Anda di halaman 1dari 21

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN

KEHAMILAN EKTOPIK

Disusun oleh :
Kelompok
Parulian Gultom ( 120114065 )
Meggy Sumarno ( 120114073 )
Febriany cakrawedana ( 120114059 )
Janasiska Kausuhe ( 120114076 )
Kelas : A2
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
MANADO
2014
KATA PENGANTAR
1

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. karena,
berkat rahmat dan karuniaNya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
asuhan keperawatan klien dengan kehamilan ektopik tepat pada waktunya.
Kami mengakui bahwa setiap manusia mempunyai keterbatasan dalam
berbagai hal, begitu juga dengan kami dalam penyusunan makalah ini masih
banyak kekurangan. Tapi kami sudah berusaha semaksimal mungkin sesuai
dengan kemampuan yang kami miliki.
Demikian, semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis dan
pembaca pada umumnya. Kami mengharapkan berbagai kritik dan saran agar
kami dapat memperbaiki kesalahan untuk lebih baik ke depannya.

Manado, Oktober 2014


Penyusun

Kelompok 6

DAFTAR ISI

Kata Pengantar

...2

Daftar Isi

.3

BAB I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang

..4

1.2 Tujuan

..5

BAB II Pembahasan
2.1 Konsep Medis Kehamilan Ektopik

..6

2.2 Konsep Asuhan Keperawatan Kehamilan Ektopik

....20

BAB III Penutup


3.1 Kesimpulan

17

3.2 Saran

17

Daftar Pustaka

18

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
3

Kehamilan ektopik adalah suatu kehamilan dimana sel telur yang dibuahi
berimplantasi dan tumbuh di luar endometrium kavum uteri. Kehamilan
ektopik dapat mengalami abortus atau ruptur pada dinding tuba dan peristiwa
ini disebut sebagai Kehamilan Ektopik Terganggu. Sebagian besar kehamilan
ektopik terganggu berlokasi di tuba (90%) terutama di ampula dan isthmus.
Sangat jarang terjadi di ovarium, rongga abdomen, maupun uterus. Keadaankeadaan yang memungkinkan terjadinya kehamilan ektopik adalah penyakit
radang panggul, pemakaian antibiotika pada penyakit radang panggul,
pemakaian alat kontrasepsi dalam rahim IUD (Intra Uterine Device), riwayat
kehamilan ektopik sebelumnya, infertilitas, kontrasepsi yang memakai
progestin dan tindakan aborsi.
Gejala yang muncul pada kehamilan ektopik terganggu tergantung lokasi
dari implantasi. Dengan adanya implantasi dapat meningkatkan vaskularisasi
di tempat tersebut dan berpotensial menimbulkan ruptur organ, terjadi
perdarahan masif, infertilitas, dan kematian.Hal ini dapat mengakibatkan
meningkatnya angka mortalitas dan morbiditas ibu jika tidak mendapatkan
penanganan secara tepat dan cepat. Insiden kehamilan ektopik terganggu
semakin meningkat pada semua wanita terutama mereka yang berumur lebih
dari 30 tahun.
1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan kehamilan ektopik.
2. Untuk mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan kehamilan
ektopik.
3. Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan yang bisa diberikan pada
klien dengan kehamilan ektopik
BAB II
PEMBAHASAN
Konsep Medis Kehamilan Ektopik
4

1.1 Pengertian
Istilah ektopik berasal dari bahasa Inggris, ectopic, dengan akar kata dari
bahasa Yunani, topos yang berarti tempat.Jadi istilah ektopik dapat diartikan
berada

di

luar

tempat

yang

semestinya.Apabila pada kehamilan


ektopik terjadi abortus atau pecah,
dalam hal ini dapat berbahaya bagi
wanita

hamil

tersebut

maka

kehamilan ini disebut kehamilan


ektopik terganggu.
Kehamilan
ektopik

adalah

implantasi dan pertumbuhan hasil


konsepsi

di

luar

endometrium

kavum uteri. (kapita selekta kedokteran,2001)


Kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan implantasi terjadi di luar
rongga uterus.Tuba fallopi merupakan tempat tersering untuk terjadinya
implantasi kehamilan ektopik (lebih besar dari 90 %). (Sarwono. 2002. Buku
Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal)
1.2 Klasifikasi
Kehamilan ektopik diklasifikasikan berdasarkan tempat implantasinya.
a. Kehamilan ektopik Tuba (>90%) dibagi lebih lanjut menurut bagian
anatomi yang terlibat : ampula (55%), ismus (25%), fimbria (25%),
interstisial (angular, kornu) 2% dan bilateral (sangat jarang).
b. Kehamilan Ovarium (0,5%) dapat terjadi setelah fertilisasi ovum yang
tidak di keluarkan.
c. Kehamilan abdominal (kira-kira 1/15.000 kehamilan) dapat terjadi
primer, dengan implantasi awal zigot di luar tuba (misal, pada hati)
atau sekunder karena ekspulsi atau ruptur kehamilan tuba.
d. Implantasi servikal (jarang) ditunjukan oleh serviks yang sangat
5

membesar (seringkali sebesar uterus tidak hamil), dikenal sebagai


tanda jam pasir. Tanda ini berupa serviks yang membesar dengan
banyak vaskularisasi dan perdarahan, dengan ostium interna yang rapat
dan celah pada ostium eksterna.
e. Kehamilan ektopik uterus (jarang) dapat terjadi pada implantasi dalam
kornu, divertikulum uteri, sakulasi uteri, kornu rudimeter atau dinding
otot (intramural).
f. Kehamilan intrauterin kombinasi (heteropik). Terjadi pada 1/17.00030.000 kehamilan.
g. Kemungkinan yang

jarang

lainnya

adalah

intra

ligamentum.

Kehamilan bahkan terjadi setelah histerektomi. (Ralph dan Martin,


Buku Saku Obstetri & Ginekologi : 306)
1.3 Etiologi

Sebagian besar penyebab tidak banyak diketahui,kemungkinan faktor yang


memegang peran adalah sebagai berikut :
a. Faktor tuba
Adanya peradangan atau infeksi pada tuba menyebabkan lumen tuba
menyempit atau buntu.Keadaan uterus yang mengalami hypoplasia dan
saluran tuba yang berkelok-kelok panjang dapat menyebabkan fungsi
silia tuba tidak berfungsi dengan baik. Juga pada keadaan pasca
operasi rekanalisasi tuba dapat merupakan predisposisi terjadinya
kehamian ektopik. Factor tuba yang lain adalah adanya kelainan
endometriosis tuba atau difertikel saluran tuba yang bersifat
kongenital. Adanya tumor di sekitar saluran tuba, misalnya mioma
uteri atau tumor ovarium yag menyebabkan perubahan bentuk dan
potensi tuba juga dapat menjadi etiologic kehamilan ektopik.
b. Faktor abnormalitas dari zigot
Apabila tumbuh terlalu cepat atau tumbuh dengan ukuran besar maka
zigot akan tersendat dalam perjalanan pada saat melalui tuba,
kemudian terhenti dan tumbuh di saluran tuba.
c. Faktor ovarium
Bila ovarium memproduksi ovum dan ditangkap oleh tuba yang
kontralateral dapat membutuhkan proses khusus atau waktu yang lebih
panjang sehingga kemungkinan terjadinya kehamilan ektopik lebih
besar.
d. Faktor hormonal
Pada akseptor, pil kb yang hanya mengandung progesterone dapat
menyebabkan terjadinya kehamilan ektopik karena dapat mengganggu
pergerakan sel rambut silia di saluran tuba yang membawa sel telur
yang sudah dibuahi untuk berimplantasi ke dalam rahim.
e. Faktor lain
7

Termaksud disini antara lain adalah pemakaian IUD dimana proses


peradangan yang dapat timbul pada endometrium dan endosapling
dapat menyebabkan kehamilan ektopik. Factor umur penderita yang
sudah menua dan factor perokok juga sering dihubungkan dengan
terjadinya kehamilan ektopik.
1.4 Manifestasi klinis
Gambaran klinik kehamilan ektopik sangat bervariasi tergantung dari ada
tidaknya ruptur. Triad klasik dari kehamilan ektopik adalah nyeri, amenorrhea,
dan perdarahan per vaginam. Pada setiap pasien wanita dalam usia
reproduktif, yang datang dengan keluhan amenorrhea dan nyeri abdomen
bagian bawah, harus selalu dipikirkan kemungkinan terjadinya kehamilan
ektopik. Selain gejala-gejala tersebut, pasien juga dapat mengalami gangguan
vasomotor berupa vertigo atau sinkop, nausea, payudara terasa penuh, fatigue,
nyeri abdomen bagian bawah,dan dispareuni. Dapat juga ditemukan tanda
iritasi diafragma bila perdarahan intraperitoneal cukup banyak, berupa kram
yang berat dan nyeri pada bahu atau leher, terutama saat inspirasi.
Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan nyeri tekan pelvis, pembesaran
uterus, atau massa pada adnexa.
Pada pemeriksaan vaginal, timbul nyeri jika serviks digerakkan, kavum
Douglas menonjol dan nyeri pada perabaan. Pada umumnya pasien
menunjukkan gejala kehamilan muda, seperti nyeri di perut bagian bawah,
vagina uterus membesar dan lembek, yang mungkin tidak sesuai dengan usia
kehamilan. Tuba yang mengandung hasil konsepsi menjadi sukar diraba
karena lembek. Nyeri merupakan keluhan utama. Pada ruptur, nyeri terjadi
secara tiba-tiba dengan intensitas tinggi disertai perdarahan, sehingga pasien
dapat jatuh dalam keadaan syok. Perdarahan per vaginam menunjukkan terjadi
kematian janin. Amenorrhea juga merupakan tanda penting dari kehamilan
8

