Anda di halaman 1dari 66

APORAN KASUS

“SOLUSIO Pembimbing Klinik:


PLASENTA” dr. Daniel saranga Sp.OG (K)
Pendahuluan
Solusio plasenta atau disebut juga abruptio placenta atau
ablasio placenta adalah separasi prematur plasenta
dengan implantasi normalnya di uterus (korpus uteri)
dalam masa kehamilan lebih dari 20 minggu dan sebelum
janin lahir.

Usia reproduksi sehat adalah usia 20-35 tahun. Usia


kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun
meningkatkan risiko terjadinya komplikasi dalam
kehamilan, salah satunya solusio plasenta.

Solusio plasenta merupakan salah satu penyebab


perdarahan antepartum yang memberikan kontribusi
terhadap kematian maternal dan perinatal di Indonesia.
Definisi
Solusio plasenta adalah terlepasnya sebagian
atau keseluruhan plasenta dari implantasi
normalnya (korpus uteri) setelah kehamilan 20
minggu dan sebelum janin lahir. Cunningham
dalam bukunya mendefinisikan solusio plasenta
sebagai separasi prematur plasenta dengan
implantasi normalnya korpus uteri sebelum janin
lahir.>
Definisi
Nama lain yang sering dipergunakan,
yaitu abruptio placentae, ablatio
placentae, accidental haemorrhage,
premature separation of the normally
implanted placenta.
Epidemiologi
Penelitian di Norwegia menunjukkan insidensi
6,6 per 1000 kelahiran.

Frekuensi solusio plasenta di Amerika Serikat


dan di seluruh dunia mendekati 1 %.

Saat ini kematian maternal akibat solusio


plasenta mendekati 6 %.

Angka tersebut tertinggi di ASEAN (5-142 per


100.000) dan 50-100 kali lebih tinggi dari
angka kematian maternal di negara maju.

Solusio plasenta terjadi sekitar 1% dari semua


kehamilan di seluruh dunia.
Klasifikasi
Solusio plasenta menurut derajat pelepasan plasenta:
1. Solusio plasenta totalis
2. Solusio plasenta parsialis
3. Ruptura sinus marginalis.
Berdasarkan gejala klinik yang ditimbulkan:
Kelas 0 : Asimptomatik. Diagnosis ditegakkan secara retrospektif dengan
menemukan hematoma atau daerah yang mengalami pendesakan pada
plasenta. Ruptur sinus marginal juga dimasukkan dalam kategori ini.

Kelas 1 : Gejala klinis ringan dan terdapat pada hampir 48 % kasus. Gejala
meliputi: tidak ada perdarahan pervaginam sampai perdarahan pervaginam
ringan; uterus sedikit tegang; tekanan darah dan denyut jantung maternal
normal; tidak ada koagulopati; dan tidak ditemukan tanda-tanda fetal
distress.

Kelas 2 : Gejala klinik sedang dan terdapat + 27 % kasus. Perdarahan


pervaginam bisa ada atau tidak ada; ketegangan uterus sedang sampai berat
dengan kemungkinan kontraksi tetanik; takikardi materna dengan perubahan
ortostatik tekanan darah dan denyut jantung; terdapat fetal distress, dan
hipofibrinogenemi (150-250 mg/dl).

