Anda di halaman 1dari 22

ASUHAN KEPERAWATAN IBU BERSALIN

DENGAN RESIKO : KPD (KETUBAN PECAH DINI)


KELOMPOK 4 :
NI MADE MELINIA 1814901003
GITA METAVIA HANDAYANI 1814901009
DESY RAHMADANI 1814901013
LETI KRISTIA MELANIA 1814901020
SABIQ RAFI ARHAB A. 1814901022
ALVIRA NABILA PUTRI 1814901030
NADIA INTAN HATINA 1814901035
LOVI VANIAR 1814901038
DEFINISI
Ketuban Pecah Dini adalah pecahnya selaput ketuban
sebelum terjadi proses persalinan yang dapat terjadi
pada usia kehamilan cukup waktu atau kurang waktu
(Cunningham, McDonald, Gant, 2003). Ketuban Pecah
Dini adalah rupturnya membran ketuban sebelum
persalinan berlangsung (Manuaba, 2003). Ketuban pecah
dinyatakan dini jika terjadi sebelum usia kehamilan 37
minggu. Suatu proses infeksi dan peradangan dimulai di
ruangan yang berada diantara amnion korion (Constance
Sinclair, 2010).
ETIOLOGI
KPD terjadi akibat mekanisme sebagai berikut:
• Selaput ketuban tidak kuat sebagai akibat
kurangnya jaringan ikat dan vaskularisasi.
• Jika terjadi pembukaan servik, selaput ketuban
sangat lemah dan mudah pecah dengan
mengeluarkan air ketuban.
Penyebab umum ketuban pecah dini adalah
grandemulti, overdistensi (hidramnion,
kehamilan ganda), disproporsi sevalopervik,
kehamilan letak lintang, sunsang, atau pendular
abdomen(Manuaba, 2009).
PATOFISIOLOGIS (PATHWAYS)
Menurut Taylor (2009), ketuban pecah dini ada hubungannya dengan hal-hal
berikut:
• Adanya hipermotilitas rahim yang sudah lama terjadi sebelum ketuban pecah.
Penyakit-penyakit seperti pieronetritis, sistitis,servisitis terdapat bersama-sama
dengan hipermotilitas Rahim
• Selaput ketuban terlalu tipis (kelainan ketuban)
• Infeksi (amniotitis atau korioamnionitis)
• Faktor-faktor lain yang menyerupai predisposisi ialah: multipara-malposisi
disproprosi servik incompeten
• Ketuban pecah dini artitisial (amniotomi) dimana ketuban pecah terlalu dini.
Kadang-kadang agak sulit atau meragukan kita apabila ketuban benar sudah
pecah/belum, apalagi bila pembukaan kenalis servikalis belum ada atau kecil.
MANIFESTASI KLINIK
Manifestasi klinik KPD menurut Mansjoer (2002)
antara lain:
• Keluar air ketuban berwarna putih keruh, jernih,
kuning, hijau atau kecoklatan, sedikit-sedikit atau
sekaligus banyak.
• Dapat disertai demam bila sudah ada infeksi
• Janin mudah diraba
• Pada periksa dalam selaput ketuban tidak ada, air
ketuban sudah kering
• Inspekulo : tampak air ketuban mengalir atau
selaput ketuban tidak ada dan air ketuban sudah
kering.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Langkah pemeriksaan untuk menegakkan diagnosis ketuban pecah dini dapat
dilakukan (Manuaba, 1998) :
• Pemeriksaan spekulum, untuk mengambil sampel cairan ketuban di froniks posterior dan
mengambil sampel cairan untuk kultur dan pemeriksaan bakteriologis.
• Melakukan pemeriksaan dalam dengan hati-hati, sehingga tidak banyak manipulasi
daerah pelvis untuk mengurangi kemungkinan kemungkinan infeksi asenden dan
persalinan prematuritas.
Menurut Nugroho (2010), pemeriksaan penunjang ketuban pecah dini dapat dilakukan
dengan pemeriksaan ultrasonografi (USG):
• Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk melihat jumlah cairan ketuban dalam kavum uteri.
• Pada kasus KPD terlihat jumlah cairan ketuban yang sedikit. Namun sering terjadi
kesalahan pada penderita oligohidramnion.
PENATALAKSANAAN
Sebagai gambabaran umum untuk tatalaksana ketuban
pecah dini dapat dijabarkan sebagai berikut:
• Mempertahankan kehamilan sampai cukup matur
khususnya maturitas paru sehingga mengurangi kejadian
kegagalan perkembangan paru yang sehat.
• Terjadi infeksi dalam rahim, yaitu korioamnionitis yang
menjadi peicu sepsis, meningitis janin, dan persalinan
• prematuritas.
• Dengan perkiraan janin sudah cukup besar dan
persalinan diharapkan berlangsung dalam waktu 72 jam
dapat diberikan kortikosteroid, sehingga kematangan
paru janin dapat terjamin(Manuaba, 2009).
ASUHAN KEPERAWATAN KPD
A. PENGKAJIAN

