DIC
FAKULTAS KEDOKTERAN
2017
BAB I
PENDAHULUAN
1
Saat ini perdarahan obstetrik tetap menjadi penyebab utama tingginya angka
mortalitas ibu diseluruh dunia. Salah satu kondisi terkait kehamilan yang menyebabkan
terjadinya perdarahan dengan mortalitas dan morbiditas yang tinggi ini adalah
DeLee pada tahun 1901 sebagai suatu keadaan dimana terdapat kecenderungan untuk
terjadi perdarahan yang mengikuti abruptio plasenta. DIC memiliki manifestasi klinis yang
luas, mulai dari thrombosis intravaskular yang bisa saja tidak disadari, kerusakan
mikrovaskular, sampai terjadinya gagal organ dan perdarahan tidak terkontrol. Hal yang
menarik disini adalah DIC selalu terjadi sebagai gangguan sekunder yang menyertai suatu
kelainan klinis tertentu. Berbagai penelitian memperkirakan bahwa insidensi DIC pada
seluruh kehamilan diperkirakan sekitar 3-10 kasus per 100.000 kelahiran. DIC juga dapat
menimbulkan histerektomi post partum, transfusi darah, dan acute tubular necrosis dengan
tingkat morbiditas 6-24%.Deteksi dini DIC penting sehingga tatalaksana untuk kondisi
Saat ini penegakkan diagnosis DIC masih cukup sulit dilakukaan karena luasnya
gejala klinis yang dapat muncul serta tidak adanya pemeriksaan laboratorium tunggal,
sehingga untuk diagnosis DIC sat ini digunakan sistem skoring dari the international
society ont thrombosis and hemostasis (ISTH). Sayangnya sistem skoring ini masih belum
mempertimbangkan perubahan fisiologis yang terjadi pada tubuh ibu hamil, sehingga
masih perlu dilakukan beberapa modifikasi agar dapat mendeteksi DIC dengan tepat pada
popualsi obstetric. Saat ini tatalaksana DIC pada kehamilan berupa penanganan pada
penyakit obsterik yang menyebabkan terjadinya DIC sambil disertai terapi suportif seperti
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
karakterisik aktivasi sistemik sistem pembekuan darah, sehingga terjadi thrombosis pada
pembuluh darah berukuran kecil dan sedang di seluruh tubuh. 1, 2 Thrombosis menyeluruh
ini dapat mengganggu supply darah ke berbagai organ dan dapat menyebabkan gagal
organ. Proses thrombosis patologis ini juga diasosiasikan dengan meningkatnya degradasi
faktor koagulasi dan protein antikoagulasi yang diikuti dengan gangguan sintesis faktor-
faktor tersebut sehingga akhirnya dapat terjadi perdarahan karena proses koagulopati
konsumtif.3, 4, 5 DIC muncul ketika proses hemostasis yang seharusnya terkontrol dengan
baik menjadi terganggu karena satu dan lain hal. Akibat gangguan kontrol hemostasis ini
respons koagulasi yang awalnya bersifat protektif bagi tubuh manusia, berubah menjadi
fibrinolisis, perubahan ini diduga berperan sebagai proteksi alami tubuh terhadap
faktor VII, VIII, X, dan Von Willebrand factor (VWF). Konsentrasi fibrinogen
3
normalnya sekitar 300mg/dL meningkat menjadi sekitar 500mg/dL pada akhir
endap darah pada bu hamil. Kenaikan faktor VII dideteksi mencapai >200%
protrhombotik ini dimediasi oleh aktivitas sel trofoblas plasenta dan pelepasan
dapat ditemukan pada wanita tidak hamil yang menggunakan kontrasepsi tablet
meningkat selama kehamilan, tapi hal ini juga disertai dengan peningkatan
Peningkatan PAI-1 dan PAI-2 ini akan menurunkan aktivitas plasmin selama
kehamilan dan baru akan kembali normal sesudah kehamilan.7 Produksi thrombin
juga ditemukan meningkat selama kehamilan dan baru akan kembali ke konsentrasi
normal 1 tahun sesudah kehamilan. Dalam wanita hamil normal, biarpun terjadi
peningkatan ekspresi faktor pembekuan darah seperti yang disebutkan diatas, tapi
tidak terjadi peningkatan waktu pembekuan darah yang signifikan. Diduga kondisi
yang normal.