Kelas 3 : Gejala berat dan terdapat pada hampir 24% kasus, perdarahan
pervaginam dari tidak ada sampai berat; uterus tetanik dan sangat nyeri;
syok maternal; hipofibrinogenemi (<150 mg/dl); koagulopati serta kematian
janin.
Solusio plasenta menurut bentuk perdarahan:
1. Solusio plasenta  perdarahan keluar
2. Solusio plasenta  perdarahan tersembunyi, hematoma
retroplacenter
3. Solusio plasenta  perdarahannya masuk dalam kantong amnion
 Berdasarkan jumlah perdarahan yang terjadi:
1. Solusio plasenta ringan: perdarahan pervaginam
<100 ml.
2. Solusio plasenta sedang: perdarahan pervaginam
100-500 ml, hipersensitifitas uterus atau
peningkatan tonus, syok ringan, dapat terjadi fetal
distress.
3. Solusio plasenta berat: perdarahan pervaginam luas
> 500 ml, uterus tetanik, syok maternal sampai
kematian janin dan koagulopati.
Berdasarkan luasnya bagian plasenta yang terlepas dari uterus:
1. Solusio plasenta ringan: kurang dari ¼ bagian bagian plasenta yang
terlepas. Perdarahan kurang dari 250 ml.
2. Solusio plasenta sedang: Plasenta yang terlepas ¼ - 2/3 bagian.
Perdarahan <1000 ml, uterus tegang, terdapat fetal distress akibat
insufisiensi uteroplasenta.
3. Solusio plasenta berat: Plasenta yang terlepas > 2/3 bagian , perdarahan
>1000 ml., terdapat fetal distress sampai dengan kematian janin, syok
maternal serta koagulopati.
Etiologi
FAKTOR RISIKO RISIKO RELATIF
Pernah solusio plasenta 10 – 25
Ketuban pecah pretern/korioamnionitis 2,4 – 3,0
Sindroma pre-eklamsia 2,1 – 4,0
Hipertensia kronik 1,8 – 3,0
Merokok/nikotin 1,4 – 1,9
Merokok + hipertensi kronik atau pre-eklamsia 5–8
Pecandu kokain 13 %
Mioma di belakang plasenta 8 dari 14
Gangguan sistem pembekuan darah berupa Meningkat s/d 7x
single-gene mutation/trombofilia
Trauma abdomen dalam kehamilan Jarang
Patogenesis
Solusio plaseta dimulai dengan terjadinya
Perdarahan terus-menerus/tidak
perdarahan ke dalam desidua basalis dan
terkontrol otot uterus meregang
terbentuknya hematom subkhorionik yang
 uterus tidak mampu
dapat berasal dari pembuluh darah
berkontraksi untuk membantu
miometrium atau plasenta, dengan
dalam menghentikan perdarahan
berkembangnya hematom subkhorionik
yang terjadi.
terjadi penekanan dan perluasan pelepasan
plasenta dari dinding uterus .

Akibatnya hematom
Sebagian darah akan masuk ke bawah selaput ketuban, subkhorionik akan medesak
dapat juga keluar melalui vagina, darah juga dapat plasenta  seluruh plasenta
menembus masuk ke dalam kantong amnion, atau akan terlepas dari
mengadakan ekstravasasi di antara otot-otot miometrium. implantasinya di dinding
uterus.
Patogenesis

Ekstravasasi yang berlangsung Uterus Couvelaire : mengganggu


hebat “Uterus Couvelaire”, kontraktilitas uterus yang sangat
secara makroskopis terlihat diperlukan saat setelah bayi dilahirkan
bercak-bercak berwarna biru atau sehingga mengakibatkan perdarahan post
ungu pada permukaan uterus . partum yang hebat.

Akibatnya ibu jatuh pada keadaan Akibat kerusakan miometrium dan bekuan
hipofibrinogenemia. Pada keadaan retroplasenter adalah pelepasan
hipofibrinogenemia ini terjadi tromboplastin yang banyak ke dalam
gangguan pembekuan darah yang peredaran darah ibu, sehingga berakibat
tidak hanya di uterus, tetapi juga pembekuan intravaskuler dimana-mana
pada organ tubuh lainnya. yang akan menghabiskan sebagian besar
persediaan fibrinogen.
Gambaran Klinis
 SOLUSIO PLASENTA RINGAN
  Ruptura sinus marginalis: pelepasan sebagian kecil plasenta.
- Perdarahan pervaginam
- Warna kehitam-hitaman
- Perut terasa agak sakit, atau terasa agak tegang yang sifatnya terus
menerus.
Salah satu tanda yang menimbulkan kecurigaan adanya solusio
plasenta ringan ini adalah perdarahan pervaginam yang berwarna
kehitam-hitaman.
Solusio plasenta sedang
Plasenta telah terlepas lebih dari 1/4 bagian, belum 2/3 luas
permukaan.
 Sakit perut terus menerus,
 Disusul dengan perdarahan pervaginam -> Ibu mungkin telah syok,
janin bisa dalam keadaan gawat.
- Uterus teraba tegang terus-menerus dan nyeri tekan.
Apabila janin masih hidup, bunyi jantung sukar didengar.
Solusio plasenta berat
Plasenta telah terlepas lebih dari 2/3 permukaannnya.
 Sangat tiba-tiba.
 Ibu dalam keadaan syok dan janinnya telah meninggal.
 Sangat tegang seperti papan dan sangat nyeri.
-Terjadi kelainan pada pembekuan darah dan kelainan/gangguan fungsi
ginjal.
DIAGNOSIS

Gejala dan tanda klinis berupa perdarahan (≥ 20 minggu), nyeri pada


uterus, dan adanya kontraksi tetanik pada uterus.

