Anda di halaman 1dari 24

SOLUSIO

PLASENTA
Kelompok 4 :
Pendahuluan
Solusio plasenta atau disebut juga abruptio placenta atau
ablasio placenta adalah separasi prematur plasenta
dengan implantasi normalnya di uterus (korpus uteri)
dalam masa kehamilan lebih dari 20 minggu dan sebelum
janin lahir.

Usia reproduksi sehat adalah usia 20-35 tahun. Usia


kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun
meningkatkan risiko terjadinya komplikasi dalam
kehamilan, salah satunya solusio plasenta.

Solusio plasenta merupakan salah satu penyebab


perdarahan antepartum yang memberikan kontribusi
terhadap kematian maternal dan perinatal di Indonesia.
Definisi
Solusio plasenta adalah terlepasnya sebagian
atau keseluruhan plasenta dari implantasi
normalnya (korpus uteri) setelah kehamilan 20
minggu dan sebelum janin lahir. Cunningham
dalam bukunya mendefinisikan solusio plasenta
sebagai separasi prematur plasenta dengan
implantasi normalnya korpus uteri sebelum janin
lahir.>
Definisi
Nama lain yang sering dipergunakan,
yaitu abruptio placentae, ablatio
placentae, accidental haemorrhage,
premature separation of the normally
implanted placenta.
Epidemiologi
Penelitian di Norwegia menunjukkan insidensi
6,6 per 1000 kelahiran.

Frekuensi solusio plasenta di Amerika Serikat


dan di seluruh dunia mendekati 1 %.

Saat ini kematian maternal akibat solusio


plasenta mendekati 6 %.

Angka tersebut tertinggi di ASEAN (5-142 per


100.000) dan 50-100 kali lebih tinggi dari
angka kematian maternal di negara maju.

Solusio plasenta terjadi sekitar 1% dari semua


kehamilan di seluruh dunia.
Klasifikasi
Solusio plasenta menurut derajat pelepasan plasenta:
1. Solusio plasenta totalis
2. Solusio plasenta parsialis
3. Ruptura sinus marginalis.
Berdasarkan gejala klinik yang ditimbulkan:
Kelas 0 : Asimptomatik. Diagnosis ditegakkan secara retrospektif dengan
menemukan hematoma atau daerah yang mengalami pendesakan pada
plasenta. Ruptur sinus marginal juga dimasukkan dalam kategori ini.

Kelas 1 : Gejala klinis ringan dan terdapat pada hampir 48 % kasus. Gejala
meliputi: tidak ada perdarahan pervaginam sampai perdarahan pervaginam
ringan; uterus sedikit tegang; tekanan darah dan denyut jantung maternal
normal; tidak ada koagulopati; dan tidak ditemukan tanda-tanda fetal
distress.

Kelas 2 : Gejala klinik sedang dan terdapat + 27 % kasus. Perdarahan


pervaginam bisa ada atau tidak ada; ketegangan uterus sedang sampai berat
dengan kemungkinan kontraksi tetanik; takikardi materna dengan perubahan
ortostatik tekanan darah dan denyut jantung; terdapat fetal distress, dan
hipofibrinogenemi (150-250 mg/dl).

Kelas 3 : Gejala berat dan terdapat pada hampir 24% kasus, perdarahan
pervaginam dari tidak ada sampai berat; uterus tetanik dan sangat nyeri; syok
maternal; hipofibrinogenemi (<150 mg/dl); koagulopati serta kematian janin.
Solusio plasenta menurut bentuk perdarahan:
1. Solusio plasenta  perdarahan keluar
2. Solusio plasenta  perdarahan tersembunyi, hematoma
retroplacenter
3. Solusio plasenta  perdarahannya masuk dalam kantong amnion
 Berdasarkan jumlah perdarahan yang terjadi:
1. Solusio plasenta ringan: perdarahan pervaginam
<100 ml.
2. Solusio plasenta sedang: perdarahan pervaginam
100-500 ml, hipersensitifitas uterus atau
peningkatan tonus, syok ringan, dapat terjadi fetal
distress.
3. Solusio plasenta berat: perdarahan pervaginam luas
> 500 ml, uterus tetanik, syok maternal sampai
kematian janin dan koagulopati.
Berdasarkan luasnya bagian plasenta yang terlepas dari uterus:
1. Solusio plasenta ringan: kurang dari ¼ bagian bagian plasenta yang
terlepas. Perdarahan kurang dari 250 ml.
2. Solusio plasenta sedang: Plasenta yang terlepas ¼ - 2/3 bagian.
Perdarahan <1000 ml, uterus tegang, terdapat fetal distress akibat
insufisiensi uteroplasenta.
3. Solusio plasenta berat: Plasenta yang terlepas > 2/3 bagian , perdarahan
>1000 ml., terdapat fetal distress sampai dengan kematian janin, syok
maternal serta koagulopati.
Etiologi
FAKTOR RISIKO RISIKO RELATIF
Pernah solusio plasenta 10 – 25
Ketuban pecah pretern/korioamnionitis 2,4 – 3,0
Sindroma pre-eklamsia 2,1 – 4,0
Hipertensia kronik 1,8 – 3,0
Merokok/nikotin 1,4 – 1,9
Merokok + hipertensi kronik atau pre-eklamsia 5–8

Pecandu kokain 13 %
Mioma di belakang plasenta 8 dari 14
Gangguan sistem pembekuan darah berupa Meningkat s/d 7x
single-gene mutation/trombofilia
Trauma abdomen dalam kehamilan Jarang
Patogenesis
Solusio plaseta dimulai dengan terjadinya
Perdarahan terus-menerus/tidak
perdarahan ke dalam desidua basalis dan
terkontrol otot uterus meregang
terbentuknya hematom subkhorionik yang
 uterus tidak mampu
dapat berasal dari pembuluh darah
berkontraksi untuk membantu
miometrium atau plasenta, dengan
dalam menghentikan perdarahan
berkembangnya hematom subkhorionik
yang terjadi.
terjadi penekanan dan perluasan pelepasan
plasenta dari dinding uterus .

Akibatnya hematom
Sebagian darah akan masuk ke bawah selaput ketuban, subkhorionik akan medesak
dapat juga keluar melalui vagina, darah juga dapat plasenta  seluruh plasenta
menembus masuk ke dalam kantong amnion, atau akan terlepas dari
mengadakan ekstravasasi di antara otot-otot miometrium. implantasinya di dinding
uterus.
Patogenesis
Ekstravasasi yang berlangsung Uterus Couvelaire : mengganggu
hebat “Uterus Couvelaire”, kontraktilitas uterus yang sangat
secara makroskopis terlihat diperlukan saat setelah bayi dilahirkan
bercak-bercak berwarna biru atau sehingga mengakibatkan perdarahan post
ungu pada permukaan uterus . partum yang hebat.

Akibatnya ibu jatuh pada keadaan Akibat kerusakan miometrium dan bekuan
hipofibrinogenemia. Pada keadaan retroplasenter adalah pelepasan
hipofibrinogenemia ini terjadi tromboplastin yang banyak ke dalam
gangguan pembekuan darah yang peredaran darah ibu, sehingga berakibat
tidak hanya di uterus, tetapi juga pembekuan intravaskuler dimana-mana
pada organ tubuh lainnya. yang akan menghabiskan sebagian besar
persediaan fibrinogen.
Gambaran Klinis
SOLUSIO PLASENTA RINGAN
 Ruptura sinus marginalis: pelepasan sebagian kecil plasenta.
- Perdarahan pervaginam
- Warna kehitam-hitaman
- Perut terasa agak sakit, atau terasa agak tegang yang sifatnya terus
menerus.
Salah satu tanda yang menimbulkan kecurigaan adanya solusio
plasenta ringan ini adalah perdarahan pervaginam yang berwarna
kehitam-hitaman.
Solusio plasenta sedang
Plasenta telah terlepas lebih dari 1/4 bagian, belum 2/3 luas
permukaan.
- Sakit perut terus menerus,
- Disusul dengan perdarahan pervaginam -> Ibu mungkin telah syok,
janin bisa dalam keadaan gawat.
- Uterus teraba tegang terus-menerus dan nyeri tekan.
Apabila janin masih hidup, bunyi jantung sukar didengar.
Solusio plasenta berat
Plasenta telah terlepas lebih dari 2/3 permukaannnya.
- Sangat tiba-tiba.
- Ibu dalam keadaan syok dan janinnya telah meninggal.
- Sangat tegang seperti papan dan sangat nyeri.
-Terjadi kelainan pada pembekuan darah dan kelainan/gangguan fungsi
ginjal.
DIAGNOSIS

Gejala dan tanda klinis berupa perdarahan (≥ 20 minggu), nyeri pada


uterus, dan adanya kontraksi tetanik pada uterus.

Ultrasonografi

Penggunaan color Doppler


USG
DIAGNOSIS BANDING
Kriteria Solusio Plasenta Plasenta Previa
Perdarahan ­Merah tua s/d coklat hitam ­ Merah segar, Berulang , Tidak nyeri
Terus menerus
Disertai nyeri
Tak tegang
Uterus Tegang, Bagian janin tak teraba, ­Nyeri Tak nyeri tekan
tekan ­
Jarang
Syok/Anemia Lebih sering Sesuai dengan jumlah darah yang keluar
Tidak sesuai dengan jumlah darah yang
keluar ­ iasanya fetus hidup
B
­ Disertai kelainan letak
Fetus 40% fetus sudah mati ­Teraba plasenta atau perabaan fornik
­Tidak disertai kelainan letak ada bantalan antara bagian janin dengan
Pemeriksaan Ketuban menonjol jari pemeriksaan
dalam walaupun tidak his
PENANGANAN
Tokolitik

Sectio
Oksitoksin
Caesarea

Persalinan
Amniotomi
pervaginam
Komplikasi
Sindroma insufiensi
Uterus
Anemia fungsi plasenta pada
Couvelaire
janin

Gagal ginjal
Syok hipovolemik Kematian janin
mendadak

Insufisiensi fungsi Gangguan


ginjal pembekuan darah
Prognosis

1. Solusio plasenta mempunyai prognosis yang buruk baik bagi ibu


hamil dan lebih buruk lagi bagi janin.
2. Solusio plasenta ringan masih mempunyai prognosis yang baik bagi
ibu dan janin karena tidak ada kematian dan morbiditasnya rendah.
3. Solusio plasenta sedang mempunyai prognosis yang lebih buruk
terutama terhadap janinnya karena morbiditas ibu yang lebih berat.
4. Solusio plasenta berat mempunyai prognosis paling buruk terhadap
ibu lebih-lebih terhadap janinnya.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai