Anda di halaman 1dari 20

A.

Penelitian terdahulu

Penelitian terdahulu berguna untuk mendapatkan gambaran tentang kerangka

penelitian dan sekaligus dapat mempelajari hasil metode analisis yang digunakan

1. Sigit Hermawan dan Ummy Imaniar Mardiyanti (2016) melakukan penelitian

dengan judul “Intellectual Capital dan Kinerja Keuangan Perusahaan

Manufaktur High IC Intensive”. Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan

menganalisis pengaruh intellectual capital terhadap kinerja keuangan

perusahaan (ROA, ROE, EPS). Perusahaan yang diteliti adalah perusahaan

manufaktur IC High Intensive yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Sampel

yang diperoleh sebanyak 76 perusahaan dengan periode penelitian adalah

2010-2013. Variabel bebasnya adalah Return on Asset (ROA), Return on

Equity (ROE), Earning per Share (EPS). Teknik analisis data yang digunakan

adalah regresi linier sederhana. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

Intelektual Modal (VAIC) berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan

Return on Asset (ROA), Return on Equity (ROE), Earning per Share (EPS).

2. Ihyaul Ulum, Andi Tenrisumpala, Endang Dwi Wahyuni (2016) melakukan

penelitian dengan judul “Intellectual Capital Disclosure Studi Komparasi

antara Universitas Di Indonesia dan Malaysia”. Tujuan penelitian untuk

mengidentifikasi praktik pengungkapan informasi tentang intellectual capital

(IC) pada website universitas di Indonesia dan Malaysia. Penelitian ini

menggunakan website 5 universitas terbaik di Indonesia dan Malaysia (versi

webometrics survey 2015) sebagai objek kajian. Komponen IC yang

digunakan dalam kajian ini adalah framework yang dikembangkan oleh Ulum

(2011) yang terdiri dari 46 items: 8 item human capital, 23 item structural

capital, dan 15 item relatioanal capital. Uji beda dilakukan dengan


menggunakan Mann-Whitney test di dalam SPSS 21. Hasil kajian

menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan diantara universitas-universitas di

Indonesia dan Malaysia dalam mengungkapkan informasi tentang IC melalui

website mereka. Dari sisi jumlah informasi yang diungkapkan, baik

universitas di Indonesia maupun di Malaysia cenderung lebih banyak

mengungkapkan informasi dalam format narasi.

3. Ike Faradian dan Gayatri (2016) melakukan penelitian dengan judul

“Pengaruh Intellectual Capital dan Intellectual Capital Disclosure Terhadap

Kinerja Keuangan Perusahaan”. Tujuan penelitian untuk mengetahui Pengaruh

Intellectual Capital dan Intellectual Capital Disclosure Terhadap kinerja

Keuangan Perusahaan yang tergantung dalam indeks LQ45 periode 2010-

2014. Hasil penelitian dapat memberikan pemahaman bagi stakeholder untuk

memahami Intellectual Capital dan Intellectual Capital Disclosure dalam

kegiatan bisnis perusahaan agar dapat memberikan value added serta dapat

menciptakan keunggulan kompetitif bagi perusahaan. Jumlah sampel 8

perusahaan diperoleh dengan teknik purposive sampling. Teknik analisis data

dalam penelitian ini menggunakan regresi linier berganda dan pengumpulan

data dilakukan dengan observasi non partisipan berupa studi dokumentasi.

Hasil analisis menunjukkan bahwa Intellectual Capital (IC) dan Intellectual

Capital Disclosure berpengaruh positif terhadap Return On Asset (ROA).

4. Djoko Suhardjanto dan Mari Wardhani (2010) melakukan penelitian dengan

judul”Praktik Intellectual Capital Disclosure Perusahaan yang Terdaftar Di

Bursa Efek Indonesia”. Tujuan penelitian ini adalah untuk meneliti tingkat

intellectual capital disclosure dalam laporan tahunan perusahaan-perusahaan

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Penelitian ini menguji hubungan
antara intellectual capital disclosure sebagai variabel dependen dan

karakteristik perusahaan (ukuran, profitabilitas, leverage, dan panjang listing

pada Bursa Efek Indonesia dan tata kelola perusahaan) sebagai variabel

indipenden. Penelitian ini menggunakan 80 laporan dari perusahaan-

perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2012. Sampel

penelitian dipilih dengan menggunakan metode proportional purposive

sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat rata-rata intellectual

capital disclosure hanya sebesar 35%. Analisis regresi ganda digunakan untuk

menguji hipotesis. Analisis statistik menunjukkan bahwa ukuran perusahaan

dan profitabilitas merupakan prediktor bagi tingkat intellectual capital

disclosure. Implikasi dari penelitian ini adalah peruahaan dengan total aset dan

profitabilitas yang tinggi harus lebih menunjukkan perhatian untuk

melaporkan informasi intellectual capital karena hal tersebut merupakan

informasi krusial yang dipertimbangkan oleh investor, untuk mengurangi

kesenjangan informasi dan untuk meningkatkan nilai pemegang saham.

5. Shella dan Linda Kusumaning Wedari (2016) melakukan penelitian dengan

judul “Intellectual Capital dan Intellectual Capital disclosure terhadap Market

Performance Pada Perusahaan Publik Indeks LQ-45”. Penelitian ini

merupakan penelitian empiris yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh

intellectual capital dan intellectual capital disclosure terhadap market

performance pada perusahaan go publik di Bursa Efek Indonesia (BEI) dalam

indeks LQ-45 untuk periode 2012 sampai dengan 2014. Pengujian ini

dilakukan dengan menggunakan regresi linear berganda terhadap data

sebanyak 64 sampel. Hasil dari penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh

signifikan yang positif antara intellectual capital dan market performance.


Pasar memberikan nilai yang lebih tinggi pada perusahaan yang mempunyai

intellectual capital yang tingi. Sementara itu, intellectual capital disclosure

berpengaruh signifikan secara negatif terhadap market performance. Semakin

tinggi intellectual capital disclosure yang dilakukan peusahaan maka semakin

rendah market performance.

6. Issabella Oktaviany G (2015) melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh

Intellectual Capital Disclosure Terhadap Nilai Perusahaan dengan

Goodcorporate Governance sebagai Variabel Moderasi”(Studi pada

perusahaan yang Termasuk dalam Kelompok “Sepuluh Besar” Pemeringkatan

Corporate Governace Perception Index). Tujuan penelitian ini memberikan

bukti empiris pengaruh intellectual capital disclosure terhadap nilai

perusahaan dengan good corporate governace, sebagai variabel moderasi.

Populasi di perusahaan “sepuluh besar” pemeringkatan Corporate Governance

Perception Index selama periode 2013-2013 sebanyak 60. Sampel

menggunakan metode purposive sampling. Kriteria penentuan sampel, sampel

akhir sebanyak 48. Pengujian hipotesis menggunakan analisis regresi

berganda. Hasilnya, intellectual capital disclosure tidak berpengaruh terhadap

nilai perusahaan dan juga good corporate governance tidak memoderasi

pengaruh intellectual capital disclosure terhadap nilai perusahaan.

7. Nikmah dan Hera Apriyanti (2016) melakukan penelitian dengan judul

“Pengaruh Intellectual Capital Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan

Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia”. Banyak penelitian telah dilakukan

untuk menguji hubungan antara modal intelektual dan kinerja keuangan.

Namun, penelitian tersebut masih menunjukkan beberapa inkonsistensi. Oleh

karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menguji kembali pengaruh modal
intelektual terhadap kinerja keuangan. Sampel terdiri dari 21 perusahaan

manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode observasi

2012-2013 yang dipilih dengan metode purposive sampling. Hasil pengujian

menunjukkan bahwa modal intelektual memiliki efek positif terhadap kinerja

keuangan yang diukur dengan return on asset, pasar terhadap nilai buku,

modal pasar dan laba per saham, tetapi modal intelektual tidak berpengaruh

terhadap perputaran aset.

Adapun untuk lebih jelasnya persamaan dan perbedaan penelitian

terdahulu dengan sekarang dapat dijelaskan dengan tabel sebagai berikut :

Tabel 2
Penelitian Terdahulu
No Nama, Judul dan
Tahun Penelitian Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
1 Sigit Hermawan Hasil penelitian Penelitian ini Penelitian ini
dan Ummy Imaniar menunjukkan bahwa sama sama menggunakan
Mardiyanti (2016) Intelektual Modal (VAIC) menggunakan analisis regresi
berpengaruh terhadap pendekatan berganda
kinerja keuangan kuantitatifdenga sedangkan
Intellectual Capital perusahaan Return on n perusahaan penelitian saat
dan Kinerja Asset (ROA), Return on Perusahaan ini menggunakan
Keuangan Equity (ROE), Earning per Manufaktur teknik analisis
Perusahaan Share (EPS). High IC content anylisis
Manufaktur High Intensive
IC Intensive
2. Ihyaul Ulum, Andi Hasil kajian menunjukkan Penelitian ini Obyek Penelitian
Tenrisumpala, bahwa tidak ada perbedaan sama sama terdahulu adala
Endang Dwi diantara universitas- menggunakan Komparasi
Wahyuni (2016) universitas di Indonesia pendekatan antara
dan Malaysia dalam kuantitatif dan Universitas Di
Intellectual Capital mengungkapkan informasi sama sama Indonesia dan
Disclosure Studi tentang IC melalui website mengungkapka Malaysia .
Komparasi antara mereka. Dari sisi jumlah n Intellectual Sedangkan
Universitas Di informasi yang Capital obyek penelitian
Indonesia dan diungkapkan, baik sat ini adalah
Malaysia universitas di Indonesia Perusahaan
maupun di Malaysia Manufaktur
cenderung lebih banyak High IC
mengungkapkan informasi Intensive
dalam format narasi
No Nama, Judul dan
Tahun Penelitian Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
3. Ike Faradian dan Hasil analisis Penelitian ini Penelitian ini
Gayatri (2016) menunjukkan bahwa sama sama menggunakan
Intellectual Capital (IC) menggunakan analisis regresi
Pengaruh dan Intellectual Capital pendekatan berganda
Intellectual Capital Disclosure berpengaruh kuantitatifdenga sedangkan
dan Intellectual positif terhadap Return On n judul penelitian saat
Capital Disclosure Asset (ROA). Intellectual ini menggunakan
Terhadap Kinerja Capital teknik analisis
Keuangan Disclosure content anylisis
Perusahaan

4 Djoko Suhardjanto Peruahaan dengan total Penelitian ini Obyek Penelitian


dan Mari Wardhani aset dan profitabilitas yang sama sama terdahulu adalah
(2010) tinggi harus lebih menggunakan Perusahaan yang
menunjukkan perhatian pendekatan Terdaftar Di
Praktik Intellectual untuk melaporkan kuantitatif dan Bursa Efek
Capital Disclosure informasi intellectual sama sama Indonesia
Perusahaan yang capital karena hal tersebut mengungkapka .Sedangkan
Terdaftar Di Bursa merupakan informasi n Intellectual obyek penelitian
Efek Indonesia krusial yang Capital sat ini adalah
dipertimbangkan oleh Perusahaan
investor, untuk Manufaktur
mengurangi kesenjangan High IC
informasi dan untuk Intensive
meningkatkan nilai
pemegang saha
5. Shella dan Linda Hasil dari penelitian ini Penelitian ini Penelitian ini
Kusumaning menunjukkan adanya sama sama menggunakan
Wedari (2016) pengaruh signifikan yang menggunakan analisis regresi
positif antara intellectual pendekatan berganda
capital danmarket kuantitatifdenga sedangkan
Intellectual Capital performance. Pasar n judul penelitian saat
dan Intellectual memberikan nilai yang Intellectual ini menggunakan
Capital disclosure lebih tinggi pada Capital teknik analisis
terhadap Market perusahaan yang content anylisis
Performance Pada mempunyai intellectual
Perusahaan Publik capital yang tingi.
Indeks LQ-45 Sementara itu, intellectual
capital disclosure
berpengaruh signifikan
secara negatif terhadap
market performance.

6. Issabella Oktaviany Hasilnya, intellectual Penelitian ini Penelitian ini


G (2015) capital disclosure tidak sama sama menggunakan
berpengaruh terhadap nilai menggunakan analisis regresi
No Nama, Judul dan
Tahun Penelitian Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
Pengaruh perusahaan dan juga good pendekatan berganda
Intellectual Capital corporate governance kuantitatifdenga sedangkan
Disclosure tidak memoderasi n membahas penelitian saat
Terhadap Nilai pengaruh intellectual Intellectual ini menggunakan
Perusahaan dengan capital disclosure terhadap Capital teknik analisis
Good corporate nilai perusahaan content anylisis
Governance
sebagai Variabel
Moderasi
7. Nikmah dan Hera Hasil pengujian Penelitian ini Penelitian ini
Apriyanti (2016) menunjukkan bahwa sama sama menggunakan
modal intelektual memiliki menggunakan analisis regresi
Pengaruh efek positif terhadap pendekatan berganda
Intellectual Capital kinerja keuangan yang kuantitatifdenga sedangkan
Terhadap Kinerja diukur dengan return on n judul penelitian saat
Keuangan asset, pasar terhadap nilai Intellectual ini menggunakan
Perusahaan buku, modal pasar dan laba Capital teknik analisis
Manufaktur Di per saham, tetapi modal content anylisis
Bursa Efek intelektual tidak
Indonesia berpengaruh terhadap
perputaran aset
Sumber : jurnal penelitian dibuat tahun 2019

B. Landasan Teori

1. Teori stakeholder

Teori stakeholder memberikan argumen bahwa seluruh stakeholder memiliki

hak untuk diperlakukan secara adil dan manajer harus mengelola organisasi untuk

keuntungan seluruh stakeholder. Dengan memanfaatkan seluruh potensi perusahaan, baik

karyawan (human capital) , aset fisik (capital employed), maupun structural capital, maka

perusahaan akan mampu menciptakan value added bagi perusahaan. Dengan

meningkatkan value added, maka kinerja keuangan di mata stakeholder juga akan

meningkat (Wicaksana, 2011). Stakeholder dalam hal ini, memiliki kewenangan untuk

mempengaruhi manajemen dalam proses pemanfaatan seluruh potensi yang dimiliki oleh

organisai. Karena hanya dengan pengelolaan yang baik dan maksimal atas seluruh potensi

inilah organisasi akan dapat menciptakan value addeduntuk kemudian mendorong kinerja
keuangan dan nilai perusahaan yang merupakan orientasi para stakeholder dalam

mengintervensi manajemen (Wardhani 2014).