1. Identitas atau Biodata Klien 2. Riwayat Kesehatan


• Riwayat kesehatan dahulu
Meliputi, nama, umur, agama, Penyakit kronis atau menular dan menurun seperti jantung,
hipertensi, DM, TBC, hepatitis, penyakit kelamin atau abortus.
jenis kelamin, alamat, suku • Riwayat kesehatan sekarang
Riwayat pada saat sebelun inpartus didapatkan cairan ketuban yang
bangsa, status perkawinan, keluar pervagina secara spontan kemudian tidak diikuti tanda
tanda persalinan.
pekerjaan, pendidikan, tanggal • Riwayat kesehatan keluarga
Adakah penyakit keturunan dalam keluarga seperti jantung, DM, HT,
masuk rumah, sakit nomor TBC, penyakit kelamin, abortus, yang mungkin penyakit tersebut
diturunkan kepada klien
register, dan diagnosa • Riwayat psikososial
Riwayat klien nifas biasanya cemas bagaimana cara merawat bayinya,
keperawatan. berat badan yang semakin meningkat dan membuat harga diri
rendah. ( Depkes RI, 1993:66)
3. Pola-pola fungsi kesehatan
• pola persepsi dan tata leksana hidup sehat
Karena kurangnya pengetahuan klien tentang ketuban pecah dini, dan cara pencegahan,
penanganan, dan perawatan serta kurangnya mrnjaga kebersihan tubuhnya akan
menimbulkan masalah dalam perawatan dirinya.
• Pola nutrisi dan metabolisme
Pada klien nifas biasanaya terjadi peningkatan nafsu makan karena dari keinginan untuk
menyusui bayinya.
• Pola aktifitas
Pada pasien pos partum klien dapat melakukan aktivitas seperti biasanya, terbatas pada
aktifitas ringan, tidak membutuhkan tenaga banyak, cepat lelah, pada klien nifas
didapatkan keterbatasan aktivitas karena mengalami kelemahan dan nyeri.
• Pola eleminasi
Pada pasien pos partum sering terjadi adanya perasaan sering /susah kencing selama
masa nifas yang ditimbulkan karena terjadinya odema dari trigono, yang menimbulkan
inveksi dari uretra sehingga sering terjadi konstipasi karena penderita takut untuk
melakukan BAB.
• Pola istirahat dan tidur
Pada klien nifas terjadi perubagan pada pola istirahat dan tidur karena adanya kehadiran
sang bayi dan nyeri epis setelah persalinan
LANJUTAN
• Pola hubungan dan peran
Peran klien dalam keluarga meliputi hubungan klien dengan keluarga dan orang lain.
• Pola penagulangan sters
Biasanya klien sering melamun dan merasa cemas.
• Pola sensori dan kognitif
Pola sensori klien merasakan nyeri pada prineum akibat luka janhitan dan nyeri perut akibat involusi uteri, pada
pola kognitif klien nifas primipara terjadi kurangnya pengetahuan merawat bayinya
• Pola persepsi dan konsep diri
Biasanya terjadi kecemasan terhadap keadaan kehamilanya, lebih-lebih menjelang persalinan dampak psikologis
klien terjadi perubahan konsep diri antara lain dan body image dan ideal diri
• Pola reproduksi dan sosial
Terjadi disfungsi seksual yaitu perubahan dalam hubungan seksual atau fungsi dari seksual yang tidak adekuat
karena adanya proses persalinan dan nifas.
• Pola tata nilai dan kepercayaan
Biasanya pada saat menjelang persalinan dan sesudah persalinan klien akan terganggu dalam hal ibadahnya karena
harus bedres total setelah partus sehingga aktifitas klien dibantu oleh keluarganya. ( Sharon J. Reeder, 1997:285)
4. Pemeriksaan fisik
• Kepala
Bagaimana bentuk kepala, kebersihan kepala, kadang-kadang terdapat
adanya cloasma gravidarum, dan apakah ada benjolan
• Leher
Kadang-kadang ditemukan adanya penbesaran kelenjar tiroid, karena adanya proses
menerang yang salah.
• Mata
Terkadang adanya pembengkakan pada kelopak mata, konjungtiva, dan kadang-kadang