Ultrasonografi

Penggunaan color Doppler


USG
DIAGNOSIS BANDING
Kriteria Solusio Plasenta Plasenta Previa
Perdarahan ­Merah tua s/d coklat hitam ­ Merah segar, Berulang , Tidak nyeri
  Terus menerus  
  Disertai nyeri  
    Tak tegang
Uterus Tegang, Bagian janin tak teraba, ­Nyeri Tak nyeri tekan
  tekan ­
    Jarang
Syok/Anemia Lebih sering Sesuai dengan jumlah darah yang keluar
  Tidak sesuai dengan jumlah darah yang  
  keluar ­Biasanya fetus hidup
  ­ Disertai kelainan letak
Fetus 40% fetus sudah mati ­Teraba plasenta atau perabaan fornik
  ­Tidak disertai kelainan letak ada bantalan antara bagian janin dengan
Pemeriksaan Ketuban menonjol jari pemeriksaan
dalam walaupun tidak his
   
PENANGANAN
Tokolitik

Sectio
Oksitoksin
Caesarea

Persalinan
Amniotomi
pervaginam
Komplikasi
Sindroma insufiensi
Uterus
Anemia fungsi plasenta pada
Couvelaire
janin

Gagal ginjal
Syok hipovolemik Kematian janin
mendadak

Insufisiensi fungsi Gangguan


ginjal pembekuan darah
Prognosis

1. Solusio plasenta mempunyai prognosis yang buruk baik bagi ibu


hamil dan lebih buruk lagi bagi janin.
2. Solusio plasenta ringan masih mempunyai prognosis yang baik bagi
ibu dan janin karena tidak ada kematian dan morbiditasnya rendah.
3. Solusio plasenta sedang mempunyai prognosis yang lebih buruk
terutama terhadap janinnya karena morbiditas ibu yang lebih berat.
4. Solusio plasenta berat mempunyai prognosis paling buruk terhadap
ibu lebih-lebih terhadap janinnya.
LAPORAN KASUS
IDENTITAS
 Nama : Ny. F
 Umur : 30 tahun
 Alamat : Mamuju
 Pekerjaan : IRT
 Agama : Islam
 Pendidikan : SMA
 Tanggal pemeriksaan : 07 february 2019
 Jam : 00.30 WITA
 Ruangan : IGD KB RSU Anutapura
 Keluhan Utama : Perdarahan pervaginam

 Riw. Penyakit Sekarang :


Pasien Ny. F 30 tahun, G4P2A1 usia kehamilan 37-38 minggu masuk ke RSU Anutapura
dengan keluhan keluar darah dari jalan lahir sejak pukul 19..00 wita. Darah berwarna merah
segar, tidak bergumpal, tanpa disertai rasa nyeri, serta tidak ada pelepasan lendir dan air. Darah
merembes terus-menerus sampai menghabiskan 4 pembalut. Pasien mengaku gerakan janin
berkurang sejak sore. Keluhan tidak disertai dengan mual, muntah, pusing, sakit kepala,
maupun demam. BAB dan BAK lancar.
Sebelumnya pasien mengaku pernah keluar darah dari jalan lahir pada usia kehamilan 5
bulan, namun hanya sedikit-sedikit. Pada saat itu pasien tidak memeriksakan kehamilannya
kepada tenaga kesehatan. Tidak ada riwayat jatuh ataupun terbentur pada bagian perut, riwayat
urut pada perut disangkal.
 Riwayat Penyakit Dahulu :
Pasien mengaku tidak pernah memiliki riwayat keluhan
yang serupa. Pasien juga menyangkal adanya riwayat
penyakit jantung, ginjal, hipertensi, diabetes mellitus,
dan asma. Riwayat keguguran (-)

 Riwayat Penyakit Keluarga :


 Riwayat asma (-), Diabetes melitus (-), Penyakit
jantung (-), Hipertensi (-), Hepatitis (-)
Riwayat ObSTETRI

