Anda di halaman 1dari 11

Sebuah Laporan Kasus :

Terapi pada Pasien Filariasis disertai dengan Gejala Hipertensi


Andika Nursari Putri*, Sherly A Ponga**, Tri Setyawati***
*Mahasiswa Program Profesi Dokter, Fakultas Kedokteran Univeritas Tadulako
**Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Puskesmas Kaleke Palu
***Bagian Ilmu Kedokteran Tropis & Traumatologi

ABTRACT
Filariasis is an infectious disease caused by the worm Filaria sp. which can
attack the lymph nodes and channels. Specific treatment for infections is done by
giving a combination of Dietilcarbamazine (DEC) and albendazole. In some
cases, the administration of diethylcarbamazine therapy can have various side
effects for sufferers. These side effects are caused by an immune reaction from the
body. In addition, dead worms are found in the bloodstream so that it interferes
with circulation and is at risk for patients with a history of hypertension. In this
case special treatment is needed for patients with filariasis accompanied by a
history of hypertension.

ABSTRAK
Filariasis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh cacing Filaria sp. yang
dapat menyerang kelenjar dan saluran getah bening. Pengobatan spesifik untuk
infeksi dilakukan dengan pemberian kombinasi Dietilcarbamazine (DEC) dan
albendazol. Dalam beberapa kasus, pemberian terapi diethylcarbamazine dapat
memberikan efek samping yang beragam kepada penderita. Efek samping itu
diakibatkan adanya reaksi imun dari tubuh. Selain itu cacing yang mati ditemukan
dalam aliran darah sehingga mengganggu sirkulasi dan beresiko terhadap
penderita dengan riwayat hipertensi. Dalam hal ini diperlukan penanganan khusus
terhadap pasien penderita filariasis disertai dengan riwayat hipertensi.

Kata Kunci : Filariasis, Hipertensi, Diethylcarbamazine


PENDAHULUAN Gejala akut berupa
Filariasis adalah penyakit peradangan kelenjar dan saluran
menular yang disebabkan oleh cacing getah bening yaitu adenolimfangitis
Filaria sp. pada manusia, yaitu akut (ADL), limfadenitis dini, serta
Wuchereria bancrofti, Brugia malayi, limfangitis filaria akut (AFL).
Brugia timori. Filariasis dapat Pengidap ADL akan menunjukkan
ditularkan oleh seluruh jenis spesies gejala demam filarial berlangsung 3-
nyamuk penular filariasis yang terdiri 5 hari, menggigil, sakit kepala,
dari genus Anopheles, Aedes, Culex, muntah, rasa lemah serta dapat pula
Mansonia, dan Armigeres.1,2 menjadi abses. Pembengkakan
Di Indonesia sampai saat ini kelanjar getah bening (tanpa ada
dilaporkan terdapat lebih dari 14.932 luka) di daerah lipatan paha, ketiak
penderita kasus kronis yang tersebar kemerahan (limfadenitis), panas dan
di 418 kabupaten/kota di 34 provinsi. nyeri. Limfedema dini dapat ditemui
Sampai tahun 2014 berdasarkan dengan gejala pembesaran tungkai,
survei darah jari, dari 511 lengan, buah dada, kantung buah
kabupaten/kota di Indonesia ada 241 zakar. Pada wanita berupa mastitis,
kabupaten/kota sebagai daerah sedangkan pada laki-laki gejala
endemis (microfilaria >1%). Rata- berupa orkitis, epididimoorkitis, dan
rata prevalensi microfilaria di funikulitis. Gejala lainnya berupa
Indonesia tahun 2014 adalah 4,7%.3–6 sesak nafas karena tersumbatnya
Cacing Filaria sp. yang hidup paru-paru akibat respon imunologik
di kelenjar dan saluran getah bening berlebih. Sementara gejala AFL
menimbulkan gejala akut dan kronis. berupa munculnya benjolan-benjolan
Pada fase asimtomatik munculnya kecil pada bagian tubuh tempat
pembesaran kelenjar getah bening cacing-cacing dewasa yang mati
tanpa nyeri. Pemeriksaan darah berkumpul. 1,3,7,8
biasanya akan menunjukkan Filariasis kronis terjadi akibat
keberadaan mikrofilaria dalam penyumbatan aliran limfe di daerah
jumlah besar disertai peningkatan sel terjadinya peradangan dan
darah putih. 1,7,8 menimbulkan gejala seperti kaki
gajah (elephantiasis), limfedema, transiluminasi untuk menilai
lymph scrotum, kiluria, dan hidrokel. adanya hidrokel. Pemeriksaan
Pembesaran menetap membuat penunjang untuk menegakkan
pengidapnya tidak dapat melakukan diagnosis dengan menemukan
kegiatan sehari-hari dengan normal. adanya mikrofilaremia. 2,5,9
Cacing dewasa yang menggumpal Penatalaksanaan terbagi
meyebabkan limfadenitis dan menjadi perawatan umum dan
limfangitis retrograde disusul dengan pengobatan spesifik. Perawatan
obstruktif menahun. 2,7 umum meliputi istirahat yang cukup,
Limfedema menyebabkan perawatan kebersihan kaki serta
terganggunya aliran sistem limfatik terapi simtomatik dan antibiotik bila
dan membuat sistem imun tubuh terjadi infeksi sekunder dan abses.
menjadi lemah sehingga penderita Pengobatan spesifik untuk
gampang terkena infeksi sekunder pengobatan infeksi dilakukan dengan
oleh bakteri atau jamur. Limfedema tujuan menurunkan angka
dengan fibrosis jaringan adiposa mikrofilaremia pada komunitas
menyebabkan dermatosklerosis yaitu dengan pemberian Dietilcarbamazine
adenitis dermatolimfangio akut (DEC) 6,12,13
(ADLA) yang menyebabkan kulit Pada pasien filariasis dengan
berlipat-lipat, timbul nodul dan kutil, mikrofilaremia yang tinggi, DEC
papilomatosis, hiperpigmentasi, dan dikonsumsi dari dosis kecil guna
hipertrikosis. Selain itu, stasisnya menghindari reaksi efek samping
cairan limfatik dapat menyebabkan akibat antigenemia yang besar dari
ruptur limfe sehingga terjadi mikrofilaria yang dihancurkan.16,17
chyluria, chylocele, chyloascitis, dan Mekanisme kerja DEC
chylotoraks.1,7,8 terhadap mikrofilaria adalah
