Anda di halaman 1dari 27

CASE STUDY

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN KELAHIRAN


EKTOPIK
KEPERAWATAN MATERNITAS

KELOMPOK 1A :

Dzulfahmi Septiana S, S.Kep


Irmadi, S.Kep
Putra Juanda, S.Kep
Siska Ernita, S. Kep

PERSEPTOR AKADEMIK

Liza Wati, S.Kep,Ns,M.Kep

PROGRAM STUDI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH
TANJUNGPINANG
2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kehamilan ektopik merupakam suatu kelainan letak implantasi sel telur yang
dibuahi, dimana lokasi hasil konsepsi tumbuh dan berkembang tidakberada pada
endometrium kavum uterus. Abnormalitas ini dapat menyebabkanbanyak
komplikasi dalam kehamilan salah satunya adalah kehamilan ektopik dimana terjadi
abortus dan reptur pada lokasi implantasi. Lokasi tersering dari kehamilan ini terjadi
pada tuba , selain itu dapat terjadi juga pada ovarium, rongga mulut, serviks, dan
tanduk rudimeter Rahim.
Banyak faktor yang dapat meningkatkan resiko kehamilan ektopik antara
lain inflamasi pelvis, penggunaan IUD, paparan diethylstilbestrol, operasi pada
tuba , infertile, dan riwayat kehamilan ektopik sebelumnya (Josie, 2008)
Masalah ini bila tidak terdeteksi dan ditandai secara tepat dan cepat dapat
menjadi keadaan gawat darurat yang ,mengancam jiwa. Berdasarkan The Centers
for Disease Control and Prevention di Amerika Serikat angka kejadian kehamilan
ektopik berkisar 1- 2 % dari keseluruhan kehamilan dan menjadi penyebab utama
tersering kematian ibu pada trimester awal kehamilan. Selain itu juga menjadi
penyebab sebanyak 10 % dari seluruh kematian ibu yang berhubungan dengan
kehamilan. Sumber lain menyebutkan hubungannya dengan intertilitas dan
peningkatan kejadian yang berulang sebanyak 7 sampai 13 kali lipat (Berek J.S,
2010)
Di Indonesia sendiri, terutama di jawa barat di RSUP dr. Hasan Sadikin
Bandung priode tahun 2018 didapatkan 103 kasus dengan lokasi tersering pada tuba
yaitu 82 kasus.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Penulis mampu mengambarkan asuhan keperawatan secara komprehensif yang
meliputi aspek biopsikososiospritual pada klien kehamilan ektopik

2. Tujuan Khusus
a. Konsep teori kehamilan ektopik
b. Pengakajian status kesehatan pada Ny. R dengan masalah kehamilan ektopik
c. Doagnosa keperawatan yang muncul pada Ny.r dengan masalah kehamilan
ektopik
d. Rencana asuhan keprawatan sesuai dengan diagnose yang mncul pada Ny.r
dengan kehamilan ektopik
e. Pelaksanaan implementasi keperawatan terhadap Ny.r dengan kehamilan
ektopik
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Kehamilan ektopik ialah suatu kehamilan yang pertumbuhan sel telur yang telah
dibuahi tidak menempel pada dinding endometrium kavum uteri. Lebih dari 95%
kehamilan ektopik berada di saluran telur (tuba fallopi) (Sarwono, 2014).
Kehamilan ektopik (ectopic pregnancy, ectopic gestation dan eccecyesis) adalah
kehamilan dengan hasil konsepsi berimplantasi di luar endometrium rahim. Kehamilan
ektopik terganggu (KET) adalah kehamilan ektopik yang terganggu, dapat terjadi
abortus atau pecah dan hal ini dapat berbahaya bagi wanita tersebut (Rustam Mochtar,
2013).

B. Anatomi dan Fisiologi

Kehamilan ektopik adalah kehamilan abnormal yang terjadi di luar rongga rahim, janin
tidak dapat bertahan hidup dan sering tidak berkembang sama sekali. Kehamilan ektopik
disebut juga ectopic pregnancy, ectopic gestation, eccecyesis . Kehamilan ektopik merupakan
penyebab kematian ibu pada umur kehamilan trimester pertama. Frekuensi kejadian kehamilan
ektopik berkisar 1: 14,6 % dari seluruh kehamilan.

C. Etiologi
Menurut Sarwono (2014:) faktor-faktor yang menyebabkan kehamilan ektopik
diantaranya :
1. Faktor tuba
Adanya peradangan atau infeksi pada tuba menyebabkan lumen tuba menyempit atau
buntu. Kerusakan tersebut menghalangi sel telur yang telah dibuahi untuk masuk ke
rahim sehingga akhirnya menempel pada tuba fallopi.
2. Faktor abnormalitas dari zigot
Apabila tumbuh terlalu cepat atau tumbuh dengan ukuran besar, maka zigot akan
tersendat dalam perjalanan pada saat melalui tuba, kemudian terhenti dan tumbuh di
saluran tuba.
3. Faktor ovarium
Bila ovarium memproduksi ovum dan ditangkap oleh tuba yang kontralateral, dapat
membutuhkan proses khusus atau waktu yang lebih panjang sehingga kemungkinan
terjadinya kehamilan ektopik lebih besar.
4. Faktor hormonal
Pil KB yang mengandung progesteron dapat mengakibatkan gerakan tuba melambat.
Apabila terjadi pembuahan dapat menyebabkan terjadinya kehamilan ektopik.
5. Faktor Risiko
a. Pilihan alat kontrasepsi yaitu penggunaan kontrasepsi jenis spiral (intrauterine device
IUD) bertujuan untuk mencegah kehamilan. Namun, apabila kehamilan tetap terjadi,
kemungkinan besar kehamilan bersifat ektopik.
b. Pernah mengalami kehamilan ektopik sebelumnya. Wanita yang mengalami kondisi ini
memiliki risiko lebih tinggi untuk kembali mengalaminya.
c. Mengidap infeksi atau inflamasi. Wanita yang pernah mengalami inflamasi tuba fallopi
atau penyakit radang panggul akibat penyakit seksual menular, memiliki risiko lebih
tinggi untuk mengalami kehamilan ektopik.
d. Proses sterilisasi pada saat pengikatan tuba atau pembukaan ikatan tuba yang kurang
sempurna juga beresiko memicu kehamilan ektopik.

D. Klasifikasi
Menurut Sarwono (2014: 474) berdasarkan lokasi terjadinya, kehamilan ektopik
dapat dibagi menjadi 5, yaitu :
1. Kehamilan tuba meliputi 95% yang terdiri atas :
a. Ampularis (55%).
b. Isthmus (25%).
c. Fimbrial (17%).
d. Interstisial (2%).
2. Kehamilan ovarial (0,5%)
3. Kehamilan abdominal (0,1%)
4. Kehamilan intraligamenter yaitu pertumbuhan janin dan plasenta diantara lipatan
ligamentum latum dan jumlahnya sangat sedikit.
5. Kehamilan servikal adalah kehamilan servikal jarang terjadi. Pada implantasi di
serviks, dapat terjadi perdarahan tanpa disertai nyeri, dan kemungkinan terjadinya
abortus spontan sangat besar. Jika kehamilan tumbuh sampai besar, perdarahan atau
rupture yang terjadi sangat berat, sehingga sering diperlukan tindakan histerektomi
total.

E. Tanda dan Gejala


Menurut Catrina M. Bain (2013: 321) gejala pada kehamilan ektopik terganggu
diantaranya :
1. Nyeri
Gejalanya bergantung apakah kehamilan ektopik telah ruptur (robekan)  atau belum.
Gejala yang paling sering dirasakan adalah nyeri abdomen dan pelvis. Gejala
gastrointestinal dan pusing, mual dan muntah atau kepala terasa ringan juga sering
dijumpai, terutama setelah terjadi ruptur. Nyeri dada pleuritik dapat terjadi akibat
iritasi diafragma yang disebabkan perdarahan.

2. Perdarahan
Mayoritas wanita melaporkan amenore dengan berbagai tingkatan bercak atau
perdarahan pervagina. Perdarahan uterus yang terjadi dengan kehamilan pada tuba
sering kali disangka menstruasi biasa. Perdarahan pada kehamilan ini biasanya
berbau, berwarna cokelat gelap, dan dapat timbul secara intermitten (terus-menerus).
3. Amenore
Pasien mengeluhkan adanya spotting (bercak) pada saat haid yang dinanti sehingga
tak jarang dugaan kehamilan hampir tidak ada.
4. Sinkope
Pusing, pandangan berkunang-kunang.
5. Pingsan (kolaps)
Kehamilan ini akan menyebabkan nyeri dan pingsan akibat anemia. Bila terjadi
perdarahan hebat, maka gejala yang biasanya akan didapatkan adalah kolaps dan
syok.
6. Tekanan darah dan nadi
Sebelum ruptur, biasanya tanda-tanda vital normal. Tekanan darah akan turun dan
nadi meningkat apabila perdarahan berlanjut dan terbentuk kondisi hipovolemia.