Pihak perusahaan meyakini bahwa hubungan saling mempengaruhi antara

manajer dan stakeholder seharusnya dikelola dalam rangka mencapai kepentingan

perusahaan yang semestinya tidak dibatasi pada asumsi konvensional yaitu mencari

keuntungan saja. Bagi perusahaan semakin penting stakeholder maka semakin banyak

usaha yang dilakukan untuk mengelola hubungan tersebut. Perusahaan memandang

informasi merupakan elemen utama yang dapat digunakan untuk mengelola stakeholder

dalam rangka mencari dukungan dan persetujuan atau untuk mengalihkan perlawanan dan

ketidaksetujuan (Yuniasih, 2010).

Dalam konteks Intellectual Capital (IC), teori stakeholder memberikan argumen bahwa

seluruh stakeholder memiliki hak untuk diperlakukan secara adil dan manajer harus

mengelola organisasi untuk keuntungan seluruh stakeholder. Dengan memanfaatkan

seluruh potensi perusahaan, baik karyawan (human capital), aset fisik (capital employed),

maupun structural capital, maka perusahaan akan mampu menciptakan value added bagi

perusahaan. Dengan meningkatkan value added tersebut, maka kinerja keuangan di mata

stakeholder juga akan meningkat (Wicaksana, 2011).

2. Teori Sinyal (Signalling Theory)

Signalling Theory berkaitan dengan adanya asimetri informasi, dimana informasi

yang diterima oleh masing-masing pihak tidak sama. Asimetri informasi terjadi antara

manajemen perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan informasi

perusahaan. Hartono (2012) menyatakan signalling theory mengindikasikan bahwa

perusahaan yang berkualitas baik dengan sengaja akan memberikan sinyal berupa
informasi positif di pasar melalui pengungkapan laporan keuangan, dengan demikian

pasar diharapkan dapat membedakan perusahaan yang berkualitas baik dan buruk.

Saleh(2012) menyatakan bahwa sinyal adalah sebuah tindakan yang diambil oleh

manajemen perusahaan yang memberikan petunjuk kepada investor tentang bagaimana

manajemen memandang prospek perusahaan.

Teori sinyal menyatakan bahwa perusahaan berusaha memberikan sinyal positif

kepada pihak eksternal, yaitu pemilik perusahaan atau pemilik saham perusahaan yang

salah satu caranya dilakukan dengan pengungkapan dalam laporan keuangan (Wardhani

2014). Darsono (2015) menyatakan bahwa dengan memberikan informasi tersebut maka

akan dapat menunjukkan bahwa kondisi perusahaan dalam keadaan baik sehingga akan

meningkatkan nilai perusahaan dan menunjukkan bahwa kondisi perusahaan mempunyai

nilai lebih keunggulan kompetitif dari perusahaan.

3. Resourch Based Theory

Teori ini menyatakan bahwa dengan memiliki sumber daya dan pengetahuan

untuk dikelola secara baik akan meningkatkan kinrja perusahaan dan menganalisis

kemampuan keunggulan bersaing suatu perusahaan tercapai jika suatu perusahaan

mempunyai sumber daya yang unggul tidak dimiliki oleh perusahaan lain (Hartono

(2012). Sumber daya yang unik untuk menciptakan keuggulan kompetitif bagi perusahaan

sehingga mampu menciptakan nilai perusahaan dan dapat mengusai serta memanfaatkan

intellectual capital , maka perusahaan dapat memperoleh keunggulan kompetitif yang

berkesinambungan. Peran Intellectual Capitalsemakin strategis, bahkan Intellectual

Capital dikatakan memiliki peran penting dalam upaya melakukan peningkatakan nilai di

berbagai perusahaan, hal ini disebabkan adanya kesadaran bahwa Intellectual Capital

merupakan landasan bagi perusahaan untuk unggul dan bertumbuh (Wicaksana, 2011).
Resource Based Theory menyebutkan bahwa keunggulan kompetitif perusahaan

diperoleh dari kemampuan perusahaan untuk merakit dan memanfaatkan kombinasi

sunber daya yang tepat dan dapat memberikan keunggulan kompetitif, serta kinerja yang

berkelanjutan (Sawarjuwono, 2014).

4. Teory Keagenan ( Agency Theory )

Konsep agenchy theory menurut Anthony dan Govindarajan dalam Siagian

(2011:10) adalah hubungan atau kontak antara principal dan agent. Principal

memperkerjakan agent untuk melakukan tugas untuk kepentingan principal, termasuk

pendelegasian otorisasi pengambilan keputusan dari principal agent. Pada perusahaan

modalnya terdiri atas saham, pemegang saham bertindak sebagai principal, dan CEO

(Chief Executive Officer) sebagai agent mereka. Pemegang saham memperkerjakan CEO

untuk bertindak sesuai dengan kepentingan principal.

Perspektif hubungan keagenan merupakan dasar yang digunakan untuk memahami

hubungan antara manajer dan pemegang saham. Jensen dan Meckling dalam Siagian

(2011:10) menyatakan bahwa hubungan keagenan ialah sebuah kontrak antar manajer

(agent) dengan pemegang saham (pricipal). Hubungan keagenan tersebut kadang

menimbulkan masalah antar manajer dan pemegang saham. Koflik yang tejadi karena

manusia adalah makhluk ekonomi yang mempunyai sifat dasar mementingkan

kepentingan diri sendiri. Pemegang saham dan manajer memiliki tujuan yang berbeda dan

masing-masing menginginkan tujuan mereka terpenuhi. Akibat yang akan terjadi adalah

munculya konflik kepentingan. Pemgang saham menginginkan pengembalian yang lebih

besar dan secepat-cepatnya atas investasi yang mereka tanamkan sedangkan manajer

menginginkan kepentingan diakomodasi dengan pemberian kompensasi atau insentif yang

sebesar-besarnya atas kinerjanya dalam menjalankan perusahaan.


Eisenhardt dalam Siagian (2011:11) menyatakan bahwa teori menggunakan tiga

asumsi sifat dasar manusia yaitu :

1. Manusia pada umumnya mementingkan diri sendiri(self interest),

2. Manusia memiliki daya pikir terbatas mengenai persepsi masa mendatang (bounded

rationality) ,dan

3. Manusia selalu menghindari resiko (risk averse).

Dari asumsi sifat dasar manusia tersebut dapat dilihat bahwa konflik agensi yang sering

terjadi antara manajer dengan pemegang saham dipicu adanya sifat dasar tersebut.

Manajer dalam mengelola perusahaan cenderung mementingkan kepentingan pribadi

daripada kepentingan aoppurtunisticdari manajer, manaje bertindak untuk mencapai

kepentingan merekan sendiri, padahal sebagai manajer seharusnya memihak kepada

kepentingan pemegang saham karena mereka adalah pihak yang memberi kuasa manajer

untuk menjalankan perusahaan.

5. Legitimacy Theory

Menurut Marisanti(2012), legitimacy theory berhubungan erat dengan pelaporan

intellectual capital. Perusahaan lebih mungkin untuk melaporkan intangible assetmereka,

jika mereka memiliki kebutuhan yang spesifik untuk melakukannya. Mereka tidak dapat

melegetimasi status mereka hanya lewat hard assetyang diakui sebagai simbol

kesuksesan tradisional perusahaan.

Perusahaan semakin menyadari bahwa kelangsungan hidup perusahaan tergantung

dari hubungan perusahaan dengan masyarakat dan lingkungan tempat perusahaan

beroperasi. Hal ini sejalan dengan teori legitimasi yang menyatakan bahwa perusahaan

memiliki kontrak dengan masyarakat untuk melakukan kegiatan berdasarkan nilai-nilai

justice, dan bagaimana perusahaan menanggapi berbagai kelompok kepentingan untuk


melegitimasi tindakan perusahaan. Teori legitimasi menyatakan bahwa organisasi harus

secara terus menerus mencoba untuk meyakinkan bahwa mereka melakukan kegiatan

seseuai dengan batasan dan norma-norma masyarakat (Marisanti (2012).

6. Intellectual Capital Disclosure (ICD)

Kata disclosureatau pengungkapan mempunyai arti tidak mentupi. Jika dikaitkan

dengan sebuah data, disclosure berarti memberikan data yang berguna bagi pihak yang

memerlukan. Jadi data tersebut harus benar –benar bermanfaat, karena apabila tidak

bermanfaat, tujuan dari pengungkapan tersebut tidak akan tercapai. Jika dihubungkan

dengan laporan keuangan, disclosuremengandung arti bahwa laporan keuangan harus

memberikan informasi dan penjelasan yang cukup mengenai hasil aktivitas suatu unit

usaha. Informasi yang dimaksudkan harus jelas, lengkap dan dapat menggambarkan

secara tepat kejadian-kejadian ekonomi yang berpengaruh terhadap hasil operasi

perusahaan tersebut.

Praktik pengunkapan modal intelektual di Indonesia masih bersifat sukarela.

Penelitian terhadap modal intelektual lebih kepada cara pengukuran dibanding dengan

pelaporannya. Peraturan baku yang mewajibkan perusahaan dalam melaporkan modal

intelektual yang dimilikinya belum ada. Pendekatan yang pantas digunakan untuk

meningkatkan kualitas laporan keuangan adalah dengan mendorong peningkatan

informasi ICD (Wardhani, 2014).

Wicaksana, 2011) memberikan lima alasan mengapa perusahaan wajib

mengungkapkan Intellectual Capital (IC), yaitu :

1. ICD dapat membantu organisasi meumuskan strategi bisnis. Dengan mengientifikasi

dan mengembangkan IC suatu organisasi untuk mendapatkan competitive advantage.

2. ICD dapat membawa pada pengembangan indikator-indikator kunci prestasi

perusahaan yang akan membantu mengevaluasi hasil-hasil pencapaian strategi.


3. ICD dapat membantu mengevaluasi merger dan akuisisi perusahaan, khususnya untuk

menentukan harga yang dibayar oleh perusahaan pengakuisisi.

4. Menggunakan pelaporan IC non financial dapat dihubungkan dengan rencana intensif

dan kompensasi perusahaan. Alasan pertama sampai keempat, merupakan alasan

internal dari perusahaan dalam melaporkan IC.

5. Alasan ini merupakan alasan ini merupakan eksternal perusahaan yaitu

mengkomunukasikan pada stakeholder eksternal tentang intellectual propertyyang

dimiliki perusahaan.

Sedangkan Daniel Andiersen dalam Boedi (2010) mengajukan daftar yang lebih

pendek mengenai alasan-alasan perusahaan melaporkan intellectual capital yaitu untuk

meningkatkan manajemen perusahaan, untuk meningkatkan pelaporan eksternal dan untuk

memenuhi faktor-faktor perundang- undangan dan transaksi.

Menurut Abhayawansa (2011) pengungkapan intellectual capital dapat terbagi

menjadi tiga sudut pandang, yaitu kategori bukti, kategori pemberitaan, dan kategori

orientasi waktu. Kategori bukti (evidence) terdiri dari ketidaksinambungan, angka,

moneter, dan visual. Sedangkan kategori pemberitaan (news tenor) terbagi menjadi positif,

netral, dan negatif. Dan yang terakhir adalah kategori orientasi waktu (time orientation)

yang terbagi menjadi orientasi ke depan, orientasi atas masa lalu, waktu yang tidak

spesifik. Seperti yang tergambar dalam gambar dibawah ini


IC related text units and information

Topic Evidence Time Orientation News Tenor

Discursive (non- nuTmerical) Fordward looking Positive

3 main IC
categories and 34 IC subcategories
Numerical Past Oriented Negative
(non-monetary)

Monetary Non-time Neutral


(Numerical) Specific

Visual

Sumber : Abhayawansa (2011)

Gambar 2
Pola Pengungkapan Intellectual Capital

Berikut adalah penjelasan dari masing-masing kategori menurut Abhayawansa

(2011):

Tabel 3
Definisi operasional dari kategori bukti :
Kategori Definisi Operasional
Discursive (non- Subkategori intellectual capital diungkapkan dalam
numerical) narasi / bentuk tertulis saja atau sel dalam tabel yang
menyampaikan arti non - numerik dalam kaitannya
dengan subkategori intellectual capital
sesuai dengan kolom dan baris header.
Numerical (Non- informasi yang diungkapkan menggunakan
monetary) nomor yang sebenarnya. non – keuangan yang
alami untuk mengkomunikasikan atau
menekankan subkategori intellectual
capital .
Monetary Informasi yang diungkapkan menggunakan nomor
(numerical) yang sebenarnya keuangan yang alami untuk
mengkomunikasikan atau
menekankan subkategori intellectual capital .
Visuals Subkategori intellectual capital dikomunikasikan
melalui grafik,
atau diagram .
Sumber : Abhayawansa (2011)

Tabel 4
Definisi Operasional dan contoh dari ketegori pemberitaan

Kategori Definisi Operasional Contoh


Positive Informasi tentang manfaat • Perusahaan mendominasi pasar Australia
atau keuntungan potensial dan juga sebagian besar pasar game
dari intellectual capital internasional (Aristocrat Leisure Ltd) .
perusahaan, pemanfaatan • BBG memiliki lebih dari 3.000 rekening
menguntungkan dari nasabah global yang terfragmentasi dan
intellectual capital menyediakan BBG dengan kekuatan pasar
perusahaan dan mengacu yang signifikan ( Billabong International
intellectual capital sebagai Ltd ).
indikasi kekuatanperusahaan. • BBG baru saja meluncurkan sepatu
Element bermerek di AS dan
mengharapkan produk menjadi top - tiga
penjual dari waktu ke waktu ( Billabong
International Ltd ).
Negative Informasi tentang perusahaan • Daya tarik merek BBG adalah lebih
kurang menerapkan terbatas di Eropa mengingat perbedaan
intellectual capital , bukan budaya dan musiman ( Billabong
berasal tingkat yang International Ltd ).
diharapkan atau wajar • Namun, tawaran - bola rendah
manfaat dari intellectual menegaskan kembali pandangan kami
capital , atau berada di posisi bahwa strategi akuisisi manajemen terlalu
yang kurang beruntung konservatif ( Sigma Pharmaceuticals Ltd ).
dibandingkan dengan • WOR telah mengalami kekurangan staf
perusahaan lain dalam teknik tetapi telah mengindikasikan bahwa
kaitannya dengan itu belum berdampak padapertumbuhan
kepemilikan atau ( WorleyParsons Ltd ) .
pemanfaatan intellectual
capital .
Neutral Informasi tentang • API merupakan perusahaan jasa
intellectual capital pada perawatan kesehatan terpadu dengan
sebuah perusahaan yang retail , grosir dan manufaktur kepentingan
positif maupun referensi di sektor kesehatan dankecantikan
negatif. ( Australia Pharmaceutical Industries
Ltd ) .
• Ken Talbot telah ditunjuk kepadaDewan
SDL ( Sundance Resources Limited ).
• menyumbang Pacific Sunwear bagi
sekitar 20 % dari penjualan BBG ini
( Billabong International Ltd ).

Sumber : Abhayawansa (2011)


Tabel 5
Definisi Operasional dan contoh dari ketegori orientasi waktu
Kategori Definisi Operasional Contoh
Forward Komunikasi di masa yang akan datang Munculnya ' partisipasi '
- looking akan menciptakan sebuah nilai bagi sebagai model penjualan
perusahaan melalui intellectual capital . akan terus memberikan
Kategori ini berisi unit text / item penghasilan diperluas
informasi yang berhubungan : dan margin , melalui
- Untuk investasi saat ini di intellectual penjualan Aristocrat
capital ; teknologi jackpot
- Saat ini atau masa lalu dari intellectual permainan ( Aristocrat
capital. manfaat / kerugian yang didapat Leisure
atau diharapkan, bertambah di masa Ltd ).
depan ;atau
Untuk intellectual capital yang
mungkin masih ada di masa
depankarenasaat ini atau masa
lalu intellectual capital .
- Ke depan informasi intellectual capital
umumnya dikomunikasikan
menggunakan orientasi masa yang akan
datang
Past-oriented Komunikasi dari nilai realisasi oleh Masalah-masalah yang
perusahaan sebagai akibat dari saat ini muncul merupakan
atau masa lalu intellectual capital . kelemahan laporan
Kategori ini berisi item unit teks / manajemen dan
informasi yang berhubungan dengan akuntabilitas dalam
manfaat saat ini diperoleh atau sudah perusahaan ( Aristocrat
diterima oleh sebuah perusahaan karena Leisure
saat ini atau masa lalu intellectual Ltd ).
capital , atau referensi untuk
intellectual capital dengan cara mencari
mundur.
Orientasi intellectual capital masa
lampau umumnya dikomunikasikan
menggunakan masa lalu .
Non- Sebuah referensi untuk intellectual Quiksilver menggunakan
time capital yang bukan sebuah kemajuan atau ' Roxy ' untuk
specific kemunduran dari pernyataan. Fitur utama memasarkan pakaian
dari konten dikategorikan di sini adalah surfing untuk perempuan
bahwa intellectual capital tidakterkait dan ' Quiksilver ' untuk
dengan nilai atau hasil lainnya . laki-laki ( Billabong
International Ltd ).

Sumber : Abhayawansa (2011)

Annual report merupakan sumber informasi yang penting tentang kinerja dan

prospek perusahaan bagi pemegang saham dan masyarakat sebagai salah satu dasar
pertimbangan dan pengambilan keputusan investasi Bapepam dan LK (2012). Selain

itu terdapat peluang pelaporan intellectual capital dengan format narasi dalam annual

report Beattie dan Thomson (2007).

Penelitian terhadap intellectual capital telah dilakukan oleh beberapa peneliti

terdahulu seperti yang dilakukan oleh Abeysekera dan Guthrie (2010) pada 30

perusahaan tingkat teratas yang terdaftar di Colombo Stock Exchange periode 1998-

2000 di Sri Lanka yang

menunjukkan hasil bahwa tidak ada kerangka dan pendekatan yang konsisten dalam

melaporkan intellectual capital. Hal yang sama juga ditunjukkan pada hasil penelitian

Guthrie dan Petty (2005). Selain itu, ditemukan bahwa meskipun perusahaan

menyatakan human capital merupakan aset yang terpenting, namun pada prakteknya

yang paling banyak di laporkan adalah external capital Abeysekera dan

Guthrie (2010)

Pada penelitian yang di lakukan oleh Guthrie, Petty dkk (2005) ditemukan

bahwa pelaporan intellectual capital lebih banyak dilakukan dalam ekspresi discursive

dibandingkan numerical dan rendahnya pengungkapan intellectual capital dalam

ekspresi kuantitatif mengkonfirmasi pandangan umum, bahwa perusahaan tidak

termotivasi untuk menetapkan nilai moneter (dolar value) untuk intellectual

capital.Pendekatan kualitatif merupakan pengembangan yang dilakukan dalam

pengukuran intellectual capital yang muncul akibat adanya pandangan bahwa

intellectual capital tidak dapat dilihat dari nilai moneternya serta adanya peluang
pelaporan intellectual capital dengan format narasi dalam laporan analisis seperti

contohnya annual report Beattie dan Thomson (2007).

7. Content Analysis

Pengungkapan intellectual capital dengan menggunakan pendekatan

kualitatif dapat dilakukan dengan Scorecard Method (SC) Sveiby (2008) dan Content

Analysis Abhayawansa (2011). Content analysis dapat digunakan dalam pengukuran

intellectual capital yang melibatkan analysis report Abhayawansa (2011). Menurut

Indriantoro dan Supomo (2012), content analysis merupakan metode pengumpulan

data penelitian melalui analisis terhadap isi atau pesan dari suatu dokumen yang

nantinya akan menghasilkan data dokumenter berupa kategori isi, telaah dokumen dan

pemberian kode berdasarkan karakteristik kejadian.

Content analysis banyak dilakukan untuk melakukan penelitian mengenai informasi

intellectual capital yang belum jelas ataupun belum sama sekali memaparkan

keputusan metodologis penting

Menurut Abhayawansa (2011), tujuan utama penggunaan metode content

analysis adalah untuk menyelidiki informasi analis atau pentingnya berbagai jenis

informasi. Content analysis dapat diterapkan dalam pengukuran intellectual capital

dengan menggunakan unit teks dalam narasi dan information item pada konten visual

yang merupakan kategori jumlah kata, yang dapat terdiri dari perhitungan banyaknya

kata, baris, paragraf, atau halaman laporan atau data sekunder yang akan diteliti yang

berkaitandengan item-item intellectual capital yang telah ditentukan diawal penelitian

Abeysekera dan Guthrie (2015), Beattie dan Thomson (2007, Abhayawansa (2011)

8. Perusahaan High IC Intensive


Menurut Marisanti (2012), industri intensif intelektual capital, akan

mengungkapkan lebih banyak mengenai modal intelektual dibandingkan industri yang

mengandalkan aset berwujud untuk memperoleh laba. Berdasarkan intellectual

capital intensity, Global Industry Classification Standard (GICS) mengelompokkan

industri menjadi 2 yaitu high IC intensive industry dan low IC intensive industry.

GICS adalah sebuah standar pengelompokan industri yang dikembangkan oleh

Stanley Capital Internasional dan S&P untuk kepentingan komunitas keuangan global.

Menurut GICS, high IC intensive industry adalah kelompok industri yang telah

mampu mengembangkan dan memanfaatkan modal intelektualnya dengan baik

sehingga bisa menciptakan nulai tambah dan keunggulan kompetitif perusahaan.

Perusahaan dengan klasifikasi high IC intensive industry akan melakukan

pengungkapan modal intelektual lebih tingi dibandingkan dengan perusahaan low IC

intensive industry.

Perusahaan dengan kategori high IC intensive industry, seperti ototmotif,

konstruksi, industri pembuat perangkat lunak, dan perusahaan teknologi akan lebih

banyak mendapat perhatian intensif dari shareholdersdaripada perusahaan lainnya.

Perusahaan yang memiliki teknologi tinggi dalam pengembangan produk dan aktivitas

perusahaannya dipandang melakukan investasi yang tinggi dalam modal intelektual

(Sawarjuwono, 2010).

Investasi dalam modal intelektual tersebut terutama dilakukan dalam sumber

daya manusia, pengetahuan, keterampilan, brand, programuntuk menambah loyalitas

pelanggan dan sebagainya. Oleh karena itu, perusahaan dengan intensif modal

intelektual akan cenderung mengungkapkan informasi tersebut kepada para

stakeholder.
Yuniasih (2010) menyatakan bahwa perusahaan yang tergolong perusahaan

dengan pengetahuan tinggi (highly knowledge based industry) melakukan

pengungkapan modal intelektual lebih banyak dibandingkan perusahaan dengan

pengetahuan rendah. Hal ini dilakukan perusahaan untuk membangun dan

mempertahankan citra, kepentingan pribadi dan mengurangi tekanan dari

stakeholders.

Anda mungkin juga menyukai