4
Kehamilan normal juga melibatkan perubahan pada trombosit. Jumlah
trombosit menurun sekitar 10% selama kehamilan (jumlah hitung trombosit rata-
rata pada wanita hamil sekitar 213.000/μL dibandingkan dengan 250.000/μL pada
wanita yang tidak hamil. Penurunan jumlah trombosit pada ibu hamil ini terjadi
karena efek hemodilusi akibat peningkatan volume plama darah pada ibu hamil.
proporsi trombosit muday nag tampak lebih besar meningkat. Ada penelitian yang
ini terlihat paling jelas saat memasuki trimester ketiga dan biasanya kembali ke
Konsentrasi protein S menurun sejak trimester pertama dan kedua dan kemudian
diduga terjadi karena peningkatan aktivitas faktor VIII atau menurunnya aktivitas
protein S. 7, 8
5
2.3 Disseminated intravascular coagulation pada kehamilan
Sejak tahun 1901 kondisi thrombohemoragic sudah diamati dan dilaporkan terjadi
pada berbagai komplikasi kehamilan seperti abruptio plasenta, intrauterine fetal death,
embolisme cairan amnion, atau aborsi septik. Kehamilan normal memang diasosasikan
dengan aktivasi sistem koagulasi tetapi berbagai komplikasi kehamilan tadi dapat
2.3.1 Epidemiologi
Karena definisi yang digunakan diberbagai negara masih berbeda dan DIC
dapat terjadi dalam berbagai tingkat keparahan, maka menentukan insidensi DIC
yang pasti pada wanita hamil masih sulit dilakukan. 7 Insidensi DIC pada
kehamilan di Negara barat diperkirakan sekitar 3-10 kasus per 100.000 kelahiran.
Abruptio placenta muncul pada sekitar 0,2-0,% kehamilan tetapi hanya 10% dari
kasus ini yang diasosiasikan dengan DIC.4 Mortalitas ibu terkait DIC diperkirakan
sekitar 6-24%. Morbiditas maternal yang terkait dengan DIC pada kehamilan
berupa histerektomi postpartum, transfusi darah masif, dan acute tubular necrosis.1
2.3.2 Etiologi
6
2. perdarahan postpartum (29%);
(8%);
7
memiliki gangguan koagulasi intravaskular. Pada kasus abruption plasenta
saat kehamilan normal, dan masih belum ada penelitian yang menentukan
nilai normal produk degradasi fibrin ini pada wanita hamil sehingga
jadi tempat aliran darah balik dari lokasi implantasi. Dengan abruption
perdarahan postpartum
>1500 ml. PErdarahan sebanyak ini cukup sering ditemui pada wanita hamil
Insidensi DIC karena perdarahan masif dalam bidang obstetri sebesar 0,15%
8
degradasi fibrinogen ini menstimulasi fibrinolisis. Perdarahan yang banyak
perdarahan post partum harus ditangani sebagai faktor dengan risiko tinggi
preeklamsia diduga terjadi karena peningkatan tissue factor (TF) dari sel
ditemukan pada serum darah wanita hamil dengan eklamsia. Aktivasi sistem
koagulasi ini juga diiukti oleh aktivasi jalur fibrinolitik, yang dibuktikan
inflamasi akut pada sel endotel liver. 1Sebagian ahli menganggap sindrom
9
HELLP termasuk dalam preeklamsi derajat berat dan sebagian lainnya
kelainan berbeda dengan gejala klinis yang saling tumpang tindih. Sebanyak
aktivasi trombosit.
bukan penyebab utama terjadinya DIC pada pasien dengan sindrom HELLP
, karen DIC hanya terjadi pada sebagian kecil pasien. Penyebab utama DIC
pada pasien dengan sindrom HELLP diduga karena anemia hemolitik mikro
kejadian yang cukup jarang terjadi dan umumnya terjadi pada trimester
kehamilan yang fatal. Keadaan ini dimulai dengan infiltrasi lemak pada
10
hepatosit melalui mikrovaskular yang diikuti oleh menurunnya fungsi hati
ada defek genetik pada oksidasi beta (beta oxidation) asam lemak yang
merupakan pathogenesis dari perlemakan hati akut ini. DIC pada keadaan
ini disebabkan oleh gangguan fungsi hati berat sehingga produksi fibrinogen
thrombin III juga dilaporkan terjadi pada perlemakan hati akut pada
karena pelepasan sitokin inflamasi, terutama IL-6, IL-8, dan TNF yang
Hal ini disertai dengan inhibisi faktor antikoagulan alami tubuh seperti AT,
11
konsumtif koagulopati. Konsentrasi plasminogen darah sempat meningkat
Biasanya diasosiasikan dengan DIC yang terjadi secara kronis, dimana janin
sudah mati dan tetap berada dalam uterus selama lebih dari 5 minggu. DIC
karena kematian janin intrauterine ini juga kadang disebut sebagai fetal
death syndrome. DIC ini terjadi karena pelepasan thromboplastin dari janin
intravaskular ibu. Cairan ketuban yang diambil dari wanita dengan fetal
death syndrome memiliki konsentrasi tissue factor (TF) yang lebih tinggi.8
cairan ketuban
12
Emboli cairan ketuban merupakan kondisi klinis yang dapat terjadi
ketika proses persalinan sampai 48 jam post partum. Meskipun ada sejumlah
kecil kasus yang melaporkan kejadian emboli cairan ketuban selama periode
terjadinya DIC pada emboli cairan ketuban ini masih kurang dipahami
dengan baik. Emboli cairan ketuban terjadi karena terjadi robekan pada
membran fetus atau pada pembuluh darah uterus sehingga cairan ketuban
gagal jantung kanan karena ventrikel kanan tidak mampu memompa darah
ke paru, yang segera diikuti gagal jantung kiri karena ventrikel kiri tidak
mendapatkan darah dari paru. Cairan ketuban juga kaya dengan TF, yang
faktor X memulai aktivasi jalur koagulasi. DIC pada kasus emboli cairan
yang jarang terjadi. Pasien dengan emboli cairan ketuban dapat meninggal
13
2.3.3.1 Manifestasi klinis disseminated intravascular coagulation
klinis yang muncul tergantung dari patologi penyakit yang menjadi penyebabnya.
Spektrum klinis dari DIC cukup beragam dari thrombosis sampai perdarahan,
Pada stadium awal (periode akut), terjadi produksi thrombin berlebihan karena
eksposur darah terhadap tissue factor dalam jumlah besar. Aktivasi jalur koagulasi
thrombosis jika yang dominan merupakan jalur prothrombotik atau perdarahan jika
yang dominan merupakan jalur proteolitik. Pada umumnya manifestasi klinis awal
yang terjadi berupa gangguan akibat thrombosis, baru diikuti kelainan berupa
Jika thrombosis merupakan hasil akhir yang dominan dari aktivasi berbagai
gangguan perfusi akibat sumbatan darah oleh thrombus. Manifestasi klinis yang
muncul akibat terbentuknya thrombus dapat berupa gagal ginjal yang sering
dijumpai pada tahap awal DIC yang terjadi karena sepsis . Acute respiratory
distress syndrome merupakan manifestasi awal DIC yang terjadi karena trauma
gastrointestinal atau pada traktus urinarius dan kulit. Pada ibu hamil yang memiliki
melakukan pemeriksaan kulit dengan teliti.Lesi kulit baru yang berupa petekie,
purpura, atau bula hemoragik memiliki nilai diagnostic untuk DIC. Kelainan kulit
14
merupakan manifestasi klinis yang paling sering ditemukan pada pasien dengan
adrenal.5 Perdarahan yang tidak berhenti-berhenti dari lokasi pungsi vena atau
syndrome merupakan kondisi dimana perfusi jaringan dan fungsi organ terganggu
intravascular coagulation
serta tanda-tanda dari gagal organ. Dalam tatalaksana pasien DIC, penting
15
2.3.3.2.1 Prothrombin dan partial thromboplastin time
terlibat dalam jalur intrinsik. Dalam kehamilan normal, waktu PT dan aPTT
dianggap signifikan jika didapat sesudah test berulang dan nilanya >1,5 x
dari normal untuk PT dan >2,5 x dari normal untuk aPTT. Pemanjangan
PTmaupun aPTT ini baru mulai terjadi saat jumlah faktor koagulasi dalam
berbagai kondisi medis kronis, infeksi malaria dan demam berdarah, karena
supresi imun, dan obat-obatan tertentu. Pada wanita hamil dapat terjadi
sugestif bahwa telah terjadi DIC dan ditemukan pada >90% pasien. 3, 8
16
2.3.3.2.3 Pemeriksaan jalur prokoagulan
thrombin, kadar PF 1+2 meningkat pada >90% pasien dengan DIC. TAT
inhibitor inaktif yang stabil, kadar TAT meningkat pada 80-90% pasien
pada 75-80% pasien dengan DIC. Ketiganya saling berkorelasi dan nilanya
populasi ini.8
17
konsentrasinya juga meningkat pada kehamilan normal. Peningkatan FDP
DIC.8
intravascular coagulation
Ministry of Health and Welfare (JMHW), dan skoring oleh the Japanese
koagulasi yang mirip tetapi memiliki cut-off values yang berbeda, sehingga
diagnosis yang berbeda. Guideline yang dikeluarkan oleh the British Society
untuk DIC. Skor ISTH ini memiliki sensitivitas sebesar 91% dan spesifisitas
sebesar 97%.
18
Sistem skoring ini (gambar 1.) hanya digunakan pada pasien dengan
System1
untuk hitung trombosit, produk degradasi fibrin, D-dimer, dan waktu PT,
dan konsentrasi fibrinogen darah. Skor 5 dan lebih dianggap sebagai overt
DIC. Skor < 5 sugestif bukan DIC meskipun demikian pemeriksaan tetap
Sistem skoring DIC dari ISTH ini belum divalidasi untuk pasien
terjadi saat kehamilan. Penggunaannya pada populasi ibu hamil diduga akan
koagulasi yang digunakan untuk menghitung skoring ISTH, tiga dari empat
saat kehamilan terutama saat trimester ketiga dan turun dua hari sesudah
19
trombosit menurun seiring dengan bertambahnya usia kehamilan, sekitar
lain yang juga berubah selama kehamilan adalah konsentrasi D-dimer atau
konsentrasi D-dimer > 0,5 mg/L. Hal ini menyebabkan nilai diagnostic
parameter ini menjadi sangat rendah pada populasi ibu hamil. Pada
signifikan.
dokteer anestesi dan hematologist. DIC merupakan komplikasi dari penyakit lain
yang mendahulinya, maka tatalaksana penyakit yang menjadi penyebab DIC harus
20
merah, fresh frozen plasma, dan trombosit dengan rasio 1:1:1 dengan
dilakukan pada pasien dengan hitung trombosit < 50.000 yang sedang
<30.000.1, 6, 8
ditemukan pemanjangan PT dan APTT >1.5 kali dari nilai normal. Dosis
FFP adalah 10-15 ml/kg. FFP tidak perlu diberikan pada pasien yang tidak
21
cryoprecipitate karena tidak ada risiko transmisi infeksi virus dengan
yang signifikan pada grup yang mendapat terapi antithrombin dan tidak
oleh plasenta.