1 ♂, lahir di klinik, spontan, letak belakang kepala, aterm, ditolong bidan, BBL
2000 gram; tahun 2013

2 ♀, lahir di klinik, spontan, letak belakang kepala, aterm, ditolong bidan, BBL
2500 gram; tahun 2015

3 Abortus

4 Hamil Sekarang
 Riwayat ANC : 4x di bidan
Riwayat Imunisasi : Tetanus toksoid 2x
Riwayat menstruasi:
• menarche: usia 13 tahun
• siklus : 28 hari
• durasi : 5-7 hari
• banyak : 2x ganti pembalut dalam sehari,
tidak menggumpal
• dismenore : disangkal
• flour albus : disangkal
Pemeriksaan Fisik
Kesadaran : Compos Mentis
Keadaan umum : Sakit sedang
GCS : E4V5M6
Tanda vital
 Tekanan Darah : 100/70 mmHg
 Nadi : 60 x/menit
 Suhu : 36,70ºC
 Pernapasan : 20x/menit
 Kepala - Leher
Normochepal, Konjungtiva anemis -/-, sclera ikterik -/-, edema
palpebra -/-, secret -/-

 Thorax :
 Inspeksi : Bentuk dada simetris,pergerakan simetris
 Palpasi : Pergerakan simetris,nyeri (-)
 Perkusi : Sonor
 Auskultasi: Paru : vesikuler +/+, rhonki(-),wheezing(-)
 Pemeriksaan Abdomen
 I : Tampak cembung
 A: Peristaltik (+) kesan normal
 P: Timpani di seluruh kuadran
 P: Nyeri tekan suprapubis (+)
Pemeriksaan Obstetrik
 Leopold I : 2 jari dibawah prosesus xyphoid
 Leopold II : punggung kiri
 Leopold III : presentasi kepala
 Leopold IV : belum memasuki pintu atas panggul
 HIS :-
 Pergerakan Janin : tidak aktif
 Janin Tunggal : +
 Denyut Jantung Janin : tidak terdengar
 Genitalia :
Inspeksi : Vulva terlihat perdarahan pervaginam
berwarna merah segar
 Pemeriksaan dalam tidak dilakukan
 Ekstremitas :
 Atas : Akral hangat, edema -/-
 Bawah : Akral hangat, edema -/-
 Pemeriksaan Ekstremitas

 Superior : edema (-), deformitas (-), akral dingin (-/-)


 Inferior : edema (-), deformitas (-), akral dingin (-/-)
PEMERIKSAAN PENUNJANG

 Darah rutin:
 WBC : 7,1 x 103/uL
 RBC : 3,9 x 106/uL
 HGB : 9,6g/dL
 PLT : 219 x 103/uL
 HbSAg : non reaktif
Resume
 Pasien Ny. F 30 tahun, G4P3A0 gravid 30-31 minggu masuk ke RSU Anutapura dengan
keluhan perdarahan pervaginam sejak pukul 06.00 wita. Darah berwarna merah segar,
bergumpal (-)
 Keadaan umum sakit sedang. Kesadaran kompos mentis. Tekanan darah 110/80 mmHg,
denyut nadi 84 kali/menit, laju pernafasan 20 kali/menit, suhu 37°C. Konjungtiva anemis
-/-. Pemeriksaan Obstetri: Leopold I 2 jari dibawah prosesus xyphoid, Leopold II
punggung kiri Leopold III presentasi kepala dan Leopold IV kepala belum memasuki
pintu atas panggul. Janin tunggal, pergerakan tidak ada, DJJ tidak terdenar Pemeriksaan
genitalia, tampak rembesan darah, berwarna merah segar yang keluar dari vagina. Pada
kasus ini tidak dilakukan pemeriksaan dalam.
 Pada pemeriksaan darah rutinWBC 71.000/uL, RBC 3.900.000/uL, HGB 9,6g/dl, PLT
219.000/uL, HbSAg (non reaktif).
DIAGNOSIS
 G4P2A1 30 tahun + gravid 37-38 minggu +
perdarahan antepartum ec. Susp. plasenta previa +
suspek IUFD
 PENATALAKSANAAN
 - Guyur IVFD Dextrosa 5% 1 kolf lanjut IVFD RL 24 tpm
 - Inj. Transamin 1amp/8jam/iv
 - Inj. Dexamethasone 6mg/12jam/iv
 - O2 nasal canule 2-4 lpm
 - Siap darah 2 kantong WB
 - Rencana SCTP Cito Pukul 02.00
Follow Up
 07 February 2019
S : Pengeluaran darah dari kemaluan (+), nyeri perut bagian bawah (+),
Kontraksi (+),
O : TD : 100/70 mmHg N : 80 kali/menit
R : 20 kali/mnt S : 36,5oC
Konjungtiva anemis (-/-).
Pemeriksaan obstetri :
Leopold I : 2 jari dibawah prosesus xyphoid
Leopold II : punggung kiri
Leopold III : presentasi kepala
Leopold IV : kepala belum memasuki pintu atas panggul.
Janin tunggal, pergerakan (-) DJJ tidak terdengar
Pemeriksaan genitalia : tampak rembesan darah, berwarna merah, banyak yang
keluar dari vagina.
Follow Up

