Anda di halaman 1dari 60

ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU HAMIL

DENGAN KOMPLIKASI PERDARAHAN


HAMIL MUDA (ABORTUS,
MOLAHIDATIDOSA, KET)

Kelompok 2
Nama Anggota:

• Giska Cahyaningsih
• Hariri Rizki
• Juliani
• Nadiya Maulidiya
• Teteh Intan Lestari
• Tiwi Andriana
DAFTAR ISI
ABORTUS KET
• Pengertian
•Pengertian
• Etiologi
•Etiologi
• Tanda dan gejala
•Tanda dan gejala
• Pathway
•Pathway
• Pemeriksaan/Diaknostik
•Pemeriksaan/Diaknostik
• Penata laksanaan keperawatan dan medis
•Penata laksanaan keperawatan dan medis
• Konsep askep abortus
•Konsep askep abortus

DEFINISI MOLAHIDATIDOSA
• Pengertian
Pendarahan pada • Etiologi
kehamilan muda • Tanda dan gejala
• Pathway
• Pemeriksaan/Diaknostik
• Penata laksanaan keperawatan dan medis
• Konsep askep abortus
DEFINISI PERDARAHAN PADA KEHAMILAN MUDA

● Salah satu komplikasi terbanyak pada kehamilan adalah terjadinya


perdarahan. Perdarahan dapat terjadi pada setiap usia kehamilan. Pada
kehamilan muda sering dikaitkan dengan kejadian abortus, miscarriage,
early pregnancy loss.
ABORTUS
● Abortus (keguguran) merupakan pengeluaran hasil konsepei sebelum janin
dapat hidup diluar kandungan yang menurut para ahli sebelum usia 16
minggu dan 28 minggu dan memiliki BB 400 -1000 gram, tetapi jika
terdapat fetus hidup dibawah 400 gram itu diamggap keajaiban karena
semakin tinggi BB anak waktu lahir makin besar kemungkina untuk dapat
hidup terus.
Etiologi
Abortus spontan dini, berulang (habitual) adalah keguguran yang terjadi tiga kali atau lebih sebelum janin
dapat hidup. Kemungkinan penyebab abortus dini berulang adalah

 Ketidakseimbangan endo krin-ibu dengan defek fase luteal (Carp, dkk., 1990) atau diabetes tergantung insulin
disertai peningkatan kadar gula darah dan hemoglobin A1c pada trimester pertama mengalami peningkatan risiko
bermakna untuk mengalami abortus spontan (Mills, dkk., 1988),
 Infeksi sistemik dan infeksi di endometrium dise babkan oleh rubela,sitomegalovirus, herpes genital aktif,
toksoplasmosis, Treponema, Listeria, Chlamydia, dan Mycoplasma (Arias, 1993; Gilbert & Harmon, 1993;
McBride, 1991),
 Gangguan sistemik (mis., lupus eritematosus),
 Faktor genetik, dan
 Pemakaian kokain (Cunningham, dkk., 1993; Rosenak, dkk., 1990).
Tanda – tanda dan Gejala

Tanda dan gejala abortus spontan tergantung pada durasi kehamilan. Ibu dapat merasa
sedang mengalami perdarahan menstruasi yang banyak jika abortus terjadi sebelum
minggu ke-6 kehamilan. Abortus yang terjadi antara minggu ke-6 dan ke-12 kehamilan
akan menimbulkan rasa nyeri dan perdarahan. Setelah minggu ke-12, abortus biasanya
disertai nyeri berat, seperti nyeri bersalin, karena janin harus dikeluarkan.
Pathway
Pemeriksaan/Diagnostik

1. Tes kehamilan dengan hasil positif bila janin masih hidup, bahkan 2-3 minggu
setelah kehamilan
2. Pemeriksaan doppler atau USG untuk menentukan apakah janin masih hidup
3. Pemeriksaan kadar fibrinogen darah pada missed abortion (Susilowati,2019)
Penatalaksanaan Keperawatan dan Medis
Berikut berbagai tipe abortus dan penatalaksanaan:
Tipe Abortus Penatalaksanaan
Mengancam Tirah baring, sedasi, dan menghindari stres dan orgasme adalah tindakan yang direkomendasikan.
Pengobatan selanjutnya akan bergantung kepada respons wanita terhadap pengobatan.

Tidak dapat Terminasi kehamilan segera dilakukan, biasanya dengan kuret dan dilatasi(D&C).
dihindari
Tidak komplet Terminasi kehamilan segera dilakukan, biasanya dengan kuret dan dilatasi(D&C).

Komplet Mungkin tidak perlu ada intervensi apa-apa jika kontraksi rahim cukup kuat untuk menahan perdarahan
dan jika tidak ada infeksi.
Missed Jika evakuasi spontan tidak terjadi dalam satu bulan, kehamilan diterminasi dengan cara yang sesuai
dengan usia kehamilan. Faktor-faktor pembekuan darah dipantau sampai rahim kosong. Bisa terjadi DIC
dan gangguan pembekuan darah disertai perdarahan yang tidak bisa dikendalikan pada kasus kematian
janin setelah minggu ke-12 jika produk konsepsi tertahan lebih dari lima minggu.

Septik Terminasi kehamilan segera dengan metode yang sesuai untuk usia kehamilan. Pemeriksaan biakan
dan sensitivitas serviks dilakukan dan terapi antibiotik spektrum luas dimulai. Pengobatan septik syok
dimulai, jika perlu.
MOLAHIDATIDOSA

Mola hidatidosa adalah suatu kehamilan yang tidak wajar dimana tidak
ditemukan janin dan hampir seluruh villi korialis mengalami perubahan
berupa degenerasi hidropik.Secara makroskopik, mola hidatidosa mudah
dikenal yaitu berupa gelembunga-gelembung putih, tembus pandang, berisi
cairan jernih, dengan ukurannya yang bervariasi dari beberapa millimeter
sampai 1 atau 2 cm. (Prawirohardjo, 2008).
Etiologi

Penyebab mola hidatidosa belum diketahui, tetapi faktor – faktor yang dapat menyebakan antara lain :

 Faktor ovum
Ovum memang sudah patologik sehingga mati, tetapi terlambat dikeluarkan, spermatozoa
memasuki ovum yang telah kehilangan nukleusnya atau dua serum memasuki ovum tersebut
sehingga akan terjadi kelainan atau gangguan dalam pembuahan
 Imunoselektif dari trophoblast, yaitu dengan kematian fetus, pembuluh darah pada stroma villi
menjadi jarang dan stroma villi menjadi sembab dan akhirnya terjadi hyperplasia sel –sel trophoblast
 Keadaan sosial ekonomi rendah, akan berpengaruh terhadap pemenuhan gizi ibu yang pada akhirnya
akan mempengaruhi pembentukan ovum abnormal yang mengarah pada terbentuknya mola
hidatidosa
 Paritas tinggi, ibu multipara cenderung beresiko terjadi kehamilan mola hidatidosa karena trauma
melahirkan atau penyimpanan transmisi secara genetif yang dapat diidentifikasi dan penggunaan
stimulan ovulasi seperti klomifen atau menotropiris
 Gizi, Kekurangan protein, kekurangan vitamin A, nutrisi yang masuk ke dalam tubuh kurang baik
 Kualitas ovum dan sperma yang tidak baik
 Infeksi virus dan factor kromosom belum jelas
 Pada wanita yang ovulasinya distimulasi dengan klomiferm
 Wanita yang berada di kedua ujung masa reproduksi (awal batasan tahun atau premenopause).
 Umur, lebih banyak ditemukan pada wanita hamil berumur dibawah 20 tahun dan diatas 35 tahun
 Genetik, wanita dengan balanced translocation mempunyai resiko lebih rendah tinggi (Sastrawinata,
2004; Norwitz, 2010).
Tanda dan Gejala
Pada tahap awal tanda dan gejala kehamilan mola tidak dapat dibedakan dari tanda dan gejala
kehamilan normal. Pada waktu selanjutnya perdarahan per vaginam pada hampir semua
kasus. Cairan yang keluar dari vagina bisa berwarna coklat tua (menyerupai jus buah prum)
atau merah terang, bisa sedikit atau banyak. Keadaan ini bisa berlangsung selama beberapa
hari saja atau secara intermiten selama beberapa minggu. Pada awal kehamilan, kira kira
setengah jumlah wanita memiliki rahim yang lebih besar dari usia kehamilan yang
diperkirakan melalui tanggal menstruasi.

Anemia akibat kehilangan darah, rasa mual dan muntah yang berlebihan (hiperemesis
gravidarum), dan kram perut yang disebabkan distensi rahim merupakan gejala yang cukup
sering ditemukan. Anemia terjadi akibat perdarahan intrauterin. Preeklampsia terjadi pada
sekitar 15% kasus, biasanya antara minggu gestasi ke-9 dan ke-12.
Pathway
Pemeriksaan/Diagnostik
Data yang diperoleh dari hasil pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan rontgen,
USG dan lain - lain. dalam pemeriksaan diagnostic ibu hamil dengan mola hidatidosa
dilakukan oleh laboratorium yaitu dengan pemeriksaan darah lengkap, foto thoraks :
pada mola ada gambaran emboli udara, foto rontgen abdomen : tidak terlihat tulang -
tulang janin ( pada kehamilan 3 - 4 bulan ), Human Chorionic Gonadatropin (HCG)
diproduksi oleh trofoblas dan konsentrasi HCG di urin atau serum menunjukkan
jumlah dari sel trofobals yang hidup sehingga HCG merupakan penanda yang unik,
USG (tanpa gambaran janin) : pada mola akan terlihat badai salju (snow flake
pattern) dan tidak terlihat janin (Manuaba, 2009).
Penatalaksanaan Keperawatan dan Medis

Banyak kehamilan mola mengalami abortus spontan. Ketika vesikel


hidropik keluar melalui vagina dan wanita tersebut menyimpan spesimen
tersebut, diagnosis dapat ditegakkan dengan pasti. Pola sonografi kehamilan
mola ditandai adanya pola badai salju yang difus (Kulb, 1990). Setiap
ketidakpastian diagnosis biasanya dapat dipastikan dengan riwayat klinis,
titer human chorionic gonadotropin (hCG) (walaupun tidak dianggap
diagnostik) dan jika diperlukan, dapat dilakukan pemeriksaan sonogram
ulang dalam dua minggu.
Kuretase suction merupakan suatu cara evakuasi kehamilan mola yang aman,
cepat, dan efektif pada hampir semua wanita (Scott, dkk., 1990). Penatalak sanaan
lanjutan meliputi pemeriksaan panggul dan fisik dengan frekuensi sering disertai
pengukuran kadar hCG serum selama minimal setahun. Peningkatan titer dan
pembesaran rahim bisa mengindikasikan koriokarsinoma. Oleh karena itu, untuk
menghindari kebingungan terhadap tanda kehamilan, kehamilan harus dihindari
selama satu tahun. Kontrasepsi oral biasanya diberikan. Kesembuhan pada keadaan
keganasan ini didefinisikan sebagai hilangnya semua tanda klinis dan tanda
hormonal selama lima tahun.
KET
Kehamilan ektopik ialah suatu kehamilan di mana janin terimplantasi
di luar rongga rahim. Kebanyakan kehamilan ekstrauterin terjadi
karena abnormalitas yang menghambat atau mencegah perjalanan
ovum yang dibuahi melalui tuba falopii (mis., adhesi perituba setelah
suatu radang panggul).
Berikut gambar tempat implantasi kehamilan ektopik. Urutan
frekuensi implantasi adalah ampula, istmus interstisial, fimbria,
ligamen tuba-ovarium, ovarium, rongga abdmen, dan serviks.
Etiolpgi

1. Faktor dalam lumen tuba

 Endosalpingitis dapat menyebabkan perlekatan endosalping, sehingga lumen tuba menyempit atau
membentuk kantong buntu.
 Hipoplasia uteri, lumen tuba sempit dan berkeluk-keluk dan hal ini sering disertai gangguan fungsi silia
endosalping.
 Operasi plastik dan stenlilasi yang tidak sempurna dapat menjadi sebab lumen tuba menyempit.

2. Faktor pada dinding tuba

 Endometriosis tuba (tuba tertekuk) dapat memudahkan implantasi telur yang dibuahi dalam tuba.
 Divertikel tuba kongenital atau ostium asesorius tubae dapat menahan telur yang dibuahi di tempat itu.
3. Faktor diluar dinding tuba

 Perlekatan peritubal dengan distorsi atau lekukan tuba dapat menghambat perjalanan telur.

 Tumor yang menekan dinding tuba dapat menyempitkan lumen tuba.

4. Faktor lain

 Migrasi luar ovum yaitu perjalanan dari ovarium kanan ke tuba kiri atau sebaliknya dapat
memperpanjang perjalanan telur yang dibuahi ke uterus. Pertumbuhan yang terlalu cepat
dapat menyebabkan implantasi prematur.
 Fertilisasi in vitro ( pembuahan sel telur dalam kondisi laboratorium, sel telur yang sudah
di buahi itu kemudian ditempatkan di dalam rahim wanita).
5. Bekas radang pada tuba 10. Riwayat kehamilan ektopik yang lalu

6. Kelainan bawaan tuba 11. Infeksi pasca abortus

7. Gangguan fisiologik tuba karena pengaruh hormonal 12. Apendisitis

8. Operasi plastik/riwayat pembedahan pada tuba 13. Infeksi pelvis

9. Abortus buatan 14. Alat kontrasepsi dalam rahim (IUD)


Tanda dan Gejala

Tidak ada tanda atau gejala diagnostik pada kehamilan ektopik dini. Menstruasi terlambat, adneksa
terasa penuh, dan nyeri tekan bisa menunjukkan kehamilan tuba yang utuh. Sebaliknya, keadaan
berikut ini dihubungkan dengan kehamilan ekstra uterin dini yang ruptur dalam hampir 50% kasus:
amenorea atau waktu menstruasi yang abnormal diikuti dengan perdarahan rahim ringan, masa di
adneksa atau kavum Douglasi dan nyeri di pelvis unilateral di mana terdapat massa. Pada kuret bisa
ditemukan desidua tanpa vilus. Temuan tambahan akibat ruptur akut bisa berupa syok yang tidak
sesuai dengan jumlah darah yang keluar atau nyeri alihan pada bahu.
Pada kehamilan tuba ruptur yang kronis, yang terjadi pada sedikit lebih banyak dari separuh jumlah kehamilan
ektopik, perdarahan internal biasanya lambat dan gejala biasanya atipikal atau tidak konklusif. Selain
perdarahan per vaginam ringan dengan darah berwarna gelap, panggul terasa penuh atau tertekan, nyeri tekan
di abdoen bagian bawah, flatulen, tegang, nyeri tekan, semikistik, mungkin krepitan, massa di kavum Douglasi
teraba. Demam ringan, lekositosis, dan hematokrit atau kadar hemo globin rendah bisa ditemukan. Suatu
ekimosis kebiruan di umbilikus (tanda Cullen), yang merupa kan suatu tanda indikatif hemoperitoneum, bisa
terjadi pada kehamilan ektopik intraabdomen ruptur yang tidak diobati.
Pathway
Pemeriksaan Diagnostik

• Pemeriksaan umun : penderita tampak kesakitan dan pucat, pada


perdarahan dalam rongga perut tanda-tanda syok dapat ditemukan.
Pada jenis tidak mendadak perut bagian bawah hanya sedikit
mengembung dan nyeri tekan.

• Pemeriksaan ginekologi : tanda-tanda kehamilan muda mungkin


ditemukan. Pergerakan serviks menyebabkan rasa nyeri. Bila uterus
dapat diraba, maka akan teraba sedikit membesar dan kadang-
kadang teraba tumor di samping uterus dengan batas yang sukar
ditemukan
• Pemeriksaan laboratorium : pemeriksaan hemoglobim dan jumlah sel
darah merah berguna dalam menegakkan berguna dalam menegakkan
diagnosis kehamilan ektopik diagnosis kehamilan ektopik terganggu,
terutama bila ada tanda-tanda perdarahan dalam rongga perut.

• Penghitungan leukosit secara berturut menunjukkan adanya perdarahan


bila leukositosis meningkat. Untuk membedakan kehamilan ektopik
dari infeksi pelvik, dapat diperhatikan jumlah leukosit. Jumlah
leukosit yang melebihi 20.000 biasanya menunjuk pada keadaan yang
terakhir
• Kuldosentris: adalah suatu cara pemeriksaan untuk mengetahui apakah kavum Douglas ada darah. Cara
ini amat berguna dalam membantu membuat diagnosis kehamilan ektopik terganggu. Tekniknya :
 Penderita dibaringkan dalam posisi litotomi
 Vulva dan vagina dibersihkan dengan antiseptic
 Speculum dipasang dan bibir belakang porsio dijepit dengan cunam servik dengan traksi ke depan
sehingga forniks posterior tampak
 Jarum spinal no 18 ditusukkan ke dalam kavum Douglas dan dengan semprit 10 ml dilakukan
penghisapan
 Bila pada penghisapan ditemukan darah, maka isinya disemprotkan pada kain kasa dan perhatikan
apakah darah yang dikeluarkan merupakan darah segar berwarna merah atau darah tua berwarna coklat
 Darah segar berwarna merah yang dalam beberapa menit akan membeku, darah ini berasal dari arteri
atau vena yang tertususk
 Darah tua berwarna coklat sampai hitam yang tidak membeku, atau yang berupa bekuan kecil-kecil,
darah ini menunjukkan adanya hematokel retrouterina.
• Ultrasonografi : berguna dalam diagnostic kehamilan ektopik.
Diagnosis pasti ialah apabila ditemukan kantong gestasi di luar
uterus yang di dalamnya tampak denyut jantung janin

• Laparoskopi : hanya digunakan sebagai alat bantu diagnostic terakhir


untuk kehamilan ektopik, apabila hasil penilaian prosedur diagnostic
yang lain meragukan. Melalui prosedur laparoskopik, alat kandungan
bagian dalam dapat dinilai. Secara sistematis dinilai keadaan uterus,
ovarium, tuba, kavum Douglas dan ligamentum latum.
Penatalaksanaan Keperawatan dan Medis
Masalah utama dalam menangani kehamilan ektopik adalah
perdarahan. Perdarahan harus dengan cepat dan efektif dikendalikan.
Transfusi darah harus segera disediakan. Laparotomi dilaku kan dengan
segera setelah diagnosis kehamilan ektopik ditegakkan. Darah dan
bekuan darah dieva kuasi dan pembuluh darah yang pecah dikontrol.