ektopik. Namun sebagian pasien tidak mengalami amenorrhea karena


kematian janin terjadi sebelum haid berikutnya.
1.5 Patofisiologi
Proses implantasi ovum di tuba pada dasarnya sama dengan yang terjadi di
kavum uteri. Telur di tuba bernidasi secara kolumnar atau interkolumnar. Pada
nidasi secara kolumnar telur bernidasi pada ujung atau sisi jonjot endosalping.
Perkembangan telur selanjutnya dibatasi oleh kurangnya vaskularisasi dan
biasanya telur mati secara dini dan direabsorbsi. Pada nidasi interkolumnar,
telur bernidasi antara dua jonjot endosalping. Setelah tempat nidasi tertutup
maka ovum dipisahkan dari lumen oleh lapisan jaringan yang menyerupai
desidua dan dinamakan pseudokapsularis. Karena pembentukan desidua di
tuba

tidak sempurna maka dengan mudah vili khorealis menembus

endosalping dan masuk kedalam otot-otot tuba dengan merusak jaringan dan
pembuluh darah. Perkembangan janin selanjutnya tergantung dari beberapa
faktor, yaitu; tempat implantasi, tebalnya dinding tuba dan banyaknya
perdarahan yang terjadi oleh invasi trofoblas.
Di bawah pengaruh hormon esterogen dan progesteron dari korpus luteum
graviditi dan tropoblas, uterus menjadi besar dan lembek, endometrium dapat
berubah menjadi desidua. Beberapa perubahan pada endometrium yaitu; sel
epitel membesar, nukleus hipertrofi, hiperkromasi, lobuler, dan bentuknya
ireguler. Polaritas menghilang dan nukleus yang abnormal mempunyai
tendensi menempati sel luminal. Sitoplasma mengalami vakuolisasi seperti
buih dan dapat juga terkadang ditemui mitosis. Perubahan endometrium secara
keseluruhan disebut sebagai reaksi Arias-Stella. Setelah janin mati, desidua
dalam uterus mengalami degenerasi kemudian dikeluarkan secara utuh atau
berkeping-keping. Perdarahan yang dijumpai pada kehamilan ektopik

terganggu

berasal

dari

uterus

disebabkan

pelepasan

desidua

yang

degenerative.
Mengenai nasib kehamilan dalam tuba terdapat beberapa kemungkinan.
Karena tuba bukan tempat untuk pertumbuhan hasil konsepsi tidak mungkin
janin tumbuh secara utuh seperti dalam uterus.Sebagian besar kehamilan tuba
terganggu pada umur kehamilan antara 6 sampai 10 minggu.
a. Hasil konsepsi mati dini dan diresorbsi.
Ovum mati dan kemudian direasorbsi, dalam hal ini sering kali adanya
kehamilan tidak diketahui dan perdarahan dari uterus yang timbul sesudah
meninggalnya ovum dianggap sebagai haid yang datangnya agak
terlambat.
b. Abortus ke dalam lumen tuba.
Trofoblast dan villus korialisnya menembus lapisan pseudokapsularis, dan
menyebabkan timbulnya perdarahan dalam lumen tuba. Darah itu
menyebabkan pembesaran tuba (hematosalping) dan dapat pula mengalir
terus ke rongga peritoneum, berkumpul di kavum Douglasi dan
menyebabkan hematokele retrouterina.
c. Ruptur dinding tuba.
Ruptur tuba sering terjadi bila ovum berimplantasi pada ismus dan
biasanya pada kehamilan muda. Sebaliknya ruptur pada pars interstialis
terjadi pada kehamilan yang lebih lanjut. Faktor utama yang menyebabkan
ruptur ialah penembusan villi koriales ke dalam lapisan muskularis tuba
terus ke peritoneum.