A : G4P2A1+ Gravid 37-38 Minggu + Perdarahan ante partum ec.Suspek


Plasenta Previa + Suspek IUFD
P:
 Transfusi PRC 1 Bag
 Pasien di dorong ke OK
LAPORAN OPERASI
 1.Persiapkan pasien dengan posisi supinasi dibawah pengaruh anestesi spinal
 2.Disinfeksi area operasi dengan kasa steril dan betadin, pasang duk steril
 3.Insisi abdomen dengan metode pfannenstiel lapis demi lapis menembus rongga perut secara tajam
dan tumpul, kontrol perdarahan
 4.Eksplorasi segmen bawah rahim
 5.Insisi pada segmen bawah uterus lapis demi lapis menembus plica vesicouterina, miometrium,
endometrium secara tajam dan tumpul kontrol perdarahan
 6.Ketuban berwarna putih keruh, volume cukup
 7.Bayi dilahirkan dengan dengan keadaan meninggal presentasi kepala dengan lilitan tali pusat 1x
dengan jenis kelamin laki-laki BBL 1800 gr, PBL 45 cm
 8.Plasenta dilahirkan secara manual dan lengkap
LAPORAN OPERASI
9.Eksplorasi dan bersihkan cavum uteri dengan kasa steril dan betadine
10.Jahit uterus lapis demi lapis dengan benang chromic no. 2,0 kontrol perdarahan
11.Jahit plica vesicouterina dengan benang chromic 0, secara jelujur kontrol perdarahan
12.Eksplorasi dan bersihkan cavum abdomen, bilas dengan NaCl 0,9% kontrol perdarahan
13.Jahit peritoneum di empat sisi dengan koher lalu jahit dengan chromic 0
14.Jahit otot dengan benang chromic 2,0 kontrol perdarahan
15.Jepit fascia dengan dua koher, jahit dengan benang savyl 1,0 kontrol perdarahan
16.Jahit adipose dengan jarum otot, benang chromic 1/0 secara interuptus, control perdarahan
17.Jahit kulit dengan jarum kulit dengan benda seide 2/0 secara jelujur, control perdarahan
18.Bersihkan luka dan tutup menggunakan kasa steril dan betadin
19.Vaginal toilet
20.Operasi selesai.
FOLLOW UP
DIAGNOSIS PASCAOPERATIF
A : P3A1 30 tahun post SC a/i Solusio plasenta + IUFD
 
PENATALAKSANAAN POST OPERATIF
 IVFD RL +Drips Oxitocin 1 amp , 28 tetes/menit
 Transfusi PRC 1 bag post SC di RR
 Inj. Ceftriaxone 1 gr/12 jam/ IV
 Drips. Metronidazole 500 mg/12 jam/IV
 Inj. Ranitidin 1amp/8 jam/IV
 Inj. Ketorolak 1amp/8 jam /IV
 Inj. Asam traneksamat 1amp/8 jam/IV
 Inj. Ondansentron 1 amp/8 jam/IV (KP)
 Pronalgest supp II
 Gastrul 4 tab/rectal
 Obs. KU, TTV, perdarahan, kontraksi uterus, dan produksi urine.
FOLLOW UP