Kehamilan ektopik tahap lanjut di abdomen membutuhkan suatu


laparotomi segera setelah ibu siap menjalani operasi. Jika plasenta
pada kehamilan di abdomen pada trimester kedua atau ketiga melekat
pada organ yang vital, seperti hati, jangan berupaya melepasnya.
Biasanya plasenta akan berdegenerasi dan terabsorpsi tanpa
komplikasi
Keberhasilan kehamilan selanjutnya bergantung kepada riwayat reproduksi
ibu itu sendiri. Kehamilan ektopik terjadi pada kira kira 10% wanita, tetapi
lebih dari 50% wanita yang mengalami suatu kehamilan ektopik berhasil
setidaknya satu kehamilan normal sesudahnya. Diagnosis dan
penatalaksanaan kehamilan ektopik berubah dengan cepat sejalan dengan
perkembangan teknologi. Pemakaian terapi metotreksat sedang diteliti untuk
pasien dengan kehamilan ektopik
Konsep Askep Abortus
1) Pengkajian
a. Identitas
• Identitas pasien berupa nama, alamat, umur, status, agama, pendidikan, pekerjaan, tanggal lahir,
nomor RM, diagnosa medis, jenis kelamin.
• Identitas pengguang jawab berupa nama, alamat, tanggallahir, status, agama, pendidikan,
pekerjaan, hubungan dengan pasien, jenis kelamin.
b. Riwayat kesehatan
• Keluhan utama Keluhan utama yang dirasakan pasien.
• Keluhan yang paling sering muncul pada penderita abortus adalah menstruasi tidak lancar dan
adanya perdarahan pervaginam berulang
• Riwayat penyakit sekarang
• Tanyakan riwayat keluhan sampai pasien datang ke tempat pelayanan. Biasanya ibu merasa
menstruasinya tidak lancar adanya perdarahan pervaginam diluar siklus menstruasi.
c. Pengkajian fungsional Gordon Perubahan pola
• Pengkajian kondisi kesehatan pasien saat ini. kebutuhan dasar manusia sebelum sakit dan
sesudah sakit
• Riwayat kesehatan dahulu
1) Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
• Terkait penyakit yang pernah diderita oleh pasien dan 2) Pola nutrisi
3) Pola eliminasi
gangguan yang menjadi pemicu
4) Pola istirahat dan tidur
munculnya abortus misalnya: 5) Pola personal hygiene
 - riwayat abortus pada kehamilan sebelumnya 6) Pola aktivitas
7) Pola kognitif dan persepsi
 - riwayat hipertensi sebelumnya. 8) Pola konsep diri
 - riwayat penyakit kronis lainnya seperti DM, 9) Pola hubungan dan peran
10) Pola seksual dan reproduksi
11) Pola penanganan masalah stress
12) Pola keyakinan dan nilai-nilai
ginjal,
- Riwayat anemia dsb
kesehatan keluarga Pengkajian riwayat
penyakit keluarga, misalnya tentang ada atau tidaknya
riwayat alergi, stroke, penyakit jantung, diabetes melitus.
d. Pemeriksaan fisik f. Riwayat perkawinan
1) Keadaan umum dan kesadaran umum Tanyakan status perkawinan, umur saat menikah
2) Tanda tanda vital berupa tekanan darah, pertama kali, berapa kali menikah dan berapa usia
nadi, pernapasan, suhu pernikahan saat ini
3) Pemeriksaan head to toe g. Riwayat obstertri

h. Riwayat haid
e. Pemeriksaan penunjang
Tanyakan usia menarche, siklus haid, lama haid ,
1) Tes kehamilan dengan hasil positif bila janin masih
keluhan saat haid dan HPHT
hidup, bahkan 2-3 minggu stelah kehamilan.
i. Riwayat kehamilan
2) Pemeriksaan doppler atau USG untuk menentukan
Kaji tentang riwayat kehamilan lalu dan saat ini.
apakah janin masih hidup
Tanyakan riwayat ANC,keluhan saat hamil
3) Pemeriksaan kadar fibrinogen darah pada missed
abortion
Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut b.d agen pendera fisiologis d.d frekuensi nadi meningkat.
2. Ansietas b.d kebutuhan tidak terpenuhi d.d tampak gelisah.
3. Risiko syok d.d kekurangan volume cairan
4. Risiko ketidakseimabangan cairan d.d perdarahan
5. Resiko infeksi b.d tidak adekuatnya pertahanan sekunder
Intervensi
Diagnosa :
Nyeri akut berhubungan dengan agen pendera fisiologis ditandai dengan frekuensi
nadi meningkat
Tujuan :
Setelah dilakukan intervensi selama 4 x 24 jam maka nyeri akan menurun dengan
kriteria hasil:
• Tingkat nyeri
• Keluhan nyeri(4 cukup menurun)
• Gelisah(3 sedang)
• Pola nafas(4 cukup membaik)
• Tekanan darah(3 sedang)
Intervensi

Manajemen nyeri
Tindakan/observasi Edukasi
• Identifikasi lokasi, karakteristik durasi, frekuensi, kualitas, • Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
intensitas nyeri • Jelaskan strategi meredakan nyeri
• Identifikasi skala nyeri • Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
• Identifikasi respons nyeri non verbal • Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
• Identifikasi faktor memperingan nyeri • Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
• Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri mengurangi rasa nyeri
• Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
• Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup Kolaborasi
• Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
• Monitor efek samping penggunaan analgetik
Terapeutik
• Berikan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi rasa
nyeri (akupresur, terapi musik, biofeedback, terapi pijat,
aromaterapi, teknik imajinasi terbimbing, kompres hangat
dingin, terapi bermain
• Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
• (mis. suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan)
• Fasilitasi istirahat dan tidur timbangkan jenis dan sumber
nyeri dalam pemilihan strategi meredakan nyeri
PEMBERIAN ANALGESIK
Tindakan/Observasi
• Identifikasi karakteristik nyeri (mis. Pencetus, pereda, kualitas, lokasi, intensitas, frekuensi,
durasi)
• Identifikasi riwayat alergi obat
• Identifikasi kesesuaian jenis analgesik (mis. narkotika, non- narkotika, atau NSAID) dengan
tingkat keparahan nyeri
• Monitor efektifitas analgetik