10

1.6 Komplikasi
Komplikasi kehamilan ektopik dapat terjadi sekunder akibat kesalahan
diagnosis, diagnosis yang terlambat, atau pendekatan tatalaksana. Kegagalan
penegakan diagnosis secara cepat dan tepat dapat mengakibatkan terjadinya
ruptur tuba atau uterus, tergantung lokasi kehamilan dan hal ini dapat
menyebabkan perdarahan masif, syok, DIC, dan kematian. Komplikasi yang
timbul akibat pembedahan antara lain adalah perdarahan, infeksi, kerusakan
organ sekitar (usus, kandung kemih, ureter, dan pembuluh darah besar). Selain
itu ada juga komplikasi terkait tindakan anestesi.
1.7 Pemeriksaan Diagnostik
11

Berikut ini merupakan jenis pemeriksaan untuk membantu diagnsosi


kehamilan ektopik :
a. HCG-
Pengukuran subunit beta dari HCG (Human Chorionic GonadotropinBeta) merupakan tes laboratorium terpenting dalam diagnosis.
Pemeriksaan ini dapat membedakan antara kehamilan intrauterine
dengan kehamilan ektopik. Ibu hamil yang mengalami ektopik
biasanya kadar HCGnya tidak mengalami peningkatan
b. Kuldosintesis
Tindakan kuldosintesis atau punksi Douglas. Adanya yang diisap
berwarna hitam (darah tua) biarpun sedikit, membuktikan adanya
darah di kavum Douglasi.
c. Dilatasi dan Kuretase
Biasanya kuretase dilakukan setelah amenore terjadi perdarahan yang
cukup lama tanpa menemukan kelainan yang nyata di samping uterus.
d. Laparaskopi
Laparaskopi hanya digunakan sebagai alat bantu diagnosis terakhir
apabila hasil hasil penilaian prosedur diagnotik lain untuk kehamilan
ektopik terganggu meragukan. Namun beberapa dekade terakhir alat
ini juga dipakai untuk terapi.
e. Ultrasonografi
Keunggulan cara pemeriksaan ini terhadap laporaskopi ialah tidak
invasive, artinya tidak perlu memasukkan alat ke dalam rongga perut.
Dapat dinilai kavum uteri, kosong atau berisi, tebal endometrium,
adanya massa dikanan kiri uterus dan apakah kavum Douglas berisi
cairan.

12

f. Tes Oksitosin
Pemberian oksitosin dalam dosis kecil intravena dapat membuktikan
adanya kehamilan ektopik lanjut. Dengan pemeriksaan bimanual di
luar kantong janin dapat diraba suatu tumor.
g. Foto Rontgen
Tampak kerangka janin lebih tinggi letaknya dan berada dalam letak
paksa. Pada foto lateral tampak bagian- bagian janin menutupi vertebra
ibu. Memberikan gambaran kavum uteri kosong dan lebih besar dari
biasa, dengan janin diluar uterus.
1.8 Penatalaksanaan

13

Penanganan kehamilan ektropik pada umumnya adalalah laparotomi.


Dalam

tindakan

demikian

beberapa

hal

harus

diperhatikan

dan

dipertimbangkan, yaitu sebagai berikut :


a.
b.
c.
d.
e.
f.

Kondisi ibu pada saat itu.


Keinginan ibu untuk mempertahankan fungsi reproduksinya.
Lokasi kehamilan ektropik.
Kondisi anatomis organ pelvis.
Kemampuan teknik bedah mikro dokter.
Kemampuan teknologi fertilasi in vitro setempat.

Hasil pertimbangan ini menentukan apakah perlu dilakukan salpingektomi


pada kehamilan tuba atau dapat dilakukan pembedahan konservatif. Apakah
kondisi ibu buruk, misalnya dalam keadaan syok lebih baik dilakukan
salpingektomi. Pada kasus kehamilan ektropik di pars ampularis tuba yang
belum pecah biasanya ditangani dengan menggunakan kemoterapi untuk
menghindari tindakan pembedahan.
Karena kehamilan ektopik dapat mengancam nyawa, maka deteksi dini
dan pengakhiran kehamilan adalah tatalaksana yang disarankan. Pengakhiran
kehamilan dapat dilakukan melalui :
a. Obat-obatan
Dapat diberikan apabila kehamilan ektopik diketahui sejak dini. Obat yang
digunakan adalah methotrexate (obat anti kanker).
b. Operasi
Untuk kehamilan yang sudah berusia lebih dari beberapa minggu, operasi
adalah tindakan yang lebih aman dan memiliki angka keberhasilan lebih
besar daripada obat-obatan. Apabila memungkinkan, akan dilakukan
operasi laparaskopi.
Bila diagnosa kehamilan ektopik sudah ditegakkan, terapi definitif
adalah pembedahan :
a. Laparotomi : eksisi tuba yang berisi kantung kehamilan (salfingoovarektomi) atau insisi longitudinal pada tuba dan dilanjutkan
14

dengan pemencetan agar kantung kehamilan keluar dari luka insisi


dan kemudian luka insisi dijahit kembali.
b. Laparoskop : untuk mengamati tuba falopii dan bila mungkin
lakukan insisi pada tepi superior dan kantung kehamilan dihisap
keluar tuba.
Operasi Laparoskopik : Salfingostomi

Bila tuba tidak pecah dengan ukuran kantung kehamilan kecil


serta kadar -hCG rendah maka dapat diberikan injeksi
methrotexate ke dalam kantung gestasi dengan harapan bahwa
trofoblas dan janin dapat diabsorbsi atau diberikan injeksi
methrotexate 50 mg/m3 intramuskuler.
15

Syarat pemberian methrotexate pada kehamilan ektopik :


1. Ukuran kantung kehamilan
2. Keadaan umum baik (hemodynamically stabil)
3. Tindak lanjut (evaluasi) dapat dilaksanakan dengan baik
Kontraindikasi pemberian Methrotexate :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Laktasi
Status Imunodefisiensi
Alkoholisme
Penyakit ginjal dan hepar
Diskrasia darah
Penyakit paru aktif
Ulkus peptikum

Pasca terapi konservatif atau dengan methrotexate, lakukan


pengukuran serum hCG setiap minggu sampai negatif. Bila perlu
lakukan second look operation.

16

1.9

Pe
nc
en
ga
ha
n

Berhenti merokok akan menurunkan risiko kehamilan ektopik. Wanita


yang merokok memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk mengalami
kehamilan ektopik. Berhubungan seksual secara aman seperti menggunakan
kondom akan mengurangi risiko kehamilan ektopik dalam arti berhubungan seks
secara aman akan melindungi seseorang dari penyakit menular seksual yang pada
akhirnya dapat menjadi penyakit radang panggul. Penyakit radang panggul dapat
menyebabkan jaringan parut pada saluran tuba yang akan meningkatkan risiko
terjadinya kehamilan ektopik.
Kita tidak dapat menghindari 100% risiko kehamilan ektopik, namun kita
dapat mengurangi komplikasi yang mengancam nyawa dengan deteksi dini dan
tatalaksana secepat mungkin. Jika kita memiliki riwayat kehamilan ektopik
sebelumnya, maka kerjasama antara dokter dan ibu sebaiknya ditingkatkan untuk
mencegah komplikasi kehamilan ektopik.
1.10

Diagnosis Banding
a. Infeksi pelvik
b. Abortus iminens atau insipiens
c. Torsi kista ovarium
17

d. Ruptur korpus luteum


e. Appendisitis akut (Wibowo, 2007; Cunningham et al, 2005).

1.11

Konsep Asuhan Keperawatan Kehamilan Ektopik


1. Pengkajian
Anamnesa :
a. Identitas klien
Meliputi nama, jenis kelamin, usia, alamat, agama, bahasa yang
digunakan, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi,
golongn darah, nomor regisrasi, tanggal dan jam masuk rumah
sakit (MRS) dan diagnosis medis.
b. Dapat pula terjadi gangguan psikologis,social dan spiritual
terkait penyakit : ketakutan akan kematian
c. Menstruasi terakhir
Riwayat menstruasi yang lengkap diperlukan untuk menetukan
taksiran persalinan (TP). TP ditentukan berdasarkan hari
pertama

haid

terakhir

(HPHT).Untuk

menentukan

TP

berdasrkan HPHT dapat digunakan rumus Naegle, yaitu hari


ditambah tujuh, bulan dikurang tiga, tahun disesuaikan.
d.
e.
f.
g.
h.

Riwayat terlambat haid


Gejala dan tanda kehamilan muda
Dapat ada atau tidak ada perdarahan per vaginan
Terdapat aminore
Ada nyeri mendadak di sertai rasa nyeri bahu dan seluruh
abdomen, terutama abdomen bagian kanan / kiri bawah. Berat
atau ringannya nyeri tergantung pada banyaknya darah yang
18

terkumpul dalam peritoneum.

Pemeriksaan fisik :
1. Inspeksi
Mulut
Payudara

:
:

Bibir pucat
Hyperpigmentasi, hipervaskularisasi,
simetris
Terdapat pembesaran abdomen.
Terdapat perdarahan pervaginam
Dingin

Abdomen
:
Genetalia
:
Ekstremitas :
2. Palpasi
Abdomen

Genetalia

Uterus teraba lembek, TFU lebih kecil


daripada UK, nyeri tekan, perut teraba
tegang, messa pada adnexa.
Nyeri goyang porsio, kavum douglas
menonjol.

3. Auskultasi
Abdomen

Bising usus (+), DJJ (-)

Reflek patella + / +

4. Perkusi
Ekstremitas
Pemeriksaan fisik umum:
1. Pasien tampak anemis dan sakit
2. Didapatkan rahim yang juga membesar, adanya tumor di
daerah adneksa.
3. Kesadaran bervariasi dari baik sampai koma, tidak sadar.
4. Daerah ujung (ekstremitas) dingin
5. Adanya tanda-tanda syok hipovolemik, yaitu hipotensi,
pucat, adanya tanda-tanda abdomen akut, yaitu perut
tegang bagian bawah, nyeri tekan dan nyeri lepas dinding
abdomen.
19

6. Pemeriksa nadi meningkat, tekanan darah menurun sampai


syok
7. Pemeriksaan abdomen: perut kembung, terdapat cairan
bebas darah, nyeri saat perabaan.
Pemeriksaan khusus:
1.
2.
3.
4.

Nyeri goyang pada pemeriksaan serviks


Kavum douglas menonjol dan nyeri
Mungkin terasa tumor di samping uterus
Pada hematokel tumor dan uterus sulit dibedakan.

Pemeriksaan ginekologis:
Seviks teraba lunak, nyeri tekan, nyeri pada uteris kanan dan kiri
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan air seni dapat dilakukan untuk mengetahui kehamilan
seseorang, sedangkan untuk mengetahui kehamilan ektopik seorang dokter
dapat melakukan:
a. Laboratorium
1. Hematokrit.Tergantung pada populasi dan derajat perdarahan
abdominal yang terjadi.
2. Sel darah putih. Sangat bervariasi dan tak jarang terlihat adanya
leukositosis.Leoukosite 15.000/mm3.
meningkat.
b. Tes kehamilan.

Pada

kehamilan

menunjukkan pemeriksaan -hCG

Laju endap darah

ektopik

hampir

100%

positif. Pada kehamilan

intrauterin, peningkatan kadar -hCG meningkat 2 kali lipat setiap


dua hari, 2/3 kasus kehamilan ektopik menunjukkan adanya
peningkatan titer serial hCG yang abnormal, dan 1/3 sisanya
menunjukkan adanya peningkatan titer hCG yang normal. Kadar
20

hormon yang rendah menunjukkan adanya suatu masalah seperti


kehamilan ektopik.
c. Pemeriksaan ultrosonografi

(USG).

Pemeriksaan

ini

dapat

menggambarkan isi dari rahim seorang wanita. Pemeriksaan USG


dapat melihat dimana lokasi kehamilan seseorang, baik di rahim,
saluran tuba, indung telur, maupun di tempat lain.
d. USG :
1. Tidak ada kantung kehamilan dalam kavum uteri
2. Adanya kantung kehamilan di luar kavum uteri
3. Adanya massa komplek di rongga panggul
e. Laparotomi. Harus dilakukan pada kasus kehamilan ektopik
terganggu dengan gangguan hemostasis (tindakan diagnostik dan
definitif).
f. Kuldosintesis
Memasukkan jarum kedalam cavum Douglassi transvaginal untuk
menentukan ada atau tidak adanya darah dalam cavum Douclassi.
Tindakan ini tak perlu dikerjakan bila diagnosa adanya perdarahan
intraabdominal sudah dapat ditegakkan dengan cara pemeriksaan
lain.

21

Anda mungkin juga menyukai