8 February 2019
S : Nyeri luka op (+), PPV (+), mual (-), muntah (-), pusing (-), sakit kepala (-), flatus (+), BAB (-),
BAK (+) per kateter.
O : TD : 110/70 mmHg N : 82 kali/menit
 R : 20 kali/mnt S : 36,7oC
 Konjungtiva anemis (+/+).
 ASI: -/-
 Kontraksi: +
 Lokia : + (rubra)
 TFU : setinggi pusat
 Lab 2 post operasi:
 HGB : 7,2
 WBC : 18,2
 PLT : 245
FOLLOW UP
A : P4A0 40 tahun post SC H01 a/i Plasenta previa totalis + solusio plasenta +
IUFD + Anemia
P:
 Bed Rest total
 Observasi KU, TTV dan perdarahan
 Lanjut terapi post op
 Transfusi 2 bag PRC
FOLLOW UP
9 February 2019
S : Nyeri luka op (+), PPV (+), mual (-), muntah (-), pusing (-), sakit kepala (-), flatus (+), BAB (-),
BAK (+) per kateter.
O: TD : 120/70 mmHg N : 88 kali/menit
 R : 20 kali/mnt S : 36,3oC
 Konjungtiva anemis (+/+).
 ASI: -/-
 Kontraksi: +
 Lokia : + (rubra)
 TFU : 1 jari dibawah pusat
 Lab (8/12/2017)
 HGB : 9,1
 WBC : 15,6
 PLT : 263
FOLLOW UP

A : P4A0 40 tahun post SC H2 a/i Plasenta previa totalis + solusio plasenta +


IUFD + Anemia
P:
 Bed Rest total
 Observasi KU, TTV dan perdarahan
 Lanjut terapi post op
 Transfusi 1 bag WB
FOLLOW UP
10 February 2019
S : Nyeri luka op (+), PPV (+), mual (-), muntah (-), pusing (-), sakit kepala (-), flatus (+), BAB (-),
BAK (+).
O: TD : 120/80 mmHg N : 86 kali/menit
 R : 20 kali/mnt S : 36,5oC
 Konjungtiva anemis (-/-).
 ASI: -/-
 Kontraksi: +
 Lokia : + (rubra)
 TFU : 1 jari dibawah pusat
 Lab (9/12/2017) pukul 22.40
o HGB : 10,7
o WBC : 14,8
o PLT : 232
FOLLOW UP
 A : P4A0 40 tahun post SC H3 a/i Plasenta previa totalis + solusio plasenta +
IUFD
 P:
 Bed Rest total
 Observasi KU, TTV dan perdarahan
 Lanjut terapi post op
 Aff kateter
FOLLOW UP
11 February 2019
S : Nyeri luka op (+), PPV (+) sedikit-sedikit, mual (-), muntah (-), pusing (-), sakit kepala (-), flatus
(+), BAB (-), BAK (+).
O : TD : 120/70 mmHg N : 84 kali/menit
 R : 20 kali/mnt S : 36,0oC
 Konjungtiva anemis (-/-).
 ASI: -/-
 Kontraksi: +
 Lokia : + (rubra)
 TFU : 2 jari dibawah pusat
FOLLOW UP

