Anda di halaman 1dari 38

Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.2 No.

2 (2013)

Nama : apriliana wulandari


Nim :18301003

1. Jurnal simple random sampling

HUBUNGAN ANTARA INTELLECTUAL CAPITAL DENGAN KINERJA

PERUSAHAAN PADA BADAN USAHA SEKTOR MANUFAKTUR YANG

TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)

PERIODE 2009-2011

Jessika Thendy Katianda Akuntansi Theckia05@gmail.com


Abstrak – Penelitian ini berujuan untuk menguji hubungan intellectual capital (VAICTM) dengan
kinerja perusahaan (profitabilitas, produktivitas, dan penilaian pasar). Profitabilitas diukur dengan
Return on Asset (ROA), Produktivitas diukur dengan Asset Turn Over (ATO), dan Penilaian
pasar diukur dengan Market to Book (M/B). Variabel independen dalam penelitian ini adalah
intellectual capital yang diukur dengan VAICTM, sedangkan variabel dependenya adalah
ROA,ATO, dan M/B. Sampel penelitiannya adalah badan sektor manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan periode penelitian tahun 2009-2011. Data dikumpulkan
dengan probability sampling dengan metode restricted – simple random sampling. Total
sampel yang digunakan 234 perusahaan. Hasil penelitian menunjukan intellectual capital
berhubungan secara signifikan terhadap profitabilitas, produktivitas, dan penilaian pasar.
Kata kunci: Intellectual Capital, profitabilitas, produktivitas,dan penilaian pasar

Abstract – This study aims to exaimine the relationship of intellectual capital (VAICTM) with
corporate performance (profitability, productivity, and market valuation). Profitability measured
by Return on Asset (ROA), Productivity measured by Asset Turn Over (ATO), and Market
Valuation measured by Market to Book (M/B). Independent variable used in this study is
intellectual capital measured by VAICTM while dependent variable used are ROA, ATO, and M/B.
Sample of this research is manufacturing companies listed in Indonesia Stock Exchange (IDX)
with sample period 2009-2011. Data collected by probability sampling witg restricted –
simple random sampling method.Total sample used is 234 companies. The result showed
that intellectual capital have significant relationship on profitability, productivity, and
market valution.
Key Word: Intellectual Capital, Profitability, Productivity, and Market Valuation

1
Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.2 No.2 (2013)

Pendahuluan
Semakin berkembangnya dunia bisnis terutama dalam bidang perdagangan bebas, hal ini
membuat arus lalu lintas perpindahan barang, jasa, modal dan tenaga kerja semakin laju dari satu
negara ke negara lain tanpa ada batasan dan rintangan. Pada saat pangsa pasar bergeser, teknologi
berkembang dengan pesat, jumlah pesaing semakin banyak, dan produk menjadi uang hanya
dalam waktu satu malam, maka perusahaan yang berhasil adalah perusahaan yang secara
berkesinambungan dan konsisten menciptakan pengetahuan baru, menyebarkannya dalam seluruh
elemen perusahaan, serta dengan cepat mewujudkannya menjadi sebuah teknologi dan produk
baru (Li et al., 2008). Hal ini mengakibatkan adanya pergeseran dari paradigma lama yang masih
menitikberatkan pada kekayaan secara fisik (physical capital) ke paradigma baru yang berfokus
pada nilai kekayaan intelektual (intellectual capital). Akan tetapi para akuntan belum
menanggapi perubahan ini secara memadai (Hartono, 2000).

Perubahan paradigma tersebut menyebabkan timbulnya perubahan paradigma pelaporan


akuntansi (Hartono, 2001). Pada mulanya paradigma akuntansi menganggap laporan keuangan
memiliki fungsi stewardship atau pertanggungjawaban pengelola kepada pemilik (IAI, 2007).
Namun saat ini paradigma akuntansi baru menunjukkan bahwa laporan keuangan memiliki fungsi
decision making bagi para stakeholders untuk pengambilan keputusan ekonomi (Warta Warga,
2011).
Perubahan paradigma akuntansi ini menyebabkan adanya perubahaan pengukuran dari akuntansi
Tradisional ke pengukuran Intellectual Capital. Akuntansi tradisional belum mampu
mengidentifikasi dan mengukur intangible assets untuk organisasi yang berbasis pengetahuan
(Guthrie et al., 1999). Akuntansi tradisional yang digunakan sebagai dasar pembuatan laporan
keuangan dirasakan gagal dalam memberikan informasi mengenai intellectual capital
(Sawarjuwono, 2003). Seperti yang terjadi pada perusahaan Apple. Ketika Steve Jobs, CEO
Apple, meninggal dunia pada tanggal 6 oktober 2011, harga saham apple turun hingga 2.5 % di
bursa efek Nasdaq-100. Meskipun masih ada faktor lain yang mempengaruhi turunnya harga
saham tetapi faktor utama turunnya harga saham adalah kekhawatiran investor terhadap Apple
sepeninggal Steve Jobs. Hal ini menunjukkan adanya nilai tersembunyi yaitu terkait human
capital, dan structural capital yang tidak terungkap dalam laporan keuangan akuntansi tradisional
(Stewart, 1997).
Menyadari kegagalan akuntansi tradisional dalam memberikan informasi terkait
intellectual capital, beberapa negara seperti Denmark dan Swedia telah mengambil langkah

2
Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.2 No.2 (2013)

nyata dengan mengungkapkan intellectual capital. Denmark pada tahun 2000 menerbitkan
panduan untuk membuat Intellectual Capital Statement. Panduan ini disusun untuk memberikan
suatu standar pelaporan untuk melengkapi laporan keuangan yang ada. Swedia pun telah
menerbitkan hasil studi kelompok yang dinamakan Konrad group dalam buku yang berjudul The
Invisible Balance Sheet. Bahkan perusahaan asuransi Swedia dapat dikatakan pionir dalam
mengukur kinerja intellectual capital dengan menerbitkan laporan yang dikenal dengan Skandia
Navigator pada tahun 1994 (Hasan, 2007).
TM
Firer dan Williams (2003) menggunakan VAIC hubungan antara intellectual capital dengan
kinerja keuangan 75 perusahaan publik di Afrika Selatan. Firer dan Williams (2003)
menggunakan kinerja perusahaan yaitu rasio profitabilitas (ROA), rasio produktifitas (ATO), dan
nilai pasar yang diproksikan oleh market to book value ratio (MB). Hasilnya menunjukkan bahwa
physical capital merupakan faktor yang paling signifikan berpengaruh terhadap kinerja
perusahaan di Afrika Selatan. Pada penelitian ini ditemukan beberapa hal yang menarik bahwa
pasar di Afrika Selatan lebih memberikan perhatian lebih pada return dari aset – aset sumber
daya fisik (physical resource assets). Akibatnya, perusahaan yang mengelolah aset fisiknya
secara efektif dan efisien akan menghasilkan return yang akan dinilai lebih tinggi oleh pasar.
Kedua, meksipun pasar tampak memberikan apresiasi pada aset sumber daya manusia (human
resource assets), temuan ini menunjukan bahwa adanya kemungkinan terjadi hubungan yang
negatif jika badan usaha berkonsentrasi pengembangan SDM yang membebani sumber daya fisik
badan usaha. Ketiga, temuan empiris mengatakan bahwa pasar di Afrika selatan kurang
memberikan perhatian secara signifikan terhadap structural capital resources dibandingkan
dengan human capital resources and physical capital resources. Secara keseluruhan dapat
disimpulkan bahwa pasar di Afrika selatan lebih memberi perhatian dan penilaian pada aset fisik
badan usaha dibandingkan dengan sumber daya intellectual capital.
Penelitian Chen et al. (2005) merupakan pengembangan dari penelitian Firer dan Williams (2003)
dengan menggunakan sampel 4.254 perusahaan publik di Taiwan Stock Exchange. Penelitian ini
menggunakan variabel market to book value ratio (MB) dan kinerja keuangan yang diproksikan
oleh return on equity untuk meneliti (ROE), return on asset (ROA), pertumbuhan pendapatan
(GR), employee performance (EP), serta menambahkan variabel R&D (research and
development) sebagai instrument penguat VAICTM. Chen et al. (2005) menghubungkan
intellectual capital dengan nilai pasar dan kinerja perusahaan. Hasilnya menunjukkan bahwa
intellectual capital memiliki hubungan positif dengan nilai pasar, dan R&D berpengaruh terhadap
kinerja perusahaan. Dapat disimpulkan bahwa

3
Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.2 No.2 (2013)

investor akan menepatkan nilai yang lebih tinggi pada badan usaha yang memiliki intellectual
capital yang lebih besar karena dianggap perusahaan memiliki nilai lebih dan kompetitif
dibandingkan perusahaan yang lain.
Margaretha dan Rakhman (2006) melakukan penelitian untuk menguji hubungan antara efisiensi
penciptaan nilai dari intellectual capital perusahaan dengan nilai pasar dan kinerja keuangannya.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan 13 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa
Efek Jakarta (BEJ) periode 1999-2003 dan Pulic’s VAICTM sebagai ukuran efisiensi dari tiga
komponen intellectual capital yang meliputi human capital efficiency, structural capital
efficiency, dan capital employed efficiency. Untuk mengukur kinerja keuangan digunakan rasio
Return on Equity (ROE). Sedangkan, nilai pasar diukur dengan menggunakan Market/Book Ratio
(M/B). Hasil dari penelitian yang dilakukan Margaretha dan Rakhman (2006) menghasilkan dua
kesimpulan. Pertama, besarnya intellectual capital (VAIC) yang dimiliki perusahaan tidak
berpengaruh terhadap peningkatan nilai pasar perusahaan. Kesimpulan kedua, yaitu bahwa
besarnya intellectual capital (VAIC) yang dimiliki perusahaan memiliki pengaruh positif
terhadap kinerja keuangan perusahaan.
Kin Gan dan Zakiah Saleh (2008) merupakan perkembangan dari penelitian Firer dan Williams
(2003),dan Chen et al. (2005) yang menguji intellectual capital dan kinerja perusahan pada
perusahaan intensif teknologi yang terdaftar di Bursa Malaysia (Mesdaq) dengan menggunakan
model Pulic. Penelitian ini menggunakan variabel rasio profitabilitas (ROA), rasio produktifitas
(ATO), dan nilai pasar yang diproksikan oleh market to book value ratio (MB). Hasil penelitian
menunjukkan bahwa perusahaan yang intensif teknologi masih tergantung pada efisiensi physical
capital. Physical capital efficiency merupakan variabel yang signifikan berhubungan dengan
profitabilitas, sedangkan human capital memiliki pengaruh positif terhadap produktivitas
perusahan. Intellectual capital di perusahaan tersebut tidak dapat menjelaskan hubungannya
dengan penilaian pasar (market valuation). Melihat hal ini maka dibuat penelitian ini, yang
bertujuan untuk melihat bagaimana hubungan antara intellectual capital dengan kinerja
perusahaan yang meliputi profitabilitas, produktivitas, dan penilaian pasar dari badan usaha yang
terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2009 sampai dengan 2011.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan dengan mengambil data laporan keuangan tahunan yang terdafatar dalam
BEI (Bursa Efek Indonesia) tahun 2009 – 2011, sektor manufaktur yang bisa diperoleh di
www.idx.co.id. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kinerja

4
Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.2 No.2 (2013)

perusahaan yang berupa profitabilitas, produktifitas dan penilaian pasar yang diukur dengan rasio
keuangan. Profitabilitas dengan ROA, produktifitas dengan ATO dan penilaian pasar dengan
menggunakan M/B. Intellectual capital merupaka variabel independen yang diukur dengan
metode Pulic (2000) yaitu VAICTM yang diukur dengan cara:

1. Menghitung VA (Value Added ) yang mengaju pada jurnal Belkaoui (2003)


VA = S – B – DP

Keterangan:
S = Penjualan Bersih,
B = Beban Pokok Penjualan dan DP
= Beban Depresiasi
VA = Value Added
2. Menghitung VACE (Value Added Capital Employed)

VACE =

Keterangan:
CE = Total Asset Bersih
3. Menghitung VAHC (Value Added Human Capital)

VAHC =

Keterangan:

HC = Beban Gaji

4. Menghitung SCVA (Structural Capital Value Added)

SCVA =

Keterangan:

SC = HC- CE

Sehingga formulasi perhitungan VAICTM adalah

VAICTM = VACE + VAHC + SCVA

5
Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.2 No.2 (2013)

Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini mengaju pada jurnal Gan dan Saleh (2008).
Hipotesi-hipotesis tersebut adalah

H1.: Terdapat hubungan signifikan antara intellectual capital terhadap profitabilitas


perusahaan

H1a.: Terdapat hubungan signifikan antara capital employed terhadap


profitabilitas perusahaan.

H1b.: Terdapat hubungan signifikan antara human capital terhadap


profitabilitas perusahaan.

H1c.: Terdapat hubungan signifikan antara structural capital terhadap


profitabilitas perusahaan.

H2.: Terdapat hubungan signifikan antara intellectual capital terhadap


produktivitas perusahaan.

H2a.: Terdapat hubungan signifikan antara capital employed terhadap


produktivitas perusahaan.

H2b.: Terdapat hubungan signifikan antara human capital terhadap


produktivitas perusahaan.

H2c.: Terdapat hubungan signifikan antara structural capital terhadap


produktivitas perusahaan.

H3.: Terdapat hubungan signifikan antara intellectual capital terhadap penilaian


pasar perusahaan.

H3a.: Terdapat hubungan signifikan antara capital employed terhadap


penilaian pasar perusahaan.

H3b.: Terdapat hubungan signifikan antara human capital terhadap


penilaian pasar perusahaan.

H3c.: Terdapat hubungan signifikan structural capital terhadap


penilaian pasar perusahaan.

6
Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.2 No.2 (2013)

Oleh sebab itu maka conceptual framework dari penelitian ini menjadi

Perhitungan Regresi Linier yang digunakan ialah sebagai berikut:

Untuk Hipotesis 1

ROAit = ɑ0 + ɑ1VAIC it + ɛit

Untuk Hipotesis 1a, 1b dan 1c

ROAit =ɑ0 + ɑ1VACEit + ɑ2VAHCit + ɑ3SCVAit + ɛit

Untuk Hipotesis 2

ATOit = ɑ0 + ɑ1VAIC it + ɛit

Untuk Hipotesis 2a, 2b dan 2c

ATOit =ɑ0 + ɑ1VACEit + ɑ2VAHCit + ɑ3SCVAit + ɛit

Untuk Hipotesis 3

M/Bit = ɑ0 + ɑ1VAIC it + ɛit

Untuk Hipotesis 3a, 3b dan 3c

M/Bit =ɑ0 + ɑ1VACEit + ɑ2VAHCit + ɑ3SCVAit + ɛit

7
Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.2 No.2 (2013)

Keterangan:

ROAit = Return On asset perusahaan i pada tahun t


ATOit = Asset Turn Over perusahaan i pada tahun t
M/Bit = Rasio Market Capitalization / nilai buku net asset perusahaan i pada tahun t
a1-12 it = Konstanta
VAIC™ = Vallue added intellectual capital coeficient perusahaan i tahun t
ɛit = Residual term tahun t
VACEit= Value added capital employed perusahaan i tahun t
VAHCit= Value added human capital perusahaan i tahun t
SCVAit= Structural capital value added perusahaan i tahun t
Hasil dan Pembahasan
• Regresi Linier Sederhana
ROAit = 0,053 + 0,002VAIC it + ɛit

ATOit = 1,181 + 0,008VAIC it + ɛit

M/Bit = 93,163 – 0,124VAIC it + ɛit

• Regresi Linier Berganda


ROAit =-0,067+ 0,090 VACE1it - 0,001 VAHC1it + 0,165 SCVA1it + ɛit ATOit

= 1,314 + 0,857 VACE1it + 0,004 VAHC1it – 0,408 SCVA1it + ɛit M/Bit

=156,221- 11,840VACE1it + 0,112 VAHC1it – 76,287SCVA1it+ ɛit

8
Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.2 No.2 (2013)

• Descriptive Statictics
Tabel 1. Hasil Descriptive Statictics

Statistics

ROA ATO M/B VACE VAHC SCVA VAIC


N Valid 234 234 234 234 234 234 234

Missing 0 0 0 0 0 0 0
Mean .09431548752 1.4003862226 91.027320820 .34866927112 16.036543012 .82403448468 17.20924675
8 0
Std. Deviation .09505588348 1.0147523099 651.580411953 .88419772540 47.211943200 .16248258630 47.94408821
19 0 1 9 9 6 15
Minimum -.0676356000 .23837173 -65.6384660 .010102487 1.0325576 .031531060 1.2154608
Maximum .4925442000 11.09183800 9813.3470000 10.640035000 656.2013500 .998476100 665.2174700

variabel ROA memiliki rata – rata sebesar 0,094315487528 dan untuk ukuran penyebaran data
pada standar devisiasi sebesar 0,0950558834819 dengan rentang data minimum -0,0676356000
dan maksimum 0,4925442000. Pada ROA terdapat nilai negatif hal ini disebabkan adanya
beberapa perusahaan yang mengalami kerugian pada net earningnya. Kerugian terbesar dialami
oleh PT Bakrie Telecom Tbk pada tahun 2011. Nilai negatif tersebut menunjukan PT Bakrie
Telecom Tbk kurang mampu dalam mengelola dana investasi yang digunakan untuk mengelola
aset dalam menghasilkan laba. Variabel ATO memiliki rata-rata sebesar 1,4003862226 dan untuk
ukuran penyebaran data pada standar devisiasi sebesar 1,01475230990 dengan rentang data
minimum 0,23837173 dan maksimum 11,09183800. Nilai minimum ATO diperoleh dari PT
Bakrie Telecom Tbk pada tahun 2011, sedangkan nilai maksimum ATO diperoleh dari PT
DaryaVaria Labotario Tbk pada tahun 2009. Variabel M/B memiliki rata-rata sebesar
16.036543012 dan untuk ukuran penyebaran data pada standar devisiasi sebesar 651,5804119531
dengan rentang data minimum - 65,6384660 dan maksimum 9813,3470000. Nilai minimum M/B
diperoleh dari PT Pelat Timah Nusantara Tbk pada tahun 2011, sedangkan nilai maksimum M/B
diperoleh dari PT Astra International Tbk pada tahun 2009.

Variabel VACE memiliki rata-rata sebesar 0,34866927112 dan untuk ukuran penyebaran data
pada standar devisiasi sebesar 0,884197725409 dengan rentang data minimum 0,010102487 dan
maksimum 10,640035000. Nilai minimum VACE diperoleh dari perusahaan Ever Shine pada
tahun 2009, sedangkan nilai maksimum VACE diperoleh dari perusahaan DaryaVaria Labotario
pada tahun 2009. Variabel VAHC memiliki rata-rata sebesar 0,34866927112 dan untuk ukuran
penyebaran data pada standar devisiasi sebesar 47,2119432009 dengan rentang data minimum
1,0325576 dan maksimum 656,2013500.

9
Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.2 No.2 (2013)

Nilai minimum VAHC diperoleh dari perusahaan Pan Brothers pada tahun 2009, sedangkan
nilai maksimum VAHC diperoleh dari perusahaan Arwana Citramulia pada tahun 2009. Variabel
SCVA memiliki rata-rata sebesar 0,82403448468 dan untuk ukuran penyebaran data pada
standar devisiasi sebesar 0,162482586306 dengan rentang data minimum 0,031531060 dan
maksimum 0,998476100. Nilai minimum SCVA diperoleh dari perusahaan Pan Brothers pada
tahun 2009, sedangkan nilai maksimum SCVA diperoleh dari perusahaan Arwana Citramulia
pada tahun 2009. Variabel VAIC memiliki rata-rata
sebesar 17,20924675 dan untuk ukuran penyebaran data pada standar devisiasi sebesar
47,94408821 dengan rentang data minimum 1,2154608 dan maksimum 665,2174700. Nilai
minimum VAIC diperoleh dari perusahaan Pan Brothers pada tahun 2009, sedangkan nilai
maksimum VAIC diperoleh dari perusahaan Arwana Citramulia pada tahun 2009.

10
Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.2 No.2 (2013)

Tabel 2 Rangkuman Hasil Uji Pearson

Variabel Dependen Variabel Independen Pearson Sig.

Model Pertama

ROA VAIC 0,101 0,122

Model Kedua

VACE 0,160 0,014

ROA VAHC 0,099 0,132

SCVA 0,353 0,000

Model Ketiga

ATO VAIC 0,661 0,000

Model Keempat

VACE 0,805 0,000

ATO VAHC 0,656 0,000

SCVA 0,124 0,059

Model Kelima

M/B VAIC -0,009 0,889

Model Keenam

VACE -0,013 0,838

M/B VAHC -0,009 0,892

SCVA -0,020 0,758

Dari hasil uji korelasi pearson model pertama, dapat dilihat hubungan antara variabel VAIC dan
ROA menunjukan hubungan positif. Dimana jika variabel VAIC naik maka variabel ROA juga
naik. Jika dilihat dari nilai korelasi pearson dapat disimpulkan bahwa VAIC memiliki korelasi
yang lemah dengan ROA. Dari hasil uji korelasi pearson pada model kedua, dapat dilihat bahwa
hubungan antara masing-masing variabel independen dengan variabel ROA menunjukan
hubungan positif, dimana bila ada satu variabel yang meningkat, maka variabel yang lain juga
ikut meningkat. Variabel VACE dan SCVA sama- sama memiliki hubungan yang sig dengan
ROA meskipun tingkat keeratannya lemah, sedangkan variabel VAHC dan VAIC tidak memiliki
hubungan Sig dengan ROA.

11
Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.2 No.2 (2013)

Dari hasil uji korelasi pearson model ketiga, dapat dilihat hubungan antara variabel VAIC dan
ATO menunjukan hubungan positif. Dimana jika variabel VAIC naik maka variabel ATO juga
naik Jika dilihat dari nilai korelasi pearson dapat disimpulkan bahwa VAIC memiliki korelasi
yang kuat sebesar 66,10% dengan ATO. Dari hasil uji korelasi pearson pada model keempat,
dapat dilihat bahwa hubungan antara masing-masing variabel independen dengan variabel ATO
menunjukan hubungan positif, dimana bila ada satu variabel yang meningkat, maka variabel yang
lain juga ikut meningkat. Variabel VACE, VAHC sama-sama memiliki hubungan yang signifikan
dengan ATO. Jika dilihat dari nilai korelasi pearson maka dapat disimpulkan keduanya memiliki
korelasi yang kuat dengan ATO bahkan VACE sangat kuat korelasinya, yaitu 80,5 %. Variabel
SCVA tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan ATO.

Dari hasil uji korelasi pearson model kelima, dapat dilihat hubungan antara variabel VAIC
dengan M/B menunjukan hubungan negatif. Dimana jika VAIC menurun maka M/B ikut turun.
Jika dilihat dari nilai korelasi pearson dapat disimpulkan bahwa VAIC memiliki korelasi yang
sangat lemah dengan M/B. Dari hasil uji korelasi pearson pada model keenam, dapat dilihat
bahwa hubungan antara masing-masing variabel independen dengan variabel M/B menunjukan
hubungan negatif, dimana bila ada satu variabel yang menurun, maka variabel yang lain juga ikut
menurun. Variabel VACE, VAHC dan SCVA sama-sama tidak memiliki hubungan signifikan
dengan M/B. Jika dilihat dari nilai korelasi pearson dapat disimpulkan bahwa ketiganya memiliki
korelasi yang sangat lemah dengan M/B.

12
Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.2 No.2 (2013)

Tabel 3 Rangkuman Hasil Uji Parsial

Regresi Variabel Variabel Koefisien Sig. T Hipotesis


Dependen Independen

4,738 0,000 Diterima


1 ROA VACE

-4,351 0,000 Diterima


VAHC

6,668 0,000 Diterima


SCVA

7,209 0,000 Diterima


2 ATO VACE

1,846 0,066 Ditolak


VAHC

-1,944 0,053 Ditolak


SCVA

-0,152 0,879 Ditolak


3 M/B VACE

0,076 0,939 Ditolak


VAHC

-0,280
SCVA 0,780 Ditolak
Berdasarkan hasil uji simultan dikatakan bahwa VAIC berhubungan signifikan dengan ROA, hal
ini menunjukan bahwa hipotesis 1 diterima. Hasil uji parsial yang menguji komponen-komponen
yang terdapat dalam VAIC yaitu VACE, VAHC dan SCVA menunjukan hasil Sig. t < 0,05 yaitu
sebesar 0,000 dengan ini maka dapat dinyatakn bahwa hipotesis 1a, 1b dan 1c diterima, dalam
artian terdapat hubungan signifikan antara intellectual capital terhadap ROA. Menurut nilai
koefisien menunjukan jika VACE dan SCVA memiliki hubungan signifikan yang positif terhadap
besarnya variabel ROA. Semakin besar nilai VACE dan SCVA akan mempengaruhi secara
signifikan terhadap besarnya profitabilitas badan usaha begitu juga jika sebaliknya. Nilai
koefisien dari VAHC memiliki hubungan signifikan yang negatif terhadap besarnya variabel
ROA. Jadi intinya dapat disimpulkan semakin besar nilai VAHC maka akan menurunkan
profitabilitas perusahaan.

Berdasarkan hasil uji simultan dikatakan bahwa VAIC berhubungan signifikan dengan ATO, hal
ini menunjukan bahwa hipotesis 2 diterima. Hasil uji parsial yang menguji komponen-komponen
yang terdapat dalam VAIC yaitu VACE, VAHC dan SCVA menunjukan bahwa hasil Sig.t pada
VACE < 0,05 yang berarti bahwa hipotesis 2 a diterima, dan dari nilai koefisien dapat
disimpulkan bahwa VACE memiliki hubungan signifikan yang positif terhadap ATO dimana
semakin besar nilai VACE akan meningkatkan produktivitas perusahaan. Akan tetapi dari uji
parsial yang dilakukan terlihat juga nilai sig. t pada VAHC

13
Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.2 No.2 (2013)

dan SCVA > 0,05 sehingga hipotesis 2b, dan 2c ditolak, yang berarti tidak ada hubungan
signifikan antara VAHC dan SCVA terhadap produktivitas perusahaan.

Dari hasil simultan didapat bahwa VAIC tidak berhubungan secara signifikan dengan M/B, hal
ini menunjukan hipotesis 3 ditolak. Hasil uji parsial yang menguji komponen- komponen yang
terdapat dalam VAIC yaitu VACE, VAHC dan SCVA menunjukan bahwa hasil sig. t > 0,05 yang
berarti hipotesis 3a, 3b dan 3c ditolak. Hal ini menunjukan bahwa secara keseluruhan VACE,
VAHC dan SCVA tidak berhubungan signifikan dengan penilaian pasar.

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan terkait dengan hubungan intellectual capital dengan
kinerja perusahaan yang meliputi profitabilitas, produktivitas, dan penilaian pasar dari badan
usaha yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2009 sampai dengan 2011, maka
dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Secara simultan Intellectual Capital memiliki hubungan signifikan dengan


profitabilitas, produktivitas, dan penilaian pasar.
2. Hasil pengujian parsial pada model pertama menunjukan bahwa VACE (Value Added
Capital Employed), VAHC (Value Added Human Capital), SCVA (Structural Capital
Value Added), dan VAIC (Value Added Intellectual Capital) memiliki hubungan
signifikan dengan profitabilitas perusahaan yang diukur dengan ROA (Return on
Asset). Dari hasil koefisien dinyatakan bahwa VACE, SCVA dan VAIC memiliki
hubungan posiftif dengan ROA. Dimana jika VACE, SCVA, dan VAIC semakin
besar maka akan meningkatkan profitabilitas perusahaan. Sedangkan VAHC
memiliki hubungan negatif dengan ROA.
3. Hasil pengujian parsial pada model kedua menunjukan bahwa VACE, dan VAIC
memiliki hubungan positif signifikan dengan produktivitas perusahaan yang diukur
dengan ATO (Asset Turn Over). Sedangkan VAHC dan SCVA tidak memiliki
hubungan dengan ATO.
4. Hasil pengujian parsial pada model ketiga menunjukan bahwa VACE, VAHC, SCVA,
dan VAIC tidak memiliki hubungan signifikan dengan penilaian pasar yang diukur
dengan M/B (Market to Book Value).

DAFTAR PUSTAKA

14
Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.2 No.2 (2013)

Ang, Robert., 1997. Buku Pintar Pasar Modal Indonesia, Edisi Pertama. Rineka Cipta:
Jakarta.
Belkaoui, Riahi. 2003. Intellectual Capital and Firm Performance of US Multinational Firm. A
Study of the resource-based and stakeholder views. Journal of Intellectual Capital . Vol. 4 No.
22, pp. 215-226.
Bontis, N. 1998. Intellectual Capital an Explonatory Study that Develops Measures and
Models. Management Decison 36 (2): 63.
Bontis, N., Keow, W.C.C. and Richardson, S. 2000. Intellectual Capital and Business
Perfomance in Malaysian Industries. Journal of Intellectual Capital 1(1): 85-100.
Brigham, E.F, dan P.R. Daves. 2020. Intermediate Financial Management 10th Edition.
Mason: South-Westren Cengage Learning.
Budi Hartono. 2001. Intellectual Capital : Sebuah Tantangan, Akuntansi Masa Depan.
Media Akuntansi 21 ( Oktober) : 65-72.

Chen, M.C, Cheng, S., and Hwang, Y. 2005. An Empirical Investigation of the Relationship
Between Intellectual Capital and Firm’s Market Value and Financial Performance. Journal
Intellectual Capital 6 (2): 159-176.
Efferin, S., S.H. Darmadji, dan Y. Tan. 2008. Metode Penelitian Akuntansi Mengungkap
Fenomena dengan Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif. Yogyakarta: Graha ilmu.
Firer, S., and Williams, S. M. 2003. Intellectual Capital and Traditional Measures of Corporate
Perfomance. Journal of Intellectual Capital 4 (3): 348-360.
Fraser, L.M. dan A. Ormiston. Memahami Laporan Keuangan Edisi Ketujuh. Jakarta: PT
Indeks.
Gan, Kin and Zakiah Saleh. 2008. Intellectual Capital and Corporate Performance of
Technology-Intensive Companies Malaysia Evidence. Journal of Business and Accounting 1(1).
Gitman, L.J. 2009. Principles of Managerial Finance 12th Edition. Boston: Pearson Education.
Gujarati, Damodar. 1988. Ekonometrika Dasar XVII. Jakarta: Erlangga.
Guthrie,R.Petty , F.Ferrier, and R.Well. 1999. There is no Accounting for Intellectual Capital in
Australia: Review of Annual Reporting Practices and the Internal Measurement of Intangible
Within Australian Organizations. Paper presented at The International Symposium Measuring
and Reporting Intellectual Capital, Experiences,Issues and Prospect,OECD, June, Amsterdam.
IDX. Laporan Keuangan Perusahaan Sektor Manufaktur. (Online), (www.idx.com, diakses
14 februari 2013).
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). 2007. Standar Akuntansi Keuangan. Salemba Empat.
Jakarta.

15
Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.2 No.2 (2013)

Jelcic, Karmen. 2007. Intellectual Capital: Handbook Of IC Management In Companies.


Croatia: Intellectual Capital Center Croatia.
Kaplan, R.S dan Norton, D.P. 2007. Using the Balanced Scorecard as a Strategic Management
System. Havard Business Review, 85: 150-161.
Kuryanto, Benny dan M. Syafruddin. 2008. Pengaruh Modal Intelektual Terhadap Kinerja
Keuangan Perusahaan. Procedding SNA XL. Pontianak.
Margaretha, F. dan A. Rakhman. 2006. Analisis Pengaruh Intellectual Capital Terhadap
Market Value dan Financial Perfomance Perusahaan dengan Metode Value Added
Intellectual Coefficient. Jurnal Bisnis dan Akuntansi 8 (2) : 199-217.
Nugroho, B.A. 2005. Strategi Jitu Memilih Metode Statistik Penelitian dengan SPSS.
Yogyakarta: Andi.
Pranata, Yudha. 2007. Pengaruh Penerapan Good Corporate Governance Terhadap Kinerja
Keuangan Perusahaan. Skripsi Mahasiswa, Universitas Islam Indonesia Yogyakarta.
Pratama, Tirta. 2011. Studi Pengaruh Intellectual Capital Terhadap Return On Asset Dari
Badan Usaha Manufaktur Yang Go Public Di Bursa Efek Indonesia Periode 2007 – 2009.
Universitas Surabaya.
Pulic, A. 1998. Measuring the performance of intellectual potential in knowledge economy.
(online), (www.vaic-on.net, diakses 15 januari 2013).
Pulic, A. 2000. “An Accounting Tool for IC Management”. (Online), (www.vaic-on.net, diakses
15 januari 2013).
Pulic, A. 2002. Do We Know if We Create or Destroy Value. (Online), (www.vaic-on.net,
diakses 15 januari 2013).
Putera, Ferdian. 2010. Studi Pengaruh Intellectual Capital Terhadap Financial Performance
Dari Badan Usaha Sektor Keuangan Yang Terdaftar Di BEI Periode 2006-2009. Universitas
Surabaya.
Ramadhan, I. Ibnu. 2009. Pengaruh Intellectual Capital Terhadap Kinerja Perusahaan
Manufaktur yang Terdaftar di BEI Tahun 2002-2007. Skripsi. Tidak Dipublikasikan.
Universitas Diponegoro. Semarang.
Riahi-Belkaoui, A. 2003. Intellectual Capital and Firm Perfomance of US Multinational
Firms: a Study of the Resource Based and Stakeholder Views. Journal of Intellectual Capital
4(2): 215-226.
Ross, J.,G. Roos, N.C. Dragonelti, and L. Edvinsson. 1997. Intellectual Capital: Navigating in
the now Business Landscape. Houndsmills: Macmillan Business.
Santoso, S. 2002. Buku Latihan SPSS Statistik Multivariat. Jakarta: PT Elex Media
Komputindo.
Sawarjuwono, T. dan A.P. Kadir. 2003. Intellectual Capital: Perlakuan, Pengukuran dan
Pelaporan (Sebuah Library Research). Jurnal Akuntansi dan Keuangan. Vol 5 No 1, 31-51.

16
Jurnal AGRIBISNIS Vol. X (3) September 2011

Stewart, Thomas A. 1997. Intellectual Capital: The New Wealth of Organization.


(Online), (www.fastcompany.com, diakses 17 januari 2013).
Sveiby, Karl-Erik. 1997. The Intangible Asset Monitor, Update 20 Desember. (Online),
(www.sveiby.com.ou/intangible%20assets%20monitor.htm., diakses tanggal 16 januari
2013).
Sujianto, A.E. 2009. Aplikasi Statistik dengan SPSS 16.0. Jakarta: Prestasi Pustaka.
Tan, H.P., Plowman, D., and Hancock, P. 2007. Intellectual Capital and Financial
Returns of Companies. Journal of Intellectual Capital 8 (1): 76-95.
Ulum, I. 2009. Intellectual Capital Konsep dan Kajian Empiris. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Ulum, I. Intellectual Capital Performance Sektor Perbankan di Indonesia. Jurnal
Akuntansi Keuangan, Februari 2009. Fakultas Ekonomi Universitas Surabaya.
Warta warga.gunadama.ac.id/2011/02/analisis-laporan-keuangan diakses pada 15 januari
2013.
Widodo, Saniman. Analisis Pengaruh Rasio Aktivitas, Rasio Profitabilitas, dan Rasio
Pasar, Terhadap Return Saham Syariah Dalam Kelompok Jakarta Islamic Index
(JII) Tahun 2003-2005. Skripsi. Tidak Dipublikasikan. Universitas Diponegoro.
Semarang.

69
Jurnal AGRIBISNIS Vol. X (3) September 2011

2.jurnal cluster random sampling

ANALISIS EFEKTIFITAS METODE PENYULUHAN PADA


MASYARAKAT PESISIR DI KABUPATEN PANGKEP
SULAWESI SELATAN

(Analysis Effectivities Of Extension Method In Coastal Communities Area In


Pangkep Regency Of South Sulawesi)

Mardiana E.Fachry1 dan Amalia Pertamasari2

1) Jurusan Perikanan, Universitas Hasanuddin Makassar


2) Jurusan Perikanan, Universitas Cokroaminoto Makassar

ABSTRAK

Penelitian dilakukan pada tahun 2009. Dengan tujuan untuk menentukan


efektivitas metode extention kesadaran masyarakat dalam penggunaan sumber daya
laut yang berkelanjutan. Pulau Karanrang Pangkep digunakan sebagai objek dengan
Seleksi dilakukan melalui purposive sampling. Pulau karanrang dipilih dengan
mempertimbangkan Situs Pulau termasuk tingkat tertinggi dalam kerusakan
terumbu karang. Metode penelitian kualitatif dengan analisis deskriptif dilakukan
melalui pendekatan studi kasus. Para responden dilakukan dalam kelompok (cluster
random sampling) dengan memilih nelayan: Pedagang dan masyarakat umum total
responden 65 orang. Hasilnya ditemukan bahwa metode pendidikan dengan media
cetak seperti brosur, stiker dan pamflet cukunp efektif untuk menyadarkan
masyarakat tentang pentingnya menjaga ekosistem laut, terumbu karang khususnya,
Media elektronik berupa radio tidak efektif, karena sulit diakses oleh publik karena
udara yang tidak tepat waktu dan kesempatan mereka untuk mendengar radio
sangat rendah.
Kata Kunci : Efektivitas. Metode penyuluhan, ekosistem laut.

ABSTRACT

The research was conducted in 2009. The aim of researchwas to determine


the effectiveness of extension methods of communities awareness in the sustainable
use of marine resources. Karanrang Island Pangkep. Was used as nda object
Selection purposively was with the consideration that situs Island was the highest
level of damage of reefs. Qualitative research methods was don with descriptive
analysis through case study approach. The respondents were conducted in groups
(cluster random sampling) by selecting fishermen, merchants and the general
70
Jurnal AGRIBISNIS Vol. X (3) September 2011

public. The total respondents was 65 people. The results found that the method of
education with print media such as brochures, stickers and pamphlets effective
enough to aware the public on the importance of maintaining marine ecosystems,
particularly coral reefs, The electronic media in the form of radio was not effective,
because it was difficult to access by public caused by improper air-time and the
opportunity to hear the radio was very low.
Keywords: Effectiveness, Extension methods , marine ecosystems.

71
Jurnal AGRIBISNIS Vol. X (3) September 2011

PENDAHULUAN

Sulawesi Selatan dengan panjang garis pantai 1979,97 km dan luas perairan
laut sekitar 48.000 km2, mencakup kawasan laut, yakni Selat Makassar, Laut
Flores, dan Teluk Bone serta hamparan pulau-pulau kecil dan kawasan kepulauan
Spermonde dan kawasan kepulauan Takabonerate. Sumberdaya dikandungnya
sangat beragam, seperti sumberdaya hayati (berbagai jenis ikan, crustacea, molusca,
karang, lamun, rumput laut, mangrove) dan non hayati (pasir putih, tambang,
mineral dan lain-lain), merupakan sumbet kehidupan masyarakat pesisir di
Sulawesi selatan.
Data Pusat Penelitian Terumbu Karang Universitas Hasanuddin (2007)
menunjukkan, dari sekitar 5.000 km² luas terumbu karang Sulsel, 70 persennya
rusak dan 30 persen sisanya dalam kondisi kritis. Kerusakan terparah terjadi di
Kabupaten Bulukumba yang sudah 100 persen rusak, Kabupaten Pangkep 97
persen rusak, Sinjai 86 persen, dan Kabupaten Selayar yang memiliki taman
nasional bawah laut "Takka Bonerate" pun 70 persen terumbu karangnya juga
rusak. Makassar (ANTARA News,2005).
Berdasarkan penelitian Fachry (2009) diidentifikasi ada lima ancaman
utama kelestarian terumbu karang, yaitu (1). Penangkapan ikan dengan bahan
beracun, (2). penangkapan ikan dengan bahan peledak, (3). pengambilan batu
karang, (4). sedimentasi, dan (5). pencemaran laut . Aktifitas penangkapan dengan
cara merusak seperti penggunaan bom dan bius serta penambangan batu karang
dilakukan masyarakat nelayan dengan berbagai alasan seperti kemudahan untuk
mendapatkan hasil banyak dan cepat, ketidakmampuan dalam penguasaan
teknologi penangkapan ikan serta kemiskinan .
Kabupaten Pangkep merupakan salah satu Kabupaten yang berbatasan
langsung dengan Laut (Selat Makassar), Kabupaten Pangkep merupakan salah satu
wilayah yang memiliki ekosistenm terumbu karang yang luas dengan spesies yang
beragam, sehingga menjadi salah satu pusat kegiatan Coral Reef Rehabilitation and
Management Program (COREMAP) yang ditetapkan pemerintah Sulawesi
Selatan Tahun 2005 .Program ini akan mendukung keberlanjutan ekosistem laut
dan terumbu karang , agar kesejahteraan masyarakat pesisir dapat lebih
ditingkatkan. Untuk itu diperlukan berbagai upaya penyadaran masyarakat dalam
menjaga dan memelihara erkosistem terumbu karang sebagai sumber kehidupan
yang erat kaitannya dengan keberlanjutan kehidupan masyarakat pesisir yang
dilakukan dalam bentuk penyuluhan.

Tujuan
Tujuan penelitian efektifitas metode Penyuluhan Penyadaran Masyarakat
pesisir di Pulau Karanrang adalah menemukan tingkat efektifitas media
penyuluhan dalam menyadarkan masyarakat pesisir akan pentingnya menjaga
kelestarian eksositem terumbu karang.

METODOLOGI
.
Jenis Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Pulau Karanrang Kabupaten Pangkep dengan
menggunakan metode kualitatif, dengan pendekatan studi kasus (cases study) yang

72
Jurnal AGRIBISNIS Vol. X (3) September 2011

bertujuan untuk menggambarkan secara tepat kondisi tempat dan objek penelitian
sesuai dengan tujuan penelitian yang ada yaitu suatu penelitian yang lebih terarah
dan terfokus tentang efektifitas penyadaran masyarakat pada program Coral Reef
Rehabilitation and Management Program (COREMAP) II. (Moleong, 2001).

Metode Pengambilan Sampel


Populasi adalah masyarakat yang berada di Pulau Karangrang. Jumlah
populasi adalah 654 KK. Teknik pengambilan sampel dilakukan secara teknik
sampling cluster (cluster sampling) Populasi yang dikelompokkan terdiri dari (1).
Kelompok nelayan, (2). Kelompok Pedagang, (3). Kelompok Masyarakat umum.
Dari total populasi sebanyak 654 KK. Sampel dipilih sebanyak 10% dari pupulasi
(Sugiyono, 2003) yaitu 65 orang yang terdiri dari nelayan 35 orang, pedagang 7
orang dan masyarakat umum 23 orang.

Analisis data
Analisis data secara desktiptif ,yang menjelaskan bentuk-bentuk metode
penyuluhan yang efektif untuk penyadaran masyarakat pesisir,. Data dasar disusun
dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi serta pengukurannya menggunakan
skala likert. (Ridwan, 2007). Adapun penilaian efektifitas dilakukan dengan
mengunakan scoring (angka). Nilai skor adalah 1 sampai 3 dengan penilaian
sebagai berikut
- Score dengan nilai = 3 kategori efektif
- Score dengan nilai = 2 kategori kurang efektif
- Score dengan nilai = 1 kategori tidak efektif.

Selanjutnya untuk menilai tingkat efektifitas metode penyuluhan digunakan


nilai interval kelas dan rentang kelas dengan cara yaitu :
Nilai tertinggi = Skor tertinggi x Jumlah sampel x Jumlah pertanyaan
Nilai Terendah = Skor terendah x Jumlah sampel x Jumlah pertanyaan
Interval kelas = Angka tertinggi – Angka terendah
Jumlah kelas

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengetahuan tentang Coremap II


Program Coremap II yang telah berjalan sejak tahun 2001, dan saat ini
memasuki tahap akhir evaluasi. Untuk menilai tingkat pengetahuan masyarakat
tentang tujuan Program Coremap II maka ada tiga unsur yang dapat memberikan
penjelasan capaian pengetahuan masyarakat tentang program yaitu :
1. Pengetahuan tentang Tujuan Coremap II.
Pentingnya menilai pengetahuan masyarakat terhadap suatu kegiatan
merupakan dasar dalam menyikapi suatu program. Bila suatu program
dilaksanakan oleh masyarakat dengan tingkat pengetahuan atau pemahan yang
kurang atau tidak jelas, maka akan berdampak pada proses yang tidak akan berjalan
optimal atau tidak akan berlanjut.
Pada diagram 1 nampak bahwa cukup besar persentase responden yang
mengetahui tujuan Coremap II yaitu 55,4% (nelayan 38,4% Masyarakat 17% dan

73
Jurnal AGRIBISNIS Vol. X (3) September 2011

pedagang 0%). Adapun yang tidak tahu hanya 17% ( nelayan 1,5% Masyarakat
9,3% dan Pedagang 6,2%). Lebih jelasnya ditunjukkan sebagai berikut :

17
Mengetahui
27.6 55.4
Kurang
Tahu Tidak

Diagram 1 : Komposisi responden berdasarkan tingkat pengetahuan


terhadap tujuan Coremap II

2. Akses Terhadap Informasi.


Akses terhadap informasi merupakan unsur yang penting dalam mendukung
proses tercapainya tujuan Coremap II . Bila masyarakat sasaran sulit mendapatkan
informasi , berarti program tidak akan mencapai sasaran. Pada diagram 2
ditunjukkan akses responden terhadap informasi tentang Coremap II.
17
Mudah
21.5
61.5 mengakse
s

Kurang

Mudah
Diagram 2 : Akses masyarakat terhadap informasi

Pada diagram 2 nampak sangat besar persentase responden yang sulit


mengakses informasi (61,5%) , dan hanya 17% yang menyatakan mudah dan
21,5% kurang mudah mengakses informasi. Hal ini menunjukkan bahwa Program
Coremap II kurang menyediakan fasilitas di Pulau Karanrang terkait dengan
kegiatan Coremap II. Hal ini sesuai dengan penjelasan responden saat wawancara (
MH, 63 tahun).
“ disini ada posnya Coremap II , ada Setonya. Tapi kita tidak tahu
apa saja informasi yang dapat diperoleh disana...,kerjanya hanya
mengawasi kalau ada nelayan yang membom atau membius...

Dukungan masyarakat terhadap Program Coremap II.


Dukungan masyarakat terhadap suatu kegiatan akan mempercepat proses
tercapainya tujuan.. Dukungan dapat dimaknai sebagai terlibatnya masyarakat
dalam mendorong proses berjalannya kegiatan program, yang dapat berupa
masyarakat tidak lagi mengunakan alat tangkap yang merusak terumbu karang atau
turut “mengawasi” dan “melarang” bila melihat ada nelayan melakukan
pelanggaran. Pada diagram 3 ditunjukkan komposisi responden dalam mendukung
progran Coremap II sebagai berikut :

74
Jurnal AGRIBISNIS Vol. X (3) September 2011

27.7 27.7
Mendukun
g
Kurang
44.6
mendukun
g

Diagram 3 : Dukungan masyarakat terhadap Program

1. Bentuk Penyadaran Masyarakat


Berdasarkan pendekatan Coremap II bentuk penyadaran masyarakat terdiri
atas 2 unsur utama yaitu :

1.1. Bentuk Penyadaran melalui Pelatihan


Adapun tujuan dilakukan pelatihan adalah untuk mempersiapkan sumber
daya manusia di lokasi COREMAP (Coral Reef Rehabilitation and
Management Program) agar program kerja mereka dapat berjalan lancar. Tiap
lokasi dapat mengusulkan diklat yang diinginkan yang disesuaikan dengan
kebutuhan masyarakat lokal. Peserta diklat terdiri dari Lembaga Swadaya
Masyarakat, masyarakat nelayan, Pemda, Dinas-dinas, Perguruan Tinggi dan
sebagainya. Pelatihan merupakan salah satu komponen penting di dalam
pembentukan dan pengembangan CRITC (Coral Reef Information and Training
Centre). Sistem ini dibuat untuk mengumpulkan semua jenis pelatihan yang ada
di dalam CRITC, baik jenis pelatihan, peserta pelatihan maupun modul-modul
standar dari pelatihan. Berdasarkan data Coremap II di DKP Provinsi (2008)
ada beberapa bentuk pelatihan yang dilakukan setiap tahun dilokasi Coremap
yang ditunjukkan pada Tabel 1.
Tabel 1. Bentuk-bentuk pelatihan yang dilakukan program Coremap II di
Pulau Karanrang sampai 2008.
No. Jenis Pelatihan Tujuan pelatihan Peserta Keterangan
1 Peningkatan Menurunnya prilaku Nelayan. Setiap tahun
kesadaran SDM nelayan dalam masyarakat
Pesisir menggunakan bom-
bius
2 Peningkatan Bertambahnya Kelompok Belum berjalan
Keterampilan pengetahuan Masyarakat kecuali di
masyarakat dalam (Pokmas), P.Badi
transpalansi karang LSM,Nelayan
3 Kewirausahaan Membuka wawasan Masyarakat. Ibu setiap tahun
masyarakat dalam Nelayan,dan
menemukan MPA pemuda
4 Pemberdayaan Sama tujuan 3. Masyarakat, Dana bergulir
ekonomi RT keluarga sejak 2007
nelayan
5 Pelatihan Melatih masyarakat LSM, Pokmas, Sudah ada
menyusun Perdes untuk merancang suatu kelompok Perdes yang
aturan desa sesuai Nelayan berlaku disemua
kebutuhan Pulau.
Sumber : Laporan DKP Provinsi 2008.

75
Jurnal AGRIBISNIS Vol. X (3) September 2011

Pada Tabel 1 nampak bahwa kegiatan pelatihan selain untuk meningkatkan


pengetahuan dan keterampilan SDM, juga dilatih untuk berwirausaha.
Kegiatan ini bertujuan agar masyarakat khususnya keluarga nelayan tidak
hanya menggantungkan hidupnya dari melaut. Hal ini dilakukan untuk
menekan kegiatan nelayan dalam menggunakan bom atau bius yang berakibat
rusaknya karang. Berdasarkan informasi Seto diketahui bila Pulau karanrang
dikenal sebagai tempat tinggalnya nelayan pembom. Menurut Fachry 2008,
tercatat 20 nelayan pembom berdomisili di lokasi ini. Meskipun secara nyata
mereka menyatakan tidak lagi melakukannya sejak Coremap masuk ke Pulau.

2.2. Bentuk Penyadaran Melalui Media


Berdasarkan pedoman umum Coremap II (Pedum), ditetpakan bahwa
penyadaran masyarakat dilakukan lebih intensif melalui media. Media yang
dimaksud berupa media cetak, elektronik dan media hidup. Adapun bentuk
media yang telah dan saat ini masih berjalan pada proigram Coremap II
ditunjukkan pada Tabel 2.
Tabel 2. Bentuk bentuk penyadaran masyarakat melalui media
No Jenis Medai Bentuk media*) Keterangan
A Media Cetak Brosur Ekosistem terumbu karang
Spanduk Himbauan menjaga biota laut dan
karang
Stiker Dilekatkan digelas, atau ditempel
diperahu nelayan
Sampul Buku anak Pada kegiatan kampanye
sekolah
Pakaian Pada kegiatan kampanye
Banner Dipasang dikantor desa atau di
kantor Coremap
B Media elektronik Radio Khusus ada di gelombang FM....
Interaktif coremap Kerjasama RRI setiap tahun
dengan pendengar

Film :
Ekosistem karang Diputar saat kampanye
dan dampak
rusaknya karang
Penyadaran Drama-sinetron
masyarakat .berupa
tayangan
C Media Hidup Melalui pelatihan Lihat tabel bentuk pelatihan
Pertemuan tim Jadwal tergantung pelaksana lokasi
Coremap (seto-
Pokmas)
Kunjungan- Idem
kunjungan ke
masyarakat-nelayan
Lomba-lomba Terjadwal setiap tahun
- Cerdas cermat
- masak-memasak

Bersih Pantai Kerja bakti pada hari tertentu


Sumber : Laporan DKP Provinsi 2008

76
Jurnal AGRIBISNIS Vol. X (3) September 2011

Analisis Efektifitas Penyadaran Masyarakat


Kampanye penyadaran Masyarakat pada program Coremap terdiri atas 2
bentuk utama yaitu 1).Pelatihan dan 2). Penyadaran melalui media. Pada penelitian
ini akan diungkapkan efektifitas dari kedua variabel tersebut
1. Efektifitas penyadaran melalui Pelatihan
Pelatihan yang dilaksanakan selama ini bertujuan untuk menghasilkan
sumberdaya manusia yang lebih peduli dan mengetahui cara memanfaatkan dan
mengelola sumder daya laut dan pesisir. Coremap telah menetapkan Kabupaten
Pangkep sebagai lokasi pelaksanaan proyek sejak Tahun 2001 sampai saat ini.
Direncanakan program berakhir Tahun 2011.
Untuk mengetahui efektifitas pelatihan yang telah dilaksanakan maka ada 5
pertanyaan yang dinilai, dengan indikator penilaian adalah yaitu :
- Frekuensi mengikuti pelatihan
- Pengetahuan peserta terhadap tujuan pelatihan
- Pelatihan meningkatkan pengetahuan tentang ekosistem
- Implementasi dari hasil pelatihan oleh masyarakat.
Untuk mengukur efektifitas pelatihan penyadaran masyarakat pada Program
Coremap II, dengan menggunakan asumsi dasar interval kelas dan rentang kelas
dengan kisaran nilai kategori sebagai berikut :
Efektif = 525- 675
Kurang efektif = 374- 524
Tidak efektif = < 374

. Adapun hasil dari analisis tentang efektifitas pelatihan diperoleh hasil


pada Tabel 3.

Tabel 3. Efektifitas penyadaran masyarakat melalui Pelatihan


Nilai
Kategori Bobot Frekuensi Keterangan
(BXF)
Efektif 3 51 153
Kurang efektif 2 140 280
Tidak efektif 1 46 46
Jumlah 365/479 Kurang efektif
Sumber : Data Primer 2009
Pada Tabel 3 nampak bahwa nilai efektifitas yang dicapai dari pelatihan
adalah 365. Bila nilai ini dimasukkan dalam kategori maka penyadaran masyarakat
melalui pelatihan oleh II berada pada rentang nilai < 374 atau Penyadaran ini
Kurang Efektif.

2. Efektifitas penyadaran melalui Media cetak


Media merupakan alat yang perlu dipertimbangkan dalam melaksanakan
penyadaran masyarakat . Media yang tepat sasaran akan mempermudah tercapainya
tujuan . Sebagaimana telah dijelaskan bahwa keberhasilan suatu kegiatan yang
menggunakan media dapat diukur dengan menilai tingkat efektifitas media yang
digunakan di masyarakat, demikian juga dengan program Coremap II yang telah
berjalan sejak tahun 2001. Ada beberapa media yang digunakan dalam mencapai

77
Jurnal AGRIBISNIS Vol. X (3) September 2011

tujuan yaitu perubahan prilaku masyarakat nelayan dan terpeliharanya ekosistem


terumbu karang sebagai rumah ikan. Pada bahasan ini akan dijelaskan efektifitas
dari media dengan mewawancarai 65 responden .Ada 7 pertanyaan yang
diajukan. Untuk menilai efektifitas media cetak maka disusun nilai kisaran sebagai
berikut :
Nilai kategori yang diperoleh adalah :
Efektif = 1062- 1365
Kurang efektif = 758 - 1061
Tidak efektif = < 758
Berdasarkan kategori nilai yang telah ada, kemudian ditetapkan nilai yang
dicapai berdasarkan hasil wawancara sebagai berikut :

Tabel 4. Efektifitas penyadaran masyarakat melalui media cetak


Kategori Bobot Frekuensi Nilai Keterangan
Efektif 3 155 465
Kurang efektif 2 238 476
Tidak efektif 1 98 98
Jumlah 889/1034 Kurang efektif
Sumber : data primer 2009.
Dari Tabel 4 menunjukkan bahwa nilai yang diperoleh adalah 889 . Bila
nilai ini dimasukkan dalam kelompok kategoro makan berada pada penilaian
kurang efektif. Ada beberapa hal yang dapat dijelaskan dari hasil kurang
efektifnya media cetak (Brosur, spanduk, stiker atau bahan tercetak lainnya) yaitu :
✓ Pembuatan brosur atau sticker biasanya dilakukan sekali setahun dari
anggaran kampanye. Sehingga dalam kurun waktu tertentu media cetak ini
tidak ditemukan lagi di masyarakat karena rusak atau sobek.
✓ Minat masyarakat untuk membaca atau memahami brosur atau spanduk
sifatnya temporer (sementara) , hanya diperhatikan saat dipasang dan
selanjutnya tidak lagi menjadi media untuk penyadaran masyarakat.

3. Efektifitas Penyadaran masyarkat melalui Media Radio


Radio merupakan salah satu media yang memiliki kelebihan dalam hal
jumlah jangkauan sasaran. Radio dapat didengar secara massal, selain itu lebih
murah. Namun disisi lain media radio memiliki kelemahan karena sulit menilai
feedback audience. Karena itu media radio membutuhkan pendekatan lanjutan.
Pada bahasan ini ada 3 pertanyaan yang terkait dengan media radio. Diperoleh nilai
kategori dapat dijelaskan sebagai berikut :
Efektif = 455- 585
Kurang efektif = 325 - 454
Tidak efektif = < 325

Berdasarkan nilai ini, maka akan ditentukan tingkat efektifitas media


dengan mengalikan antara bobot dengan jumlah jawaban responden, seperti yang
ditunjuukkan pada Tabel 5.

78
Jurnal AGRIBISNIS Vol. X (3) September 2011

Tabel 5. Efektifitas Penyadaran Masyarakat melalui media radio


Kategori Bobot Frekuensi Nilai Keterangan
Efektif 3 22 66
Kurang efektif 2 53 106
Tidak efektif 1 110 110
Jumlah 282 Tidak efektif
Sumber : Data Primer 2009
Dari Tabel 5 menunjukkan bahwa media radio menunjukkan skor tidak
efektif atau hanya mencapai 282. Tidak efektifnya media radio dapat disebabkan
oleh kondisi masyarakat pulau yang memiliki kesibukan melaut atau berdagang.
Serta tingkat pendidikan yang secara tidak langsung mempengaruhi minat untuk
mendengar berita atau himbauan.
Berdasarkan wawancara diketahui bahwa sangat sedikit responden yang
mendengar kegiatan Coremap II melalui radio. Kegiatan melalui radio yang
sifatnya rutin adalah kerjasama dengan RRI , Coremap II menyiapkan fasilitator
dan memberi kesempatan pada masyarakat luas untuk berpartisipasi dalam bentuk
interaktif. Durasi waktunya selama 1 jam, Adapun jadwalnya setiap bulan berjalan.
Tidak efektifnya hasil yang dicapai dari media radio, juga ada kaitannya
dengan kebiasaan masyarakat hanya mendengarkan lagu-lagu dan kurang tertarik
pada berita. Seperti diungkakan salah satu responden (Dg.Am) sebagai berikut :
“.... saya jarang dengan berita,...yang bagus lagu-lagu Makassar. Kalau
beritatentang Coremap... tidak tahu. ..... ,tidak pernah dengar”

4. Penyadaran Masyarakat Melalui Media Film


Sebagaimana radio film juga dapat dijadikan media. Kelebihan film adalah
dapat dilihat banyak orang, memiliki daya tarik untuk mengadiorkan audience.
Kelemahannya biaya lebih besar dan sulit menilai respon masyarakat saat
mengikuti pemutaran film. Film Coremap II biasanya diputar pada awal kegiatan
atau saat hari-hari raya tertentu seperti hari kemerdekaan RI tangal 17 Agustus.
Karena itu umumnya responden mengetahui dan pernah melihat, namun dari asoek
efekifitasnya masih rendah. Adapun nilai kategori yang diperoleh sebagai berikut :
Efektif = 455 -585
Kurang efektif = 325-454
Tidak efektif = < 325
Pada Tabel 6 ditunjukkan bobot dan nilai efektifitas dari media Film
sebagai berikut :
Tabel 6. Efektifitas penyadaran masyarakat melalui media Film
Kategori Bobot Frekuensi Nilai Keterangan
Efektif 3 78 234
Kurang efektif 2 78 156

Tidak efektif 1 55 55
Jumlah 364/445 Kurang efektif
Sumber : Data Primer 2009

79
Jurnal AGRIBISNIS Vol. X (3) September 2011

Nampak bahwa media film juga kurang efektif dengan nilai 364. Ada
beberapa hal yang diduga penyebabnya yaitu :
Tidak semua masyarakat dapat mengakses film yang biasanya diputar pada
malam hari, 1 atau 2 kali setahun
Kendala bahasa, yaitu masih banyak masyarakat pulau kurang mengerti
dengan baik bahasa Indonesia
5. Analisis Efektifitas Program Penyadaran masyarakat Coremap II
Untuk menilai secara keseluruhan apakah kampanye penyadaran
masyarakat efektif di Pulau Karanrang , maka semua pertanyaan digabung ada 18
pertanyaan . terdiri dari 5 pertanyaan untuk Pelatihan, 7 pertanyaan untuk Media
cetak, masing-masing 3 pertanyaan untuk media Radio dan Media Film.
Selanjutnya dapat disusun kisaran nilai sebagai berikut:
Efektif = 2730 -3510
Kurang efektif = 1949 - 2729
Tidak efektif = < 1949
Dari kategori tersebut dapat ditentukan tingkat efektifitas penyadaran masyarakat
secara keseluruhan .

Tabel 7. Efektifitas Penyadaran Masyarakat pada program Coremap II


Kategori Bobot Frekuensi Nilai Keterangan
Efektif 3 306 918
Kurang efektif 2 498 996
Tidak efektif 1 332 332
Jumlah 2248 Kurang efektif
Sumber : Data Primer 2009
Dari Tabel 7 nampak bahwa secara keseluruhan baik pelatihan , media
cetak, radio maupun Film dianggap kurang efektif dalam mengubah prilaku
masyarakat dalam memanfaatkan ekosistem terumbu karang.
Rendahnya efek dari penyadaran media lewat film dapat disebabkan oleh beberapa
hal sebagai berikut :
Umumnya nelayan memiliki kebiasan menangkap dengan menggunakan bom
dan bius, sehingga tidak mudah mengubah kebiasaan hanya melalui
penyadaran lewat media film. Apalagi Pulau Karanrang dikenal sebagai
tempat nelayan pembom.
Media film terbatas waktu tayangnya , biasanya malam hari dan hanya
dilakukan setahun 2 atau 3 kali atau pada saat kegiatan program mulai
berjalan. Sehingga efeknya kurang kuat .
Sikap masyarakat (nelayan) tertentu yang sejak awal menolak program
Coremap II yang dianggap membatasi usaha nelayan mencari pendapatan
tanpa adanya solusi lainnya.

80
Jurnal AGRIBISNIS Vol. X (3) September 2011

SIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis dan mengacu pada tujuan penelitian maka
simpulan yang diperoleh adalah :
1. Kampanye penyadaran masyarakat yang dilakukan Coremap II ada 2 bentuk
yaitu a), Melalui Pelatihan-pelatihan dan b). Mellaui Media berupa media
cetak dan media elektronik
2. Penyadaran Masyarakat melalui pelatihan dan Media oleh Coremap II Kurang
efektif dengan nilai scoring 1934. Dengan penjabaran efektifitas adalah untuk
media Pelatihan, media cetak dan media Film menunjukkan nilai scoring
kurang efektif dan pada media Radio tidak efektif.
3. Secara keseluruhan penyadaran Masyarakat menunjukkan hasil yang kurang
efektif.

SARAN-SARAN
Berdasarkan pembahasan dan simpulan maka disarankan.
1. Petugas lapangan memperhatikan media cetak (brosur, spanduk seticker dll)
yang sudah rusak,agar segera diperbaharui lagi
2. Pelatihan kewirausahaan perlu digiatkan, agar keluarga nelayan menemukan
solusi dari pendapatan tambahan selain menangkap ikan.
3. Program Coremap II sebaiknya menyusun kembali kampanye penyadaran
masyarakatnya , dengan melibatkan masyarakat sebagai perencana dan
pelaksana kampanye.

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Pangkep, 2005. Kabupaten Pangkep.


Makassar. Sulawesi Selatan.
Dahuri, R. dkk. 1996. Pengelolaan Sumberdaya Wilayah Pesisir dan Lautan
Secara Terpadu. Pradnya Paramita. Jakarta
Dahuri, R. 2002. Kebijakan dan Program Pembangunan Kelautan dan
Perikanan dalam Rangka Pemulihan Ekonomi Menuju Indonesia yang
Maju dan Makmur. Departemen Kelautan dan Perikanan. Jakarta
DKP Propinsi Sulawesi Selatan. 2004. Laporan Statistik Perikanan Sulawesi
Selatan. Dinas Kelautan Dan Perikanan Propinsi Sulawesi Selatan.
Makassar.
DKP Propinsi Sulawesi Selatan. 2007. Pedoman Umum Pengelolaan Berbasis
Masyarakat COREMAP II. Dinas Kelautan Dan Perikanan Propinsi
Sulawesi Selatan. Makassar.
Fachry, Mardiana. 2008. Analisis Sosial Ekonomi penerapan metode Base
Management Practice (BMP) pada kelompok Petambak di Sulawesi
Selatan Tahun 2008.
……………………… 2007. Analisis Kinerja LPM3 Sulawesi Selatan.Laporan
DKP Provinsi Sulawesi Selatan
Hamid, A. 1999. Pengembangan Masyarakat Nelayan dan Kemaritiman
(Suatu studi Sosial Antropologi Ekonomi). PPs. UNM. Makassar.

81
Jurnal Analisis, Desember 2017, Vol. 6 No. 2: 188 – 193 ISSN 2303-100X

188
Jurnal Analisis, Desember 2017, Vol. 6 No. 2: 188 – 193 ISSN 2303-100X

3 . jurnal purpesive sampling

PENGARUH ORIENTASI KEWIRAUSAHAAN TERHADAP DAYA TAHAN HIDUP USAHA


MIKRO KECIL DAN MENENGAH KELOMPOK PENGOLAHAN HASIL PERIKANAN
DI KOTA MAKASSAR

The Effect of Entrepreneur’s Orientation on the Survival of Small and Medium Enterprises of the Fishery
Processing Groups in Makassar City

1
Raudhah Mukhsin, 2Palmarudi Mappigau, 3Andi Nixia Tenriawaru

1
Agribisnis Pascasarjana Universitas Hasanuddin Makassar (raudhahmukhsin@yahoo.com)
2
Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin Makassar (rudipal@yahoo.com)
3
Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin Makassar (nixia_gany@yahoo.com)

ABSTRAK

Potensi yang dimiliki oleh UMKM kelompok pengolahan hasil perikanan di Kota Makassar tidak diimbangi dengan
kemampuan untuk dapat bertahan hidup menghadapi persaingan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
orientasi kewirausahaan (innovation, proactiveness and risk taking) terhadap daya tahan hidup Usaha Mikro Kecil dan
Menengah (UMKM) kelompok pengolahan hasil perikanan di Kota Makassar. Metode yang digunakan adalah analisis
deskriptif. Populasi penelitian sebanyak 66 kelompok dengan jumlah sampel 56 ketua kelompok. Teknik pengumpulan
data menggunakan wawancara, observasi, kuesioner dan dokumentasi. Analisis data pada penelitian ini adalah regresi
linear berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dimensi orientasi kewirausahaan yaitu inovasi, proaktif dan
berani mengambil resiko memiliki pengaruh yang signifikan terhadap daya tahan hidup usaha. Inovasi (0,000)
menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap daya tahan hidup usaha artinya UMKM yang lebih inovatif mencari
ide – ide baru dalam pengembangan produk, kreatif menghasilkan produk cenderung akan memajukan usaha dan
kinerja yang lebih baik akan lebih bertahan dalam usaha. Proaktif (0,016) berpengaruh positif dan signifikan terhadap
daya tahan hidup usaha artinya usaha yang proaktif dapat memberi akses ke pengetahuan dan informasi baru tentang
produk perikanan yang sangat penting dalam mempertahankan daya tahan hidup. Berani mengambil resiko (0,042)
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap daya tahan hidup usaha dimana UMKM yang memiliki daya tahan hidup
tinggi tergantung bagaimana kesediaan untuk terlibat dalam kegiatan yang beresiko. Semakin tinggi orientasi
kewirausahaan maka daya tahan hidup usaha akan semakin tinggi.

Kata kunci: Daya Tahan Hidup, Orientasi Kewirausahaan

ABSTRACT

The potential owned by small and medium entrepreur groups who managed the fishery production in Makassar City has
not been balanced with the competence to keep on survive in facing the competition. This research aims to investigate
the effect of the orientation of the entrepreneurship (innovation, pro-activeness, and risk taking) against the survival
power. The macro-small and medium businesses (UMKM) of the processing groups of the fishery production in
Makassar City. The method used is the descriptive analysis. The research population comprised 66 groups with the total
samples of the group chairmen. The technique of the data collection uses interviews, observation, questinnaires and
documentation. The data analysis uses the multiple linear regression test. The research results indicated that the
dimensions of the orientation of the entrepreneurship, i. E the innovation, pro-activeness, the risk taking has a
significant effect on the survival of the business, meaning the UMKM which is more innovative to look for new ideas in
developing the products, more creative to produce new products will be able to make his business and performance
better and stay in the business. Pro-activeness (0,016) has a positive and significant effect on the survival of the
189
Jurnal Analisis, Desember 2017, Vol. 6 No. 2: 188 – 193 ISSN 2303-100X

business, meaning the pro-activeness will open access the new knowledge and information about the fishery products,
which is very important in maintaining its survival. Being brave to take the risks (0,042) has a significant effect on the

190
Raudhah Mukhsin ISSN 2303-100X

surviving power of the business, in which the UMKM has the high survival level depending on how the willingness to
invole in the risking activities. The higher the entrepreneurship, the higher the survival power of the business.

Keywords: Survival power, entrepreneur’s orientation

PENDAHULUAN meningkatkan daya saing, pertumbuhan,


Salah satu indikator utama kuatnya kesuksesan, profitabilitas dan kinerja perusahaan.
ekonomi suatu negara adalah adanya sektor usaha Dari beberapa hasil penelitian yang
mikro kecil dan menengah (UMKM) yang mapan. pernah dilakukan di antaranya Amin (2015),
Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) mengenai Pengaruh Orientasi Kewirausahaan dan
merupakan sektor usaha yang telah terbukti Orientasi Pembelajaran Terhadap Kinerja UKM
berperan strategis dalam mengatasi akibat dan yang menemukan bahwa dimensi orientasi
dampak dari krisis ekonomi yang pernah melanda kewirausahaan yaitu inovasi, proaktif, dan
Indonesia di tahun 1997 (Supriyanto, 2006). keberanian mengambil risiko mempunyai
Sektor UKM telah dikenal luas sebagai pendorong hubungan yang signifikan dengan kinerja UKM.
pertumbuhan ekonomi, inovasi, ketenagakerjaan, Selanjutnya penelitian Neneh & Zyl (2017),
dan integrasi sosial di negara berkembang (Neneh mengenai orientasi kewirausahaan dan
& Smith, 2013). dampaknya terhadap pertumbuhan UKM di
Meskipun UMKM memainkan peran Afrika Selatan dengan kesimpulan bahwa
penting dalam ekonomi nasional dan memberikan orientasi kewirausahaan memiliki hubungan
sebagian besar kesempatan kerja, tidak diimbangi positif yang signifikan dengan Pertumbuhan
dengan kemampuan untuk dapat bertahan hidup UKM.
dalam menghadapi persaingan usaha. Sekitar 15 Daya tahan hidup UMKM merupakan
% UMKM kelompok pengolahan hasil perikanan masalah yang sangat penting karena tanpa
di Kota Makassar berhenti berproduksi, meskipun pertumbuhan dan keberlanjutan UMKM, negara
berbagai upaya telah pemerintah lakukan untuk ini berisiko stagnansi ekonomi. Dengan demikian,
membantu UMKM agar dapat tumbuh dan mendorong peningkatan daya tahan hidup UMKM
berkembang. Studi yang dilakukan oleh Hanifah sangat penting karena akan menghasilkan
(2011), menyebutkan bahwa penyebab lemahnya penciptaan lapangan kerja yang berkelanjutan.
kinerja dan produktivitas UKM diduga kuat Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
karena lemahnya karakter kewirausahaan serta pengaruh orientasi kewirausahaan terhadap daya
belum optimalnya peran manajerial dalam tahan hidup UMKM kelompok hasil perikanan di
mengelola usaha pada lingkungan bisnis yang Kota Makassar.
cepat berubah.
Salah satu cara untuk mendorong BAHAN DAN METODE
pertumbuhan UKM adalah dengan meningkatkan Rancangan Penelitian
tingkat orientasi kewirausahaan mereka. Orientasi Penelitian dilakukan dengan pendekatan
kewirausahaan telah diidentifikasi untuk kuantitatif. Fokus penelitian ini adalah menguji
mendukung pertumbuhan perusahaan (Ljungquist hubungan sebab akibat antara Orientasi
& Ghannad, 2008). Basile (2012), mendefinisikan kewirausahaan (variabel dependen X) dengan
EO sebagai proses strategis, praktik, dan Daya tahan hidup (variabel independen Y) pada
keputusan yang diambil pengambil keputusan saat UMKM Pengolahan perikanan di Kota Makassar,
merumuskan tujuan perusahaan, dan Propinsi Sulawesi Selatan. Dalam penelitian ini
mempertahankan visinya, untuk menciptakan digunakan metode survey, yaitu penelitian
keunggulan kompetitif yang berkelanjutan. Neneh mengambil sampel dari suatu populasi dengan
et al (2016) dan Rauch et al (2009), menjelaskan kuesioner yang digunakan sebagai alat bantu
bahwa EO adalah salah satu yang paling banyak dalam mengumpulkan data (Singarimbun &
digunakan. Konsep dalam literatur strategi untuk Effendy, 1995) dalam konteks penelitian survey

189
Daya Tahan Hidup, Orientasi Kewirausahaan ISSN 2303-100X

tersebut, dibutuhkan data dan fakta yang realible berdasarkan pada instrumen penelitian.
dan valid dengan menggunakan pendekatan Sedangkan data sekunder diperoleh melalui Dinas
melalui teknik observasi, wawancara dan Perikanan dan Pertanian Kota Makassar, BPS,
kuesioner. Jenis penelitian yang dilakukan adalah serta instansi terkait. Variabel-variabel yang
deskriptif, membuat deskripsi, gambaran, atau digunakan dalam penelitian ini adalah orientasi
lukisan secara sistematis, faktual dan akurat kewirausaahaan, inovasi, proaktif, risk taking dan
mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta fenomena umur usaha.
yang diteliti. Tahapan metoda ini dilakukan Analisis Data
dengan penyusunan data, analisa dan interpretasi Metode analisis data yang digunakan
tentang data yang dikumpulkan atau variabel yang untuk menjawab rumusan masalah dalam
diteliti. penelitian ini adalah Regresi Berganda dengan
Lokasi dan Waktu penelitian menggunakan sofware SPSS versi 21. Regresi
Penelitian akan dilaksanakan mulai bulan linier berganda bertujuan untuk menunjukkan
Februari 2017 sampai Maret 2017. Penentuan pengaruh antara variabel terikat (Y) terhadap
lokasi penelitian dilakukan secara sengaja atau variabel bebas (X1,X2,X3), untuk mengetahui
purposive, dengan pertimbangan bahwa Kota pengaruh orientasi kewirausahaan terhadap daya
Makassar merupakan salah sentra penghasil tahan hidup UMKM.
produk perikanan di Kawasan Timur Indonesia
dan adanya pembinaan yang dilakukan pada UKM HASIL PENELITIAN
bidang perikanan yang sesuai dengan tujuan objek Hasil Uji Regresi
penelitian. Analisis data dalam penelitian ini
Populasi dan Sampel dilakukan dengan menggunakan analisis regresi
Populasi dalam penelitian ini yaitu linear berganda yang dilakukan untuk menilai
seluruh manajer atau ketua kelompok Usaha pengaruh variabel bebas secara simultan terhadap
Mikro Kecil dan Menengah (UKM) pengolahan daya tahan hidup (umur usaha) UKM, serta
hasil perikanan di Kota Makassar sejumlah 66 menilai pengaruh secara parsial untuk masing-
UMKM binaan DP2. Sampel pada penelitian ini masing variabel bebas terhadap variabel daya
ditentukan dengan metode purposive sampling tahan hidup (umur usaha) UKM.
sejumlah 56 orang. Metode pengumpulan sampel
yang digunakan adalah purposive sampling, yaitu Tabel 1. Hasil Uji Koefisien Regresi Secara
teknik pengambilan sampel dengan menentukan Parsial (Uji T)
kriteria-kriteria tertentu (Sugiyono, 2008). Kriteria
yang dipakai dalam penelitian ini adalah UMKM Model Unstandardized Standardized t Sig.
Coefficients Coefficients
pengolahan hasil perikanan binaan DP2 yang aktif B Std. Error Beta
berproduksi selama 2 tahun terakhir, dikelola oleh (Constant) -12.955 2.346 -5.522 .000
Risktaking .204 .098 .138 2.081 .042
ketua kelompok atau pemiliknya sendiri, memiliki 1
Proaktif .168 .067 .161 2.491 .016
setidaknya tiga atau lebih karyawan/anggota tetap, Inovatif .425 .032 .883 13.305 .000
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2017
dan memiliki lokasi dan sarana yang bisa diamati
peneliti. Berdasarkan Tabel 1, maka model persamaan
Teknik Pengumpulan Data dan sumber data regresi linear berganda yang terbentuk adalah
Pengumpulan data penelitian ini sebagai berikut:
dilakukan dengan melakukan survey lapangan. Y = -12.995 + 0.204 (risk taking) + 0.168
Instrumen penelitian yang digunakan untuk (proaktif) + 0.425 (inovatif)
pengumpulan data adalah daftar pertanyaan Interpretasi persamaan regresi sebagai berikut:
(kuesioner) yang didistribusikan langsung kepada Nilai konstanta negatif (-12,995) dapat
responden usaha kecil dan menengah. Penelitian diartikan bahwa rata-rata kontribusi variabel lain
ini menggunakan data primer dan data sekunder. diluar model memberikan dampak negatif
Data primer dikumpulkan melalui penyebaran terhadap daya tahan hidup usaha.
kuesioner kepada responden, yaitu ketua Nilai koefisien regresi semua variabel
kelompok dari Usaha Mikro Kecil Menengah penelitian positif. Hal ini dapat diartikan bahwa
kelompok pengolahan hasil perikanan, dengan bersikap inovatif proaktif berani untuk mengambil

190
Raudhah Mukhsin ISSN 2303-100X

resiko (risk taking), akan meningkatkan daya menyatakan adanya hubungan pengaruh antara
tahan hidup usaha. ukuran perusahaan dengan pengungkapan modal
intelektual. Inovasi merupakan sebuah fungsi
PEMBAHASAN penting dari manajemen karena inovasi akan
Penelitian ini menunjukkan bahwa menentukan suatu kinerja usaha yang superior.
terdapat pengaruh yang signifikan antara antara Rhee et al (2010), menemukan inovasi itu
orientasi kewirausahaan terhadap daya tahan memainkan peran penting dalam meningkatkan
hidup yang ditunjukkan dengan nilai kinerja perusahaan, dan pola pikir inovatif
signifikansinya di bawah 0,05. Dengan tanda manajer berpengaruh signifikan terhadap kinerja
positif menunjukkan bahwa semakin tinggi UMKM. Daya tahan hidup UMKM pengolahan
orientasi kewirausahaan (inovasi, proaktif dan risk hasil perikanan di kota Makassar dapat bertahan
taking) maka akan semakin meningkatkan umur dengan para pelaku usaha harus memiliki
usaha. Hal tersebut dapat dipertegas berdasarkan kemampuan inovasi dalam hal aktif mencari ide
survey awal yang dilakukan bahwa dari 66 unit baru, mendukung produk baru dan memiliki
UMKM pengolahan hasil perikanan binaan DPP manfaat lebih daripada produk yang lain.
Kota Makassar terdapat 15% dari total tersebut Untuk pengaruh proaktif terhadap daya
sudah tidak aktif berproduksi, hal ini tahan hidup usaha sebesar 0.016 berada di bawah
menunjukkan bahwa orientasi kewirausahaan nilai α = 0,05, yang menunjukkan bahwa hipotesis
sangat penting dalam mempertahankan umur kedua diterima. Proaktif berpengaruh terhadap
usaha. Covin & Slevin (1991); Wiklund (1999), daya tahan hidup UMKM pengolahan hasil
menyatakan bahwa orientasi kewirausahaan yang perikanan kota Makassar. Proaktif mencerminkan
semakin tinggi dapat meningkatkan kemampuan kesediaan wirausaha untuk mendominasi pesaing
perusahaan dalam memasarkan produknya menuju melalui suatu kombinasi dari gerak agresif dan
kinerja usaha yang lebih baik. Berdasarkan Covin proaktif, seperti memperkenalkan produksi baru
& Slevin (1991), orientasi kewirausahaan dari atau jasa di atas kompetisi dan aktivitas untuk
seorang pelaku wirausaha dapat menimbulkan mengantisipasi permintaan mendatang untuk
peningkatan kinerja usaha. Hasil penelitian yang menciptakan perubahan dan membentuk
sama juga dilakukan oleh Novitasari & Zuraidah lingkungan. Menurut Ashford & Black (1996),
(2015), yang menunjukkan bahwa orientasi individu yang sepanjang kerjanya menjadi lebih
kewirausahaan dapat meningkatkan keunggulan aktif, mereka cenderung lebih sukses dalam
daya saing berkelanjutan pada UMKM. beradaptasi dengan organisasi, Patel (2003),
Penemuan penelitian ini sejalan juga mendefinisikan perilaku proaktif sebagai upaya
dengan penelitian yang dilakukan oleh Mappigau mengambil inisiatif dalam meningkatkan ide dan
(2001), yang menunjukkan kualitas kreativitas-kreativitas baru dimana mengubah
kewirausahaan berpengaruh nyata terhadap daya status quo dibanding hanya bertindak pasif dalam
tahan hidup perusahaan. menghadapi kondisi lingkungan yang berubah
Untuk analisis pengaruh inovasi terhadap ubah. Dari beberapa pernyataan tersebut diatas
daya tahan hidup usaha, menunjukkan nilai menunjukkan bahwa proaktif sangat penting
signifikansi di bawah α = 0,05 yaitu sebesar 0,475 dalam mempertahankan daya tahan hidup UMKM
yang artinya hipotesis kedua diterima. Hal pengolahan hasil perikanan di Kota Makassar.
tersebut sangat jelas terlihat dari beberapa Sikap proaktif para pelaku usaha dalam hal ini
permasalahan UMKM pengolahan perikanan Kota yaitu adanya kemauan dan kemampuan dalam
Makassar dimana peluang pasar produk hasil mengejar peluang yang ada, saling mendorong
perikanan tidak diimbangi dengan kemampuan untuk mencari peluang dalam usaha, dapat
pelaku usaha. Hal tersebut juga ditegaskan dalam mengantisipasi permintaan di masa yang akan
penelitian Mappigau (2001), bahwa faktor datang dan harus menjadi pelopor dalam produk
penumbuh kualitas kewirausahaan meliputi faktor baru.
internal dan eksternal individual berpengaruh Risk taking berpengaruh terhadap daya
nyata terhadap kualitas kewirausahaan. Hasil tahan hidup usaha dengan hasil analisis yang
penelitian lain juga dilakukan oleh White et al diperoleh berada di bawah nilai α = 0,05, yaitu
(2007), dan Istanti & Wahyu (2009), yang sebesar 0.042, Pengambilan risiko merupakan

191
Daya Tahan Hidup, Orientasi Kewirausahaan ISSN 2303-100X

proses pengambilan keputusan dan tindakan tanpa frekuensi pelatihan dan bimbingan teknis dengan
pengetahuan yang cukup terhadap kemungkinan materi yang dapat memotivasi pelaku usaha
hasilnya. Risiko merupakan hal yang berkaitan pengolahan hasil perikanan untuk lebih inovatif,
erat dengan upaya memulai bisnis baru. Resiko proaktif dan berani mengambil resiko.
merupakan unsur yang penting yang harus
dihadapi oleh pewirausaha (Collins et al., 2004), DAFTAR PUSTAKA
sehingga preferensi terhadap risiko dapat Amin M. (2015). The effect of entrepreneurship
mempengaruhi keputusan individu untuk memulai orientation and learning orientation on
usaha (Brockhaus, 1980). Potensi pelaksanaan SME’s performance : an SEM – PLS
suatu usaha menuntut orientasi risiko derajat approach. J. International Business and
tinggi. Dengan demikian risk-taking propensity Entrepreneurship Development, 8(3): 215-
berhubungan positif terhadap daya tahan hidup 230.
suatu usaha. UMKM yang sukses bergantung Ashford S. J. & Black S. J. (1996). Proactivity
pada kesediaan mereka untuk terlibat dalam during organizational entry: The role of
kegiatan berisiko (Wales et al., 2013). UMKM desire for control. Journal of Applied
kota Makassar dapat bertahan hidup dengan Psychology, 8(1), 199–214.
memiliki kemampuan risk taking dalam hal Basile A. (2012). Entrepreneurial orientation in
melakukan sesuatu yang beresiko tinggi untuk SME’s : risk taking to entering international
memperoleh keuntungan besar, berani markets. Far East Journal of Psychology
menghadapi berbagai tantangan bisnis, melakukan and Business, 7(2): 1-17.
rencana strategik untuk menimalkan resiko, Brockhaus R.H. (1980). Risk-taking propensity of
menjalankan usaha yang aman dan beresiko kecil entrepreneurs. Academy of Management
dan melakukan usaha yang dipastikan akan Journal, 2(3): 509-520.
berhasil. Collins C.J., Hanges P.J., & Locke E.A. (2004).
The relationship of achievement motivation
KESIMPULAN DAN SARAN to entrepreneurial behavior: a meta-
Orientasi kewirausahaan (inovasi, analysis. Human Performance, 17(1): 95-
proaktif, dan kemampuan mengambil resiko) 117.
memiliki pengaruh terhadap daya tahan hidup Covin J.G. & Slevin D.P. (1991). A conceptual
Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) model of entrepreneurship as a firm
pengolahan hasil perikanan. Semakin tinggi behavior. Entrepreneurship Theory and
orientasi kewirausahaan maka daya tahan hidup Practice, 1(6): 7-25.
UMKM akan semakin tinggi. Inovasi memainkan Hanifah. (2011). Pengaruh orientasi
peran penting dalam meningkatkan daya tahan kewirausahaan, budaya organisasi dan
hidup usaha, dan pola pikir manajer yang inovatif strategi bisnis terhadap kinerja perusahaan.
berpengaruh positif terhadap daya tahan hidup Proseding Seminar Nasional Call for Paper,
UMKM. UMKM yang proaktif dapat memberi ISSN ISBN 978- 979-3649-65-8
akses ke pengetahuan dan informasi baru tentang Istanti & Wahyu S.L. (2009). Faktor-faktor yang
peluang pasar yang sangat penting dalam mempengaruhi pengungkapan sukarela
mempertahankan daya tahan hidup UMKM. modal intelektual. (Skripsi). Semarang:
Hubungan antara mengambil resiko dan daya Universitas Diponegoro.
tahan hidup UMKM berpengaruh positif, dimana Ljungquist & Ghannad. (2008). At the edge of
UMKM yang daya tahan hidupnya tinggi entrepreneurial orientation: identifying
bergantung pada kesediaan mereka untuk terlibat impediments of SME growth. Frontiers of
dalam kegiatan berisiko. Sebagai saran dimensi Entrepreneurship Research, 28(13).
orientasi kewirausahaan yaitu inovasi, proaktif Singarimbun M. & Effendi S. (1995). Metode
dan mengambil resiko dari pelaku usaha itu penelitian survey. Jakarta: PT. Pustaka
sendiri. perlu ditingkatkan. Desain kebijakan LP3ES.
dalam pengembangan UMKM perikanan di kota Mappigau P. (2001). Faktor-faktor penumbuh
Makassar perlu mempertimbangkan kekuatan kualitas manajerial dan kewirausahaan
orientasi kewirausahaan misalnya meningkatkan serta pengaruhnya terhadap pertumbuhan

192
Raudhah Mukhsin ISSN 2303-100X

193
Raudhah Mukhsin ISSN 2303-100X

perusahaan pengolah dan pengawet daging sapi skala kecil di Jawa Tengah. (Disertasi).
Bandung: Universitas Padjadjaran.
Neneh B. N. & Smit A.V.A. (2013). Will promoting more typical SME start-ups increase job
creation in South Africa? African Journal of Business management, 7(31): 3043-3051.
Neneh B. N. et al. (2016). Gender differences in entrepreneurial orientation and performance:
evidence from South Africa. Conference paper submitted at the Southern African Institute for
Management Scientists (SAIMS), 4-7 September 2016.
Neneh B. N. & Zyl J. H. (2017). Entrepreneurial orientation and its impact on firm growth amongst
SMEs in South Africa. Problems and Perspectives in Management Business Perspectives.
Volume 15 Issue 3.
Novitasari & Zuraidah. (2015). Pengaruh orientasi kewirausahaan dan kompetensi wirausaha
terhadap daya saing (Studi Empiris Pada UMKM di DIY). Jurnal Riset Manajemen, 2(2): 165
– 178.
Patel M. (2003). Influence of religion on shopping behaviour of consumers-an exploratory study.
Journal of Research in Commerce & Management, 1(5): 68–78.
Rauch A. et al. (2009). Entrepreneurial orientation and business performance: an assessment and
past research and suggestions for the future. Entrepreneurship Theory and Practice, 33: 761-
787
Rhee et al. (2010). Drivers of innovativeness and performance for innovative SMEs in South Korea.
Mediation of Learning Orientation Technovation, 30: 65-75.
Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Bisnis.
Alfabeta: Bandung.
Supriyanto. (2006). Pemberdayaan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) sebagai salah satu
upaya penanggulangan kemiskinan. Jurnal Ekonomi & Pendidikan. 3(1).
White G. et al. (2007). Driver of voluntary intellectual capital disclosure in listed biotechnology
companies. Journal of Intellectual Capital, 8(3): 517-537.

194

Anda mungkin juga menyukai