keadaan selaput mata pucat (anemia) karena proses persalinan yang mengalami
perdarahan, sklera kuning.
• Telinga
Biasanya bentuk telinga simetris atau tidak, bagaimana kebersihanya, adakah cairan yang
keluar dari telinga.
• Hidung
Adanya polip atau tidak dan apabila pada pos partum kadang-kadang ditemukan
pernapasan cuping hidung
• Dada
Terdapat adanya pembesaran payudara, adanya hiperpigmentasi areola mamae dan papila
mamae.
LANJUTAN
• Abdomen
Pada klien nifas abdomen kendor kadang-kadang striae masih terasa nyeri. Fundus uteri 3 jari dibawa pusat.
• Genitaliua
Pengeluaran darah campur lendir, pengeluaran air ketuban, bila terdapat pengeluaran mekomium yaitu feses yang
dibentuk anak dalam kandungan menandakan adanya kelainan letak anak.
• Anus
Kadang-kadang pada klien nifas ada luka pada anus karena ruptur.
• Ekstermitas
Pemeriksaan odema untuk melihat kelainan-kelainan karena membesarnya uterus, karena preeklamsia atau karena
penyakit jantung atau ginjal.
• Muskulis skeleta
Pada klien post partum biasanya terjadi keterbatasan gerak karena adanya luka episiotomi.
• Tanda-tanda vital
Apabila terjadi perdarahan pada pos partum tekanan darah turun, nadi cepat, pernafasan meningkat, suhu tubuh
turun. (Ibrahim christina, 1993: 50)
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Risiko infeksi berhubungan dengan ketuban
pecah dini.
• Gangguan rasa nyaman: nyeri berhubungan
dengan ketegangan otot rahim.
• Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan
pengakuan persalinan premature.
• Ansietas berhubungan dengan persalinan
premature dan neonatus berpotensi lahir
premature. (NANDA, 2012)
C. INTERVENSI
LANJUTAN....
LANJUTAN...
LANJUTAN...
LANJUTAN...
D. IMPLEMENTASI
Implementasi keperawatan merupakan bagian dari
proses keperawatan. Tujuan implementasi adalah
mengatasi masalah yang terjadi pada manusia.
Setelah rencana keperawatan disusun, maka
rencana tersebut diharapkan dalam tindakan nyata
untuk mencapai tujuan yang diharapkan, tindakan
tersebut harus terperinci sehingga dapat
diharapkan tenaga pelaksanaan keperawatan
dengan baik dan sesuai dengan waktu yang
ditentukan Implementasi ini juga dilakukan oleh
perawat dan harus menjunjung tinggi harkat dan
martabat sebagai manusia yang unik(Hidayat,
2002.
E. EVALUASI
Menurut Rohman dan Walid (2009), evaluasi
keperawatan ada 2 yaitu:
• Evaluasi proses (formatif) yaitu valuasi yang
dilakukan setiap selesai tindakan. Berorientasi
pada etiologi dan dilakukan secara terus-menerus
sampai tujuan yang telah ditentukan tercapai.
• Evaluasi hasil (sumatif) yaitu evaluasi yang
dilakukan setelah akhir tindakan keperawatan
secara paripurna. Berorientasi pada masalah
keperawatan dan menjelaskan keberhasilan atau
ketidakberhasilan. Rekapitulasi dan kesimpulan
status kesehatan klien sesuai dengan kerangka
waktu yang ditetapkan.
KESIMPULAN
Penyebab ketuban pecah dini karena berkurangnya kekuatan
membran atau meningkatnya tekanan intra uterin atau kedua
faktor tersebut. Berkurangnya kekuatan membran disebabkan
adanya infeksi yang dapat berasal dari vagina dan
serviks(Saifudin, 2000).
Ketuban pecah dini merupakan sumber persalinan
prematuritas, infeksi dalam rahim terhadap ibu maupun janin
yang cukup besar dan potensiil. Oleh karena itu, tatalaksana
ketuban pecah dini memerlukan tindakan yang rinci sehingga
dapat menurunkan kejadian persalinan prematuritas dan
infeksi dalam rahim.
THANKYOU

Anda mungkin juga menyukai