 A : P4A0 40 tahun post SC H4 a/i Plasenta previa totalis + solusio plasenta +


IUFD
 P:
 Aff infus
 Observasi KU, TTV dan perdarahan
 Obat ganti oral :
 Cefadroxil 2 x 1
 Asam mefenamat 3 x 1
 Hemafort 1 x 1
FOLLOW UP
12 February 2019
S : Nyeri luka op (+), PPV (+) sedikit-sedikit, mual (-), muntah (-), pusing (-), sakit kepala (-), flatus
(+), BAB (-), BAK (+).
 O : TD : 120/80 mmHg N : 88 kali/menit
 R : 20 kali/mnt S : 36,0oC
 Konjungtiva anemis (-/-).
 ASI: -/-
 Kontraksi: +
 Lokia : + (rubra)
 TFU : 2 jari dibawah pusat
FOLLOW UP
A : P4A0 40 tahun post SC H5 a/i Plasenta previa totalis + solusio plasenta +
IUFD
P:
- Obat oral :
 Cefadroxil 2 x 1
 Asam mefenamat 3 x 1
 Hemafort 1 x 1
- Boleh rawat jalan
Pembahasan
 Dalam menentukan diagnosis dan penatalaksanaan kasus obstetri yang harus dilakukan
terhadap pasien adalah anamnesis, pemeriksaan fisik serta pemeriksaan penunjang.
 Pada anamnesis didapatkan seorang perempuan usia 30 tahun, G4P2A1 gravid 37-38
minggu masuk ke RSU Anutapura dengan keluhan perdarahan pervaginam sejak pukul 19.00
wita. Darah berwarna merah segar, bergumpal (-), rasa nyeri (-), serta pelepasan lendir (-)
dan air (-), gerakan janin (-). Darah merembes terus-menerus sampai menghabiskan 4
pembalut. Riwayat perdarahan pervaginam saat usia kehamilan 5 bulan. Riwayat trauma (-).
Dari pemeriksaan fisik didapatkan Keadaan umum sakit sedang. Kesadaran kompos mentis.
Tekanan darah 100/70 mmHg, denyut nadi 60 kali/menit, laju pernafasan 30 kali/menit, suhu
36,7°C. Konjungtiva anemis -/-. Pemeriksaan Obstetri: Leopold I 2 jari dibawah prosesus
xyphoid, Leopold II punggung kiri, Leopold III presentasi kepala, dan Leopold IV kepala
belum memasuki pintu atas panggul.
Pembahasan
 Janin tunggal, pergerakan (-), DJJ tidak terdengar. Pemeriksaan genitalia, tampak rembesan
darah, berwarna merah segar yang keluar dari vagina. Pada kasus ini tidak dilakukan
pemeriksaan dalam. Pada pemeriksaan darah rutinWBC 71.000/uL, RBC 3.900.000/uL, HGB
9,6g/dl, PLT 219.000/uL, HbSAg (non reaktif). Selang 5 menit di IGD-KB Pasien mengeluhkan
pengeluaran darah dari kemaluan (+) semakin banyak, nyeri perut bagian bawah (+), disertai
mulas hebat pada perut, pusing. Dilakukan transfusi 1 kantong Whole Blood di IGD KB
sebelum tindakan SCTP cito dan didapatkan pasien mengalami solusia plasenta dan bayi telah
meninggal saat dilahirkan.
Pembahasan
 Pada kasus ini pasien mengalami perdarahan antepartum berupa solusio
plasenta. Solusio plasenta adalah terlepasnya sebagian atau keseluruhan
plasenta dari implantasi normalnya (korpus uteri) setelah kehamilan 20
minggu dan sebelum janin lahir. Perdarahan yang terjadi dalam banyak
kejadian akan merembes anatara plasenta dan miometrium untuk seterusnya
menyelinap di bawah selaput ketuban dan akhirnya memperoleh jalan ke
kanalis servikalis dan keluar melalui vagina (revealed hemorrhage). Dalam
klinis solusio plasenta dibagi ke dalam berat ringannya gambaran klinik
sesuai dengan luasnya permukaan plasenta yang terlepas, yaitu solusio
plasenta ringan, solusio plasenta sedang dan solusio plasenta berat.
Pembahasan
 Berdasarkan gejala klinik pada pasien berupa perdarahan hebat disertai
dengan nyeri dan tegang pada perut, dan kemungkinan terjadinya IUFD
maka pasien masuk dalam klasifikasi kelas III atau solusio plasenta berat.
Pada kelas III gejala yang ditemukan berat dan terdapat pada hampir 24%
kasus, perdarahan pervaginam dari tidak ada sampai berat; uterus tetanik
dan sangat nyeri; syok maternal; hipofibrinogenemi, koagulopati serta
kematian janin. Pada solusio plasenta berat kejadian terjadi sangat tiba-tiba.
Biasanya ibu telah jatuh dalam keadaan syok dan janinnya telah meninggal.
Uterus sangat tegang seperti papan dan sangat nyeri. Pada keadaan-keadaan
di atas besar kemungkinan telah terjadi kelainan pada pembekuan darah dan
kelainan/gangguan fungsi ginjal.