Terapeutik
• Diskusikan jenis analgesik yang disukai untuk mencapai analgesia optimal, jika perlu
• Pertimbangkan penggunaan infus kontinu, atau bolus opioid untuk mempertahankan kadar
dalam serum
• Tetapkan target efektifitas analgesic untuk mengoptimalkan respon pasien
• Dokumentasikan respon terhadap efek analgesic dan efek yang tidak diinginkan

Edukasi
• Jelaskan efek terapi dan efek samping obat

Kolaborasi
• Kolaborasi pemberian dosis dan jenis analgesik, sesuai indikasi
Rasional

• Berguna dalam pengawasan keefektifan obat, perubahan pada karaktteristik nyeri


• Dapat menurunkan stimulus internal
Konsep Askep Molahidatidosa
1) Pengkajian
5. Makanan/cairan.
1. Aktivitas/istirahat.
Gejala : kehilangan BB mendadak, nafsu makan ↓, mual dan
Gejala : insomnia, sensitifitas ↑, otot lemah, gangguan
muntah.
kordinasi, kelelahan berat.
Tanda : distensi vena jugularis, edema, turgor kulit dapat
Tanda : atrofi otot, tremor.
dilihat dari kelembaban/kering, membran mukosa.
2. Sirkulasi.
6. Neurosensori.
Gejala : perdarahan pervaginam.
Gejala : rasa ingin pingsan/pusing, tremor halus, kesemutan.
Tanda : ↑ tekanan darah, takikardi saat istirahat.
Tanda : gangguan status mental, bicara cepat/parau, perilaku
3. Eliminasi.
seperti bingung, gelisah, disorientasi, peka rangsang,
Gejala : urin dalam jumlah banyak, perubahan dalam feses.
delirium, psikosis, struktur koma.
4. Intergritas ego.
7. Nyeri.
Gejala : mengalami stress yang berat baik emosional maupun
Gejala : nyeri abdomen.
fisik.
Tanda : mengkerutkan muka, menjaga area yang sakit,
Tanda : emosi labil (euphoria sedang sampai delirium),
respon emosional terhadap nyeri.
depresi.
8. Pernafasan. 11. Integumen.
Gejala : frekuensi ↑, takipneu, dispneu, edema paru (pada Tanda : adanya luka bekas operasi.
krisis pernafasan tiroksikosis). 12. Verbal.
Tanda : fungsi mental/kegelisahan, kesadaran/rileks. Gejala : pernyataan tidak mengerti/salah mengerti.
9. Keamanan. Tanda : kerusakan kemampuan untuk bicara, gagap,
Gejala : tidak toleransi terhadap panas, keringat disastria, afasia, suara lemah/tidak mendengar.
berlebihan. 13. Penyuluhan/pembelajaran.
Tanda : suhu ↑ diatas 37,40C, kemerahan, rambut tipis, Gejala : adanya riwayat keluarga yang mengalami masalah,
mengkilap dan lurus. masalah penyakit trofoblast, terutama mola
10. Seksualitas. hidatidosa.
Tanda : penurunan libido, hipomenorhea.
2.) Diagnosa
1. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan kerusakan jaringan intrauteri.
2. Resiko tinggi terhadap devisit volume cairan berhubungan dnegan perdarahan.
3. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuat pertahanan sekunder.
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan masukan yang
tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolisme (mual, anoreksia, pembatasan
medis).

5. Gangguan aktivitas berhubungan dengan kelemahan, penurunan sirkulasi.


6. Kurang perawatan diri berhubungan dengan kelelahan nyeri atau ketidaknyamanan.
3.) Intervensi
a. Diagnosa Keperawatan I : Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan kerusakan
jaringan intrauteri.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan klien dapat beradaptasi dengan
nyeri yang dialami. Intervensi :
1. Kaji kondisi nyeri yang dialami klien.
Rasional : Pengukuran nilai ambang nyeri dapat dilakukan dengan skala maupun
diskripsi.
2. Terangkan nyeri yang diderita klien dan penyebabnya.
Rasional : Meningkatkan koping klien dalam melakukan guidance mengatasi nyeri.
3. Kolaborasi pemberian analgetika.
Rasional : Mengurangi onset terjadinya nyeri dapat dilakukan dengan pemberian
analgetika oral maupun sistemik dalam spectrum luas/spesifik.
b. Diagnosa Keperawatan II : Resiko tinggi terhadap devisit volume cairan
berhubungan dnegan perdarahan.
Tujuan : Tidak terjadi devisit volume cairan, seimbang antara intake dan output baik
jumlah maupun kualitas. Intervensi :
1. Kaji kondisi status hemodinamika.
Rasional : Pengeluaran cairan pervasinal sebagai akibat abortus memiliki
karakteristik bervariasi.
2. Ukur pengeluaran harian.