untuk faktor Va dan VIIIa juga efektif pada pasien yang mengalami DIC
22
dengan pasien yang mendapatkan placebo. Akan tetapi terdapat peningkatan
APC. 6, 8
panjang. Terjadinya perdarahan masif lebih sering ditemui pada DIC karena
morbiditas dan mortalitas yang tinggi ini. Tujuan resusitasi adalah mencapai
tekanan darah normal dan mempertahankan suhu yang normal pada pasien
cepat dapat menyebabkan dilusi faktor koagusi dan sehingga penting untuk
besar.
dari bank darah sambil menunggu darah golongan ABO yang sudah di cross
darah dalam jumlah besar, sehingga sebaiknya darah yang akan dimasukkan
23
koagulopati dilusional jika diberikan lebih dari 5 unit. Karenanya pemberian
PRC sebaiknya disertai juga dengan transfusi FFP dengan rasio 1:1 dan
dapat diberikan sebanyak 1 atau 2 unit untuk setiap 8-10 unit PRC yang
24
BAB III
KESIMPULAN
DIC muncul ketika proses hemostasis yang seharusnya terkontrol dengan baik
menjadi terganggu karena satu dan lain hal. Akibat gangguan kontrol hemostasis ini
respons koagulasi yang awalnya bersifat protektif bagi tubuh manusia, berubah menjadi
lebih aktif dibandingkan fibrinolisis, perubahan ini diduga berperan sebagai proteksi alami
tubuh terhadap perdarahan yang terjadi ketika persalinan dan sesudah persalinan.
Perubahan parameter koagulasi pada ibu hamil ini tidak menimbulkan gangguan klinis.
gejala klinis akibat thrombosis dan perdarahan. Sayangnya sampai saat ini tidak ada
pemeriksaan laboratorium tunggal untuk menegakkan diagnosis DIC, dan diagnosis DIC
ditegakkan dengan menggunakan sistem skoring tertentu seperti skoring DIC ISTH. Sistem
skoring ini telah dimodifikasi oleh Erez et al. pada tahun 2014 untuk menyesuaikan
tingkat diagnosis yang cukup baik, tapi masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk
validasi sistem skoring modifikasi ini. Kunci dari tatalaksana DIC adalah menangani
25
DAFTAR PUSTAKA
for Haemostasis and Thrombosis (SISET). Thromb Res [Internet]. Elsevier Ltd; 2012
coagulation. Thromb Res [Internet]. Elsevier Ltd; 2012 Apr ;129 Suppl 1:S54–9.
6. Thachil J, Toh C-H. Disseminated intravascular coagulation in obstetric disorders and its
Jul;23(4):167–76.
7. Cunningham FG, editor. Williams obstetrics. 24th edition. New York: McGraw-Hill
26
9. Longmuir K, Pavord S. Haematology of pregnancy. Medicine (Baltimore) [Internet].
10. Ralph AG, Brainard BM. Update on disseminated intravascular coagulation: when to
consider it, when to expect it, when to treat it. Top Companion Anim Med [Internet].
11. Rattray DD, O’Connell CM, Baskett TF. Acute Disseminated Intravascular
12. K SH, Chabi S, Frey D. Hellp syndrome. J Obstet Gynaecol India; 2009 Feb;59(1):31-
9.
13. Krauel K, Tilley DO, Weber C, Cox D, Greinacher A, Kerrigan SW, et al.
coagulation: testing and diagnosis. Clin Chim Acta [Internet]. Elsevier B.V.; 2014 Sep
25;436:130–4.
15. Erez O, Novack L, Beer-Weisel R, Dukler D, Press F, Zlotnik A, et al. DIC score in
27