Pembahasan
 Etiologi solusio plasenta belum diketahui dengan jelas, namun terdapat
beberapa keadaan tertentu yang dapat menyertai diantaranya adalah
hipertensi, riwayat trauma, kebiasaan merokok, usia ibu < 20 atau >35
tahun, multiparitas, tali pusat yang pendek, defisiensi asam folat,
perdarahan retroplasenta, penyalahgunaan alkohol dan obat-obatan.
 Komplikasi solusio plasenta berasal dari perdarahan retroplasenta yang
terus berlangsung sehingga menimbulkan berbagai akibat pada ibu
seperti anemia, syok hipovolemik, insufisiensi fungsi plasenta,
ganguan pembekuan darah, gagal ginjal mendadak, dan uterus
Couvelaire disamping komplikasi sindroma insufiensi fungsi plasenta
pada janin berupa angka kematian perinatal yang tinggi.
Pembahasan
 Paritas tinggi (lebih dari 3) mempunyai angka kematian maternal
lebih tinggi. Lebih tinggi paritas, lebih tinggi kematian maternal.
Multiparitas dan grandemulti merupakan faktor predisposisi
terjadinya perdarahan antepartum dan perdarahan post partum,
dikarenakan kelemahan dan kelelahan otot rahim. Perubahan
patologik terjadi pada uterus dengan bertambahnya paritas. Pada
penelitian Nelson dan Sandmeyer pada spesimen histerektomi dari
wanita dengan paritas tinggi (para 8 atau lebih) diperoleh gambaran
dinding uterus yang rapuh dan kurang elastis dengan serat - serat
miometrium yang jarang serta peningkatan hialinisasi dan fibrosis.
Pembahasan
 Pada ibu multipara juga akan terjadi kemunduran dan cacat pada
endometrium yang mengakibatkan terjadinya fibrosis pada bekas
implantasi plasenta pada persalinan sebelumnya, sehingga
vaskularisasi menjadi berkurang. Untuk memenuhi kebutuhan
nutrisi dan janin, plasenta akan mengadakan perluasan implantasi
dan vili khorialis akan menembus dinding uterus lebih dalam lagi
sehingga akan terjadi plasenta adhesiva sampai perkreta.
Pembahasan
 Syok pada solusio plasenta diperkirakan terjadi akibat pelepasan tromboplastin
dari desidua dan plasenta masuk kedalam sirkulasi maternal dan mendorong
pembentukan koagulasi intravaskular beserta gambaran klinik lain sindroma
emboli cairan ketuban termasuk hipotensi. Sindroma Sheehan terdapat pada
beberapa penderita yang terhindar dari kematian setelah penderita syok yang
berlangsung lama yang menyebabkan iskemia dan nekrosis adenohipofisis
sebagai akibat solusio plasenta.
Pembahasan
 Fungsi plasenta akan terganggu apabila peredaran darah
keplasenta mengalami penurunan yang berarti. Sirkulasi darah
keplasenta menurun manakala ibu mengalami perdarahan banyak
dan akut seperti pada syok.
 Cara mengatasi syok diantaranya dengan pemberian infus NS/RL
untuk restorasi cairan, berikan 500 ml dalam 15 menit pertama
dan 2 L dalam 2 jam pertama. Serta pemberian transfusi dengan
darah segar untuk memperbaiki faktor pembekuan akibat
koagulopati.
Pembahasan
 IUFD (intrauterine fetal death) atau kematian janin, kelahiran
prematur merupakan komplikasi tersering pada solusio plasenta.
Solusio plasenta mempunyai prognosis yang buruk baik bagi ibu
hamil dan lebih buruk lagi bagi janin. Nasib janin tergantung dari
luasnya plasenta yang terlepas dari dinding uterus. Apabila
sebagian besar atau seluruhnya terlepas, anoksia akan
mengakibatkan kematian janin. Apabila sebagian kecil yang
terlepas, mungkin tidak berpengaruh sama sekali, atau
mengakibatkan gawat janin.
Pembahasan
 Solusio plasenta berat mempunyai prognosis paling buruk
terhadap ibu lebih-lebih terhadap janinnya. Umumnya pada
keadaan yang demikian janin telah mati dan mortalitas maternal
meningkat akibat salah satu komplikasi. Pada solusio plasenta
sedang dan berat prognosisnya juga tergantung pada kecepatan
dan ketepatan bantuan medik yang diperoleh pasien. Transfusi
darah yang banyak dengan segera dan terminasi kehamilan tepat
waktu sangat menurunkan morbiditas dan mortalitas maternal dan
perinatal.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai