Anda di halaman 1dari 27

BAGIAN ILMU OBSTETRI DAN GINEKOLOGI REFERAT

FAKULTAS KEDOKTERAN JUNI 2020


UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

KEHAMILAN EKTOPIK TERGANGGU

OLEH :

Nur Fadhila Khairunnisa

111 2018 2126

PEMBIMBING:

Kompol. dr. Irwan, Sp.OG, M. Kes

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN ILMU OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2020

1
HALAMAN PENGESAHAN

Yang bertandangan di bawah ini menyatakan bahwa :

Nama : Nur Fadhila Khairunnisa

NIM : 111 2018 2126

Judul : Kehamilan Ektopik Terganggu

Telah menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan klinik pada bagian Ilmu
Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia

Makassar, Juni 2020

Pembimbing

Kompol. dr. Irwan, Sp.OG, M.Kes

2
BAB I
PENDAHULUAN

Kehamilan ektopik adalah kehamilan di mana sel telur yang dibuahi

berimplantasi dan tumbuh tidak di tempat yang normal, Pada kehamilan normal,

pembuahan sel telur terjadi di ampula tuba fallopi. Telur yang telah dibuahi

kemudian bergerak ke rongga rahim tempat implantasi terjadi. Selama perjalanan

ini, implantasi dapat terjadi di luar rongga rahim, sering di tuba falopi (sebagian

besar ampula). 1

Di sebagian besar populasi, 1% kehamilan akan menjadi ekstra-uterus. 6

Insiden meningkat di sebagian besar negara dan di Auckland, ada sekitar satu

kehamilan ektopik untuk setiap 64 kelahiran hidup. Peningkatan prevalensi ini

dikaitkan dengan prevalensi tinggi infeksi klamidia dan penyakit radang panggul

(PID). Penggunaan teknik diagnostik yang lebih sensitif berarti bahwa kehamilan

ektopik lebih sering didiagnosis ketika sebelumnya lokasi implantasi tetap tidak

diketahui. Semakin banyak penggunaan teknik reproduksi berbantuan seperti IVF

juga berarti peningkatan kehamilan ektopik.2

Di negara maju, angka kejadian kehamilan ektopik adalah 1-2% dari seluruh

kehamilan. Angka kejadian di negara berkembang insidensnya dipercaya lebih

tinggi lagi, tetapi data yang spesifik belum diketahui. Di Amerika Utara,

kehamilan ektopik terjadi pada 19,7 kasus dari 1000 kehamilan, dan merupakan

penyebab mortalitas utama pada kehamilan trimester pertama.4 Peningkatan

insiden ini kemungkinan disebabkan oleh peningkatan prevalensi faktor-faktor

3
risiko serta diagnosis sebelumnya, sedangkan kesadaran yang meningkat dan

kemampuan diagnostik yang meningkat telah menyebabkan penurunan angka

kematian.3

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI

Kehamilan Ektopik (EP) adalah kehamilan dengan hasil konsepsi

berimplantasi di luar endometrium Rahim. Istilah lain: ektopik pregnancy, ektopik

gestation dan eccecyesis.3

Gambar 1. Tipe Kehamilan Ektopik Berdasarkan Lokasinya

Pada kehamilan normal, pembuahan sel telur terjadi di ampula tuba fallopi.

Telur yang telah dibuahi kemudian bergerak ke rongga rahim tempat implantasi

terjadi. Selama perjalanan ini, implantasi dapat terjadi di luar rongga rahim, sering

di tuba falopi (sebagian besar ampula).3

B. EPIDEMIOLOGI

5
Epidemiologi kehamilan ektopik (ectopic pregnancy) di negara maju adalah

1-2% dari seluruh kehamilan, sedangkan di Indonesia angka kejadiannya

sekitar 5-6 per 1000 kehamilan.4

Global

Di negara maju, angka kejadian kehamilan ektopik adalah 1-2% dari seluruh

kehamilan. Angka kejadian di negara berkembang insidensnya dipercaya lebih

tinggi lagi, tetapi data yang spesifik belum diketahui. Di Amerika Utara,

kehamilan ektopik terjadi pada 19,7 kasus dari 1000 kehamilan, dan merupakan

penyebab mortalitas utama pada kehamilan trimester pertama.4

Indonesia

Secara umum, di Indonesia, kejadian kehamilan ektopik berkisar 5-6 per

seribu kehamilan. Kehamilan pars insterstisialis tuba hanya 1% dari semua

kehamilan tuba. Kehamilan ektopik ganda angka kejadiannya 1 di antara 15.000-

40.000 persalinan (di Indonesia sudah ada beberapa kasus). Kehamilan ovarial

primer dan servikal sangat jarang terjadi.4

Sebagian besar, 95% hingga 99%, dari kehamilan ektopik terletak di dalam

tuba falopi. Kira-kira 70% hingga 80% dari implan kehamilan ektopik di ampula,

10% hingga 15% di isthmus, 5% hingga 11% di fimbriae, dan 2% hingga 4% pada

bagian interstitial atau intramural. Pendarahan ke lumen atau dinding tuba falopi

sering menghasilkan hematoma seperti massa atau hematosalpinx. Jauh lebih

jarang, kehamilan ektopik dapat terjadi di dalam serviks, bekas luka operasi

6
caesar, ovarium, atau perut. Komplikasi yang paling ditakuti dan tidak

menyenangkan dari kehamilan ektopik adalah ruptur dan perdarahan, yang dapat

mengancam jiwa dan lebih parah semakin tua atau semakin besar kehamilan

ektopik pada saat pecah.6

C. FAKTOR RESIKO

Banyak faktor yang berkontribusi terhadap risiko terjadinya kehamilan

ektopik. Secara teori, segala sesuatu yang menghambat migrasi embrio ke rongga

endometrium dapat mempengaruhi terjadinya kehamilan ektopik.7

Etiologi kehamilan ektopik telah banyak diselidiki, tetapi sebagian besar

penyebabnya tidak diketahui. Tiap kehamilan dimulai dengan pembuahan telur

dibagian ampula tuba, dan dalam perjalalan ke uterus telur mengalami hambatan

sehingga pada saat nidasi masih dituba, atau nidasinya di tuba dipermudah.

Faktor-faktor yang memegang peranan dalam hal ini ialah sebagai berikut :7

1) Faktor Tuba

Adanya peradangan atau infeksi pada tuba menyebabkan lumen tuba

menyempit atau buntu. Keadaan uterus yang mengalami hipoplasia dan saluran

tuba yang berkelok-kelok panjang dapat menyebabkan fungsi silia tuba tidak

berfungsi dengan baik. Juga pada keadaan pascaoperasi rekanalisasi tuba dapat

merupakan predisposisi terjadinya kehamilan ektopik. Faktor tuba yang lain ialah

adanya kelainan endometriosis tuba atau divertikel saIuran tuba yang bersifat

kongenital. Adanya tumor di sekitar saluran tuba, misalnya mioma uteri atau

7
tumor ovarium yang menyebabkan perubahan bentuk dan patensi tuba, juga dapar

menjadi etiologi kehamilan ektopik.

2) Faktor abnormalitas dari zigot

Apabila tumbuh terlalu cepat atau tumbuh dengan ukuran besar, maka zigot

akan tersendat dalam perjalanan pada saat melalui tuba, kemudian terhenti dan

tumbuh di saluran tuba.

3) Faktor ovarium

Bila ovarium memproduksi ovum dan ditangkap oleh tuba yang

kontralateral, dapat membutuhkan proses khusus atau waktu yang lebih panjang

sehingga kemungkinan terjadinya kehamilan ektopik lebih besar.

4) Faktor hormonal

Pada akseptor, pil KB yang hanya mengandung progesreron dapat

mengakibatkan gerakan tuba melambat. Apabila terjadi pembuahan dapat

menyebabkan terjadinya kehamilan ektopik.

5) Faktor lain

Termasuk di sini antara lain adalah pemakai IUD di mana proses

peradangan yang dapat timbul pada endometrium dan endosalping dapat

8
menyebabkan terjadinya kehamilan ektopik. Faktor umur penderita yang sudah

menua dan faktor perokok juga sering dihubungkan dengan terjadinya kehamilan

ektopik.7

D. KLASIFIKASI KET

Berdasarkan lokasi terjadinya, kehamilan ektopik dapat dibagi sebagai


berikut:7

Gambar 2. Lokasi
Kehamilan Ektopik

1. Kehamilan

tuba

Meliputi > 95 % yang terdiri atas: Pars ampularis (55 %), pars ismika (25

%), pars fimbriae (17 %), dan pars interstisialis (2 %).

2. Kehamilan ektopik lain

(< 5 %) antara lain terjadi di serviks uterus, ovarium, atau abdominal.

3. Kehamilan intraligamenter

Jumlahnya sangat sedikit.

4. Kehamilan heterotopik

Merupakan kehamilan ganda di mana satu janin berada di kavum uteri

sedangkan yang lain merupakan kehamilan ektopik. Kejadian sekitar satu

per 15.000 sampai 40.000 kehamilan.

5. Kehamilan ektopik bilateral

9
Kehamilan ini pernah dilaporkan walaupun sangat jarang terjadi.

E. PATOFISIOLOGIS

Pada proses awal kehamilan apabila embrio tidak bisa mencapai

endometrium untuk proses nidasi, maka embrio dapat tumbuh di saluran tuba dan

kemudian akan mengalami beberapa proses seperti pada kehamilan pada

umumnya. Karena tuba bukan merupakan suatu media yang baik untuk

pertumbuhan embrio atau mudigah, maka pertumbuhan dapat mengalami

beberapa perubahan dalam bentuk berikut ini:7

1) Hasil konsepsi mati dini dan diresorbsi

Pada implantasi secara kolumner, ovum yang dibuahi cepat mati

karena vaskularisasi kurang dan dengan mudah terjadi resorbsi total. Daiam

keadaan ini penderita tidak mengeluh apa-apa, hanya haidnya terlambat

untuk beberapa hari.7

2) Abortus ke dalam lumen tuba (Abortus tubaria)

Perdarahan yang terjadi karena pembukaan pembuluh-pembuluh darah

oleh vili korialis pada dinding tuba di tempat implantasi dapat melepaskan

mudigah dari dinding tersebut bersama-sama dengan robeknya

pseudokapsularis. Pelepasan ini dapat terjadi sebagian atau seluruhnya,

bergantung pada derajat perdarahan yang timbul. Bila peiepasan

menyeluruh, mudigah dengan selaputnya dikeluarkan dalam lumen tuba dan

10
kemudian didorong oleh darah ke arah ostium tuba pars abdominalis.

Frekuensi abortus dalam tuba bergantung pada implantasi telur yang

dibuahi. Abortus ke lumen tuba lebih sering terjadi pada kehamilan pars

ampularis, sedangkan penembusan dinding tuba oleh vili korialis ke arah

peritoneum biasanya terjadi pada kehamilan pars ismika. Perbedaan ini

disebabkan oleh lumen pars ampularis yang lebih luas sehingga dapat

mengikuti lebih mudah pertumbuhan hasil konsepsi jika diban- dingkan

dengan bagian ismus dengan lumen sempit. Pada pelepasan hasil konsepsi

yang tidak sempurna pada abortus, perdarahan akan terus berlangsung, dari

sedikit-sedikit oleh darah, sehingga berubah menjadi mola. Perdarahan yang

berlangsung menyebabkan tuba membesar dan kebiru- biruan

(hematosalping), dan selanjutnya darah mengalir ke rongga perut melalui

ostium tuba. Darah ini akan berkumpul di kavum Douglasi dan akan

rnembentuk hematokel retrouterina.7

Gambar 3. Abortus Tuba

11
3) Ruptur dinding tuba

Ruptur tuba sering terjadi bila ovum berimplantasi pada ismus dan

biasanya pada kehamilan muda. Sebaliknya, ruptur pada pars interstisialis

terjadi pada kehamilan yang lebih lanjut. Faktor utama yang menyebabkan

ruptur ialah penembusan vili korialis ke dalam lapisan muskularis tuba terus

ke peritoneum. Ruptur dapat terjadi secara spontan atau karena trauma

ringan seperti koitus dan pemeriksaan vaginal. Dalam hal ini akan terjadi

perdarahan dalam rongga perut, kadang-kadang sedikit, kadang-kadang

banyak, sampai menimbulkan syok dan kematian. Bila pseudokapsularis

ikut pecah, maka terjadi pula perdarahan dalam lumen tuba. Darah dapat

mengalir ke dalam rongga perut melalui ostium tuba abdominal.7

12
Gambar 5. Ruptur Tuba

F. GEJALA KLINIS

Gambaran klasik kehamilan ektopik adalah adanya riwayat amenorea, nyeri

abdomen bagian bawah dan perdarahan dari uterus.7

a) Nyeri merupakan keluhan utama pada kehamilan ektopik terganggu. Pada

ruptur tuba nyeri perut bagian bawah terjadi secara tiba-tiba dan

intensitasnya disertai dengan perdarahan yang menyebabkan penderita

pingsan dan masuk ke dalam syok. Biasanya pada abortus tuba nyeri tidak

seberapa hebat dan tidak terus-menerus. Rasa nyeri mula-mula terdapat pada

satu sisi, tetapi setelah masuk ke dalam rongga perut, rasa nyeri menjalar ke

bagian tengah atau ke seluruh perut bawah. Darah dalam rongga perut dapat

merangsang diafragma , sehingga menyebabkan neyri bahu dan bila

membentuk hematokel retrouterina, menyebabkan defekasi nyeri.7

b) Perdarahan pervaginam merupakan tanda penting kedua pada kehamilan

ektopik terganggu. Hal ini menunjukkan kematian janin, dan berasal dari

kavum uteri karena pelepasan desidua. Perdarahan yang berasal dari uterus

biasanya tidak banyak dan berwarna cokelat tua. Frekuensi perdarahan

dikemukakan dari 51 hingga 93%. Perdarahan berarti gangguan

pembentukan human chorionic gonadotropin. Jika plasenta mati, desidua

dapat dikeluarkan seluruhnya.7

c) Amenorea merupakan juga tanda yang penting pada kehamilan ektopik

walaupun penderita sering menyebutkan tidak jelasnya ada amenorea,

karena tanda dan gejala kehamilan ektopik terganggu bisa langsung terjadi

13
beberapa saat setelah terjadinya nidasi pada saluran tuba yang kemudian

disusul dengan ruptur tuba karena tidak bisa menampung pertumbuhan

mudigah selanjutnya. Lamanya amenorea bergantung pada kehidupan janin,

sehingga dapat bervariasi. Sebagian penderita tidak mengalami amenorea

karena kematian janin terjadi sebelum haid berikutnya. Hal ini

menyebabkan frekuensi amenorea yang dikemukakan berbagai penulis

berkisar 23 hingga 97%.7

d) Pada kehamilan ektopik terganggu ditemukan pada pemeriksaan vaginal

bahwa usaha menggerakkan serviks uteri menimbulkan rasa nyeri, yang

disebut dengan nyeri goyang (+) atau slinger pain. Demikian pul kavum

Douglasi menonjol dan nyeri pada perabaan oleh karena terisi oleh darah.7

G. DIAGNOSIS

Diagnosis kehamilan ektopik terganggu yang jenis mendadak tidak banyak

mengalami kesukaran, tetapi pada jenis akut sulit sekali. Untuk mempertajam

diagnosis, maka pada tiap perempuan dalam masa reproduksi dengan keluhan

nyeri perut bagian bawah atau kelainan haid, kemungkinan kehamilan ektopik

harus dipikirkan. Pada umumnya dengan anamnesis dapat ditegakkan.7

1. Anamnesis

Dalam anamnesis dicari keluhan utama serta gejala klinis kehamilan ektopik

lainnya, faktor resiko serta kemungkinan komplikasi yang terjadi. Riwayat

terlambat haid, gejala dan tanda kehamilan muda, ada nyeri perut kanan / kiri

bawah. Berat atau ringannya nyeri tergantung pada banyaknya darah yang

14
terkumpul dalam peritoneum, nyeri bahu, tenesmus, dapat dinyatakan.

Perdarahan pervaginam terjadi setelah nyeri perut bagian bawah.7

2. Pemeriksaan Fisik

Nyeri merupakan keluhan utama pada kehamilan ektopik terganggu. Pada

ruptur tuba nyeri perut bagian bawah terjadi secara tiba-tiba dan intensitasnya

disertai dengan perdarahan yang menyebabkan penderita pingsan dan masuk ke

dalam syok. Biasanya pada abortus tuba nyeri tidak seberapa hebat dan tidak

terus-menerus. Rasa nyeri mula-mula terdapat pada satu sisi; tetapi, setelah

darah masuk ke dalam rongga perut, rasa nyeri menjalar ke bagian tengah atau

ke seluruh perut bawah. Darah dalam rongga perut dapat merangsang

diafragma, sehingga menyebabkan nyeri bahu dan bila membentuk hematokel

retrouterina, menyebabkan defekasi nyeri.7

Perdarahan pervaginam merupakan tanda penting kedua pada kehamilan

ektopik yang terganggu. Hal ini menunjukkan kematian janin, dan berasal dari

kal'um uteri karena pelepasan desidua. Perdarahan yang berasal dari uterus

biasanya tidak banyak dan berwarna cokelat tua.7

3. Pemeriksaan Ginekologi

Pada kehamilan ektopik terganggu ditemukan (pada pemeriksaan vaginal)

bahwa usaha menggerakkan serviks uteri menimbulkan rasa nyeri, yang

disebut dengan nyeri goyang (+) atau slinger pijn (bahasa Belanda). Demikian

pula kawm Douglasi menonjol dan nyeri pada perabaan oleh karena terisi oleh

darah. Pada abortus tuba biasanya teraba dengan jelas suatu tumor di samping

uterus dalam berbagai ukuran dengan konsistensi agak lunak. Hematokel

15
retrouterina dapat diraba sebagai tumor di kalum Douglasi. Pada ruptur tuba

dengan perdarahan banyak tekanan darah dapat menurun dan nadi meningkat;

perdarahan lebih banyak lagi menimbulkan syok.7

4. Pemeriksaan Penunjang

a) Pemeriksaan Laboratorium

i. Pemeriksaan Hb dan jumlah sel darah merah

Berguna dalam menegakkan diagnosis kehamilan ektopik terganggu,

terutama bila ada tanda-tanda perdarahan dalam rongga perut.

Pemeriksaan hemoglobin dan hematokrit dapat dilakukan secara serial

dengan jarak satu jam selama 3 kali berturut-turut. Bila ada penurunan

hemoglobin dan hematokrit dapat mendukung diagnosis kehamilan

ektopik terganggu. Pada kasus jenis tidak mendadak, biasanya

ditemukan anemia tetapi harus diingat bahwa penurunan Hb baru

terlihat setelah 24 jam.7

ii. Perhitungan Leukosit

Penghitungan leukosit secara berturut menunjukkan adanya perdarahan

bila leukosit meningkat. Untuk membedakan kehamilan ektopik dari

infeksi pelvik, dapat diperhatikan jumlah leukosit. Jumalh leukosit yang

melebihi 20.000 biasanya menunjuk pada keadaan yang terakhir. Tes

kehamilan berguna apabila positif. Akan tetapi, tes negatif tidak

menyingkirkan kemungkinan kehamilan ektopik terganggu karena

kematia hasil konsepsi dan degenerasi trofoblas menyebabkan produksi

human chorionic gonadotropin menurun dan menyebabkan tes negatif.7

16
b) β-hCG.

Penentuan kehamilan yang cepat dan akurat sangat penting untuk

mengidentifikasi kehamilan ektopik. Tes kehamilan serum dan urin saat ini

yang menggunakan enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA) untuk β-

hCG sensitif terhadap kadar 10 hingga 20 mIU / mL dan positif dalam 99%

kehamilan ektopik. Kasus langka kehamilan ektopik kronis, dijelaskan

sebelumnya, dengan hasil serum β-hCG negatif telah dilaporkan.8

Tes β-hCG urin dilakukan sensitif pada 20 mIU / ml atau lebih besar dan

positif 98% dari waktu dalam beberapa minggu pertama kehamilan. Namun,

kehamilan ektopik sering dikaitkan dengan produksi hormon ini yang sangat

rendah. Kuantifikasi tes serum menambahkan informasi tambahan karena

sensitif terhadap 5 mIU / ml.9

Oleh karena itu, tes β-hCG negatif mengesampingkan kehamilan pada

lebih dari 98% kasus, dan kehamilan di situs mana pun dapat

dikesampingkan di hampir semua pasien dengan tes β-hCG serum negatif.

Level β-hCG kuantitatif tunggal adalah prediktor yang buruk tentang ukuran

kehamilan atau risiko kehamilan ektopik, tetapi tes serial cukup membantu.

Diharapkan level β-hCG serum kuantitatif akan meningkat dua kali lipat

setiap 2 hari pada trimester pertama.9

c) Kombinasi β-hCG dengan pemeriksaan USG

Untuk meningkatkan akurasi diagnosis, sebaiknya kombinasikan

pengujian kuantitatif β-hCG dengan pemeriksaan USG. Rahim kosong oleh

US transvaginal atau abdominal dikombinasikan dengan hasil serum β-hCG

17
kuantitatif positif sangat menunjukkan kehamilan ektopik. Kisaran

kuantitatif di mana ultrasonografer harus mendeteksi kehamilan intrauterin

bervariasi, tetapi kehamilan intrauterin harus dideteksi jika kadar β-hCG

serum berada di kisaran 1200 hingga 1500 mIU / ml saat menggunakan

probe transvaginal dan lebih besar dari 6000 mIU / ml saat menggunakan

probe transabdominal. Pemindaian USG-vaginal secara konsisten

mengidentifikasi kantung kehamilan 4 minggu jika kadar β-hCG adalah

2000 mIU / ml atau lebih besar.9

Kehadiran kutub janin dan aktivitas jantung dapat dideteksi dengan

pemindaian endokrin USG sekitar 6 dan 7 minggu, masing-masing.

Perhatikan bahwa detak jantung kadang-kadang dapat dideteksi pada

kehamilan ektopik atau dalam kehamilan ekstrauterin dan mungkin keliru

dianggap intrauterin. Penting untuk dicatat bahwa tidak adanya kehamilan

intrauterin oleh USG, ketika tingkat β-hCG di bawah zona diskriminatif

(didefinisikan sebagai tingkat hCG di mana kehamilan intrauterin yang

normal dapat dideteksi oleh USG), tidak nondiagnosis dan dapat mewakili

kehamilan normal dini, kehamilan intrauterin yang tidak dapat hidup, aborsi

lengkap, atau kehamilan ektopik. Ketika tidak ada kehamilan intrauterin

yang terdeteksi oleh USG dan kadar β-hCG serum melebihi zona

diskriminatif, peluang kehamilan ektopik berkisar antara 86% hingga

100%.9

d) Serum Progesteron

18
Konsentrasi progesteron serum yang lebih besar dari 25 ng / mL biasanya

dikaitkan dengan kehamilan yang layak. Konsentrasi kurang dari atau sama

dengan 5 ng / mL biasanya menunjukkan kehamilan yang tidak layak tetapi

tidak dapat membedakan kehilangan kehamilan spontan dari kehamilan

ektopik. Sebagian besar kehamilan ektopik dikaitkan dengan kadar

progesteron antara 5 dan 25 ng / mL, sebuah fakta yang membatasi

kegunaan tes ini.10

e) Ultrasonografi

Kehadiran yolk sac intrauterin membuat kehamilan ektopik sangat tidak

mungkin. Namun, jika pasien menggunakan teknologi reproduksi yang

dibantu, kehamilan heterotopik (kehamilan ektopik dengan kehamilan

intrauterin bersamaan) adalah suatu kemungkinan. Pemeriksaan

ultrasonografi berulang dalam waktu 7 hari setelah presentasi dapat

mengidentifikasi lokasi kehamilan yang tidak diidentifikasi pada

pemeriksaan ultrasonografi awal.

 Temuan pada USG di preganancy ektopik meliputi:

1. Rahim kosong (mis., Tidak ada yolk sac atau fetal pole; pseudosac

dalam rahim dapat muncul mirip dengan gestasionalsac).

2. Massa adneksa (biasanya terpisah dari ovarium yang berdekatan,

biasanya terlihat dengan “ring of fire" appearance).

3. Cairan di culdosac

4. yolk sac dan / atau fetal pole dalam tuba.

5. Aktivitas jantung janin di adnexa.

19
Gambar 6a. Gambaran USG Gambar 6b. Garis merah - bagian luar
menunjukkan kehamilan intrauterin dan uterus, hijau - uterus, kuning -
kehamilan tuba kehamilan ektopik. Cairan dalam uterus
yang dilingkari warna biru disebut
dengan “pseudosac"

Gambar 6d. Kehamilan tuba dilingkari


Gambar 6c. Gambaran detail oleh garis merah, fetal pole berukuran
kehamilan ektopik 4,5 mm (diantara kursor), hijau, yolk
sac-biru.
f) Kuldosintesis

Adalah suatu cara pemeriksaan untuk mengetahui apakah dalam kavum

Douglas ada darah atau cairan lain. Cara ini sangat berguna dalam

membantu diagnosis kehamilan ektopik terganggu. Teknik kuldosintesis

dapat dilaksanakan dengan urutan berikut :7

 Penderita dibaringkan dalam posisi litotomi

 Vulva dan vagina dibersihkan dengan antiseptic

 Speculum dipasang dan bibi belakang porsio dijepit dengan cunam

serviks; dengan traksi ke depan sehingga forniks posterior tampak

20
 Jarum spinal no.18 ditusukkan ke dalam kavum Douglasi dan

dengan semprit 10 ml dilakukan pengisapan.

 Bila pada pengisapan ditemukan darah, maka isinya disemprotkan

pada kain kasa dan diperhatikan apakah darah yang dikeluarkan

merupakan :

o Darah segar berwarna merah yang dalam beberapa menit akan

membeku; darah ini berasal dari arteri atau vena yang tertusuk

o Darah tua berwarna cokelat sampai hitam yang tidak membeku,

atau yang berupa bekuan kecil-kecil; darah ini menunjukkan

adanya hematokel retrouterina.

21
Gambar 7. Teknik Kuldosintesis

g) Kuretase Uterus

Kuretase uterus dapat dilakukan saat nonviabilitas PUL terbentuk.

Identifikasi vili trofoblas memastikan hilangnya kehamilan intrauterin.

Tidak adanya vili menandakan kehilangan kehamilan spontan lengkap

(dikonfirmasi dengan penurunan konsentrasi hCG) atau kehamilan ektopik.

Kuldosentesis telah digantikan di sebagian besar kasus dengan

ultrasonografi transvaginal untuk mendeteksi hemoperitoneum.10

h) Laparoskopi

Laparoskopi hanya digunakan sebagai alat bantu diagnostik terakhir

untuk kehamilan ektopik apabila hasil penelitian prosedur diagnostik yang

lain meragukan. Melalui prosedur laparoskopik, alat kandungan bagian

dalam dapat dinilai. Secara sitematis, dinilai keadaan uterus, ovarium, tuba,

kavum Douglasi, dan ligamentum latum. Adanya darah dalam rongga pelvis

mungkin mempersulit visualisasi alat kandungan, tetapi hal ini menjadi

indikasi untuk dilakukan laparotomi.7

H. PENATALAKSANAAN

a) Medikamentosa

22
Menentukan rejimen pengobatan untuk kehamilan ektopik tetap sulit.

Tantangan utama adalah untuk meningkatkan kualitas hidup pasien selama

perawatan dan untuk menjaga kesuburannya. Terapi medikamentosa untuk

kehamilan ektopik dengan pemberian metotreksat, Biasanya diberikan

melalui injeksi intramuskular dengan dosis 1 mg / Kg berat badan, baik

secara sistemik maupun dengan injeksi.3

Berikut merupakan syarat diberikannya terapi medikamentosa terhadap

pasien dengan kehamilan ektopik berdasarkan skor Fernandez.3

Definisi kegagalan perawatan medis kehamilan ektopik adalah ketika

kami menggunakan perawatan bedah (injeksi MTX kedua tidak dianggap

gagal). Penyebab kegagalan yang paling banyak dilaporkan adalah nyeri

perut akut, peningkatan kelimpahan hemoperitoneum, dugaan ruptur tuba,

evolusi kadar hCG yang tidak menguntungkan, dan penolakan pasien untuk

mendapatkan injeksi MTX lainnya. Metotreksat dapat menyebabkan

beberapa efek samping seperti stomatitis, kolitis, mual, sakit perut, muntah,

leukopenia, dan peningkatan enzim hati sementara. 3

23
b) Tindakan Bedah

Operasi yang dilakukan melalui laparoskopi lebih disukai; Namun,

laparotomi sesuai jika pasiensangat tidak stabil atau jika visualisasi panggul

buruk pada saat laparoskopi.7

 Salpingostomi, atau reseksi kehamilan ektopik dengan pemberian tabung,

memiliki potensi manfaat tingkat kehamilan intrauterin berikutnya yang

lebih tinggi. Jika hasil konsepsi masih berada di tuba, masih

memungkinkan untuk mempertahankan tuba dengan mengeluarkan

produk konsepsi dan melakukan rekonstruksi tuba.7

 Salpingektomi, atau pengangkatan tuba fallopi yang terkena, dianggap

sebagai prosedur bedah standar dan lebih disukai dalam keadaan berikut:7

1. Ruptur tuba

2. Kesuburan masa depan tidak diinginkan

3. kehamilan ektopik berulang dalam tabung yang sama

4. Perdarahan yang tidak terkontrol

 Salpingiosis adalah injeksi langsung kemoterapi dengan kehamilan

ektopik melalui laparoskopi, ultrasonografi trans-vaginal, atau

histeroskopi. Injeksi langsung metotreksat, dan mungkin KCl jika ada

aktivitas jantung aktif, dapat dilakukan ketika kehamilan berada di lokasi

di mana terdapat morbiditas tinggi, seperti leher rahim, bekas luka

operasi caesar, atau cornu.7

24
 Kesempatan hamil intrauterin untuk kedua tindakan tersebut

menunjukkan angka yang sama, walaupun risiko kehamilan ektopik

berulan lebih besar pada tindakan salpingostomi. Salpingektomi

merupakan pilihan terutama bila ruptur tuba, mengurangi perdarahan dan

operasi lebih singkat.7

I. KOMPLIKASI

Komplikasi yang paling umum adalah ruptur dengan perdarahan internal

yang dapat menyebabkan syok hipovolemik. Pada trimester pertama, kehamilan

ektopik adalah penyebab paling umum kematian terkait kehamilan dan 10%

kematian ibu mungkin karena kehamilan ektopik.11

J. PROGNOSIS

Kematian karena kehamilan ektopik terganggu cenderung turun dengan

diagnosis dini dan persediaan darah yang cukup. Akan tetapi bila pertolongan

terlambat, angka kematian dapat tinggi. Angka kehamilan ektopik yang berulang

dilaporkan antara 0% sampai 14,6%. Untuk perempuan dengan anak cukup,

sebaiknya dilakukan salpingektomi bilateral.7

25
DAFTAR PUSTAKA

1. Prawihardjo S, Hanifa W. Gangguan bersangkuta dengan Konsepsi. Dalam:

Ilmu Kandungan. Edisi II. 2005. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono

Prawihardjo.

2. Ectopic Pregnancy – diagnosis and management in Gynaecology and

Maternal Fetal Medicine (MFM) service. 2018. Auckland District Health

Board. New Zealand.

3. Hakim H, Yaich R, Halouani S, Jouou S, Arfaoui R and Rachdi R. 2019.

Journal of Gynecological Oncology : Non-Surgical Management of Ectopic

Pregnancies. Department of Obstetrics and Gynecology, Military Hospital

Tunis, University Tunis El Manar, Tunisia

4. B. Hadijanto, dalam Ilmu Kebidanan, ed. T. Rachimhadi dan

G.H.Wiknjosastro, PT.Bina Pustaka Sarwono Prawirohadjo, Jakarta 2014,

hal.474-487.

26
5. Gabbott,Thomas Owain. Parveen Verasingam. 2019. A Rare Case of an

Ectopic Pregnancy in the Pouch of Douglas and a Review of Abdominal

Ectopic Pregnancies. Department of Obstetrics and Gynaecology, Airedale

General Hospital, Keighley, BD20 6TD, West Yorkshire, United Kingdom.

6. L. Bryan-rest, L.Scoutt. 2018. Ectopic Pregnancy. Gynaecologic Imaging :

Elsevier Inc. p: 330.

7. Prawirohardjo S. 2016. Kehamilan Ektopik dalam Ilmu Kebidanan. Edisi

Keempat. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka; p: 474-483,

8. Cunningham FG, Macdonald PC, Gant NF. 2014. Kehamilan Ektopik.

Dalam: Obstetri William (William’s Obstetri). Edisi XXIV. Jakarta:

Penerbit Buku Kedokteran EGC.

9. G. Braen, J.Kiel. 2018. Gynecologic Procedures. Roberts and Hedges’

Clinical Procedures in Emergency Medicine and Acute Care : Elsevier Inc.

Seventh Edition. p: 1219-1220.

10. W. Arendt, Katherine, MD et al. 2019. Problems of Early Pregnancy.

Chestnut’s Obstetric Anesthesia : Elsevier Inc. Sixth Edition. p:353.

11. Ectopic pregnancy : Diagnosis, Complications and Managment. 2017.

Journal of American International Medical University.

27

Anda mungkin juga menyukai