F. Manifestasi Klinik
Menurut Catrina M. Bain (2013: 321) gejala kehamilan ektopik terganggu
diantaranya :
1. Nyeri Tekan Abdomen
Nyeri hebat pada pemeriksaan abdomen dan vagina, terutama ketika serviks
digerakkan, dapat dilakukan pada lebih dari tiga perempat wanita dengan kehamilan
tuba yang ruptur. Namun, nyeri seperti ini dapat tidak ada sebelum ruptur.
2. Nyeri Tekan Panggul
Lakukan pemeriksaan dengan hati-hati ketika memeriksa pasien untuk memastikan
bahwa kehamilan ektopik tidak mengalami ruptur proses pemeriksaan.
3. Massa Adneksa
Massa adneksa adalah benjolan di jaringan dekat rahim, biasanya di indung telur
atau tuba fallopi. Lakukan palpasi bimanual dengan lembut untuk mendapatkan
adanya massa adneksa di panggul.
4. Perubahan Uterus
Karena hormon plasenta, uterus dapat membesar selama 3 bulan pertama pada
kehamilan tuba. Konsistensinya juga dapat serupa dengan kehamilan normal. Uterus
dapat terdorong ke satu sisi oleh massa ektopik dan apabila ligamentum latum uteri
terisi darah, uterus dapat tergeser dan menyebabkan keluarnya serpihan. Serpihan
tersebut dapat disertai kram dan menimbulkan abortus spontan.

Menurut Sarwono (2014: 474) berdasarkan lokasi terjadinya, kehamilan ektopik


dapat dibagi menjadi 5, yaitu :
6. Kehamilan tuba meliputi 95% yang terdiri atas :
e. Ampularis (55%).
f. Isthmus (25%).
g. Fimbrial (17%).
h. Interstisial (2%).
7. Kehamilan ovarial (0,5%)
8. Kehamilan abdominal (0,1%)
9. Kehamilan intraligamenter yaitu pertumbuhan janin dan plasenta diantara lipatan
ligamentum latum dan jumlahnya sangat sedikit.
10. Kehamilan servikal adalah kehamilan servikal jarang terjadi. Pada implantasi di
serviks, dapat terjadi perdarahan tanpa disertai nyeri, dan kemungkinan terjadinya
abortus spontan sangat besar. Jika kehamilan tumbuh sampai besar, perdarahan atau
rupture yang terjadi sangat berat, sehingga sering diperlukan tindakan histerektomi
total.

Menurut Nanda NIC NOC terdapat beberapa diagnosis dan gejala-gejala klinik
pada Ibu dengan gangguan kehamilan ektopik diantaranya :
1. Anamnesis dan gejala klinis yaitu adanya riwayat terlambat haid (amenorea),
dijumpai keluhan hamil muda.
2. Jika terjadi kehamilan ektopik terganggu (KET) :
a. Bila terjadi rupture tuba, maka gejala akan lebih hebat dan dapat membahayakan
jiwa si ibu.
b. Pada abortus tuba, keluhan dan gejala hanya rasa sakit di perut dan perdarahan
pervagina.
3. Tanda-tanda akut abdomen seperti nyeri tekan yang hebat (defance musculair),
muntah, gelisah, pucat, anemis, nadi kecil dan halus, tensi rendah atau tidak terukur
(syok).
4. Pemeriksaan dalam yaitu serviks teraba lunak, nyeri tekan, nyeri pada uterus.
5. Pervagina keluar decidual cast.
Menurut Nanda NIC NOC terdapat beberapa diagnosis dan gejala-gejala klinik
pada Ibu dengan gangguan kehamilan ektopik diantaranya :
6. Anamnesis dan gejala klinis yaitu adanya riwayat terlambat haid (amenorea),
dijumpai keluhan hamil muda.
7. Jika terjadi kehamilan ektopik terganggu (KET) :
c. Bila terjadi rupture tuba, maka gejala akan lebih hebat dan dapat membahayakan
jiwa si ibu.
d. Pada abortus tuba, keluhan dan gejala hanya rasa sakit di perut dan perdarahan
pervagina.
8. Tanda-tanda akut abdomen seperti nyeri tekan yang hebat (defance musculair),
muntah, gelisah, pucat, anemis, nadi kecil dan halus, tensi rendah atau tidak terukur
(syok).
9. Pemeriksaan dalam yaitu serviks teraba lunak, nyeri tekan, nyeri pada uterus.
10. Pervagina keluar decidual cast.

G. Patofisiologi
Fatofisiologi kehamilan ektopik (ectopic pregnancy) didasari oleh adanya cacat
pada proses fisiologis organ reproduksi sehingga hasil konsepsi melakukan implantasi
dan maturasi di luar uterus. Hal ini paling sering terjadi karena sel telur yang sudah
dibuahi dalam perjalanannya menuju endometrium mengalami hambatan, sehingga
embrio sudah berkembang terlebih dulu sebelum mencapai kavum uteri dan akibatnya
akan tumbuh di luar kavum uteri. Hal lain yang juga dapat menyebabkan kehamilan
ektopik walaupun jarang terjadi adalah terjadinya pertemuan antara ovum dan sperma
di luar organ reproduksi, sehingga hasil konsepsi akan berkembang di luar uterus.
Apabila kehamilan ektopik terjadi di tuba, pada proses awal kehamilan dimana
hasil konsepsi tidak bisa mencapai endometrium untuk proses nidasi, ia dapat tumbuh
di saluran tuba dan kemudian akan mengalami beberapa proses seperti pada kehamilan
normal. Karena tuba bukan merupakan suatu media yang baik untuk pertumbuhan
embrio, maka pertumbuhan ini dapat mengalami beberapa kemungkinan, yaitu hasil
konsepsi mati dini dan diresorbsi, abortus dalam lumen tuba, ataupun terjadi ruptur
dinding tuba.
H. Pahtway
I. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan Hb, hematokrit.
Pemeriksaan Hb dan jumlah sel darah merah berguna dalam menegakkan
diagnosis kehamilan ektopik terganggu, terutama bila ada tanda-tanda perdarahan
dalam rongga perut. Pemeriksaan hemoglobin dan hematokrit dapat dilakukan
secara serial dengan jarak 1 jam selama 3 kali berturut-turut. Bila ada penurunan
hemoglobin maka dapat mendukung diagnosis kehamilan ektopik terganggu.
2. Pemeriksaan leukosit
Penghitungan leukosit secara berturut-turut menunjukkan adanya perdarahan
bila leukosit meningkat. Untuk membedakan kehamilan ektopik dari infeksi pelvik,
dapat diperhatikan jumlah leukosit yang melebihi 20.000.
3. Kadar HCG (human chorionic gonadotropin ‘β-hCG’)  menurun
Peningkatan kadar β-hCG yang berlangsung terus menerus menandakan masih
adanya jaringan ektopik yang belum terangkat.
4. Tes kehamilan
a. Pada kehamilan ektopik hampir 100% menunjukkan pemeriksaan kadar β-hCG
positif.
b. Pada kehamilan intrauterin, peningkatan kadar β-hCG meningkat 2 kali lipat
setiap dua hari.
5. Kuldosentesis adalah suatu cara pemeriksaan untuk mengetahui apakah dalam
kavum douglasi ada darah. Jika ditemukan butiran darah warna kecoklatan berarti
positif dibrinasi yang menunjukkan adanya hematoma retrouterina. Cara ini sangat
berguna dalam membantu membuat diagnosis kehamilan ektopik terganggu. Teknik
kuldosintesis dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
a. Penderita dibaringkan dalam posisi litotomi.
b. Vulva dan vagina dibersihkan dengan antispetik
c. Spekulum dipasang dan bibir belakang porsio dijepit dengan cunam serviks
dengan traksi kedepan sehingga forniks posterior tampak.
d. Suntikan jarum spinal no 18 ke cavum douglasi dan lakukan penghisapan.
e. Bila pada penghisapan keluar darah berwarna cokelat sampai hitam yang tidak
membeku atau berupa bekuan kecil merupakan tanda hematokel retrouterina.
6. Pemeriksaan Ultrasonografi berguna pada 5-10% kasus bila ditemukan kantong
gestasi di luar uterus.(gambar)
7. Laparoskopi hanya digunakan sebagai alat bantu diagnostik terakhir untuk
kehamilan ektopik apabila hasil penilaian prosedur diagnostik yang lain meragukan
dan pemeriksaan laparoskopi lebih hemat biaya dan masa penyembuhan nya lebih
pendek.
8. Pemeriksaan USG :
a. Tidak ada kantung kehamilan dalam kavum uteri.
b. Adanya kantung kehamilan di luar kavum uteri
c. Adanya massa kompleks di rongga panggu

J. Penatalaksanaan dan terapi


Menurut Catrina M. Bain (2013: 324) ada 3 pengobatan kehamilan ektopik
terganggu, diantaranya :
1. Methotrexate
Sebagian besar perjalanan klinis kehamilan ektopik bersifat kronik dan dapat di
diagnosis dengan pasti menggunakan ultrasonografi dan pemeriksaan kadar β-hCG.
Untuk menghindari intervensi bedah, pasien dapat ditawarkan pengobatan ini bila
kadar β-hCG < 3000 dan tidak ada gejala ruptur. Bila kadar β-hCG tidak turun,
maka membutuhkan suntikan tambahan berupa methotrexate dengan dosis 50mg/m 2
di area permukaan tubuh melalui intravena. Efek samping obat ini meliputi mual dan
muntah. Sakit perut juga muncul pada 3 hari atau 1 minggu setelahnya.
Pemberian actinomycin melalui I.V berhasil menterminasi kehamilan ektopik pada
pasien dengan kegagalan terapi methotrexate sebelumnya.
2. Salpingektomi
Tindakan pembedahan ini dapat dilakukan setelah penegakan diagnosis. Sebelum
pengangkatan tuba fallopi, perlu diperiksa keadaan tuba lain nya karena apabila
mengalami abnormal, maka pendekatan bedah yang lebih konservatif perlu
dilakukan. 1.    Salpingostomi
Merupakan pendekatan konservatif dari penanganan bedah untuk kehamilan
ektopik. Sebuah insisi dibuat di tepi antimesentrik tuba, ektopik diangkat dan tuba
dibiarkan menyembuh setelah hemostatis diatasi.

K. Pencegahan
1. konsumsilah antibiotik yang diresepkan seperti yang diarahkan sampai benar-benar
diselesaikan, maka tindak lanjut dengan dokter Anda adalah untuk memastikan
Anda benar-benar sembuh
2. Hindari gonore, klamidia, dan penyakit menular seksual lainnya
3. berencana untuk hamil segera dan Anda menggunakan alat kontrasepsi (IUD) untuk
kontrasepsi, bicarakan hal ini dengan dokter
4. Bedah dari sistem reproduksi, usus besar, atau perut bagian bawah dapat
menyebabkan jaringan parut, yang meningkatkan risiko kehamilan ektopik

L. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi yaitu (Rustam Mochtar,)
1. Pada pengobatan konservatif, bila kehamilan ektopik terganggu telah lama
berlangsung (4-6 minggu), terjadi perdarahan ulang.
2. Infeksi
3. Sterilita
ASUHAN KEPERAWATAN

A.    Pengkajian
1.    Anamnesis dan gejala klinis
a. Riwayat terlambat haid.
b. Gejala dan tanda kehamilan muda.
c. Ada atau tidak ada perdarahan pervaginam.
d. Terdapat aminore.
e. Ada nyeri mendadak disertai rasa nyeri bahu dan seluruh abdomen, terutama abdomen
bagian kanan atau kiri bawah.
f. Beratatau ringan nya nyeri tergantung pada banyaknya darah yang terkumpul dalam
peritoneum.
2.    Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi
a.    Mulut           :
b.    Payudara      :
c.    Abdomen      :
d.   Genetalia       :
e.    Ekstremitas   :
a. Palpasi
b. Auskultasi
c. perkusi
4. Pemeriksaan fisik umum

B. Diagnosa
Menurut Nanda NIC NOC (2015: 157) ada 5 diagnosa yang ditemukan
mengenai gangguan Ibu dengan kehamilan ektopik terganggu yaitu :
1. Gangguan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif ditandai
dengan perdarahan.
2. Resiko syok berhubungan dengan hipovolemia.
3. Resiko infeksi berhubungan dengan luka operasi.
4. Nyeri akut berhubungan dengan rupture tuba.
5. Ansietas berhubungan dengan tindakan operasi yang akan dilakukan.
C.     Intervensi
1. Gangguan volume cairan berhubungan dengan dengan kehilangan cairan aktif.
NOC
Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan keseimbangan cairan klien terpenuhi
selama 3x24 jam.
Kriteria Hasil :
a. TTV dalam batas normal : tekanan darah (120/80mmHg), suhu 36,5°C – 37,5°C),
nadi (60x/menit – 100x/menit), pernafasan (18x/menit – 20x/menit).
b. Tidak ada tanda-tanda dehidrasi.
c. Elastisitas turgor kulit baik, membran mukosa lembab, tidak ada rasa haus yang
berlebihan.
NIC
a.    Monitor status cairan termasuk intake dan output cairan.
b.    Monitor tanda-tanda vital.
c.    Monitor respon pasien terhadap penambahan cairan.
d.   Dorong pasien untuk banyak minum.
e.    Pemberian cairan IV monitor adanya tanda dan gejala kelebihan volume cairan

2. Resiko syok berhubungan dengan hipovolemia


NOC
Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan perdarahan klien berhenti selama
3x24 jam.

Kriteria Hasil : - Hb klien normal (11-13) gr %


1. TTV dalam batas normal : tekanan darah (120/80mmHg), suhu 36,5°C – 37,5°C),
nadi (60x/menit – 100x/menit),pernafasan (18x/menit – 20x/menit).
2. Irama jantung normal (lup dup)
3. Frekuensi pernafasan normal (eupnea)
4. Mata cekung tidak di temukan
5. Hematokrit dalam batas normal (37% - 43%)
NIC
1.      Monitor tanda-tanda vital
2.      Kaji perdarahan (jumlah,warna,gumpalan)
3.      Monitor tingkat Hb dan hematokrit
4.      Pasang infuse
5.      Lakukan pemeriksaan rhesus golongan darah
6.      Berikan transfuse
Observasi tanda-tanda syok

3. Resiko infeksi berhubungan dengan luka operasi


NOC
Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan infeksi klien tidak terjadi selama 3x24 jam.

Kriteria hasil :

1. Dolor (-)
2. Rubor (-)
3. Tumor (-)
4. Kalor (-)
5. Fungsiolaesa (-)

NIC
1.      Kaji adanya tanda-tanda infeksi
2.      Ukur tanda-tanda vital
3.      Observasi tanda-tanda infeksi
4.      Lakukan perawatan luka dengan menggunakan teknik septik dan aseptic
5.      Observasi luka insisi
6.      Kolaborasi: Berikan antibiotik sesuai indikasi

4. Nyeri akut berhubungan dengan ruptur tuba


NOC
Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan klien mampu mengontrol nyeri selama 3x24
jam.
Kriteria hasil :
1. Nyeri klien hilang atau berkurang
2. Klien tampak tidak meringis
3. skala nyeri normal 0-3
NIC
1.      Kaji tingkat nyeri klien
2.      Kaji durasi, lokasi, frekuensi nyeri
3.      Ciptakan lingkungan yang nyaman bagi klien
4.      Ajarkan teknik relaksasi, distraksi
5.      Berikan kompres dingin
6.      Lakukan massage pada klien
7.      Atur posisi nyaman pada klien
8.      Kolaborasi : berikan analgetik pada klien

5. Ansietas berhubungan dengan tindakan operasi yang akan dilakukan


NOC
Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan klien mampu mengontrol cemas selama
3x24 jam.

Kriteria hasil
1. Ekspresi klien tampak tenang
2. Pasien tidak gelisah
3. Postur tubuh klien tampak rileks
NIC
1.      kaji tingkat kecemasan
2.      anjurkan keluarga untuk memberikan support system
3.      Jelaskan semua prosedur dan apa yang di rasakan selama prosedur
4.      Temani pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi takut
ntruksikan pasien menggunakan teknik relaksasi

C. Implementasi Keperawatan
Implementasi dilakukan berdasarkan intervensi keperawatan yang telah disusun.

D.  Evaluasi Keperawatan
Kriteria keberhasilan/evaluasi, meliputi:
a. Keseimbangan cairan stabil.
b. Perfusi jaringan kembali normal.
c. Nyeri berkurang.
d. Klien dan keluarga memahami dan mengenal sumber-sumber informasi mengenai
kehamilan ektopik.
FORMAT PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN POST NATAL
KEPERAWATAN MATERNITAS

Nama Mahasiswa : Siska Ernita


NIM : 081914037
Tempat Praktek :-
Tanggal Pengkajian :-

I. IDENTITAS PASIEN
Nama (Inisial) : Ny.R
Umur : 29 Tahun
Status Perkawinan : menikah
Agama : islam
Suku : jawa
Pendidikan : SMP
Nama Suami : Tn. A
Umur Suami
: 36 tahun
Alamat : desa palang nangka
Pekerjaan : swasta
Diagnosa Medis : kehamilan ektopik
Tanggal Masuk RS :

II. KELUHAN UTAMA


Ny.R mengatakan masih masih merasa nyeri bagian insisi pembedahan dan takut
unruk bejalan

III. RIWAYAT PERSALINAN DAN KELAHIRAN SAAT INI


a. Lama persalinan : -
b. Posisi fetus :-
c. Tipe kelahiran :-
d. Penggunaan analgetik dan anastesi : -
e. Masalah selama persalinan : .-

IV. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU


Kehamilan ini adalah kehamilan yang ketiga, Ny.R mengtakan tidak pernah menderita
keganasaan seperti tumor, kanker, dan tidak memeiliki penyakit hipertensi, diabetes
militus, maupun TBC.

V. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA


Kelurga Ny.R tidak ada menderita penyakit seperti tumor, kanker, dll.

VII. RIWAYAT GINEKOLOGI


Menarche
Siklus menstruasi : teratur
Lamanya : 7 hari
HPHT : 27 april 2018

X. DATA UMUM DAN PEMERIKSAAN FISIK SAAT INI


1. Status Obstretik: P...............A............ bayi rawat gabung: ya/tidak. Jika tidak alasan:
2. Keadaan umum :
a) kondisi klien tampak lemas pasca pembedahan ,GCS: 4-5-6
b) BB : 56 kg
c) TB : 158cm
d) kesadaran : compasmentis
3. TTV :
a) TD : 100/70mmHg
b) RR :20x/menit
c) S:36,6C
d) N : 74x/menit
4. Kepala leher
- Kepala :
Inspeksi :bentuk kepala bulat ,simetris, rambut tampak terdapat uban sedikit ,
rambut bersih
Palpasi : tidak teraba benjolan abnormal pada kepala , tidak ada nyri tekan,
rambut tidak mudah rontok
- Mata: simetris, tidak terdapat ikterik, konjungtiva tidak anemis, pupil reflek cahaya positif,
dank lien mengatakan tidak ada gangguan penglihatan
- Hidung : normal dan mencium bau dan tampak bersih
- Mulut : bibir pucat , simetris tampak bersih dank lien mengatakan dapat merasakan rasa
dengan baik
- Telinga: simetris tampak bersih dan tidak ada serumen
- Masalah khusus: tidak ada
5.
- Jantung :
Inspeksi : dada simetris tidak tampak jejas
Palpasi : tidak teraba benjolan atau massa tidak ada nyeri tekan , jantung
teraba berdebar-debar
Perkusi : pekak pada ICS 4 hingga 5,6 midklavikula
Auskultasi : tidak ada suara jantung tambahan
- Paru/thorax :
Inspeksi : tidak ada sesak , dada simetris , tidak tampak jejas, tidak tampak
adanya batuk
Palpasi : tidak terba benjolan atau massa tidak ada nyeri tekan ,
Perkusi : suara paru sonor pada kedua lapang paru
Askultasi : irama teratur, tidak ada suara tambahan wheezing pada kedua
lapang paru, tidak ada ronkhi
- Payudara :
Inspeksi : bentuk simetris , tidak ada lesi, tidak ada kelainan bentuk putting
menonjol
Palpasi : tidak ada benjolan tidak ada nyeri tekan pada payudara
- Pengeluaran ASI : -
- Masalah khusus : -
6. Abdomen
- Terdapat bekas pembedahan pada bagian perut Ny.R adanya nyeri tekan pada
bagian perut
- Bising usus (+) : 4x/menit
7. Genetalia
- Terpasang kateter, terdapat bekas darah di sekitar genitalianya , tidak ada
edema
Tanda REEDA
R: kemerahan: ya/tidak
E: bengkak: ya/tidak
E: echimosis: ya/tidak
D: discharge: serum/pus/darah/tidak ada
A: approximate: baik/tidak o
Kebersihan :
- Lokhea :
- Jumlah :
- Jenis/warna :
- Konsistensi Bau
Hemorrhoid:
- derajat……lokasi…….berapa
lama…. nyeri: ya/tidak
Masalah khusus....................

XI. RIWAYAT KESEHATAN


a. Persepsi dan pemeliharaan Kesehatan
b. Nutrisi dan Metabolisme
1) Asupan nutrisi nafsu
makan : baik/ kurang/
tidak ada
2) Asupan cairan cukup/
kurang
Masalah khusus : tidak ada
c. Eliminasi
1) BAK
- Kebiasaan BAK : 6x sehari
- BAK saat ini : kuning jernuh
- nyeri/tidak
2) BAB
- kebiasaan BAB : 2x sehari
- BAB saat ini : padat bau khas
- Konstipasi: ya/tidak

d. Mobilisasi dan latihan


1) Tingkat mobilisasi: aktivitas sehari hari dengan mandiri da nada aktivitas yang
membutugkan bantuan
2) Latihan/senam : tidak melakukan senam
3) Masalah khusus : bebrapa aktivitas hars dibantu
e. Istirahat dan kenyamanan
- Kebiasaan tidur : lama 2-3 jam, frekuensi 2 kali, pola tidur saat ini tidak
teratur
- Keluhan ketidaknyamanan : ya/ tidak
Alokasi: tengkuk .,sifat : hilang dating

Keadaan Mental
a. Adaptasi psikologis :-
b. Penerimaan terhadap bayi:-
c. Masalah khusus : .-

f. Hubungan-Peran
Selama dirumah sakit klien tidak bias menjalankan perannya sebagai istri yang
sehari hari-hari memasak, meyapu, mencuci pakaian dll.
g. Seksualitas-Reproduksi
Selama dirumah sakit kebutuhan seksual Ny.R tidak terpenuhi

h. Stres dan Koping


Klien mengatakan apa bila terdapat masalah Ny.R selalu menceritakan ada
suami atau ibunya. Untuk mengurangi rasa bosan dan stress akibat masalah
penyakitnya atau pekerjaan rumah tangga Ny.R memilih untu bermain
bersama anaknya dan menonton TV bersama-sama.

XIII. KELUARGA BERENCANA


Ny. R mengatakan bahwa dia telah menggunakan kontrasepsi implant selama 2 tahun.

XIV. PEMERIKSAAN PENUNJANG


Jenis pemeriksaan
Tanggal Hasil Nilai normal

24- 04- 2018 - Hemoglobin 10,0 P ; 13-18 mg/dl


- Leukosit 6.430 3500-10000/cmm
- Eritrosit 3,29 P : 3-6 juta/ cmm
- Laju endap darah 47 0-7 %
- Trombosit 407.000 150.000-450.000
- Hematokrit 32 35-47

25- 04 - 2018 -Hemoglobin 10,7 P : 13-18 mg/dl

XV. TERAPI YANG DIPEROLEH


1. IVFD cairan RL gtt 20x/macro
Terapi antibotik :
2. ceftriaxone 2x 1gr
Terapi analgetik :
3. ketorolac 3x1 ampul
Terapi anti pendarahan :
4. Asam tranexamat 3x1 ampul
5. Injeksi asam tranexamat 3x1 ampul
ANALISA DATA

Nama Klien : Ny. R Ruangan / No. Bed : _ / _


Umur : 29 Tahun Diagnosa Medis : kehamilan ektopik

NO SYMPTOM ETIOLOGY PROBLEM


(DATA SUBYEKTIF & OBYEKTIF) (PENYEBAB) (MASALAH)

1. DS : Penyebab Nyeri akut


Ny.R mengatakan nyeri pada bekas
pembedahan
Kehamilan
P : nyeri diakibatkan karena proses ektopik
pemebedahan dan nyeri semakin
parah apabila melakukan aktivitas
Q : nyeri seperti ditusuk-tusuk Pemebedahan
R : bagian bawah perut
S : skala nyeri 6
Luka bekas insisi
T : nyeri muncul kapan saja dan terus
menerus
Pengaruh anastesi
DO : hilang
- Kesulitan membalikkan posisi
- Ketidaknyamanan
- Keterbatasan rentang gerak Nyeri akut

DS : Penyebab
Hambatan
2. Ny. R mengatakan nyeri semakin parah mobilitas fisik
apabila banyak bergerak
Kehamilan ektopik
DO :

- Kesulitan membalikkan possi Luka bekas insisi


- Ketidaknyamanan
- Keterbatasan rentang gerak
Pengaruh anastesi
hilang

Nyeri

Intoleransi aktifitas
DIAGNOSA KEPERAWATAN

Nama Klien : Ny. R Ruangan / No. Bed : _ / _


Umur : 29 tahun Diagnosa Medis : kehamilan ektopik

NO DIAGNOSA KEPERAWATAN NAMA


JELAS
1 Nyeri akut berubungan dengan agen cedera fisik

2 Hambtan mobilitas fisisk berhubungan dengan nyeri


IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

Nama Klien : Ny.R Ruangan / No. Bed : _ / _


Umur : 29 tahun Diagnosa Medis : Kehamilan Ektopik

NO WAKTU JAM DIAGNOSA KEPERAWATAN IMPLEMENTASI EVALUASI


(RESPON KLIEN / DS DO) ( SOAP)
1 24 April 08: 00 Nyeri akut berubungan dengan 1. Kolaborasi pemberian analgetik S : klien mengatakan
2018 agen cedera fisik 2. Melakukan pengakajian nyeri bahwa nyeri bertambah
secara komprehensif apabila dibuat bergerak
DS :
Ny.R mengatakan nyeri pada bekas O : klien tampak meringis
pemebedahan ketika mencoba
P : nyeri yang dirasakan karena imobilisasi
pembedahan
Q : seperti di tusuk- tusuk A : masalah keperawatan
R : bekas insisi pemebedahan nyeri akut belum teratasi
S : skala 6
T : nyeri muncul kapan saja dan terus P : lanjutkan intervensi
menerus
3. Mengobservasi adanya petunjuk
nonverbal dan ketidaknyamanan
DO :
Ny.R tampak meringis dan memegangi
perutnya

S : klien mengatakan
1. Mempertimbangkan kemampuan
2 25 April 08:30 sudah bisa duduk dan
klien dalam beraktivitas
2018 Hambtan mobilitas fisisk berjalan kekamar mandi
DS :
berhubungan dengan nyeri sendiri
Klien mengatakan mobilisasi lebih
sering O : klien tampak sudah
2. Membanu klien untuk berpidah bias berjalan walaupun
sesuai kebutuhan pelan-pelan
3. Membantu klien untuk duduk di ssi
tempat tidur untuk memfasilitasi A : masalah keperawatan
penyesuaian sikap tubuh mobilisasi teratasi
4. Mengajarkan klien untuk berjalan
berlahan P : hentikan intervensi
5. Menganjurkan klien untuk
mobiliasai sebanyak dan sesering
mungkin
DO :
- Klien tampak sudah bias berjalan
pelan-pelan
- Klien tampak sudah bias duduk di
tepi tempat tidur

DAFTAR PUSTAKA

octhar R, 1998, Sinopsis Obstetri Cetakan I,EGC, Jakarta.


Hacher/moore, 2001, Esensial obstetric dan ginekologi, hypokrates , jakarta
Abdul bari saifuddin,, 2001 , Buku acuan nasional  pelayanan kesehatan maternal dan neonatal, penerbit yayasan bina pustaka sarwono
prawirohardjo, Jakarta
Manuaba,Ida Bagus Gede, 1998, Ilmu kebidanan,penyakit kandungan dan keluarga berencana, EGC, Jakarta
Marlyn Doenges,dkk, 2001,Rencana perawatan Maternal/Bayi, EGC , Jakarta
Arif Mansyoer,DKK,1999, Kapita selecta Kedokteran, Penerbit media aeskulapius FKUI.
Helen Varney,DKK, 2002, Buku Saku Bidan, cetakan I, EGC, Jakarta
Lynda Jual Carpenito, 2001, Buku Saku Diagnosa keperawatan edisi 8,EGC,Jakarta.
Ilmu Fantom bedah Obstetri,Bagian Obstetri Ginekologi FKU Diponegoro  

Anda mungkin juga menyukai