FRAKTUR
A. Pendahuluan
Saat ini penyakit muskuloskeletal telah menjadi masalah yang banyak
dijumpai di pusat- pusat pelayanan kesehatan di seluruh dunia. Bahkan WHO
telah menetapkan dekade ini (2000-2010) menjadi dekade tulang dan
persendian. Masalah pada tulang yang mengakibatkan keparahan disabilitas
adalah fraktur. Fraktur merupakan kondisi terputusnya kontinuitas jaringan
tulang yang umumnya disebabkan trauma langsung maupun tidak langsung.
Dengan makin pesatnya kemajuan lalu lintas baik dari segi jumlah pemakai
jalan, jumlah pemakai kendaraan, jumlah pemakai jasa angkutan,
bertambahnya jaringan jalan dan kecepatan kendaraan maka mayoritas
terjadinya fraktur adalah kecelakaan lalu lintas. Sementara trauma – trauma
lain yang dapat menyebabkan fraktur adalah jatuh dari ketinggian, kecelakaan
kerja dan cedera olah raga.
Badan kesehatan dunia (WHO) mencatat tahun 2005 terdapat lebih
dari 7 juta orang meninggal dikarenakan insiden kecelakaan dan sekitar 2 juta
orang mengalami kecacatan fisik. Salah satu insiden kecelakaan yang cukup
tinggi yakni insiden fraktur ekstremitas bawah, sekitar 46,2% dari insiden
kecelakaan yang terjadi.
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan
tulang dan/atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh tekanan yang
berlebihan. Trauma yang menyebabkan tulang patah dapat berupa trauma
langsung dan trauma tidak langsung.
Sedangkan fraktur terbuka merupakan suatu fraktur dimana terjadi
hubungan dengan lingkungan luar melalui kulit sehingga terjadi kontaminasi
bakteri sehingga timbul komplikasi berupa infeksi.
fraktur terbuka merupakan suatu keadaan darurat yang memerlukan
penanganan yang terstandar untuk mengurangi resiko infeksi. selain mencegah
infeksi juga diharapkan terjadi penyembuhan fraktur dan restorasi fungsi
1
anggota gerak. beberapa hal yang penting untuk dilakukan dalam
penanggulangan fraktur terbuka yaitu operasi yang dilakukan dengan segera,
secara hati-hati, debrideman yang berulang-ulang, stabilisasi fraktur,
penutupan kulit dan bone grafting yang dini serta pemberian antibiotik yang
adekuat.
B. Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal
Tulang tersusun atas sel, matriks protein dan deposit mineral. Sel-
selnya terdiri atas tiga jenis dasar yaitu osteoblas, osteosit dan osteoklas.
Osteoblas berfungsi dalam pembentukan tulang dengan mensekresikan
matriks tulang. Matriks tersusun atas 98% kolagen dan 2% subtansi dasar
(glukosaminoglikan, {asam polisakarida} dan proteoglikan). Matriks
merupakan kerangka dimana garam-garam mineral anorganik ditimbun.
Osteosit adalah sel dewasa yang terlibat dalam pemeliharaan fungsi tulang dan
terletak dalam osteon (unit matriks tulang). Osteoklas adalah sel multinuklear
( berinti banyak) yang berperan dalam penghancuran, resorpsi dan
remosdeling tulang.
2
Gambar 1 Anatomi tulang panjang (Anonim, 2007)
4
Faktor-faktor yang mengontrol Aktivitas osteoblas dirangsang oleh
olah raga dan stres beban akibat arus listrik yang terbentuk sewaktu stres
mengenai tulang. Fraktur tulang secara drastis merangsang aktivitas osteoblas,
tetapi mekanisme pastinya belum jelas. Estrogen, testosteron, dan hormon
perturnbuhan adalah promotor kuat bagi aktivitas osteoklas dan merangsang
pertumbuhan tulang.
5
dari tangan bergantung pada fungsi pollex yang seperti penjepit yang memungkinkan
seseorang mencengkeram benda di antara pollex dan index.
Terdiri dari 8 buah tulang dan terletak dalam 2 baris. Baris I (deretan
proximal) : os scaphoideum (=os naviculare), os lunatum, os triquentrum
dan os pisiforme. Baris II (deretan distal) : os trapezium (= os multangulum
majus), os trapezoideum (=os multangulum minus), Os capitulum dan os
hamatum.Os scaphoideum membentuk tuberculum ossis scaphoidei. Os
trapeziummembentuk tuberculum ossis trapezii. Os hamatum membentuk hamalus
ossis hamati.Tonjolan-tonjolan ini bersama-sama dengan os pisiforme membentuk
eminentiae carpi yang membatasi sulcus carpi. Sulcus carpi ditutupi oleh ligamentum
carpi transcersumdan membentuk canalis carpi.Ossi carpi pada waktu lahir merupakan
tulang rawan. Os capitatum mengalamiossifikasi selama tahun pertama kehidupan, dan
tulang-tulang lainnya mengalamiossifikasi dengan berbagai interval waktu sampai
dengan berbagai interval waktu sampaiumur 12 tahun, pada usia ini semua tulang telah
mengalami ossifikasi.
6
Tulang proximal phalanges merupakan tulang pada jari tangan
yang menghubungkan jari dengan tulang metacarpus. Tulang hamate
bertugas dalam artikulasi tulang telapak tangan dengan jari ke-3 dan jari
kecil.
Tulang triquetral yang merupakan tulang terakhir pada bagian
posterior karpus. Tulang pisiform merupakan tulang paling kecil dari
telapak (karpal).
Tulang lunate yang berartikulasi dengan radius. Tulang trapezium
yang secara yang juga berhubungan dengan metakarpal.
Tulang lainnya yaitu capitate yang menghubungkan jari tengah
atau telunjuk dengan metakarpal serta tulang scaphoid yang juga
menghubungkan karpal dengan tulang radius.
D. Pengertian
7
retak atau patah yang dapat disebabkan oleh suatu trauma benda keras
secara mendadak dan tidak disengaja.
Fraktur terbuka merupakan suatu fraktur dimana terjadi hubungan
dengan lingkungan luar melalui kulit sehingga terjadi kontaminasi bakteri
sehingga timbul komplikasi berupa infeksi. luka pada kulit dapat berupa
tusukan tulang yang tajam keluar menembus kulit atau dari luar oleh
karena tertembus misalnya oleh peluru atau trauma langsung
Fraktur terbuka merupakan suatu keadaan darurat yang
memerlukan penanganan yang terstandar untuk mengurangi resiko infeksi.
selain mencegah infeksi juga diharapkan terjadi penyembuhan fraktur dan
restorasi fungsi anggota gerak. beberapa hal yang penting untuk dilakukan
dalam penanggulangan fraktur terbuka yaitu operasi yang dilakukan
dengan segera, secara hati-hati, debrideman yang berulang-ulang,
stabilisasi fraktur, penutupan kulit dan bone grafting yang dini serta
pemberian antibiotik yang adekuat (chairuddin rasjad,2008).
Patah tulang terbuka adalah patah tulang dimana fragmen tulang
yang bersangkutan sedang atau pernah berhubungan dunia luar (PDT
ortopedi,2008)
E. Klasifikasi
Patah tulang dapat dibagi menurut ada tidaknya hubungan antara
patahan tulang dengan dunia luar, yaitu:
1. Fraktur tertutup yaitu fraktur tanpa adanya komplikasi, kulit masih
utuh, tulang tidak menonjol melalui kulit.
2. Fraktur terbuka yaitu fraktur yang merusak jaringan kulit, karena
adanya hubungan dengan lingkungan luar, maka fraktur terbuka
potensial terjadi infeksi.
Fraktur terbuka merupakan suatu fraktur dimana terjadi
hubungan dengan lingkungan luar melalui kulit sehingga terjadi
kontaminasi bakteri sehingga timbul komplikasi berupa infeksi. luka
pada kulit dapat berupa tusukan tulang yang tajam keluar menembus
8
kulit atau dari luar oleh karena tertembus misalnya oleh peluru atau
trauma langsung.
Fraktur terbuka merupakan suatu keadaan darurat yang
memerlukan penanganan yang terstandar untuk mengurangi resiko
infeksi. selain mencegah infeksi juga diharapkan terjadi penyembuhan
fraktur dan restorasi fungsi anggota gerak. beberapa hal yang penting
untuk dilakukan dalam penanggulangan fraktur terbuka yaitu operasi
yang dilakukan dengan segera, secara hati-hati, debrideman yang
berulang-ulang, stabilisasi fraktur, penutupan kulit dan bone grafting
yang dini serta pemberian antibiotik yang adekuat.
F. Etiologi
Cedera dan benturan seperti pukulan langsung, gaya meremuk,
gerakan puntir mendadak, kontraksi otot ekstrim. Penyebab fraktur
adalah :
1. Kekerasan langsung : Kekerasan langsung menyebabkan patah tulang
pada titik terjadinya kekerasan. Fraktur demikian sering bersifat fraktur
terbuka dengan garis patah melintang atau miring.
2. Kekerasan tidak langsung: Kekerasan tidak langsung menyebabkan
patah tulang ditempat yang jauh dari tempat terjadinya kekerasan.
Yang patah biasanya adalah bagian yang paling lemah dalam jalur
hantaran vektor kekerasan.
9
3. Kekerasan akibat tarikan otot: Patah tulang akibat tarikan otot sangat
jarang terjadi. Kekuatan dapat berupa pemuntiran, penekukan,
penekukan dan penekanan, kombinasi dari ketiganya, dan penarikan.
G. Patofisiologi
Fraktur ganggguan pada tulang biasanya disebabkan oleh trauma
gangguan adanya gaya dalam tubuh, yaitu stress, gangguan fisik,
gangguan metabolic, patologik. Kemampuan otot mendukung tulang
turun, baik yang terbuka ataupun tertutup. Kerusakan pembuluh darah
akan mengakibatkan pendarahan, maka volume darah menurun. COP
(Cardiac Out Put) menurun maka terjadi perubahan perfusi jaringan.
Hematoma akan mengeksudasi plasma dan poliferasi menjadi edem lokal
maka penumpukan di dalam tubuh.
Fraktur terbuka atau tertutup akan mengenai serabut saraf yang
dapat menimbulkan ganggguan rasa nyaman nyeri. Selain itu dapat
mengenai tulang dan dapat terjadi revral vaskuler yang menimbulkan nyeri
gerak sehingga mobilitas fisik terganggau. Disamping itu fraktur terbuka
dapat mengenai jaringan lunak yang kemungkinan dapat terjadi infeksi
dan kerusakan jaringan lunak akan mengakibatkan kerusakan integritas
kulit. Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma
gangguan metabolik, patologik yang terjadi itu terbuka atau tertutup. Baik
fraktur terbuka atau tertutup akan mengenai serabut syaraf yang dapat
menimbulkan gangguan rasa nyaman nyeri. Selaian itu dapat mengenai
tulang sehingga akan terjadi neurovaskuler yang akan menimbulkan nyeri
gerak sehingga mobilitas fisik terganggu, disamping itu fraktur terbuka
dapat mengenai jaringan lunak yang kemungkinan dapat terjadi infeksi
terkontaminasi dengan udara luar. Pada umumnya pada pasien fraktur
terbuka maupun tertutup akan dilakukan immobilitas yang bertujuan untuk
mempertahankan fragmen yang telah dihubungkan tetap pada tempatnya
sampai sembuh.
10
H. Tanda Dan Gejala
a. Deformitas atau pemendekan.
b. Bengkak atau edema.
c. Echimosis (Memar).
d. Spasme otot karena kontraksi otot involunter disekitar fraktur.
e. Nyeri karena kerusakan jaringan.
f. Kurang atau hilang sensasi karena ada gangguan saraf dimana ini
terputus atau terjepit di fragmen tulang.
g. Krepitasi adalah suara berderik yang dapat didengarkan pada gerakan
ujung patahan tulang.
h. Pergerakan abnormal.
i. Hasil foto rontgen yang abnormal
I. Komplikasi fraktur terbuka
1) Komplikasi Awal
a. Kerusakan Arteri
b. Kompartement Syndrom
Kompartement Syndrom merupakan komplikasi serius yang terjadi
karena terjebaknya otot, tulang, saraf, dan pembuluh darah dalam
jaringan parut. Ini disebabkan oleh oedema atau perdarahan yang
menekan otot, saraf, dan pembuluh darah.
d. Infeksi
Pada trauma orthopedi infeksi dimulai pada kulit (superficial) dan
masuk ke dalam. Ini biasanya terjadi pada kasus fraktur terbuka,
11
tapi bisa juga karena penggunaan bahan lain dalam pembedahan
seperti pin dan plat.
e. Avaskuler Nekrosis
Avaskuler Nekrosis (AVN) terjadi karena aliran darah ke tulang
rusak atau terganggu yang bisa menyebabkan nekrosis tulang dan
diawali dengan adanya Volkman’s Ischemia.
f. Shock
Shock terjadi karena kehilangan banyak darah dan meningkatnya
permeabilitas kapiler yang menyebabkan menurunnya oksigenasi.
Ini biasa terjadi pada fraktur.
b. Nonunion
Nonunion merupakan kegagalan fraktur berkonsolidasi dan
memproduksi sambungan yang lengkap, kuat, dan stabil setelah 6-
9 bulan. Nonunion ditandai dengan adanya pergerakan yang
berlebih pada sisi fraktur yang membentuk sendi palsu atau
pseudoarthrosis. Ini juga disebabkan karena aliran darah yang
kurang.
c. Malunion
Malunion merupakan penyembuhan tulang ditandai dengan
meningkatnya tingkat kekuatan dan perubahan bentuk
(deformitas). Malunion dilakukan dengan pembedahan dan
reimobilisasi yang baik.
12
J. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan roentgen : Menentukan lokasi/luasnya fraktur/trauma
2. Skan tulang, tomogram, skan CT/MRI : memperlihatkan fraktur, juga
dapat di gunakan untuk mengidentifikasi jaringan lunak
3. Arteriogram : Dilakukan bila kerusakan vaskuler dicurigai.
4. Hitung darah lengkap: Ht mungkin meningkat (hemokonsentrasi).
Peningkatan jumlah SOP adalah respon stress setelah trauma.
5. Kreatinin : Trauma otot meningkatkan beban kreatinin untuk kirens
ginjal.
6. Profil koagulasi : Perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah,
transfuse multiple atau cedera hati.
K. Penatalaksanaan
a. Fraktur Terbuka
Merupakan kasus emergensi karena dapat terjadi kontaminasi oleh
bakteri dan disertai perdarahan yang hebat dalam waktu 6-8 jam
(golden period). Kuman belum terlalu jauh meresap dilakukan:
1) Pembersihan luka
2) Exici
3) Hecting situasi
4) Antibiotik
b. Seluruh Fraktur
1) Rekognisis/Pengenalan
Riwayat kejadian harus jelas untuk mentukan diagnosa dan
tindakan selanjutnya.
2) Reduksi/Manipulasi/Reposisi
Upaya untuk memanipulasi fragmen tulang sehingga kembali
seperti semula secara optimun. Dapat juga diartikan Reduksi
fraktur (setting tulang) adalah mengembalikan fragmen tulang
pada kesejajarannya dan rotasfanatomis (Brunner dan Suddart,
2001).
13
Reduksi tertutup, traksi, atau reduksi terbuka dapat dilakukan
untuk mereduksi fraktur. Pada kebanyakan kasus, reduksi
tertutup dilakukan dengan mengembalikan fragmen tulang
keposisinya (ujung-ujungnya saling berhubungan) dengan
manipulasi dan traksi manual.
4) Rehabilitasi
Menghindari atropi dan kontraktur dengan fisioterapi. Segala
upaya diarahkan pada penyembuhan tulang dan jaringan lunak.
Reduksi dan imobilisasi harus dipertahankan sesuai kebutuhan.
14
Ada lima stadium penyembuhan tulang, yaitu:
a). Stadium Satu (Pembentukan Hematoma)
15
Sementara tulang yang imatur (anyaman tulang ) menjadi lebih
padat sehingga gerakan pada tempat fraktur berkurang pada 4
minggu setelah fraktur menyatu.
16
L. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan dalam proses
keperawatan, untuk itu diperlukan kecermatan dan ketelitian tentang
masalah-masalah klien sehingga dapat memberikan arah terhadap tindakan
keperawatan. Keberhasilan proses keperawatan sangat bergantung pada
tahap ini. Tahap ini terdiri atas:
a. Biodata
Identitas klien meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama,
status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi, golongan darah,
no. register, tanggal MRS, diagnosa medis dan identitas penanggung
jawab selama klien di rawat.
b. Keluhan Utama
Pada umumnya keluhan utama pada kasus fraktur adalah rasa nyeri.
Nyeri tersebut bisa akut atau kronik tergantung dan lamanya serangan.
Untuk memperoleh pengkajian yang lengkap tentang rasa nyeri klien
digunakan:
17
(5) Time: berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah
bertambah buruk pada malam hari atau siang hari (Depkes,
1995)
c. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Kesehatan Sekarang
Pengumpulan data yang dilakukan untuk menentukan sebab dari
fraktur, yang nantinya membantu dalam membuat rencana
tindakan terhadap klien. Ini bisa berupa kronologi terjadinya
penyakit tersebut sehingga nantinya bisa ditentukan kekuatan
yang terjadi dan bagian tubuh mana yang terkena. Selain itu,
dengan mengetahui mekanisme terjadinya kecelakaan bisa
diketahui luka kecelakaan yang lain.
3) Riwayat Keluarga
Pengkajian riwayat keluarga dilakukan untuk menemukan apakah
ada penyakit degenaratif dalam keluarga klien dengan
menggunakan genogram 3 generasi.
2) Sirkulasi
18
Tanda : Hipertensi atau hipotensi, takikardi, penurunan atau
tidak ada nadi pada bagian distal yang cedera,
pengisian kapiler lambat, pucat pada bagian yang
terkena, pembengkakan jaringan, dan hematom pada
area cedera.
3) Neurosensori
Gejala : Hilang gerakan atau sensasi, spasme otot, Kesemutan
(parastesia).
5) Keamanan
Tanda : Laserasi kulit, avulsi jaringan, pendarahan, perubahan
warna, pembengkakan lokal (dapat meningkat secara
bertahap atau tiba-tiba) (Doenges, 2000)
19
3. Diagnosa Keperawatan
Adapun diagnosa keperawatan yang lazim dijumpai pada klien fraktur
adalah sebagai berikut:
a. Nyeri akut b/d spasme otot, gerakan fragmen tulang, edema, cedera
jaringan lunak, pemasangan traksi, stress/ansietas.
b. Risiko disfungsi neurovaskuler perifer b/d penurunan aliran darah
(cedera vaskuler, edema, pembentukan trombus)
c. Gangguan pertukaran gas b/d perubahan aliran darah, emboli,
perubahan membran alveolar/kapiler (interstisial, edema paru,
kongesti)
d. Gangguan mobilitas fisik b/d kerusakan rangka neuromuskuler, nyeri,
terapi restriktif (imobilisasi)
e. Gangguan integritas kulit b/d fraktur terbuka, pemasangan traksi (pen,
kawat, sekrup)
f. Risiko infeksi b/d ketidakadekuatan pertahanan primer (kerusakan
kulit, taruma jaringan lunak, prosedur invasif/traksi tulang)
g. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan
pengobatan b/d kurang terpajan atau salah interpretasi terhadap
informasi, keterbatasan kognitif, kurang akurat/lengkapnya informasi
yang ada.
4. Intervensi Keperawatan
a. Nyeri akut b/d spasme otot, gerakan fragmen tulang, edema, cedera
jaringan lunak, pemasangan traksi, stress/ansietas.
Tujuan: Klien mengataka nyeri berkurang atau hilang dengan
menunjukkan tindakan santai, mampu berpartisipasi dalam
beraktivitas, tidur, istirahat dengan tepat, menunjukkan
penggunaan keterampilan relaksasi dan aktivitas terapeutik
sesuai indikasi untuk situasi individual.
20
INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL
21
b. Risiko disfungsi neurovaskuler perifer b/d penurunan aliran darah
(cedera vaskuler, edema, pembentukan trombus)
INTERVENSI RASIONAL
Hindarkan restriksi sirkulasi akibat Meningkatkan sirkulasi
tekanan bebat/spalk yang terlalu ketat. darah dan mencegah
kekakuan sendi.
Pertahankan letak tinggi ekstremitas yang Mencegah stasis vena dan
cedera kecuali ada kontraindikasi adanya sebagai petunjuk perlunya
sindroma kompartemen. penyesuaian keketatan
bebat/spalk.
Berikan obat antikoagulan (warfarin) bila Meningkatkan drainase vena
diperlukan. dan menurunkan edema
kecuali pada adanya keadaan
hambatan aliran arteri yang
menyebabkan penurunan
perfusi.
Mungkin diberikan sebagai
upaya profilaktik untuk
menurunkan trombus vena.
Pantau kualitas nadi perifer, aliran Mengevaluasi
kapiler, warna kulit dan kehangatan kulit perkembangan masalah klien
distal cedera, bandingkan dengan sisi dan perlunya intervensi
yang normal. sesuai keadaan klien.
22
c. Gangguan pertukaran gas b/d perubahan aliran darah, emboli,
perubahan membran alveolar/kapiler (interstisial, edema paru, kongesti)
Tujuan : Klien akan menunjukkan kebutuhan oksigenasi terpenuhi
dengan kriteria klien tidak sesak nafas, tidak cyanosis analisa
gas darah dalam batas normal
23
d. Gangguan mobilitas fisik b/d kerusakan rangka neuromuskuler, nyeri,
terapi restriktif (imobilisasi)
Tujuan : Klien dapat meningkatkan/mempertahankan mobilitas pada
tingkat paling tinggi yang mungkin dapat mempertahankan
posisi fungsional meningkatkan kekuatan/fungsi yang sakit
dan mengkompensasi bagian tubuh menunjukkan tekhnik
yang memampukan melakukan aktivitas
24
penyembuhan dan mem-pertahankan
fungsi fisiologis tubuh.
8. Kolaborasi pelaksanaan Kerjasama dengan fisioterapis perlu
fisioterapi sesuai indikasi. untuk menyusun program aktivitas
fisik secara individual.
9. Evaluasi kemampuan mobilisasi Menilai perkembangan masalah
klien dan program imobilisasi. klien.
25
f. Risiko infeksi b/d ketidakadekuatan pertahanan primer (kerusakan
kulit, taruma jaringan lunak, prosedur invasif/traksi tulang
Tujuan : Klien mencapai penyembuhan luka sesuai waktu, bebas drainase
purulen atau eritema dan demam.
26
INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL
1. Kaji kesiapan klien Efektivitas proses pemeblajaran
mengikuti program dipengaruhi oleh kesiapan fisik dan
pembelajaran. mental klien untuk mengikuti
program pembelajaran.
Meningkatkan partisipasi dan
2. Diskusikan metode mobilitas kemandirian klien dalam perencanaan
dan ambulasi sesuai program dan pelaksanaan program terapi fisik.
terapi fisik. Meningkatkan kewaspadaan klien
3. Ajarkan tanda/gejala klinis untuk mengenali tanda/gejala dini
yang memerluka evaluasi medik yang memerulukan intervensi lebih
(nyeri berat, demam, perubahan lanjut.
sensasi kulit distal cedera) Upaya pembedahan mungkin
4. Persiapkan klien untuk diperlukan untuk mengatasi masalah
mengikuti terapi pembedahan sesuai kondisi klien.
bila diperlukan.
5. Implementasi
Merupakan tahap dimana rencana keperawatan dilaksanakan sesuai
dengan intervensi. Tujuan dari implementasi adalah memabantu klien dalam
mencapai peningkatan kesehatan baik yang dilakukan secara mandiri maupun
kolaborasi dan rujukan.
6. Evaluasi
Merupakan tahap akhir yang bertujuan untuk mencapai kemampuan
klien dan tujuan dengan melihat perkembangan klien. Evaluasi klien fraktur
dilakukan berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya yaitu:
27
f). Infeksi tidak terjadi.
g). Meningkatnya pemahaman klien terhadap penyakit yang dialami.
28
DAFTAR PUSTAKA
Anonym,https://artikelbermutu.com/2014/06/tulang-tangan-manusia.html, diakses
tgl 04/01/2017
Anonym https://www.scribd.com/doc/102164507/ANATOMI-TANGAN, diakses
tgl 04/01/2017
Anonym , https://doktermaya.wordpress.com/2011/10/26/fraktur-terbuka/, diakses
tgl 04/01/2017
Corwin, E, (2008), Buku Saku Patofisiologi, Jakarta, EGC
29
M. Penyimpangan KDM
Trauma langsung trauma tidak langsung kondisi
psikologis
fraktur
Gang. Neurovaskuler Pembuluh darah robek Spasme otot Keterbatasan kognitif hematoma Diskontuinitas tulang
perdarahan
Salah interpretasi informasi
Kurang pengetahuan
deformitas
Intoleransi aktifitas
Resiko infeksi hipoksia
Gang. fungsi
nekrosis
Gang.mobilitas fisik
30