Pemeriksaan fisik filariasis melumpuhkan otot sehingga
meliputi pemeriksaan kelenjar getah mikrofilaria tidak dapat bertahan
bening umum untuk melihat adanya ditempat (dislokasi), juga mengubah
limfedema dan penebalan kulit, serta komposisi dinding sehingga akan
pemeriksaan testis dan tes dihancurkan oleh host. 9,16
LAPORAN KASUS Dari hail pemeriksaan fisik
Seorang wanita berusia 56 ditemukan keadaan umum sakit
tahun dengan keluhan kaki sedang, kesadaran komposmentis.
membengkak sejak sepuluh tahun Tekanan Darah 140/90 mmHg , Nadi
yang lalu. Awal mulanya kaki 80 x/menit, Respirasi 20x/menit,
bengkak hanya dialami pada bagian suhu 36,7 ºC, BB 60 Kg dan TB 155
kaki sebelah kanan, dirasakan cm. Pada pemerikaan ekstremitas
bengkak mulai dari daerah paha tungkai bawah didapatkan Inspeksi :
dirasakan panas dan nyeri. Gejala pembengkakan (+/+), kulit menebal
awal juga dirasakan adanya demam (+/+), terkelupas (+/+), luka (-/-).
naik turun, sakit kepala dan mual Palpasi : edema (+/+), penebalan
muntah selama beberapa hari. kulit (+/+), nyeri tekan (+/+).
kemudian bengkak dirasakan
membesar pada seluruh kaki dan
menetap. Sekitar 2 tahun yang lalu
keluhan dirasakan pula pada kaki
sebelah kirinya. Pasien mengaku
belum pernah berobat dikarenakan
memiliki riwayat darah tinggi.
Namun beberapa bulan terakhir
pasien merasakan keluhan memberat
dirasakan nyeri luar biasa pada kedua
kakinya sehingga pasien sulit Gambar 1. Pembengkakan tungkai
berjalan dan tidak dapat beraktivitas bawah pada pasien Filariasis
seperti biasa. Nyeri terasa seperti Hasil pemeriksaan penunjang
ditusuk-tusuk dan keram pada kedua darah lengkap Leukosit 10 x103/μL,
kaki. Serangan sering dirasakan pada Hemoglobin 11 g/dL, eosinofil
malam hari. Demam(+) kadang- 3,986/mm3. Pada pemeriksaan rapid
kadang, mual(-), muntah(-), BAB(+) test deteksi antigen/antibodi dengan
dan BAK(+) lancar seperti biasa. sediaan darah kapiler didapatkan
hasil positif mikrofilaremia.
Atas indikasi adanya infeksi limfatik dan oleh reaksi
cacing filariasis limfatika kronik hiperresponsif berupa occult
(elephantiasis) disertai riwayat filariasis. Pasien juga mengalami
hipertensi maka dilaksanakan terapi yaitu adenitis dermatolimfangio pada
kontrol tekanan darah dilanjutkan kulit kakinya yang menyebabkan
dengan pemberian obat anti filariasis kulit berlipat-lipat, timbul nodul dan
berupa Diethylcarbamazine dengan kutil, papilomatosis,
penurunan dosis kombinasi bersama hiperpigmentasi, dan hipertrikosis.
albendazole dilakukan dalam satu Pemeriksaan penunjang
minggu pertama. filariasis adalah menemukan
DISKUSI mikrofilaria pada sediaan apusan
Pada kasus ini, diketahui darah tepi pengambilan darah malam
pasien terdiagnosis Filariasis hari, strip tes deteksi antigen/antibodi
Limfatik kronik memiliki riwayat cacing, deteksi DNA mikrofilaria
tekanan darah tinggi. Diagnosis pada darah manusia lewat metode
berdasarkan temuan klinik PCR (Polymerase Chain Reaction).
didapatkannya pembengkakan kaki Dengan teknik ELISA dan ICT
yang menetap sejak 10 tahun yang kedua teknik ini pada dasarnya
lalu pada kaki kanan dan 2 tahun menggunakan antibodi monoclonal
yang lalu pada kaki kiri yang diawali yang spesifik untuk mendeteksi
gejala demam filarial, sakit kepala, antigen W.brankrofti dalam sirkulasi.
muntah serta bengkak kelanjar getah Pemeriksaan ultrasonografi dengan
bening di daerah paha, 1,3,7,8 menemukan cacing dewasa pada
Manifestasi kronik, saluran limfatik. Penemuan
disebabkan oleh berkuranpya fungsi laboratorium adalah meningkatnya
saluran limfe terjadi beberapa bulan hitung jenis eosinophil. Namun,
sampai bertahun-tahun dari episode apabila sudah terdapat limfedema
akut. Gejala kronis filariasis berupa dan berlangsung kronis, hasil
pembesaran yang menetap laboratorium bisa saja normal. Pada
(elephantiasis) yang disebabkan oleh kasus ini ditemukan adanya
adanya cacing dewasa pada sistem mikrofilariamia positif yang
menguatkan diagnosis pada kasus filariasis kronis dengan serangan
ini. Apabila jumlah mikrofilaria akut, pasien onchocerciasis okular
sangat banyak dapat menyebabkan berat, malnutrisi atau gizi buruk.6,18,19
inflamasi granuloma akut atau kronis Peringatan penggunaan
akibat destruksi limfa..5,10,11 diethylcarbamazine dimana dosis
Dosis diethylcarbamazine perlu diturunkan adalah pada pasien
sebagai terapi yang diberikan pada dengan gangguan ginjal seperti
orang dewasa usia >14 tahun adalah penyakit ginjal kronis, gangguan
DEC 3 tablet 100mg + 1 tablet jantung seperti gagal jantung, dan
albendazol 400mg. Kombinasi yang sedang sakit berat. Tunda
diberikan sebanyak 1 kali per tahun, pemberian diethylcarbamazine pada
selama 5 tahun berturut-turut. Dosis pasien yang sakit berat, berikan
tunggal per oral adalah 6 setelah sembuh.16,19,20
mg/kgBB/hari (300 mg yaitu 3 tablet Seperti diketahui cara kerja
100 mg untuk berat badan 50 kg) obat diethylcarbamazine yaitu
diminum 12 hari berturut-turut. 14–16 menyebabkan cacing mikrofilaria
Pemberian terapi DEC mati dan beredar dalam siklus aliran
terkombinasi Albendazole pada darah serta menumpuk pada jaringan
kasus pasien dengan riwayat endotel. Diethylcarbamazine
hipertensi perlu perhatian khusus merupakan inhibitor metabolisme
dikarenakan banyak ditemui kasus asam arakidonat pada mikrofilaria
efek pemberian terapi pada penderita sehingga terjadi imobilisasi dan
hipertensi dapat menyebabkan mikrofilaria menjadi lebih mudah
gangguan aliran sirkulasi darah diserang oleh sistem imun tubuh.
hingga menyebabkan kematian. Diethylcarbamazine memicu
Kontraindikasi absolut DEC fagositosis mikrofilaria yang
adalah pasien dengan riwayat alergi, dimediasi antibodi. Respons imun
ibu hamil, anak usia <2 tahun, gagal tubuh yang dapat diamati adalah
ginjal atau hemodialisis, epilepsi atau peningkatan limfosit, eosinofil,
riwayat kejang, kanker, pasien sakit makrofag, dan sel natural killer.
berat dan demam tinggi, pasien
Diethylcarbamazine juga tekanan darah dalam kondisi stabil. 20–
22
bekerja mempengaruhi jalur
siklooksigenase. Diethylcarbamazine Pemberian terapi non
menghambat produksi prostanoid, farmakologi diterapkan dengan cara
prostaglandin E2, dan prostaglandin perawatan umum pada kaki pasien
12 oleh sel endotel yang merupakan yang mengalami pembengkakan
hasil akhir jalur siklooksigenase. berupa mencuci dan mengeringkan
Prostaglandin merupakan agen kaki hingga sela-sela jari. Selain itu
vasodilator yang membantu parasit pasien dianjurkan memeriksa luka
agar mudah bersirkulasi di dalam serta merawatnya di daerah kaki.
pembuluh darah. Pemberian Pasien dianjurkan melakukan latihan
diethylcarbamazine menyebabkan fisik dengan kakinya dan
penurunan prostaglandin yang mengangkat kakinya di posisi lebih
signifikan sehingga mikrofilaria tinggi pada malam hari saat
melekat dan menumpuk di kapiler. tidur.4,14,15
Diethylcarbamazine menyebabkan Dosis pengobatan diturunkan
peningkatan regulasi ekspresi dengan pemberian bertahap demi
molekül adhesi sel endotel yang menghindari kemungkinan terjadinya
mengakibatkan mikrofilaria semakin efek samping pada pasien. Dosis
menempel pada endotel pembuluh kecil dapat dimulai dengan
darah. Mobilisasi mikrofilaria pemberian 50 mg di hari pertama,
semakin terganggu oleh perlekatan kemudian 3 x 50 mg di hari kedua, 3
granulosit dan agregasi trombosit x 100 mg di hari ketiga, lalu
yang terjadi. menggunakan dosis 6 mg/kg/hari
Karena hal tersebutlah pada dibagi 3 kali pemberian untuk hari
kasus ini diperlukan pemantauan keempat selama 10-15 hari dengan
tekanan darah pasien terlebih dahulu demikian akan makin kecil
setiap mengkonsumsi obat disertai kemungkinan efek samping yang
dengan penurunan dosis obat. Selain ditimbulkan. Selain itu pasien
itu pasien dianjurkan menjaga diberikan terapi Paracetamol sebagai
obat simtomatik untuk mengurangi Pertama adalah yang biasa
nyeri yang dirasakan pasien. 6,17,18 disebut efek samping obat, yaitu
Sebelumnya pasien disebabkan karena reaksi terhadap
dianjurkan untuk mengontrol tekanan obatnya. Efek samping obat ini
darah dengan tidak mengkonsumsi adalah akibat efek obat terhadap
makanan berlemak, bersantan, dan tubuh manusia (efek farmakologi),
kopi. Pasien juga dianjurkan untuk akibat interaksi obat, intoleransi
tidak terlalu banyak bekerja dan (tidak cocok obat), idiosinkrasi
menenangkan pikiran serta cukup (keanehan/ketidak laziman respon
tidur. Tekanan darah dipantau selama individu terhadap obat), reaksi alergi
seminggu dengan pemberian obat obat. Efek samping karena obat
antihipertensi Amlodipine sebelum biasanya ringan berupa sakit kepala,
pemberian terapi antifilariasis. nyeri sendi, rasa lemas, mengantuk,
Setelah seminggu pasien mual, dan muntah. 4,19,20
datang kembali ke Puskesmas Kedua adalah yang disebut
dengan diukur tekanan darahnya. sebagai kejadian ikutan pasca
Pada pemeriksaan kedua didapatkan pengobatan, yaitu reaksi tubuh
tekanan darah pasien stabil terhadap hasil pengobatan (tubuh
120/80mmhg. Pasien kemudian makrofilaria & mickrofilaria yang
dianjurkan mengkonsumsi obat DEC mati adalah benda asing bagi tubuh),
dikombinasikan Albendazole sesuai bukan terhadap obatnya. Efek
dosis selama 3 hari terlebih dahulu samping hasil pengobatan terjadi
untuk dipantau kembali. lebih berat, karena reaksi imun tubuh
Kejadian ikutan pasca terhadap mikrofilaria yang mati
pengobatan filariasis erlu dimengerti menjadi benda asing untuk tubuh dan
bahwa berbeda dengan efek samping tergantung dari jumlah mikrofilaria
penggunaan obat pada umumnya, yang mati beredar di sirkulasi
efek yang tidak diharapkan pada (pembuluh darah dan limfatik) atau
pengobatan filariasis terdiri dari 2 terakumulasi di jaringan, berbanding
6,19,22
kelompok efek. langsung dengan suksesnya
pengobatan, sehingga boleh disebut
sebagai efek yang muncul karena beredar dalam aliran darah dapat
pengobatan berhasil membunuh mengganggu sistem sirkulasi
mikrofilaria. Oleh karena itulah pada sehingga perlu pemantauan khusus.
kasus pasien dengan mikrofilaremia Pada pasien dengan riwayat
yang tinggi perlu dilakukan hipertensi sebaiknya dilakukan
pengurangan dosis untuk mengurangi penanganan untuk tekanan darahnya
efek pengobatan yang beresiko terlebih dahulu sebelum melakukan
terhadap sistem imun dan sirkulasi terapi demi menghindari resiko.
darah. 12,18,21,22 Pemantauan tekanan darah dapat
Efek berupa gatal hingga dilakukan setiap hari selama
bengkak di daerah wajah, pemberian terapi agar terapi lebih
pembesaran kelenjar getah bening di terkontrol. Dosis terapi juga dapat
leher, ketiak, dan inguinal yang diturunkan demi mengurangi erfek
teraba nyeri, demam, ruam kulit, samping yang dapat ditimbulkan.
penurunan penglihatan atau rabun Dianjurkan juga perawatan
senja, penyempitan lapang pandang nonfarmakologi pada pasien baik
(tunnel vision).14,19 untuk mengurangi tekanan darah
Pasien datang 3 hari agar tetap dalam kondisi stabil
kemudian dengan kondisi umum baik maupun untuk menjaga
dan tekanan darah stabil. Kemudian pembengkakan pada kaki pasien
pasien dianjurkan untuk melanjutkan dalam kondisi yang baik.
terapi hingga 14 hari. pasien REFERENSI
dianjurkan untuk tetap menjaga 1. Gandahusada, S. Parasitologi

tekanan darah dalam kondisi stabil. Kedokteran. (Fakultas

KESIMPULAN Kedokteran Universitas

Dalam beberapa kasus, terapi Indonesia, 2014).

kombinasi diethylcarmazine dengan 2. Zulkoni, A. Parasitologi Untuk

albendazole dapat memberikan Keperawatan, Kesehatan

reaksi yang berbeda pada setiap Masyarakat dan Teknik

orang. Sistem kerja obat ini yang Lingkungan. (Nuha Medika,

memberikan efek cacing mati 2011).


3. Wahyono, T. Y. M., Supali, T. & Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam
Purwantyastuti. Filariasis di FKUI;, 2014).
Indonesia. vol. 1 (Pusat Data dan 8. Cabral, S. et al. Knowledge,
Surveilans Epidemiologi attitudes and perceptions
Kementrian Kesehatan RI, regarding lymphatic filariasis:
2010). study on systematic
4. Widoyono. Penyakit noncompliance with mass drug
Tropis :Epidemiologi, administration. Rev. Inst. Med.
Penularan, Pencegahan Dan Trop. São Paulo 59, (2017).
Pemberantasannya - 9. Molyneux, D. H. Advancing
Perpustakaan Terpadu. toward the Elimination of
(Erlangga, 2011). Lymphatic Filariasis. N. Engl. J.
5. Specht, S., Suma, T. K., Med. 379, 1871–1872 (2018).
Pedrique, B. & Hoerauf, A. 10. Kamgno, J. et al. A Test-and-
Elimination of lymphatic Not-Treat Strategy for
filariasis in South East Asia. Onchocerciasis in Loa loa –
BMJ k5198 (2019) Endemic Areas. N. Engl. J. Med.
doi:10.1136/bmj.k5198. 377, 2044–2052 (2017).
6. Departemen Kesehatan RI, 11. Singh, A., Agarwal, L.,
Indonesia. Pedoman Lakhmani, K., Sengupta, C. &
penanggulangan kejadian ikutan Singh, R. Detection of anti-
pasca pengobatan filariasis filarial antibody among
Direktorat Jenderal PP & PL. hydrocele patients living in an
(Jakarta : Departemen Kesehatan endemic area for filariasis. J.
Republik Indonesia, Direktorat Fam. Med. Prim. Care 5, 553
Jendral PP & PL, 2009). (2016).
7. Sudoyo, A., Setiyohadi, B., 12. Chami, G. F., Kabatereine, N. B.
Alwi, I., Simadibrata, M. & & Tukahebwa, E. M. Profiling
Setiati, S. Buku Ajar Ilmu the best-performing community
Penyakit Dalam. (Pusat medicine distributors for mass
drug administration: a
comprehensive, data-driven 17. Morris, C. P., Evans, H., Larsen,
analysis of treatment for S. E. & Mitre, E. A
schistosomiasis, lymphatic Comprehensive, Model-Based
filariasis, and soil-transmitted Review of Vaccine and Repeat
helminths in Uganda. BMC Med. Infection Trials for Filariasis.
17, 69 (2019). Clin. Microbiol. Rev. 26, 381–
13. Dickson, B. F. R. et al. The 421 (2013).
prevalence of lymphatic filariasis 18. Soedarto. Pengobatan Penyakit
infection and disease following Parasit. (Sagung Seto, 2009).
six rounds of mass drug 19. Herrick, J. A. et al. Posttreatment
administration in Mandalay Reactions After Single-Dose
Region, Myanmar. PLoS Negl. Diethylcarbamazine or
Trop. Dis. 12, e0006944 (2018). Ivermectin in Subjects With Loa
14. Santoso & Sudomo, M. loa Infection. Clin. Infect. Dis.
Filariasis di Indonesia: strategi 64, 1017–1025 (2017).
dan tantangan POPM filariasis 20. Obeyesekere, I. & Peiris, D.
menuju eliminasi tahun 2020. Pulmonary hypertension and
(2016). filariasis. Heart 36, 676–681
15. Amarillo, M., Belizario, V. Y., (1974).
Sadiang-abay, J. T., Sison, S. & 21. Obeyesekere, I. & De Soysa, N.
Dayag, A. Factors associated `Primary’ pulmonary
with the acceptance of mass drug hypertension, eosinophilia, and
administration for the filariasis in Ceylon. Heart 32,
elimination of lymphatic 524–536 (1970).
filariasis in Agusan del Sur, 22. Ribeiro, E. L. et al.
Philippines. Parasit. Vectors 1, Diethylcarbamazine: A potential
14 (2008). treatment drug for pulmonary
16. King, C. L. et al. A Trial of a hypertension? Toxicol. Appl.
Triple-Drug Treatment for Pharmacol. 333, 92–99 (2017).
Lymphatic Filariasis. N. Engl. J.
Med. 379, 1801–1810 (2018).

Anda mungkin juga menyukai