Anda di halaman 1dari 23

KEPERAWATAN MATERNITAS II

PENYULIT YANG MENYERTAI


KEHAMILAN
KEHAMILAN EKTOPIK
TERGANGGU (KET)
A.Konsep Dasar Penyakit
 Definisi Kehamilan Ektopik Terganggu (KET)
Kehamilan ektopik adalah suatu kehamilan dimana sel telur yang dibuahi berimplantasi dan tumbuh
diluar endometrium kavum uteri.
Kehamilan ektopik terjadi diluar rahim misalnya dalam tuba, ovarium atau rongga perut, tetapi dapat
juga terjadi didalam rahim misalnya dalam cervix, pars interstitialis tuba atau dalam tanduk
rudimenter rahim.

 Epidemiologi Kehamilan Ektopik Terganggu (KET)


Berdasarkan studi pendahuluan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Wangaya Kota Denpasar dari
tahun 2019 sampai dengan 2020 terdapat 79 kasus kehamilan ektopik terganggu (1,71%) dari pasien
obstetri dan ginekologi di Instalasi Gawat Darurat Pelayanan Obstetri Neonatal Komprehensif (IGD
PONEK) Rumah Sakit Umum Daerah Wangaya Kota Denpasar. Pada tahun 2020 terjadi satu (33,3%)
kematian ibu yang disebabkan oleh Kehamilan Ektopik Terganggu dari tiga kematian ibu yang terjadi
di Rumah Sakit Umum Daerah Wangaya Kota Denpasar (Tim Surveilance dan Audit Maternal
Perinatal RSUD Wangaya Kota Denpasar, 2020).
 Etiologi Kehamilan Ektopik Terganggu (KET)
• Kerusakan pada Tuba Fallopi
• Riwayat Kehamilan Ektopik Sebelumnya
• Abnormalitas Zigot
• Pemakaian Intrauterine Device (IUD) Dan Pil KB Progestin
• Merokok
• Riwayat Infeksi Menular Seksual

 Patofisiologi Kehamilan Ektopik Terganggu (KET)


Proses implantasi ovum yang dibuahi, yang terjadi di tuba pada dasarnya sama dengan halnya di kavum
uteri. Telur di tuba bernidasi secara kolumner atau interkolumner. Pada yang pertama telur berimplantasi
pada ujung atau sisi jonjot endosalping (Lumen tuba fallopian). Perkembangan telur selanjutnya dibatasi
oleh kurangnya vaskularisasi dan biasanya telur mati secara dini dan kemudian diresorbsi. Pada nidasi
secara interkolumner telur bernidasi antara 2 jonjot endosalping (2 sisi lumen tuba). Setelah tempat
nidasi tertutup, maka telur dipisahkan dari lumen tuba oleh lapisan jaringan yang menyerupai desidua
dan dinamakan pseudokapsularis. Karena pembentukan desidua di tuba tidak sempurna malahan kadang-
kadang tidak tampak, dengan mudah villi korialis menembus endosalping dan masuk ke dalam lapisan
otot-otot tuba dengan merusak jaringan dan pembuluh darah.
 Klasifikasi Kehamilan Ektopik Terganggu (KET)
Kehamilan ektopik dapat diklasifikasi berdasarkan tempat terjadinya atau tempat menempelnya ovum
yang sudah dibuahi di luar uterin.
• Kehamilan Ektopik pada Tuba
• Kehamilan Pars Interstisialis Tuba
• Kehamilan Ektopik Ganda
• Kehamilan Ektopik Ovarial.
• Kehamilan Ektopik Servikal.

 Gejala Klinis Kehamilan Ektopik Terganggu (KET)


Penderita sering merasakan gejala hamil muda pada umumnya. Pada pemeriksaan dalam, ditemukan
pembesaran uterus yang tidak sesuai dengan usia kehamilan dan pada tuba belum teraba kehamilan
karena konsistensi tuba yang lunak.
• Amenorea
• Nyeri Abdomen
• Perdarahan Pervaginam
• Level hormon Human Chorionic Gonadotropin (HCG) rendah
• Pada pemeriksaan pervagina terdapat nyeri goyang bila serviks digoyangkan
• Kavum douglasi menonjol karena ada pembekuan darah
 Pemeriksaan Penunjang Kehamilan Ektopik Terganggu (KET)
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan diantaranya adalah pemeriksaan kadar hormon (β-hCG dan
progesterone), hemoglobin, leukosit, ultrasonography, kuldosintesis, dan laparoskopi.
• Pemeriksaan Kadar β- hCG
• Pemeriksaan kadar hemoglobin (Hb) dan Eritrosit
• Ultrasonography (USG)
• Kuldosintesis
• Laparoskopi

 Penatalaksanaan Kehamilan Ektopik Terganggu (KET)


Penatalaksanaan kehamilan ektopik dapat dibagi menjadi pembedahan, terapi medis, dan terapi expectant
(menunggu dan waspada) yang dilakukan tergantung pada kondisi pasien.
Tata laksana mana yang paling tepat tergantung pada penilaian yang sedang berlangsung dan banyak
faktor klinis lainnya, itu dirancang untuk masing- masing pasien berdasarkan presentasi dan keparahan
kondisi pasien (Sivalingam et al., 2012) dalam (Widiasari & Dewi Lestari, 2021)
 Penatalaksanaan Pembedahan
Penatalaksanaan bedah sangat penting dalam kehamilan ektopik yang ruptur.
• Laparoskopi
• Laparotomi
• Salpingotomi
 Terapi Medis
Penatalaksanaan medis adalah pilihan yang dapat diberikan hanya untuk indikasi yang sangat ketat, dan
hanya ketika pasien dapat dengan aman diharapkan untuk mematuhi rekomendasi dokter. Data yang
memadai tersedia secara eksklusif untuk pengobatan sistemik dengan methotrexate. Obat ini telah terbukti
bermanfaat terutama dalam pengobatan jaringan trofoblas persisten dan nilai hCG yang terus meningkat
setelah operasi konservatif.
 Tatalaksana expectant (menunggu dan waspada).
Tatalaksana expectant adalah tatalaksana tanpa intrevensi baik medikamentosa maupun intervensi bedah.

 Komplikasi Kehamilan Ektopik Terganggu (KET)


• Hasil konsepsi mati dini dan diresorpsi
• Abortus ke dalam lumen tuba
• Ruptur dinding tuba
B.Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
 Pengkajian Keperawatan
 Data Subjektif
1) Biodata: nama klien, umur jenis kelamin, agama, suku bangsa, Pendidikan terakhir, pekerjaan, golongan darah, status
perkawinan, diagnosa medis, nomer register, tanggal masuk RS, tanggal pengkajian, dan alamat.
2) Keluhan utama: amenore dapat disertai dengan tanda-tanda hamil muda (morning sickness, mual muntah, dan ngidam),
adanya nyeri abdomen (nyeri dapat menjalar ke seluruh abdomen, diafragma, dan nyeri pada saat buang air besar), dan
perdarahan pervaginam khas berwana kecoklatan.
3) Riwayat haid: umur menarche, frekuensi atau siklus menstruasi, lamanya menstruasi, dismenorrhea atau keluhan saat
menstruasi, dan Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT) untuk menghitung usia kehamilan
4) Riwayat pernikahan: ibu menikah berapa kali, lamanya, umur pertama kali menikah
5) Riwayat kehamilan dan persalinan sebelumnya: sering ditemukan riwayat operasi caesar, riwayat operasi tuba oleh karena
riwayat kehamilan ektopik sebelumnya, riwayat abortus berulang
6) Riwayat kehamilan sekarang: berapa kali periksa dan dimana, keluhan- keluhan dan tanda-tanda bahaya yang dirasakan.
7) Riwayat penyakit: sering ditemukan riwayat keputihan lama, infeksi menular seksual seperti clamidya, gonorhoe, dan
bakteri atau virus lainnya, riwayat penyakit radang panggul
8) Riwayat kontrasepsi: jenis kontrasepsi yang dipakai oleh ibu sebelum hamil, sudah berapa lama ibu menggunakan alat
kontrasepsi tersebut, apa yang ibu keluhkan selama menggunakan alat kontrasepsi tersebut. Hal tersebut untuk menilai
risiko alat kontrasepsi yang dipakai
9) Kebiasaan berbahaya bagi kehamilan seperti merokok baik perokok aktif maupun pasif, minum jamu dan obat-obatan
terlarang
 Data Objektif
1) Pemeriksaan umum
Keadaan umum, kesadaran, tanda-tanda vital bervariasi tergantung tingkatan syok, lama dan jumlah perdarahan
2) Pemeriksaan fisik:
o Mata meliputi: pemeriksaan bentuk mata, adanya edema palpebra, konjungtiva anemis/tidak, sclera
ikterik/tidak, pupil, reflex cahaya, fungsi dan gangguan penglihatan.
o Telinga meliputi: pemeriksaan bentuk, keadaan canalis, adanya serumen, dan fungsi pendengaran.
o Mulut meliputi: apakah klien dapat berkomunikasi baik dengan perawat serta keluarganya atau tidak, apakah
klien dapat mengapresiasikan perasaannya kepada perawat atau keluarga.
o Hidung meliputi: bentuk hidung, septum, frekuensi pernafasan, bersihnya jalan nafas, pola nafas, tidak
menggunakan alat bantu.
o Sistem kardiovaskuler Meliputi: kaji frekuensi nadi, beserta irama nadi apakah teratur atau tidak, observasi
tekanan darah, pantau hasil pemeriksaan darah, kaji warna kulit, temperature, auskultasi bunyi jantung.
o Sistem hematologi Meliputi: jumlah hemoglobin biasanya turun, hematokrit, leukosit, trombosit dan serum β-
hCG biasanya rendah.
o Sistem saraf pusat Meliputi: tingkat kesadaran, nilai GCS, kaji adanya peningkatan TIK, kaji adanya kejang
dan kelumpuhan ekstremitas.
o Sistem pencernaan Meliputi: kebersihan keadaan mulut, adanya mual, nyeri pada epigastrum, kaji adanya
pembesaran hepar, auskultasi bising usus, fungsi pengecapan dan menelan
LANJUTAN……

o Sistem perkemihan Meliputi: adanya kateter atau tidak, adanya distensi kandung kemih, warna urine,
jumlah urine, dan adanya oliguria.
o Sistem integument Meliputi: warna rambut, rontok atau tidak, turgor kulit, kebersihan rambut, lesi, luka
operasi, bentuk luka, letak luka, keadaan luka, dan kaji luka terhadap tanda-tanda infeksi (rubor, kolor,
tumor, dolor, fungsiolesa).
o Sistem musculoskeletal Meliputi: kekuatan otot, ekstremitas atas dan bawah, kaji adanya kelainan sendi.
o Sistem kekebalan tubuh Meliputi: adanya pembesaran kelenjar thyroid atau tidak, suhu tubuh, apakah
hipertermi atau tidak.
o Sistem reproduksi
1) Payudara Meliputi: adanya pembengkakan atau tidak, kebersihan payudara, putting menonjol, ada nyeri
atau tidak, terdapat colostrum dan ASI atau tidak.
2) Uterus Meliputi: Kontraksi uterus, posisi uterus, tinggi fundus uteri. Biasanya ada nyeri ayun, teraba
massa adnexa. Nyeri hebat pada penekanan kavum doughlasi
 Diagnosa Keperawata
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul adalah
 D.0009 Perfusi Perifer Tidak Efektif berhubungan dengan penurunan konsentrasi hemoglobin
 Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
 Nyeri akut berhubungan dengan rupture tuba fallopi
 Ansietas berhubungan dengan persiapan operasi
 Berduka berhubungan dengan kehamilan extrauterine
 Risiko infeksi d.d penumpukan darah di cavum doughlas, dan tindakan invasive
(laparoscopy/laparotomy)
Intervensi Keperawatan
NO Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional
Hasil
1 D.0009 Setelah diberikan tindakan SIKI: Perawatan Sirkulasi SIKI: Perawatan Sirkulasi
Perfusi asuhan keperawatan selama Observasi Observasi
perifer …x 24 jam diharapkan 1.Periksa sirkulasi perifer (mis. nadi 1.Mengetahui keadaan umum pasien.
tidak perfusi perifer efektif perifer, edema, pengisian kapiler, 2.Gangguan perfusi perifer dapat
efektif dengan kriteria hasil: warna, suhu) menyebabkan panas, kemerahan,
SLKI: Perfusi Perifer 2.Monitor panas, kemerahan, nyeri nyeri atau bengkak pada ekstremitas.
1.Denyut nadi prifer dalam atau bengkak pada ekstremitas Terapeutik
rentang normal Terapeutik 1.Perubahan status hidrasi
2.Warna kulit tidak pucat 1.Lakukan hidrasi menggambarkan berat dan ringannya
3.Pengisian kapiler normal Edukasi kekurangan cairan
< 2 detik 1.Ajarkan program diet untuk Edukasi
4.Akral teraba hangat memperbaiki sirkulasi (mis. Rendah 1.Diet yang seimbang dapat
5.Tugor kulit normal <3 lemak jenuh, minyak ikan omega 3 memperbaiki sirkulasi
detik 1.Informasikan tanda dan gejala 1.Memberikan pengetahuan tentang
darurat yang harus dilaporkan (mis. pasien dan keluarga dapat menambah
Rasa sakit yang tidak hilang saat pengetahuan pasien mengenai nutrisi.
istirahat, hilangnya rasa) sehingga meminimalkan terjadinya
pemburukan kondisi pasien
2 D.0023 Setelah dilakukan SIKI: Manajemen Hipovolemia SIKI: Manajemen Hipovolemia
Hipovole intervensi Observasi Observasi
mia keperawatan selama 1.Periksa tanda dan gejala hipovolemia, mis. 1.Untuk mengetahui apakah pasien
Membran mukosa kering, hematokrit meningkat, mengalami hipovolemia atau tidak
…x 24 jam haus, lemah) 2.Untuk mengathaui asupan dan
diharapkan status 2.Monitor intake dan output cairan pengeluaran cairan
cairan pasien Terapeutik Terapeutik
membaik dengan 1.Hitung kebutuhan cairan 1.Untuk mengetahui kebutuhan cairan
kriteria hasil: 2.Berikan posisi modified tredelenburg pasien
SLKI: Status 3.Berikan asupan cairan oral 2.Untuk meningkatkan output jantung
Edukasi 3.Untuk memenuhi kebutuhan cairan
cairan
1.Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral pasien
1.Frekuensi nadi (5) 2.Anjurkan menghindari perubahan posisi mendadak Edukasi
2.Tekanan darah (5) Kolaborasi 1.Untuk memenuhi kebutuhan cairan
3.Membran mukosa 1.Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis (NaCl, tubuh
(5) RL) 2.Mengurangi kerja jantung secara
4.Suhu tubuh (5) 2.Kolaborasi pemberiam cairan IV hipotonis mendadak
5.Intake cairan (5) (glukosa 2,5%, NaCl 0,4 %) Kolaborasi
3.Kolaborasi pemberian cairan koloid (albumin, 1.Untuk memenuhi kebutuhan cairan
plasmanate) tubuh
Kolaborasi pemberian produk darah. 2.Untuk memenuhi kebutuhan cairan
tubuh
3.Untuk memenuhi kebutuhan cairan
tubuh
Untuk memenuhi kebutuhan cairan tubuh
3 D.0077 Setelah dilakukan Manajemen nyeri Observasi
Nyeri asuhan Observasi -Untuk mengetahui lokasi, karakteristik, durasi,
Akut keperawatan -Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan intensitas nyeri pasien
frekuensi, kualitas, dan intensitas nyeri
diharapkan -Identifikasi skala nyeri -Untuk mengetahui skala nyeri pasien
tingkat nyeri -Identifikasi faktor yang memperberat dan -Untuk mengetahui faktor penyebab nyeri
pasien menurun memperingan nyeri Terapeutik
dengan kriteria Terapeutik -Teknik non farmakologi dapat membantu
hasil: -Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengatasi nyeri
SLKI: Tingkat mnegurangi rasa nyeri (mis. TENS, -Agar tercipta lingkungan yang tenang untuk
hipnosis, teknik imajinasi terbimbing, terapi
Nyeri pasien melakukan pemulihan
bermain, teknik distraksi dll)
1.Keluhan nyeri -Kontrol lingkungan yang memperberat rasa -Kualitas tidur yang baik akan mempercepat
menurun nyeri (mis. Suhu ruangan, pencahayaan, kesembuhan pasien
2.Meringis kebisingan) Edukasi
menurun -Fasilitasi istirahat dan tidur -Agar pasien mamahami penyebab, periode, dan
3.Sikap protektif Edukasi pemicu nyeri yang ia alami
menurun -Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu -Agar pasien mampu meredakan nyeri secara
nyeri.
4.Gelisah -Jelaskan strategi meredakan nyeri
mandiri
menurun -Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk -Teknik nonfarmakilogus dilakukan untuk
mengurangi rasa nyeri menunjang pengobatan secara farmakologi
Kolaborasi Kolaborasi
Kolaborasi dengan dokter terkait pemberian 1.Analgetik dapat membantu menghilangkan
analgetik rasa nyeri
4 D.0080 Setelah dilakukan SIKI: Reduksi Ansietas SIKI: Reduksi Ansietas
Ansietas intervensi keperawatan Observasi Observasi
selama …x 24 jam 1.Identifikasi saat tingkat ansietas berubah 1.Untuk mengethaui apa penyebab
diharapkan tingkat (mis. Kondisi, waktu, stressor) dan tingkat ansietas
ansietas menurun 2.Identifikasi kemampuan mengambil 2.Untuk memudahkan
dengan kriteria hasil: keputusan pengambilan keputusan
SLKI: Tingkat 3.Monitor tanda ansietas (verbal dan non 3.Mengetahui tanda ansietas verbal
Ansietas verbal) dan non verbal
1.Verbalisasi Terapeutik Terapeutik
kebingungan (5) 1.Ciptakan suasana terapeutik untuk 1.Suasana terapeutik dapat
2.Verbalisasi khawatir menumbuhkan kepercayaan membuat pasien lebih tenang
akibat kondisi yang 2.Temani pasien untuk mengurangi 2.Dengarkan keluhan pasien
dihadapi (5) kecemasan , jika memungkinkan 3.Untuk mengetahui situasi yang
3.Perilaku gelisah (5) 3.Pahami situasi yang membuat ansietas membuat ansietas
4.Perilaku tegang (5) 4.Dengarkan dengan penuh perhatian 4.Agar pasien merasa nyaman
5.Gunakan pedekatan yang tenang dan 5.Membina hubungan saling
meyakinkan percaya
6.Motivasi mengidentifikasi situasi yang 6.memotivasi pasien untuk
memicu kecemasan mengetahui pemicu ansietas
Edukasi Edukasi
1.Informasikan secara factual mengenai 1.Agar pasien tidak cemas dengan
diagnosis, pengobatan, dan prognosis keadaannya
2.Anjurkan keluarga untuk tetap bersama 2.Pendampingan keluarga dapat
pasien, jika perlu mempercepat kesembuhan pasien
3.Anjurkan melakukan kegiatan yang 3.Untuk mengurangi ansietas
tidak kompetitif, sesuai kebutuhan 4.Agar pasien mampu
4.Anjurkan mengungkapkan perasaan mengungkapkan perasaan dan
dan persepsi persepsinya terhadap penyakit
5.Latih kegiatan pengalihan, untuk yang dialami
mengurangi ketegangan 5.Pengalihan perhatian dapat
6.Latih teknik relaksasi mengurangi ketegangan
Kolaborasi 6.Teknik relaksasi dapat membuat
Kolaborasi pemberian obat anti ansietas, pasien menjadi lebih tenang
jika perlu Kolaborasi
Membantu mengurangi ansietas
pasien
5 D.0081 Setelah dilakukan SIKI: Dukungan Proses Berduka SIKI: Dukungan Proses Berduka
Berduka intervensi Observasi Observasi
keperawatan 1.Identifikasi kehilangan yang dihadapi 1.Untuk mengetahui rasa kehilangan
selama …x24 jam 2.Identifikasi proses berduka yang dialami yang dihadapi pasien.
maka tingkat 3.Identifikasi sifat keterikatan pada benda 2.Untuk mengetahui proses berduka yang
berduka membaik yang hilang atau orang yang meninggal dialami pasien
dengan kriteria 4.Identifikasi reaksi awal terhadap 3.Untuk mengetahui sifat keterikatan
hasil: kehilangan pasien padan benda yang hilang atau
SLKI: Tingkat Terapeutik orang yang meninggal.
Berduka 1.Tunjukan sikap menerima dengan empati 4.Untuk mengetahui reaksi awal pasien
1.Verbalisasi 2.Motivasi agar mau mengungkapkan terhadap kehilangan.
menerima perasaan kehilangan Terapeutik
kehilangan (5) 3.Motivasi untuk menguatkan dukungan 1.Agar pasien merasa nyaman
2.Verbalisasi keluarga atau orang terdekat 2.Agar pasien mau mengungkapkan
harapan (5) 4.Fasilitasi melakukan kebiasaan sesuai perasaan kehilangannya
3.Pola tidur (5) dengan budaya, agama, dan norma sosial 3.Agar pasien bisa menerima kenyataan
4.Konsentrasi (5) 5.Fasilitasi mengekspresikan perasaan 4.Agar pasien terbiasa melakukan
dengan cara nyaman (mis. Membaca buku, kebiasaan sesuai dengan budaya,agama
menulis, menggambar, dan bermain) dan norma social
6.Diskusikan strategi koping yang dapat 5.Agar pasien lebih mudah untuk
digunakan mengekspresikan perasaannya
6.Agar strategi koping yang dipilih
sesuai keinginan dan kemampuan pasien
Edukasi Edukasi
1.Jelaskan kepada pasien dan keluarga 1.Agar pasien bisa menerima
bahwa sikat mengingkari, marah, tawar keadaanya
menawar, sepresi dan menerima adalah 2.Untuk mengurangi ansietas
wajar dalam menghadapi kehilangan 3.Agar pasien mau
2.Anjurkan mengidentifikasi ketakutan mengungkapkan prasaan
terbesar pada kehilangan kehilangan dengan
3.Anjurkan mengekspresikan perasaan mengekspresikannya
tentang kehilangan 4.Agar pasien bisa menerima
4.Anjurkan melewati proses berduka keadaannya
secara bertahap.
6 D.0142 Setelah dilakukan SIKI: Manajemen Imunisasi/Vaksinasi SIKI: Manajemen Imunisasi/Vaksinasi
Risiko intervensi Observasi Observasi
Infeksi keperawatan 1.Identifikasi riwayat kesehatan dan riwayat 1.Untuk mengetahui Riwayat Kesehatan dan
selama …x24 jam alergi Riwayat alergi pasien
maka tingkat 2.Identifikasi kontraindikasi pemberian 2.Untuk mengetahui kontraindikasi
infeksi menurun imunisasi (mis.reaksi anafilaksis terhdap pemberian imuniasasi
dengan kriteria vaksin sebelumnya dan atau sakit parah 3.Untuk mengetahui status imunisasi setiap
hasil: dengan atau tanpa demam) kunjungan ke pelayanan Kesehatan
SLKI: Tingkat 3.Identifikasi status imunisasi setiap Terapeutik
Infeksi kunjungan ke pelayanan kesehatan 1.Agar ada bukti vaksinasi
1.Demam (5) Terapeutik 2.Agar imunisasi pada interval tepat waktu
2.Nyeri (5) 1.Dokumentasikan informasi vaksinasi
3.Bengkak (5) 2.Jadwalkan imunisasi pada interval waktu
yang tepat
Edukasi Edukasi
1.Jelaskan tujuan, manfaat, reaksi yang 1.Agar pasien mengetahui tujuan,manfaat,
terjadi, jadwal, dan efek samping reaksi yang terjadi dan efek samping dari
2.Informasikan imunisasi yang diwajibkan imunisasi
pemerintah (hepatitis B, BCG, difteri, 2.Agar pasien mengetahui imunisasi yang di
tetanus, pertisus, H. influenza, polio, campak, wajibkan
rubela, measles) 3.Agar pasien mengetahui imunisasi yang
3.Informasikan imunisasi yang melindungi melindungi terhadap penyakit (pneumokokus,
terhadap penyakit namun saat ini tidak influenza)
diwajibkan pemerintah (pneumokokus, 4.Agar pasien mengetahui vaksinasi untuk
influenza) kejadian khusus
4.Informasikan vaksinasi untuk kejadian 5.Agar pasien mengetahui dampak penundaan
khusus (rabies, tetanus) imunisasi tidak berarti mengulang jadwal
5.Informasikan penundaan pemberian imunisasi Kembali
imunisasi tidak berarti mengulang jadwal 6.Agar pasien mengetahui layanan imunisasi
imunisasi kembali nasional menyediakan vaksin gratis
6.Informasikan penyedia layanan pekan
imunisasi nasional yang menyediakan vaksij
gratis.
Implementasi Keperawatan

Implementasi adalah perencanaan dari rencana intervensi untuk


mencapai tujuan yang spesifik.Tahap implementasi dimulai setelah
rencana intervensi disusun dan ditujukan untuk membantu klien
mencapai tujuan yang diharapkan (Nursalam, 2008) dalam (Natasha,
2018)
Evaluasi Keperawatan
S : Data subjektif, data yang didapatkan dari keluhan klien secara langsung
O : Data objektif, data yang didapatkan dari hasil observasi perawat.
A : Analisis, merupakan interpretasi dari subjektif dan objektif. Analisis merupakan diagnosis
keperawatan yang masih terjadi atau dapat dituliskan masalah baru yang terjadi atau juga dapat
dituliskan masalah baru yang terjadi akibat perubahan status kesehatan klien.
P : Planing, perencanaan keperawatan yang akan dilakukan, dilanjutkan, dimodifikasi dari
rencana tindakan yang ditentukan sebelumnya
THANK YOU……

Anda mungkin juga menyukai