeriksaan/Diaknostik
• Penata laksanaan keperawatan dan medis
• Konsep askep abortus
DEFINISI PERDARAHAN PADA KEHAMILAN MUDA
Tanda dan gejala abortus spontan tergantung pada durasi kehamilan. Ibu dapat merasa
sedang mengalami perdarahan menstruasi yang banyak jika abortus terjadi sebelum
minggu ke-6 kehamilan. Abortus yang terjadi antara minggu ke-6 dan ke-12 kehamilan
akan menimbulkan rasa nyeri dan perdarahan. Setelah minggu ke-12, abortus biasanya
disertai nyeri berat, seperti nyeri bersalin, karena janin harus dikeluarkan.
Pathway
Pemeriksaan/Diagnostik
1. Tes kehamilan dengan hasil positif bila janin masih hidup, bahkan 2-3 minggu
setelah kehamilan
2. Pemeriksaan doppler atau USG untuk menentukan apakah janin masih hidup
3. Pemeriksaan kadar fibrinogen darah pada missed abortion (Susilowati,2019)
Penatalaksanaan Keperawatan dan Medis
Berikut berbagai tipe abortus dan penatalaksanaan:
Tipe Abortus Penatalaksanaan
Mengancam Tirah baring, sedasi, dan menghindari stres dan orgasme adalah tindakan yang direkomendasikan.
Pengobatan selanjutnya akan bergantung kepada respons wanita terhadap pengobatan.
Tidak dapat Terminasi kehamilan segera dilakukan, biasanya dengan kuret dan dilatasi(D&C).
dihindari
Tidak komplet Terminasi kehamilan segera dilakukan, biasanya dengan kuret dan dilatasi(D&C).
Komplet Mungkin tidak perlu ada intervensi apa-apa jika kontraksi rahim cukup kuat untuk menahan perdarahan
dan jika tidak ada infeksi.
Missed Jika evakuasi spontan tidak terjadi dalam satu bulan, kehamilan diterminasi dengan cara yang sesuai
dengan usia kehamilan. Faktor-faktor pembekuan darah dipantau sampai rahim kosong. Bisa terjadi DIC
dan gangguan pembekuan darah disertai perdarahan yang tidak bisa dikendalikan pada kasus kematian
janin setelah minggu ke-12 jika produk konsepsi tertahan lebih dari lima minggu.
Septik Terminasi kehamilan segera dengan metode yang sesuai untuk usia kehamilan. Pemeriksaan biakan
dan sensitivitas serviks dilakukan dan terapi antibiotik spektrum luas dimulai. Pengobatan septik syok
dimulai, jika perlu.
MOLAHIDATIDOSA
Mola hidatidosa adalah suatu kehamilan yang tidak wajar dimana tidak
ditemukan janin dan hampir seluruh villi korialis mengalami perubahan
berupa degenerasi hidropik.Secara makroskopik, mola hidatidosa mudah
dikenal yaitu berupa gelembunga-gelembung putih, tembus pandang, berisi
cairan jernih, dengan ukurannya yang bervariasi dari beberapa millimeter
sampai 1 atau 2 cm. (Prawirohardjo, 2008).
Etiologi
Penyebab mola hidatidosa belum diketahui, tetapi faktor – faktor yang dapat menyebakan antara lain :
Faktor ovum
Ovum memang sudah patologik sehingga mati, tetapi terlambat dikeluarkan, spermatozoa
memasuki ovum yang telah kehilangan nukleusnya atau dua serum memasuki ovum tersebut
sehingga akan terjadi kelainan atau gangguan dalam pembuahan
Imunoselektif dari trophoblast, yaitu dengan kematian fetus, pembuluh darah pada stroma villi
menjadi jarang dan stroma villi menjadi sembab dan akhirnya terjadi hyperplasia sel –sel trophoblast
Keadaan sosial ekonomi rendah, akan berpengaruh terhadap pemenuhan gizi ibu yang pada akhirnya
akan mempengaruhi pembentukan ovum abnormal yang mengarah pada terbentuknya mola
hidatidosa
Paritas tinggi, ibu multipara cenderung beresiko terjadi kehamilan mola hidatidosa karena trauma
melahirkan atau penyimpanan transmisi secara genetif yang dapat diidentifikasi dan penggunaan
stimulan ovulasi seperti klomifen atau menotropiris
Gizi, Kekurangan protein, kekurangan vitamin A, nutrisi yang masuk ke dalam tubuh kurang baik
Kualitas ovum dan sperma yang tidak baik
Infeksi virus dan factor kromosom belum jelas
Pada wanita yang ovulasinya distimulasi dengan klomiferm
Wanita yang berada di kedua ujung masa reproduksi (awal batasan tahun atau premenopause).
Umur, lebih banyak ditemukan pada wanita hamil berumur dibawah 20 tahun dan diatas 35 tahun
Genetik, wanita dengan balanced translocation mempunyai resiko lebih rendah tinggi (Sastrawinata,
2004; Norwitz, 2010).
Tanda dan Gejala
Pada tahap awal tanda dan gejala kehamilan mola tidak dapat dibedakan dari tanda dan gejala
kehamilan normal. Pada waktu selanjutnya perdarahan per vaginam pada hampir semua
kasus. Cairan yang keluar dari vagina bisa berwarna coklat tua (menyerupai jus buah prum)
atau merah terang, bisa sedikit atau banyak. Keadaan ini bisa berlangsung selama beberapa
hari saja atau secara intermiten selama beberapa minggu. Pada awal kehamilan, kira kira
setengah jumlah wanita memiliki rahim yang lebih besar dari usia kehamilan yang
diperkirakan melalui tanggal menstruasi.
Anemia akibat kehilangan darah, rasa mual dan muntah yang berlebihan (hiperemesis
gravidarum), dan kram perut yang disebabkan distensi rahim merupakan gejala yang cukup
sering ditemukan. Anemia terjadi akibat perdarahan intrauterin. Preeklampsia terjadi pada
sekitar 15% kasus, biasanya antara minggu gestasi ke-9 dan ke-12.
Pathway
Pemeriksaan/Diagnostik
Data yang diperoleh dari hasil pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan rontgen,
USG dan lain - lain. dalam pemeriksaan diagnostic ibu hamil dengan mola hidatidosa
dilakukan oleh laboratorium yaitu dengan pemeriksaan darah lengkap, foto thoraks :
pada mola ada gambaran emboli udara, foto rontgen abdomen : tidak terlihat tulang -
tulang janin ( pada kehamilan 3 - 4 bulan ), Human Chorionic Gonadatropin (HCG)
diproduksi oleh trofoblas dan konsentrasi HCG di urin atau serum menunjukkan
jumlah dari sel trofobals yang hidup sehingga HCG merupakan penanda yang unik,
USG (tanpa gambaran janin) : pada mola akan terlihat badai salju (snow flake
pattern) dan tidak terlihat janin (Manuaba, 2009).
Penatalaksanaan Keperawatan dan Medis
Endosalpingitis dapat menyebabkan perlekatan endosalping, sehingga lumen tuba menyempit atau
membentuk kantong buntu.
Hipoplasia uteri, lumen tuba sempit dan berkeluk-keluk dan hal ini sering disertai gangguan fungsi silia
endosalping.
Operasi plastik dan stenlilasi yang tidak sempurna dapat menjadi sebab lumen tuba menyempit.
Endometriosis tuba (tuba tertekuk) dapat memudahkan implantasi telur yang dibuahi dalam tuba.
Divertikel tuba kongenital atau ostium asesorius tubae dapat menahan telur yang dibuahi di tempat itu.
3. Faktor diluar dinding tuba
Perlekatan peritubal dengan distorsi atau lekukan tuba dapat menghambat perjalanan telur.
4. Faktor lain
Migrasi luar ovum yaitu perjalanan dari ovarium kanan ke tuba kiri atau sebaliknya dapat
memperpanjang perjalanan telur yang dibuahi ke uterus. Pertumbuhan yang terlalu cepat
dapat menyebabkan implantasi prematur.
Fertilisasi in vitro ( pembuahan sel telur dalam kondisi laboratorium, sel telur yang sudah
di buahi itu kemudian ditempatkan di dalam rahim wanita).
5. Bekas radang pada tuba 10. Riwayat kehamilan ektopik yang lalu
Tidak ada tanda atau gejala diagnostik pada kehamilan ektopik dini. Menstruasi terlambat, adneksa
terasa penuh, dan nyeri tekan bisa menunjukkan kehamilan tuba yang utuh. Sebaliknya, keadaan
berikut ini dihubungkan dengan kehamilan ekstra uterin dini yang ruptur dalam hampir 50% kasus:
amenorea atau waktu menstruasi yang abnormal diikuti dengan perdarahan rahim ringan, masa di
adneksa atau kavum Douglasi dan nyeri di pelvis unilateral di mana terdapat massa. Pada kuret bisa
ditemukan desidua tanpa vilus. Temuan tambahan akibat ruptur akut bisa berupa syok yang tidak
sesuai dengan jumlah darah yang keluar atau nyeri alihan pada bahu.