Rasional : Jumlah cairan ditentukan dari jumlah kebutuhan harian ditambah dengan
jumlah cairan yang hilang pervaginal.
3. Catat haluaran dan pemasukan.
Rasional : Mengetahui penurunan sirkulasi terhadap destruksi sel darah merah.
4. Observasi nadi dan tensi.
Rasional : Mengetahui tanda hipovolume (perdarahan).
5. Berikan diet halus.
Rasional : Memudahkan penyerapan diet.
6. Nilai hasil lab.HB/HT.
Rasional : Menghindari peradarahan spontan karena proliferasi sel darah merah.
7. Berikan sejumlah cairan IV sesuai indikasi.
Rasional : Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit dan transfusi mungkin diperlukan
pada kondisi perdarahan masif.
8. Evaluasi status hemodinamika.
Rasional : Penilaian dapat dilakukan secara harian melalui pemeriksaan fisik.
c. Diagnosa Keperawatan III : Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan
tidak adekuat pertahanan sekunder.
Tujuan : Tidak terjadi infeksi selama perawatan perdarahan. Intervensi :
1. Kaji kondisi keluaran/dischart yang keluar; jumlah, warna, dan bau.
Rasional : Perubahan yang terjadi pada dischart dikaji setiap saat dischart keluar.
Adanya warna yang lebih gelap disertai bau tidak enak mungkin merupakan
tanda infeksi.
2. Terangkan pada klien pentingnya perawatan vulva selama masa perdarahan.
Rasional : Infeksi dapat timbul akibat kurangnya kebersihan genital yang lebih
luar.
3. Lakukan pemeriksaan biakan pada dischart.
Rasional : Berbagai kuman dapat teridentifikasi melalui dischart.
4. Lakukan perawatan vulva.
Rasional : Inkubasi kuman pada area genital yang relatif cepat dapat menyebabkan infeksi.
5. Terangkan pada klien cara mengidentifikasi tanda infeksi.
Rasional : Berbagai manifestasi klinik dapat menjadi tanda nonspesifik infeksi; demam dan
peningkatan rasa nyeri mungkin merupakan gejala infeksi.
6. Anjurkan pada suami untuk tidak melakukan hubungan senggama selama masa perdarahan.
Rasional : Pengertian pada keluarga sangat penting artinya untuk kebaikan ibu; senggama
dalam kondisi perdarahan dapat memperburuk kondisi sistem reproduksi ibu sekaligus
meningkatkan resiko infeksi pada pasangan.
7. Batasi pengunjung dan ajari pengunjung untuk mencuci tangan yang baik.
Rasional : Mencegah cross infeksi.
8. Observasi suhu tubuh.
Rasional : Mengetahui infeksi lanjut.
9. Nilai hasil lab.Leukosit, darah lengkap.
Rasional : Penurunan sel darah putih akibat dari proses penyakit.
10. Berikan obat sesuai terapi.
Rasional : Antibiotika profilaktik atau pengobatan
KONSEP ASKEP KET
1) 1. Pengkajian
● a. Biodata
● 1) Nama, sebagai sebagai identitas identitas bagi pelayanan pelayanan
kesehatan/Rumah kesehatan/Rumah Sakit/Klinik Sakit/Klinik atau catat apakah
klien pernah dirawat disini atau tidak.
● 2) Umur, Digunakan sebagai pertimbangan dalam memberikan terapi dantindakan,
juga sebagai acuan pada umur berapa penyakit/kelainantersebut terjadi. Pada
keterangan sering terjadi pada usia produktif 25 - 45 tahun (Prawiroharjo S, 1999 ;
251).
● 3) Alamat, sebagai gambaran tentang lingkungan tempat tinggal klien apakahdekat
atau jauh dari pelayanan kesehatan khususnya dalam pemeriksaan kehamilan.
● 4) Pendidikan, Untuk mengetahui tingkat pengetahuan klien sehingga akanmemudahkan
dalam pemberian penjelasan dan pengetahuan tentanggejala / keluhan selama di rumah atau
Rumah Sakit.
● 5) Status pernikahan, Dengan status perkawinan mengetahui berapa kali klien
mengalamikehamilan (KET) atau hanya sakit karena penyakit lain yang tidak ada
hubungannya dengan kehamilan.
● 6) Pekerjaan, Untuk mengetahui keadaan aktivitas sehari-hari dari klien, sehingga
memungkinkan menjadi faktor resiko terjadinya KET

