Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN MATERNITAS PADA Ny.

H
DENGAN DIAGNOSA MEDIS KEHAMILAN ETOPIK TERGANGGU
DI RUANG BAJI GAU RSUD LABUANG MAKASSAR

NAMA :APRLIANA WULANDARI


NPM :183010003

CI LAHAN CI INSTITUSI

(………………………) (………………………)

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS PATRIA ARTHA
MAKASSAR
2021
KEHAMILAN ETOPIK TERGANGGU

A. Definisi kehamilan ektopik

Istilah ektopik berasal dari bahasa Inggris, ectopic, dengan akar kata dari
bahasa Yunani, topos yang berarti tempat. Jadi istilah ektopik dapat diartikan
“berada di luar tempat yang semestinya”. Apabila pada kehamilan ektopik terjadi
abortus atau pecah, dalam hal ini dapat berbahaya bagi wanita hamil tersebut
maka kehamilan ini disebut kehamilan ektopik terganggu.
Kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan implantasi terjadi diluar rongga
uterus, tuba falopii merupakan tempat tersering untuk terjadinya implantasi
kehamilan ektopik,sebagian besar kehamilan ektopik berlokasi di tuba,jarang
terjadi implantasi pada ovarium,rongga perut,kanalis servikalis uteri,tanduk
uterus yang rudimenter dan divertikel pada uterus.(Sarwono Prawiroharjho,
2005)
Kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan implantasi terjadi di luar rongga
uterus. Tuba fallopi merupakan tempat tersering untuk terjadinya implantasi
kehamilan ektopik (lebih besar dari 90 %). (Sarwono. 2002. Buku Panduan
Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal)
Kehamilan ektopik adalah kehamilan dimana setelah fertilisasi terjadi diluar
endometrium kavum uteri. Hamper 90% kehamilan ektopik terjadi di tuba uteria.
Kehamilan ektopik dapat mengalami abortus atau rupture apabila masa
kehamilan berkembang melebihi kapasitas ruang implantasi (misalnya tuba) dan
peristiwa ini disebut sebagai kehamilan ektopik terganggu. (Saifudin, dkk, 2006)
Suatu kehamilan disebut kehamilan ektopik bila zigot terimplantasi di lokasi-
lokasi selain cavum uteri, seperti ovarium, tuba, seviks, bahkan rongga abdomen.
Istilah kehamilan ektopik terganggu (KET). Merujuk pada keadaan dimana
timbul gangguan pada kehamilan tersebut sehingga terjadi abortus maupun
rupture yang menyebabkan penurunan keadaan umum pasien. (Anik Maryunani.
Asuhan kegawatdaruratan dalam kebidanan, 2009 : 36)
B. Etiologi
Kehamilan ektopik terganggu dapat disebabkan oleh :
a. Faktor uterus
1) Tumor uterus yang menekan tuba
2) Uterus hipoplasia
3) Tuba sempit dan berlekuk – lekuk sering disertai dengan gangguan fungsi
silia endosalping
b. Faktor tuba
1) Penyempitan lumen tuba oleh karena infeksi endosalping
2) Tuba sempit, panjang dan berlekuk – lekuk
3) Gangguan fungsi rambut getar (silia) tuba
4) Diventrikel tuba dan kelainan konginetal lainnya
5) Operasi plastic tuba dan sterilisasi yang tidak sempurna (lumen tuba
menyempit)
c. Faktor ovum
1) Migrasi eksterna dari ovum
2) Perlekatan membrane granulose
3) Migrasi interna ovum
(Anik Maryunani. Asuhan kegawatdaruratan dalam kebidanan, 2009 : 41)
d. Faktor lain
1) Hamil saat berusia lebih dari 35 tahun
2) Fertilisasi in vitro
3) Penggunaan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
4) Riwayat kehamilan ektopik sebelumnya
5) Infertilitas
6) Mioma uteri
7) Hidrosalping
(Rachimhadhi, 2005)
C. Patofisiologi
Tempat-tempat implantasi kehamilan ektopik antara lain ampulla tuba (lokasi
tersering), isthmus, fimbriae, pars interstitialis, kornu uteri, ovarium, rongga
abdomen, serviks dan ligamentum kardinal. Zigot dapat berimplantasi tepat pada
sel kolumnar tuba maupun secara interkolumnar. Pada keadaan yang pertama,
zigot melekat pada ujung atau sisi jonjot endosalping yang relatif sedikit
mendapat suplai darah, sehingga zigot mati dan kemudian diresorbsi.
Pada implantasi interkolumnar, zigot menempel di antara dua jonjot. Zigot
yang telah bernidasi kemudian tertutup oleh jaringan endosalping yang
menyerupai desidua, yang disebut pseudokapsul. Villi korialis dengan mudah
menembus endosalping dan mencapai lapisan miosalping dengan merusak
integritas pembuluh darah di tempat tersebut.
Selanjutnya, hasil konsepsi berkembang, dan perkembangannya tersebut
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu tempat implantasi, ketebalan tempat
implantasi dan banyaknya perdarahan akibat invasi trofoblas.
Seperti kehamilan normal, uterus pada kehamilan ektopik pun mengalami
hipertrofi akibat pengaruh hormon estrogen dan progesteron, sehingga tanda-tanda
kehamilan seperti tanda Hegar dan Chadwick pun ditemukan. Endometrium pun
berubah menjadi desidua, meskipun tanpa trofoblas. Sel-sel epitel endometrium
menjadi hipertrofik, hiperkromatik, intinya menjadi lobular dan sitoplasmanya
bervakuol. Perubahan selular demikian disebut sebagai reaksi Arias-Stella.Karena
tempat implantasi pada kehamilan ektopik tidak ideal untuk berlangsungnya
kehamilan, suatu saat kehamilan ektopik tersebut akan terkompromi.
Kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi pada kehamilan ektopik adalah:
1. Hasil konsepsi mati dini dan diresorbsi
2. Abortus ke dalam lumen tuba
3. Ruptur dinding tuba.
(Anik Maryunani. Asuhan kegawatdaruratan dalam kebidanan, 2009 : 39)

D. Manifestasi klinis

Gambaran klinik kehamilan ektopik sangat bervariasi tergantung dari ada


tidaknya ruptur. Triad klasik dari kehamilan ektopik adalah nyeri, amenorrhea,
dan perdarahan per vaginam. Pada setiap pasien wanita dalam usia reproduktif,
yang datang dengan keluhan amenorrhea dan nyeri abdomen bagian bawah, harus
selalu dipikirkan kemungkinan terjadinya kehamilan ektopik.
Selain gejala-gejala tersebut, pasien juga dapat mengalami gangguan
vasomotor berupa vertigo atau sinkop; nausea, payudara terasa penuh, fatigue,
nyeri abdomen bagian bawah,dan dispareuni. Dapat juga ditemukan tanda iritasi
diafragma bila perdarahan intraperitoneal cukup banyak, berupa kram yang berat
dan nyeri pada bahu atau leher, terutama saat inspirasi.
Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan nyeri tekan pelvis, pembesaran
uterus, atau massa pada adnexa. Namun tanda dan gejala dari kehamilan ektopik
harus dibedakan dengan appendisitis, salpingitis, ruptur kista korpus luteum atau
folikel ovarium. Pada pemeriksaan vaginal, timbul nyeri jika serviks digerakkan,
kavum Douglas menonjol dan nyeri pada perabaan.
Pada umumnya pasien menunjukkan gejala kehamilan muda, seperti nyeri di
perut bagian bawah, vagina uterus membesar dan lembek, yang mungkin tidak
sesuai dengan usia kehamilan. Tuba yang mengandung hasil konsepsi menjadi
sukar diraba karena lembek.
Nyeri merupakan keluhan utama. Pada ruptur, nyeri terjadi secara tiba-tiba
dengan intensitas tinggi disertai perdarahan, sehingga pasien dapat jatuh dalam
keadaan syok. Perdarahan per vaginam menunjukkan terjadi kematian janin.
Amenorrhea juga merupakan tanda penting dari kehamilan ektopik. Namun
sebagian pasien tidak mengalami amenorrhea karena kematian janin terjadi
sebelum haid berikutnya.

E. Komplikasi
Komplikasi kehamilan ektopik dapat terjadi sekunder akibat kesalahan
diagnosis, diagnosis yang terlambat, atau pendekatan tatalaksana. Kegagalan
penegakan diagnosis secara cepat dan tepat dapat mengakibatkan terjadinya ruptur
tuba atau uterus, tergantung lokasi kehamilan, dan hal ini dapat menyebabkan
perdarahan masif, syok, DIC, dan kematian.
Komplikasi yang timbul akibat pembedahan antara lain adalah perdarahan,
infeksi, kerusakan organ sekitar (usus, kandung kemih, ureter, dan pembuluh
darah besar). Selain itu ada juga komplikasi terkait tindakan anestesi.

F. Perawatan Kehamilan Ektopik Terganggu


1. Upaya stabilisasi dengan merestorasi cairan tubuh dengan larutan kristaloid
NS atau RL (500ml dalam 15 menit pertama) atau 2 L dalam 2 jam
pertama.
2. Kemoterapi. Kriteria khusus diobati dengan cara ini kehamilan di pars
ampullaris tuba belum pecah, diameter kantung gestasi ≤ 4 cm, perdarahan
dalam rongga perut ≤ 100ml, tanda vital baik dan stabil. Obat yang
digunakan metotrexate 1mg/kg IV dan sitrovorum vactor 0,1mg/kg IM
berselang-seling setiap hari selama
8 hari.
3. Kuretase.
4. Laparatomi. Memperhatikan berbagai hal diantaranya kondisi penderita,
keinginan penderita akan fungsi reproduksinya, lokasi kehamilan ektopik,
kondisi anatomik organ pelvik, kemampuan teknik bedah micro dokter
operator, dan kemampuan teknologi fertilisasi in vitro setempat.
5. Salpingektomia. Pada kondisi yang buruk seperti syok.

G. Pencegahan
Berhenti merokok akan menurunkan risiko kehamilan ektopik. Wanita yang
merokok memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk mengalami kehamilan
ektopik. Berhubungan seksual secara aman seperti menggunakan kondom akan
mengurangi risiko kehamilan ektopik dalam arti berhubungan seks secara aman
akan melindungi seseorang dari penyakit menular seksual yang pada akhirnya
dapat menjadi penyakit radang panggul. Penyakit radang panggul dapat
menyebabkan jaringan parut pada saluran tuba yang akan meningkatkan risiko
terjadinya kehamilan ektopik.
Kita tidak dapat menghindari 100% risiko kehamilan ektopik, namun kita
dapat mengurangi komplikasi yang mengancam nyawa dengan deteksi dini dan
tatalaksana secepat mungkin. Jika kita memiliki riwayat kehamilan ektopik
sebelumnya, maka kerjasama antara dokter dan ibu sebaiknya ditingkatkan untuk
mencegah komplikasi kehamilan ektopik.

Kasus :
Seorang perempuan 30 tahun dengan status obsetri G1P0A0 hamil
12 minggu datang ke IGD dengan keluhan nyeri perut menjalar
keseluruh perut. Keluar darah pervagina. Hasil pemeriksaan USG
transvagina tampak cairan diluar uterus . Hasil pemeriksaan fisik
TD 100/70 mmHG , Nadi 80x/ menit RR24x/menit , SpO2 90%
ASUHAN KEPERAWATAN

KEHAMILAN EKTOPIK

1. IDENTITAS
Identitas Pasien
Nama : Ny. Y
Usia : 30 th
Jenis Kelamin : Perempuan
pendidikan : SD
Agama : Islam
Alamat : Tanjung Emas RT.04/RW.09
Dx.Medis : OBSETRI G1P0A0
NO RM :-
Tanggal Masuk : 16 Juni 2018 pukul 18.00 WIB
Identitas Penanggung Jawab
Nama : Bp. X
Usia : 40 tahun
Alamat : Tanjung Emas RT.04/RW.09
Pekerjaan : Wiraswasta
Hubungan dengan pasien : Suami klien

2. KELUHAN UTAMA
Nyeri perut menjalar keseluruh perut
3. RIWAYAT KESEHATAN
A. Riwayat Kesehatan Sekarang
Hamil 12 minggu datang ke IGD dengan keluhan nyeri perut menjalar
keseluruh perut. Keluar darah pervagina dengan TD: 100/70 mmHg, nadi: 80
x/menit, SaPO2: 90%. Setelah masuk ruang Bugenfil TD: 110/90 mmHg,
nadi: 90 x/menit, SaPO2: 95 %.
B. Riwayat Kesehatan Dahulu
Pasien belum pernah dirawat di rumah sakit dan belum pernah menderita
penyakit ini.
C. Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga tak ada yang menderita penyakit seperti ini.

4. POLA PENGKAJIAN FUNGSIANAL

Pola Kesehatan (Gordon)

1. Pola Manajemen Kesehatan

Keluarga pasien mengatakan jika ada anggota keluarga yang sakit selalu di
bawa ke pelayanan kesehatan misal dokter, Puskesmas, rumah sakit.
2. Pola Kebutuhan Nutrisi

Klien mengalami tidak nafsu makan sebelum masuk rumah sakit. Klien makan
habis 3-4 sendok makan sehari 3x, setelah masuk rumah sakit klien makan
habis 1/3 porsi sehari 3x. Pola minum klien sebelum masuk rumah sakit  1
gelas 1 hari, setelah masuk rumah sakit klien minum  3 gelas air putih,2 gelas
susu.
3. Pola Eliminasi

Sebelum masuk rumah sakit klien BAB 3 hari sekali, BAK 3x sehari, setelah
masuk rumah sakit dan mendapat perawatan BAB 1 hari sekali, BAK 5x
sehari.
4. Pola Aktifitas dan Latihan

Sebelum masuk rumah sakit klien biasa melakukan kegiatan di pesantren


seperti makan dan minum sendiri, semenjak sakit dan di rawat di rumah sakit
aktifitas klien dibantu oleh ibunya seperti makan, minum dan perawatan diri.
5. Pola Istirahat dan Tidur

Semenjak sakit, sebelum di rawat di rumah sakit klien tidur hanya 5 jam
malam/hari, setelah masuk rumah sakit tidur 7-8 jam malam/hari.
6. Pola Perseptual

Klien merasa dirinya sakit dan ketika dirawat di rumah sakit merasa takut
dengan lingkungan tersebut.
7. Pola Kognitif

Pendengaran dan penglihatan pasien tidak mengalami gangguan.


8. Pola Hubungan Sosial

Klien sebelum masuk rumah sakit bergaul dan bermain dengan teman
sebayanya. Setelah masuk rumah sakit klien tidak bisa bermain dan bergaul
dengan temannya.
9. Pola Seksual dan Reproduksi

Klien sudah menikah, Klien mengatakan siklus tanggal menstruasi klien sama
yaitu setiap tanggal 12 sebelum hamil.
10. Pola Menangani Masalah

Klien mengetahuai bahwa dia sakit, klien hanya bisa menangis dan diam
dengan kondisinya sekarang.
11. Pola Kepercayaan dan Nilai

Klien beragama Islam, klien menjalankan ibadahnya semampunya.

5. PEMERIKSAAN FISIK
A. Kesadaran : Compos Mentis
Kesadaran umum :
BB/TB : 50/158
B. Tanda-Tanda Vital
TD : 100/70 mmhg
Nadi : 80x/menit
RR : 24x/menit
Suhu : 36,80 C
C. Pemeriksaan Head To Toe
1. Kepala : bentuk simetris, kontrol kepala baik, tidak ada pembesaran lingkar
kepala misal hidrosefalus dan lingkar yang kecil misal mikrosefali, fontanel
rata, halus dan bedenyut.
2. Rambut : bersih, tidak berbau
3. Mata : kelopak mata simetris, tidak sembab, tidak ada perdagangan,
konjungtiva merah muda, pupil isokor yaitu memiliki bentuk dan ukuran pupil
yang sama, reflek cahaya positif.
4. Hidung: lubang hidung simetris, tidak ada sumbatan, pendarahan, secret atau
cairan, inflamasi, tidak ada nyeri tekan, lesi/massa.
5. Mulut dan Tenggorokan: bibir tidak ada lesi maupun inflamasi, tidak
sumbing, tidak ada caries gigi, gusi tidak inflamasi dan nyeri. tidak ada
pembesaran tonsil, bibir tidak sianosis, simetris, dan kering. Lidah merah
muda tidak ada bereak putih
6. Telinga: telinga kanan dan kiri simetris, sistem pendengaran baik, tidak nyeri
ada nyeri tekan.
7. Leher: bentuk leher kanan dan kiri simetri, tidak ada pembengkakan leher,
kelenjar Tyroid tidak teraba
8. Dada

 Thorax :
Inspeksi : pernapasan diafragma : abdomen timbul dengan inspirasi
Palpasi : gerakan simetris pada setiap pernapasan.

Perkusi : resonasi terdengar di seluruh permukaan paru.


Auskultasi : vesikuler diseluruh lapisan paru.
 Abdomen
Inspeksi : tidak ada lesi, simetris, tidak ada retraksi interkosta dan
frekuensi normal 20x/mnt
Palpasi : nyeri tekan pada kuadran kiri bawah .
Perkusi : nyaring, resonasi terdengar diseluruh permukaan paru.
Auskultasi : bunyi nafas vesikuler terdengar dan semua lopang paru.
9. Genetalia : keluar darah pervagina
10. Integmumen : kulit lembab
11. Ekstermitas
 Pemeriksaan kekuatan otot: otot dapat berkontraksi dengan baik, tidak
ada kelumpuhan
 Ekstermitas atas: tangan atas dapat berfungsi dengan baik, tidak ada
nyeri tekan
 Ekstermitas bawah: kedua kaki berfungsi dengan baik, tidak ada nyeri
tekan.
6. ANALISA DATA

No TANGGAL DATA FOKUS PROBLEM ETIOLOGI

1 16 Juni 2018 DS: mengatakan nyeri akut Agen cidera


nyeri perut menjalar biologis (infeksi)
pukul 18.00 WIB keseluruh perut

DO: klien meringis-


ringis menahan rasa
nyeri dengan skala
nyeri 4

2 DS : keluar darah Resiko perdarahan Komplikasi


pervagina kehamilan

DO: hasil USG


tranasvagina
tampak cairan
diluar uterus

3 DS: pasien Kurangnya sumber kurang


mengatakan belum informasi pemahaman
mengetahui

Do : pasien tampak
bingung

7. DIAGNOSA KEPERAWATAN
A. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis ditandai dengan
nyeri perut menjalar keseluruh perut
B. Resiko perdarahan berhubungan dengan komplikasi kehamilan ditandai
dengan perdarahan pervagina
C. Kurangnya pengetahuan yang berhubungan dengan kurang pemahaman
atau tidak mengenal sumber-sumber informasi.
8. INTERVENSI TINDAKAN KEPERAWATAN
Nama Pasien : Ny. Y
NO ROM :-

NO TANGGAL DX TUJUAN DAN INTERVENSI TTD


KEP KH

1 16 Juni 2018 I setelah dilakukan  monitor TTV Kelompok


tindakan  lakukan pengkajian
pukul 18.00 keperawatan selama nyeri komprehensif
WIB 2 x24 jam dengan yang meliputi lokasi,
KH: karakteristik,onset/durasi
, frekuaensi, kualitas,
 Nyeri yang di intensitas atau beratnya
laporkan dari nyeri
berat menjadi  Berikan obat penurun
tidak ada nyeri yang adekuat
 Ekspresi
nyeri
menjadi
tampak
rileks

II Setelah dilakukan  monitor dengan


tindakan ketat resiko
keperawatan selama terjadinya
2 x24 jam perdarahan pada
diharapkan resiko pasien
perdarahan teratasi  berikan obat-obat
dengan KH: jika diperlukan
 lindungi pasien dari
 Resiko trauma yang dapat
terjadi menyebabkan
pendarahan perdarahan
sudah tidak  Evaluasi, catat dan
ada atau laporkan jumlah
berkurang serta sifat
 Pasien tidak kehilangan darah
mengalami   Posisikan klien
trauma telentang dengan
panggul ditinggikan
    Catat TTV,
capillary refill,
warna kulit dan suhu
tubuh

III Setelah dilakukan tindakan


keperawatan selama 2 x24 jam
diharapkan kurangnya
pengetahuan dapat teratasi
dengan KH:

 pasien sudah
mengetahui mengenai
nyeri

III Setelah dilakukan  Gali pengetahuan dan


tindakan kepercayaan pasien
keperawatan selama mengenai nyeri
2 x24 jam
diharapkan
kurangnya
pengetahuan dapat
teratasi dengan KH:

 pasien
sudah
mengetahui
mengenai
nyeri

9. TINDAKAN KEPERAWATAN
Nama Pasien : Ny. Y
NO ROM :

NO TANGGAL/JAM DX IMPLENTASI RESPON TTD


KEP

1 16 Juni 2018 I Memonitor TTV DS: pasien Kelompok


bersedia
pukul 18.00 WIB melakuakan

DO: S:370C,
N:80X/mnt,
RR:24x/mnt

2. Pukul 21.00 I Melakukan pengkajian DS: pasien Kelompok


nyeri komprehensif yang mengatakan
meliputi lokasi, nyeri berada
karakteristik,onset/durasi, di perut
frekuaensi, kualitas, menjalar ke
intensitas atau beratnya seluruh
nyeri dan faktor pencetus perut , nyeri
seperti di
tusuk benda
tajam,
berlangsung
terus menerus

DO: raut
muka pasien
tampak
kesakitan

3. 17 Juni 2018 Mengobservasi adanya DS: pasien


petunjuk non-verbal mengatakan
pukul 06.00 WIB mengenai masih merasa
ketidaknyamanan nyeri

DO: tampak
menahan
nyeri
perutnya

4. Pukul 08.00 I Memberikan obat penurun DS:pasien Kelompok


nyeri yang adekuat merasa
nyerinya
berkurang

DO:pasien
tampak lebih
tenang dan
nyaman

5. Pukul 10.00 I Memberikan relaksasi DS:pasien Kelompok


nafas dalam melakukan
relaksasi
dengan baik
dan
mengatakan
nyerinya
mulai hilanng

DO:pasien
tampak lebih
Nyaman dari
sebelumnya

6. Pukul 14.00 II  monitor dengan DS: pasien Kelompok


ketat resiko mau
terjadinya melakukan
perdarahan pada
pasien DO:
mengecek
terjadinya
pendarahan

7. Pukul 16.00 II  berikan obat-obat DS: pasien Kelompok


jika diperlukan mengatakan
tidak ada
alergi obat

DO: tidak
Nampak klien
alergi obat

8. pukul 18.00 II  lindungi pasien DS: pasien Kelompok


dari trauma yang mau
dapat melakukan
menyebabkan
perdarahan
DO: pasien
Nampak
melakukan
yang
dianjurkan
perawat

9. Pukul 20.00 III  Gali pengetahuan DS: pasien Kelompok


dan kepercayaan mengatakan
pasien mengenai tidak tahu
nyeri
DO: pasien
tampak
bingung

10. 18 Juni 2018 III Memastikan diet DS: pasien Kelompok


mencakup makanan tinggi bersedia
pukul 08.00 WIB kandungan serat melakukan

DO: pasien
memakan
bubur yang
sudah di
sediakan

11. Pukul 10.00 III Lakukan penilaian DS: pasien Kelompok


lengkap terhadap mual mual saat
termasuk frekuensi, durasi makan terlalu
dan tingkat keparahan banyak dalam
waktu
bersamaan

DO: pasien
tampak lemas
dan pucat
10. EVALUASI /CATATAN PERKEMBANGAN
Nama Pasien : Ny. Y

NO ROM :-

NO TANGGAL/JAM DX EVALUASI TTD


KEP

1. 18 Juni 2018 I S: pasien mengatakan perut sebelah kiri kelompok


nyeri seperti ditusuk benda tajam

O: pasien Nampak lemas dan berbaring di


tempat tidur sambil meringis kesakitan

A: masalah nyeri akut klien belum


teratasi

P: lanjutan intervensi:

 monitor TTV
 memberikan teknik relaksasi nafas
dalam
 memberikan terapi obat yang
adekuat
 membut lingkungan sekitar pasien
nyaman
II S: Resiko terjadi pendarahan sudah tidak
ada atau berkurang Pasien tidak
mengalami trauma

O: pasien sudah tidak pendarahan

A: resiko pendarahan pasien belum


teratasi

P: lanjutan intervensi

 mengecek terjadinya pendarahan


 memberikan obat untuk
mengatasi pendarahan

III S: pasien mengatakan belum terlalu


mengerti

O: pasien masih tampak bingung

A: masalah kurang pengetahuan belum


teratasi

P: lanjutan intervensi

 Gali pengetahuan dan


kepercayaan pasien mengenai
nyeri
 Memberikan pengertian
mengenai pendarahan
DAFTAR PUSTAKA

Prawirohardjo, Sarwono. 2009. Ilmu Kebidanan Maternal Dan Neonatal. Jakarta : PT.
Bina Ustaka Sarwono Prawirohardjo
Achadiat, M. 2004. Prosedur tetap obstetr & genekologi. Jkarta: EGC

Marmi, Dkk. 2011. Asuhan Kebidanan Patologi. Yogyakarta : Pustaka Belajar


Prawirohardjo, Sarwono. 2009. Ilmu Bedah. Jakarta : PT. Bina Ustaka Sarwono
Prawirohardjo
Saifudin, Abdul Bahri. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal
Neonatal. JHPIEGO. Jakarta. 
Rachimhadhi T. 2005. Kehamilan Ektopik. Dalam : Ilmu Bedah Kebidanan. Edisi I.
Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo
Maryunani, Anik. 2009. Asuhan Kegawatdaruratan Dalam Kebidanan. Jakarta : CV.
Trans Info Media
Cunningham, F, G, Mc. Donal Pc. Gant Nf, 2005. Obstetri William. Edisi ke 18. EGC.
Jakarta.

Pudiastuti, Ratna Dewi. 2011. Asuhan Kebidanan Pada Hamil Normal Dan Patologi.
Yogyakarta : Nuha Medika

Anda mungkin juga menyukai