Pada kehamilan tuba ruptur yang kronis, yang terjadi pada sedikit lebih banyak dari separuh jumlah kehamilan
ektopik, perdarahan internal biasanya lambat dan gejala biasanya atipikal atau tidak konklusif. Selain
perdarahan per vaginam ringan dengan darah berwarna gelap, panggul terasa penuh atau tertekan, nyeri tekan
di abdoen bagian bawah, flatulen, tegang, nyeri tekan, semikistik, mungkin krepitan, massa di kavum Douglasi
teraba. Demam ringan, lekositosis, dan hematokrit atau kadar hemo globin rendah bisa ditemukan. Suatu
ekimosis kebiruan di umbilikus (tanda Cullen), yang merupa kan suatu tanda indikatif hemoperitoneum, bisa
terjadi pada kehamilan ektopik intraabdomen ruptur yang tidak diobati.
Pathway
Pemeriksaan Diagnostik
h. Riwayat haid
e. Pemeriksaan penunjang
Tanyakan usia menarche, siklus haid, lama haid ,
1) Tes kehamilan dengan hasil positif bila janin masih
keluhan saat haid dan HPHT
hidup, bahkan 2-3 minggu stelah kehamilan.
i. Riwayat kehamilan
2) Pemeriksaan doppler atau USG untuk menentukan
Kaji tentang riwayat kehamilan lalu dan saat ini.
apakah janin masih hidup
Tanyakan riwayat ANC,keluhan saat hamil
3) Pemeriksaan kadar fibrinogen darah pada missed
abortion
Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut b.d agen pendera fisiologis d.d frekuensi nadi meningkat.
2. Ansietas b.d kebutuhan tidak terpenuhi d.d tampak gelisah.
3. Risiko syok d.d kekurangan volume cairan
4. Risiko ketidakseimabangan cairan d.d perdarahan
5. Resiko infeksi b.d tidak adekuatnya pertahanan sekunder
Intervensi
Diagnosa :
Nyeri akut berhubungan dengan agen pendera fisiologis ditandai dengan frekuensi
nadi meningkat
Tujuan :
Setelah dilakukan intervensi selama 4 x 24 jam maka nyeri akan menurun dengan
kriteria hasil:
• Tingkat nyeri
• Keluhan nyeri(4 cukup menurun)
• Gelisah(3 sedang)
• Pola nafas(4 cukup membaik)
• Tekanan darah(3 sedang)
Intervensi
Manajemen nyeri
Tindakan/observasi Edukasi
• Identifikasi lokasi, karakteristik durasi, frekuensi, kualitas, • Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
intensitas nyeri • Jelaskan strategi meredakan nyeri
• Identifikasi skala nyeri • Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
• Identifikasi respons nyeri non verbal • Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
• Identifikasi faktor memperingan nyeri • Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
• Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri mengurangi rasa nyeri
• Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
• Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup Kolaborasi
• Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
• Monitor efek samping penggunaan analgetik
Terapeutik
• Berikan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi rasa
nyeri (akupresur, terapi musik, biofeedback, terapi pijat,
aromaterapi, teknik imajinasi terbimbing, kompres hangat
dingin, terapi bermain
• Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
• (mis. suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan)
• Fasilitasi istirahat dan tidur timbangkan jenis dan sumber
nyeri dalam pemilihan strategi meredakan nyeri
PEMBERIAN ANALGESIK
Tindakan/Observasi
• Identifikasi karakteristik nyeri (mis. Pencetus, pereda, kualitas, lokasi, intensitas, frekuensi,
durasi)
• Identifikasi riwayat alergi obat
• Identifikasi kesesuaian jenis analgesik (mis. narkotika, non- narkotika, atau NSAID) dengan
tingkat keparahan nyeri
• Monitor efektifitas analgetik
Terapeutik
• Diskusikan jenis analgesik yang disukai untuk mencapai analgesia optimal, jika perlu
• Pertimbangkan penggunaan infus kontinu, atau bolus opioid untuk mempertahankan kadar
dalam serum
• Tetapkan target efektifitas analgesic untuk mengoptimalkan respon pasien
• Dokumentasikan respon terhadap efek analgesic dan efek yang tidak diinginkan
Edukasi
• Jelaskan efek terapi dan efek samping obat
Kolaborasi
• Kolaborasi pemberian dosis dan jenis analgesik, sesuai indikasi
Rasional
Rasional : Jumlah cairan ditentukan dari jumlah kebutuhan harian ditambah dengan
jumlah cairan yang hilang pervaginal.
3. Catat haluaran dan pemasukan.
Rasional : Mengetahui penurunan sirkulasi terhadap destruksi sel darah merah.
4. Observasi nadi dan tensi.
Rasional : Mengetahui tanda hipovolume (perdarahan).
5. Berikan diet halus.
Rasional : Memudahkan penyerapan diet.
6. Nilai hasil lab.HB/HT.
Rasional : Menghindari peradarahan spontan karena proliferasi sel darah merah.
7. Berikan sejumlah cairan IV sesuai indikasi.
Rasional : Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit dan transfusi mungkin diperlukan
pada kondisi perdarahan masif.
8. Evaluasi status hemodinamika.
Rasional : Penilaian dapat dilakukan secara harian melalui pemeriksaan fisik.
c. Diagnosa Keperawatan III : Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan
tidak adekuat pertahanan sekunder.
Tujuan : Tidak terjadi infeksi selama perawatan perdarahan. Intervensi :
1. Kaji kondisi keluaran/dischart yang keluar; jumlah, warna, dan bau.
Rasional : Perubahan yang terjadi pada dischart dikaji setiap saat dischart keluar.
Adanya warna yang lebih gelap disertai bau tidak enak mungkin merupakan
tanda infeksi.
2. Terangkan pada klien pentingnya perawatan vulva selama masa perdarahan.
Rasional : Infeksi dapat timbul akibat kurangnya kebersihan genital yang lebih
luar.
3. Lakukan pemeriksaan biakan pada dischart.
Rasional : Berbagai kuman dapat teridentifikasi melalui dischart.
4. Lakukan perawatan vulva.
Rasional : Inkubasi kuman pada area genital yang relatif cepat dapat menyebabkan infeksi.
5. Terangkan pada klien cara mengidentifikasi tanda infeksi.
Rasional : Berbagai manifestasi klinik dapat menjadi tanda nonspesifik infeksi; demam dan
peningkatan rasa nyeri mungkin merupakan gejala infeksi.
6. Anjurkan pada suami untuk tidak melakukan hubungan senggama selama masa perdarahan.
Rasional : Pengertian pada keluarga sangat penting artinya untuk kebaikan ibu; senggama
dalam kondisi perdarahan dapat memperburuk kondisi sistem reproduksi ibu sekaligus
meningkatkan resiko infeksi pada pasangan.
7. Batasi pengunjung dan ajari pengunjung untuk mencuci tangan yang baik.
Rasional : Mencegah cross infeksi.
8. Observasi suhu tubuh.
Rasional : Mengetahui infeksi lanjut.
9. Nilai hasil lab.Leukosit, darah lengkap.
Rasional : Penurunan sel darah putih akibat dari proses penyakit.
10. Berikan obat sesuai terapi.
Rasional : Antibiotika profilaktik atau pengobatan
KONSEP ASKEP KET
1) 1. Pengkajian
● a. Biodata
● 1) Nama, sebagai sebagai identitas identitas bagi pelayanan pelayanan
kesehatan/Rumah kesehatan/Rumah Sakit/Klinik Sakit/Klinik atau catat apakah
klien pernah dirawat disini atau tidak.
● 2) Umur, Digunakan sebagai pertimbangan dalam memberikan terapi dantindakan,
juga sebagai acuan pada umur berapa penyakit/kelainantersebut terjadi. Pada
keterangan sering terjadi pada usia produktif 25 - 45 tahun (Prawiroharjo S, 1999 ;
251).
● 3) Alamat, sebagai gambaran tentang lingkungan tempat tinggal klien apakahdekat
atau jauh dari pelayanan kesehatan khususnya dalam pemeriksaan kehamilan.
● 4) Pendidikan, Untuk mengetahui tingkat pengetahuan klien sehingga akanmemudahkan
dalam pemberian penjelasan dan pengetahuan tentanggejala / keluhan selama di rumah atau
Rumah Sakit.
● 5) Status pernikahan, Dengan status perkawinan mengetahui berapa kali klien
mengalamikehamilan (KET) atau hanya sakit karena penyakit lain yang tidak ada
hubungannya dengan kehamilan.
● 6) Pekerjaan, Untuk mengetahui keadaan aktivitas sehari-hari dari klien, sehingga
memungkinkan menjadi faktor resiko terjadinya KET
b. Keluhan Utama
Nyeri hebat pada perut bagian bawah dan disertai disertai dengan perdarahan
perdarahan selain itu klien ammeorrhoe.
c. Riwayat penyakit sekarang
Awalnya wanita mengalami ammenorrhoe beberapa minggu kemudiandisusul dengan
adanya nyeri hebat seperti disayat-sayat pada mulanyanyeri hanya satu sisi ke sisi
berikutnya disertai adanya perdarahan pervagina :
1. Kadang disertai disertai muntah
2. Keadaan Keadaan umum klien lemah dan adanya syok
3. Terkumpulnya Terkumpulnya darah di rongga perut :
a) Menegakkan dinding perut nyeri
b) Dapat juga menyebabkan nyeri hebat hingga klien pingsan
4. Perdarahan terus menerus kemungkinan terjadi syok hipovolemik
d. Riwayat penyakit masa lalu
1. Mencari faktor pencetus misalnya adanya riwayat endomatritis, addresitis
menyebabkan perlengkapan endosalping, Tuba menyempit / membantu.
2. Endometritis endometritis tidak baik bagian nidasi
e. Status obstetri ginekologi
1. Usia perkawinan, sering terjadi pada usia produktif 25 – 45 tahun, berdampak bagi
psikososial, terutama keluarga yang masih mengharapkan anak.
2. Riwayat persalinan yang lalu, Apakah klien melakukan proses persalinan di petugas
kesehatan atau di dukun
3. Grade multi
4. Riwayat penggunaan alat kontrasepsi, seperti penggunaan IUD.
5. Adanya keluhan haid, keluarnya darah haid dan bau yangmenyengat. Kemungkinan
adanya infeksi
f. Riwayat kesehatan keluarga
1. Hal yang perlu dikaji kesehatan suami
2. Suami mengalami infeksi system urogenetalia, dapat menular padaistri dan
dapat mengakibatkan infeksi pada celvix.
g. Riwayat Psikososial Tindakan salpingektomi menyebabkan infertile. Mengalami
gangguan konsep diri, selain itu menyebabkan kekhawatiran atau ketakutan
h. Pola aktivitas sehari – hari
2) Diagnosa
1. Perubahan perfusi jaringan b.d perdarahan yang lebih banyak pada uterus.
2. Defisit volume cairan b.d rupture pada lokasi implantasi , ntasi , perdarahan
3. Nyeri b.d rupture tuba fallopii, perdarahan intraperitonial
4. Risiko infeksi b.d luka operasi dan pemasangan alat-alat perawatan
5. Duka cita b.d kematian janin
6. Kurangnya pengetahuan b.d kurang pemahaman atau tidak mengenal
sumbersumber informasi.
Intervensi
Diagnosa :
Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan perdarahan yang lebih banyak pada uterus
Tujuan :
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama…..x jam diharapkan pasien mampu
mendemonstrasikan perfusi yang adekuat secara individual dengan
KH: 1. Kulit hangat dan kering
2. Ada nadi perifer kuat
3. Tanda vital dalam batas normal
4. Pasien sadar/berorientasi
5. Keseimbangan pemasukan/ pengeluaran
6. Tidak ada edema
Rasional
Intervensi
1. Memberikan informasi tentang
1. Awasi tanda vital, kaji pengisian kapiler, warna derajat/keadekuatan perfusi jaringan dan
kulit atau membran mukosa dan dasar kuku. membantu menentukan kebutuhan intervensi
2. Kaji respon verbal melambat, mudah 2. Dapat mengindikasikan gangguan fungsi serebral
terangsang, agitasi,gangguan memori, bingung. karena hipoksia atau defisiensi vitamin B12
3. Catan keluhan rasa dingin. Pertahankan suhu 3. Fase konstruksi (organ vital) menurunkan sirkulasi
lingkungan dan tubuh hangat sesuai indikasi perifer. Kenyamanan pasien atau kebutuhan rasa
4. Kolaborasi: Berikan SDM yang lengkap/packed, hangat harus seimbang dengan kebutuhan untuk
produk darah sesuai indikasi. Awasi ketat untuk menghindari panas berlebihan pencetus