b. Keluhan Utama
Nyeri hebat pada perut bagian bawah dan disertai disertai dengan perdarahan
perdarahan selain itu klien ammeorrhoe.
c. Riwayat penyakit sekarang
Awalnya wanita mengalami ammenorrhoe beberapa minggu kemudiandisusul dengan
adanya nyeri hebat seperti disayat-sayat pada mulanyanyeri hanya satu sisi ke sisi
berikutnya disertai adanya perdarahan pervagina :
1. Kadang disertai disertai muntah
2. Keadaan Keadaan umum klien lemah dan adanya syok
3. Terkumpulnya Terkumpulnya darah di rongga perut :
a) Menegakkan dinding perut nyeri
b) Dapat juga menyebabkan nyeri hebat hingga klien pingsan
4. Perdarahan terus menerus kemungkinan terjadi syok hipovolemik
d. Riwayat penyakit masa lalu
1. Mencari faktor pencetus misalnya adanya riwayat endomatritis, addresitis
menyebabkan perlengkapan endosalping, Tuba menyempit / membantu.
2. Endometritis endometritis tidak baik bagian nidasi
e. Status obstetri ginekologi
1. Usia perkawinan, sering terjadi pada usia produktif 25 – 45 tahun, berdampak bagi
psikososial, terutama keluarga yang masih mengharapkan anak.
2. Riwayat persalinan yang lalu, Apakah klien melakukan proses persalinan di petugas
kesehatan atau di dukun

3. Grade multi
4. Riwayat penggunaan alat kontrasepsi, seperti penggunaan IUD.
5. Adanya keluhan haid, keluarnya darah haid dan bau yangmenyengat. Kemungkinan
adanya infeksi
f. Riwayat kesehatan keluarga
1. Hal yang perlu dikaji kesehatan suami
2. Suami mengalami infeksi system urogenetalia, dapat menular padaistri dan
dapat mengakibatkan infeksi pada celvix.
g. Riwayat Psikososial Tindakan salpingektomi menyebabkan infertile. Mengalami
gangguan konsep diri, selain itu menyebabkan kekhawatiran atau ketakutan
h. Pola aktivitas sehari – hari
2) Diagnosa

1. Perubahan perfusi jaringan b.d perdarahan yang lebih banyak pada uterus.
2. Defisit volume cairan b.d rupture pada lokasi implantasi , ntasi , perdarahan
3. Nyeri b.d rupture tuba fallopii, perdarahan intraperitonial
4. Risiko infeksi b.d luka operasi dan pemasangan alat-alat perawatan
5. Duka cita b.d kematian janin
6. Kurangnya pengetahuan b.d kurang pemahaman atau tidak mengenal
sumbersumber informasi.
Intervensi
Diagnosa :

Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan perdarahan yang lebih banyak pada uterus

Tujuan :
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama…..x jam diharapkan pasien mampu
mendemonstrasikan perfusi yang adekuat secara individual dengan
KH: 1. Kulit hangat dan kering
2. Ada nadi perifer kuat
3. Tanda vital dalam batas normal
4. Pasien sadar/berorientasi
5. Keseimbangan pemasukan/ pengeluaran
6. Tidak ada edema
Rasional
Intervensi
1. Memberikan informasi tentang

1. Awasi tanda vital, kaji pengisian kapiler, warna derajat/keadekuatan perfusi jaringan dan

kulit atau membran mukosa dan dasar kuku. membantu menentukan kebutuhan intervensi

2. Kaji respon verbal melambat, mudah 2. Dapat mengindikasikan gangguan fungsi serebral

terangsang, agitasi,gangguan memori, bingung. karena hipoksia atau defisiensi vitamin B12

3. Catan keluhan rasa dingin. Pertahankan suhu 3. Fase konstruksi (organ vital) menurunkan sirkulasi

lingkungan dan tubuh hangat sesuai indikasi perifer. Kenyamanan pasien atau kebutuhan rasa

4. Kolaborasi: Berikan SDM yang lengkap/packed, hangat harus seimbang dengan kebutuhan untuk

produk darah sesuai indikasi. Awasi ketat untuk menghindari panas berlebihan pencetus

komplikasi tranfusi. fasodilatasi (penurunan perfusi organ)

5. Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi 4. Meningkatkan jumlah selpembawa oksigen,


memperbaiki defisiensi untuk menurunkan risiko
perdarahan
5. Memaksimalkan transfer oksigen ke jaringan
4.) Implementasi
Implementasi adalah rencana tindakan yang dilakukan untuk mencapai tujuan
dari kreteria hasil yang dibuat. Tahap pelaksanaan dilakukan setelah rencana
tindakan di susun dan di tunjukkan kepada nursing order untuk membantu pasien
mencapai tujuan dan kriteria hasil yang dibuat sesuai dengan masalah yang pasien
hadapi. Tahap pelaksaanaan terdiri atas tindakan mandiri dan kolaborasi yang
mencangkup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan,
dan memfasilitasi koping. Agar kondisi pasien cepat membaik diharapkan bekerja
sama dengan keluarga pasien dalam melakukan pelaksanaan agar tercapainya tujuan
dan kriteria hasil yang sudah di buat dalam intervensi.
5.) Evaluasi
Evaluasi dapat berupa evaluasi struktur, proses dan hasil evaluasi
terdiri dari evaluasi formatif yaitu menghasilkan umpan balik selama
program berlangsung. Sedangkan evaluasi sumatif dilakukan setelah
program selesai dan mendapatkan informasi efektifitas pengambilan
keputusan. Evaluasi asuhan keperawatan didokumentasikan dalam bentuk
SOAP (subjektif, objektif, assesment, planing).
Sekian
dan
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai