Anda di halaman 1dari 21

REFERAT

KEHAMILAN EKTOPIK TERGANGGU

Oleh:

Amalia Rizkyani, S.Ked

G1A219028

Pembimbing:

dr. Rudy Gunawan, Sp.OG (K)

BAGIAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI

RSUD RADEN MATTAHER JAMBI

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS JAMBI

2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan


rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas referat pada Kepaniteraan Klinik
Senior Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran dan Kesehatan
Universitas Jambi yang berjudul “Kehamilan Ektopik Terganggu”.

Referat ini bertujuan agar penulis dapat memahami lebih dalam teori-teori
yang diberikan selama menjalani Kepaniteraan Klinik Senior Bagian Obstetri dan
Ginekologi di RSUD Raden Mattaher Jambi, dan melihat penerapannya secara
langsung di lapangan. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima
kasih kepada dr. Rudy Gunawan, Sp.OG (K) sebagai pembimbing yang telah
meluangkan waktunya untuk membimbing penulis.

Penulis menyadari bahwa referat ini masih banyak kekurangan, oleh


karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun dari semua pihak yang membacanya. Semoga tugas ini dapat
memberikan manfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Jambi, Agustus 2020

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................... ii


DAFTAR ISI ................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN ……….................................................................. 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 2
3.1 Definisi...................................................................................................... 17
3.2 Epidemiologi............................................................................................ 19
3.3 Etiologi dan .............................................................................................. 20
3.4 Patofisiologi................................................................................................ 20
3.5 ManifestasiKlinis...................................................................................... 21
3.6 Penegakan Diagnosis................................................................................. 23
3.7 Diagnosis Banding..................................................................................... 28
3.8 Penatalaksanaan ....................................................................................... 29
3.9 Komplikasi................................................................................................ 30
3.10 Prognosis................................................................................................... 31
BAB V KESIMPULAN................................................................................... 32
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 33

3
BAB I
PENDAHULUAN

Kehamilan ektopik ialah kehamilan dengan ovum yang dibuahi,


berimplantasi dan tumbuh tidak di tempat yang normal yakni dalam endometrium
kavum uteri. Kehamilan ektopik ditemukan pada hampir 1% kehamilan, dan lebih
dari 90% kasus implantasi terjadi di tuba fallopii (kehamilan tuba), ovarium,
rongga abdomen dan bagian intrauterus dari tuba fallopii (kehamilan interstisium).
Lokasi tersering kehamilan ektopik pada tuba fallopii yaitu ampulla,
isthmus, fimbria dan pars interstisialis. Sebagian besar wanita yang mengalami
kehamilan ektopik berumur antara 25 dan 35 tahun. Di Indonesia, kejadian
kehamilan ektopik sekitar 5-6 per seribu kehamilan.
Sebagai suatu keadaan yang mengancam kehidupan, kehamilan ektopik
menuntut para ahli kebidanan untuk mengetahui metoda-metoda pengobatan yang
mutakhir. Meskipun penatalaksanaan primer pada kehamilan ektopik adalah
dengan pembedahan, tetapi saat ini mulai dikembangkan penatalaksanaan dengan
obat-obatan yaitu dengan metotreksat. Metoda ini tampaknya efektif dan cukup
aman sehingga dapat menjadi metoda alternatif pada pengobatan kehamilan
ektopik. Tetapi tidak semua pasien yang didiagnosis dengan kehamilan ektopik
harus mendapat terapi medisinalis dan terapi ini tidak 100% efektif. Para dokter
harus memperhatikan dengan hati-hati indikasi, kontraindikasi dan efek samping
dari terapi medisinalis.
Frekuensi kehamilan ektopik yang sebenarnya sukar ditentukan karena
gejala dininya tidak terlalu jelas. Tidak semua kehamilan ektopik berakhir dengan
abortus dalam tuba atau ruptur tuba. Sebagian hasil konsepsi mati dan diresorbsi.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kehamilan Ektopik

Kehamilan Ektopik suatu kehamilan yang pertumbuhan sel telur


yang telah dibuahi tidak menempel pada dinding endometrium kavum
uteri. Lebih dari 95% kehamilan ektopik berada disaluran telur (tuba
fallopi). Diindonesia kejadian sekitar 5-6 per seribu kehamilan.
Patofisiologi terjadinya kehamilan ektopik tersering karena sel telur yang
sudah dibuahi dalam perjalanannya menuju endometrium tersendat
sehingga embrio sudah berkembang sebelum mencapai kavum uteri dan
akibatnya akan tumbuh di luar rongga rahim. Bila kemudian tempat nidasi
tersebut tidak dapat menyesuaikan diri dengan besarnya buah kehamilan,
akan terjadi ruptura dan menjadi kehamilan ektopik yang terganggu.
Berdasarkan lokasi terjadinya, kehamilan ektopik dapat dibagi menjadi 5
berikut ini:
 Kehamilan tuba, meliputi > 95% yang terdiri atas :
Pars ampularis (55%), pars ismika (25%), pars fimbriae (17%) dan pars
interstitialis (2%).
 Kehamilan ektopik lain (<5%) antara lain terjadi di serviks uterus,
ovarium atau abdominal. Untuk kehamilan abdominal lebih sering
merupakan kehamilan abdominal sekunder dimana semula merupakan
kehamilan tuba yang kemudian abortus dan meluncur ke abdomen dari
ostium tuba pars abdominalis (abortus tubaria) yang kemudian embrio
mengalamai reimplantasi di kavum abdomen.
 Kehamilan intraligamenter, jumlahnya sangat dikit.
 Kehamilan heterotopik, merupakan kehamilan ganda dimana satu janin
berada di kavum uteri sedangkan yang lain merupakan kehamilan ektopik.
Kejadian sekitar satu per 15.000-40.000 kehamilan.

5
 Kehamilan ektopik bilateral. Kehamilan ini pernah dilaporkan walaupun
sangat terjadi.

Gambar 3.1 Lokasi Kehamilan Ektopik

2.2 Epidemiologi
Kehamilan ektopik ditemukan pada hampir 1% kehamilan, dan
lebih dari 90% kasus implantasi terjadi di tuba fallopii (kehamilan tuba),
ovarium, rongga abdomen dan bagian intrauterus dari tuba fallopii
3
(kehamilan interstisium). Lokasi tersering kehamilan ektopik pada tuba
fallopii yaitu ampulla, isthmus, fimbria dan pars interstisialis. 4
Sebagian besar wanita yang mengalami kehamilan ektopik
berumur antara 25-35 tahun. Di Indonesia, kejadian kehamilan ektopik
1
sekitar 5-6 per seribu kehamilan. Angka kehamilan ektopik di Amerika
Serikat mengalami peningkatan secara nyata selama dua dekade terakhir.
Kehamilan ektopik pada wanita bukan kulit putih pada setiap kategori usia
lebih tinggi dibanding wanita kulit putih, insiden ini juga meningkat
seiring dengan pertambahan usia.

2.3 Etiologi
Kehamilan ektopik disebabkan oleh berbagai faktor yang
menyebabkan terjadinya hambatan dalam nidasi embrio ke endometrium.
Faktor-faktor yang disebutkan adalah sebagai berikut:
1. Faktor tuba
Adanya peradangan atau infeksi pada tuba menyebabkan lumen tuba
menyempit atau buntu. Keadaan uterus yang mengalami hipoplasia dan
saluran tuba yang berkelok-kelok panjang dapat menyebabkan fungsi silia
tuba tidak berjalan dengan baik. Juga pada keadaan pascaoperasi

6
rekanalisasi tuba dapat merupakan predisposisi terjadinya kehamilan
ektopik.1
Faktor tuba yang lain ialah adanya kelainan endometriosis tuba atau
divertikel saluran tuba yang bersifat kongenital. Adanya tumor di sekitar
saluran tuba, misalnya mioma uteri atau tumor ovarium yang
menyebabkan perubahan bentuk dan patensi tuba, juga dapat menjadi
etiologi kehamilan ektopik. 1
2. Faktor abnormalitas dari zigot
Apabila tumbuh terlalu cepat atau umbuh dengan ukuran besar, maka zigot
akan tersendat dalam perjalanan pada saat melalui tua, kemudian terhenti
dan tumbuh di saluran tuba. 1
3. Faktor ovarium
Bila ovarium memproduksi ovum dan ditangkap oleh tuba yang
kontralateral, dapat membutuhkan proses khusus atau waktu yang lebih
panjang sehingga kemungkinan terjadinya kehamilan ektopik lebih besar. 1
4. Faktor hormonal
Pada askseptor, pil KB yang hanya mengandung progesteron dapat
mengakibatkan gerakan tuba melambat. Apabila terjadi pembuahan dapat
menyebabkan terjadinya kehamilan ektopik.1
5. Faktor lain
Pada pemakaian IUD dapat terjadi proses peradangan yang dapat timbul
pada endometrium dan endosalping dapat menyebabkan terjadinya
kehamilan ektopik. Faktor umur penderita yang sudah menua dan faktor
perokok juga sering dihubungkan dengan terjadinya kehamilan ektopik. 1
Faktor resiko lain yang meningkatkan kejadian kehamilan ektopik meliputi
:banyaknya pasangan seksual, terminasi kehamilan sebelumnya,
keguguran, seksio sesarea, wanita yang subfertil, reproduksi buatan seperti
fertilisasi in vitro, kehamilan heterotopik dan riwayat kehamilan ektopik.6

2.4 Patofisiologi
Pada proses awal kehamilan apabila embrio tidak bisa mencapai
endometrium untuk proses nidasi, maka embrio dapat tumbuh di saluran

7
tuba dan kemudian akan mengalami beberapa proses seperti kehamilan
pada umumnya. Karena tuba bukan merupakan suatu media yang baik
untuk pertumbuhan embrio atau mudigah, maka pertumbuhan dapat
mengalami bebrapa perubahan dalam bentuk berikut ini:
1. Hasil konsepsi mati dini dan diresorbsi.
Pada implantasi secara kolumna, ovum yang dibuahi cepat mati karena
vaskularisasi yang kurang dan dengan mudah diresobsi total. Dalam hal ini
seringkali adanya kehamilan tidak diketahui, dan perdarahan dari uterus
yang timbul sesudah meninggalnya ovum, dianggap sebagai haid yang
datangnya agak terlambat. 1,7
2. Abortus ke dalam lumen tuba
Perdarahan yang terjadi karena terbukanya dinding pembuluh darah oleh
vili korialis pada dinding tuba di tempat implantasi dapat melepaskan
mudigah dari dinding tersebut bersama-sama dengan robeknya
pseudokapsularis. Segera setelah perdarahan, hubungan antara plasenta
serta membran terhadap dinding tuba terpisah bila pemisahan sempurna,
seluruh hasil konsepsi dikeluarkan melalui ujung fimbrae tuba ke dalam
kavum peritonium. Dalam keadaan tersebut perdarahan berhenti dan
gejala-gejala menghilang.1
3. Ruptur dinding tuba
Penyebab utama dari ruptur tuba adalah penembusan dinding vili korialis
ke dalam lapisan muskularis tuba terus ke peritoneum. Ruptur tuba sering
terjadi bila ovum yang dibuahi berimplantasi pada isthmus dan biasanya
terjadi pada kehamilan muda, sebaliknya ruptur yang terjadi pada pars-
intersisialis ialah pada kehamilan lebih lanjut. Ruptur dapat terjadi secara
spontan atau yang disebabkan trauma ringan seperti pada koitus dan
pemeriksaan vagina. 1

8
Gambar 3.2 Kehamilan Ektopik dengan Ruptur Tuba Fallopi

2.5 Manifestasi Klinik


Gejala dan tanda bergantung pada lamanya kehamilan ektopik
terganggu, abortus atau ruptur tuba, tuanya kehamilan, derajat perdarahan
yang terjadi, dan keadaan umum penderita sebelum hamil.

 Nyeri
Nyeri merupakan keluhan utama pada kehamilan ektopik terganggu. Pada
ruptur tuba nyeri perut bagian bawah terjadi secara tiba-tiba dan
intensitasnya disertai dengan perdarahan yang menyebabkan penderita
pingsan dan masuk ke dalam syok. Biasanya pada abortus tuba nyeri tidak
seberapa hebat dan tidak terus menerus. Rasa nyeri mula-mula terdapat
pada satu sisi, tetapi setelah darah masuk ke dalam rongga perut, rasa nyeri
menjalar ke bagian tengah atau seluruh perut bawah. Darah dalam rongga
perut dapat merangsang diafragma, sehingga menyebabkan nyeri bahu dan
bila membentuk hematokel retrouterina, menyebabkan defekasi nyeri.1
 Perdarahan pervaginam

9
Merupakan tanda penting kedua pada kehamilan ektopik yang terganggu.
Hal ini menunjukkan kematian janin, dan berasal dari kavum uteri karena
pelepasan desidua. Perdarahan yang berasal dari uterus biasanya tidak
banyak dan berwarna cokelat tua. Frekuensi perdarahan dikemukakan dari
51 hingga 93%. 1
 Amenorea
Lamanya amenorea bergantung pada kehidupan janin, sehingga dapat
bervariasi. Sebagian penderita tidak mengalami amenorea karena kematian
janin terjadi sebelum haid berikutnya. Frekuensi amenorea berkisar 23
hingga 97%.1
 Nyeri goyang
Pada pemeriksaan vaginal timbul rasa nyeri saat serviks uteri digerakkan.
Demikian pula kavum douglas menonjol dan nyeri pada perabaan oleh
karena terisi oleh darah. Pada abortus tuba biasanya teraba dengan jelas
suatu tumor di samping uterus dalam berbagai ukuran dengan konsistensi
yang lunak. Hematokel retrouterina dapat diraba sebagai tumor di kavum
douglas. 1
 Nyeri tekan abdomen dan pelvis
Nyeri tekan hebat pada pemeriksaan abdomen dan pervaginam, terutama
bila serviks digerakkan dapat ditemukan pada lebihdari tiga perempat
wanita dengan kehamilan ektopik tuba yang telah atau sedang megalami
ruptur.5
 Perubahan uterus
Karena hormonal plasenta, pada sekitar 25% kasus selama 3 bulan pertama
kehamilan ektopik, uterus tumbuh dengan ukuran yang hampir sama besar
dengan pada kehamilan normal. Uterus mungkin terdorong ke satu sisi
oleh suatu massa ektopik, atau jika ligamentum latum penuh darah, uterus
dapat sangat tergeser. Massa desidua yang berdegenerasi akan dikeluarkan
pada 5-10% wanita, keluarnya desidua ini dapat diikuti oleh kram yang
mirip dengan kram pada abortus spontan. 5
 Tekanan darah dan denyut nadi

10
Sebelum ruptur, tanda-tanda vital umumnya normal. Respon dini terhadap
perdarahan dapat berupa perubahan tanda vital, sedikit peningkatan
tekanan darah, respon vasovagal disertai bradikardia dan hipotensi. Pada
ruptur tuba dengan perdarahan banyak tekanan darah dapat menurun dan
nadi meningkat; perdarahan lebih banyak akan menimbulkan syok
hipovolemia
 Suhu
Setelah perdarahan akut, suhu dapat normal atau bahkan rendah, atau suhu
dapat mencapai 38o C. Demam penting untuk membedakan kehamilan
tuba yangmengalami ruptur dengan beberapa kasus salpingitis akut.5

2.6 Diagnosa
Jika ibu datang dengan keluhan gangguan haid yang disertai nyeri
perut bagian bawah, maka kemungkinan kehamilan ektopik harus
difikirkan. Yang harus kita lakukan adalah :3-6, 8-9
1. Anamnesis
Biasanya ibu mengeluh terlambat haid (amenorrhea) dan kadang-kadang
terdapat gejala subjektif kehamilan. Kadang didapat nyeri perut bagian
bawah, nyeri bahu dan tenesmus, perdarahan biasanya terjadi setelah nyeri
perut bagian bawah
2. Pemeriksaan umum
Keadaan umum dan tanda vital dapat baik sampai buruk.Penderita tampak
kesakitan dan pucat.Pada perdarahan abdominal dapat dijumpai tanda
shock atau akut abdomen. Cavum douglas yang menonjol menunjukkan
adanya hematocele retrouterina. Suhu kadang naik sehingga menyulitkan
pembedaan dengan infeksi pelvic

3. Tes kehamilan
Tes kehamilan berguna bila positif, namun hasil negatif tidak
menyingkirkan kemungkinan kehamilan ektopik terganggu karena
kematian hasil konsepsi dan degenerasi trofoblas menyebabkan produksi

11
human chorionic gonadotropin menurun dan menyebabkan tes kehamilan
negatif. 1
4. Pemeriksaan ginekologi
Tanda kehamilan mungkin dapat ditemukan.Nyeri pada pergerakan serviks
positif. Uterus terasa sedikit membesar dan kadang teraba massa
disamping uterus dengan batas yang sukar ditentukan.
5. Pemeriksaan laboratorium
Berguna menegakkan diagnosis kehamilan ektopik terganggu, terutama
bila terdapat tanda-tanda perdarahan intraabdominal.Perlu diingat bahwa
penururnan HB baru terlihat setelah 24 jam.Tes urine b-HCG (+), tapi bisa
juga (-). Tes kehamilan berguna apabila positif, akan tetapi hasil tes
kehamilan negative tidak menyingkirkan kemungkinan adanya kehamilan
ektopik.9
6. Kuldosentesis
Adalah suatu cara pemeriksaan untuk mengetahui apakah dalam kavum
Douglas ada darah. Cara ini sangat berguna dalam membantu membuat
diagnosis kehamilan ektopik terganggu. Teknik kuldosintesis dapat
dilaksanakan dengan urutan berikut : 1
1. Penderita dibaringkan dalam posisi litotomi
2. Vulva dan vagina dibersihkan dengan antiseptic
3. Spekulum dipasang dan bibir belakang porsio dijepit dengan
tenakulum, kemudian dilakukan traksi ke depan hingga forniks
posterior tampak
4. Jarum spinal no.18 ditusukkan ke dalam Cavum Douglas dan
dengan semprit 10 ml dilakukan pengisapan

12
Gambar 3.3 Kuldosintesis

Bila pada pengisapan ditemukan darah, maka isinya disemprotkan pada


kain kassa dan diperhatikan apakah darah yang dikeluarkan merupakan:1
 Darah segar berwarna merah yang dalam beberapa menit akan membeku;
darah ini berasal dari pembuluh darah di dekatnya yang pecah dan bukan
kehamilan ektopik yang berdarah.
 Darah tua berwarna cokelat sampai hitam yang tidak membeku, atau yang
berupa bekuan kecil-kecil; darah ini menunjukkan adanya hematokel
retrouterina atau hemoperitoneum yang disebabkan oleh kehamilan
ektopik.
7. Ultrasonografi
Pemeriksaan USG dapat dilakukan secara perabdominal atau pervaginam.
Umumnya kita akan mendapatkan gambaran uterus yang tidak ada
kantong gestasinya dan mendapatkan gambaran kantong gestasi yang
berisi mudigah di luar uterus. 1
Apabila sudah terjadi ruptur maka kantong gestasi sudah tidak jelas, tetapi
akan mendapatkan bangunan massa hiperekoik yang tidak beraturan, tidak
berbatas tegas, dan di sekitarnya didapati cairan berbas (gambaran darah
intraabdominal).1

Gambar USG kehamilan ektopik sangat bervariasi bergantung pada usia


kehamilan, ada tidaknya gangguan kehamilan (ruptur, abortus) serta
banyak dan lamanya perdarahan intraabdomen. Diagnosis pasti kehamilan
ektopik secara USG hanya bisa ditegakkan bila terlihat kantong gestasi
berisi mudigah atau janin hidup yang letaknya di luar kavum uteri.
Namun, gambaran ini hanya dijumpai pada 5 - 10% kasus. 1

13
Gambar 3.4 Kehamilan Ektopik 7 Minggu

8. Laparoskopi
Laparoskopi hanya digunakan sebagai alat bantu diagnostik terakhir untuk
kehamilan ektopik apabila hasil penilaian prosedur diagnostik yang lain
meragukan. Melalui prosedur laparaskopik, alat kandungan bagian dalam
dapat dinilai, mulai dari keadaan uterus, ovarium, tuba, kavum douglas
dan ligamentum latum. Adanya darah dalam rongga pelvis mungkin
mempersulit visualisasi alat kandungan, tetapi hal ini menjadi indikasi
untuk dilakukan laparotomi. 1
Keuntungan lain laparaskopi sebagai alat diagnostik ialah dapat sekaligus
mengangkat massa ektopik dengan laparoskopi operatif dan menyuntikkan
agen kemoterapi ke dalam massa ektopik secara langsung. 5

2.7 Diagnosa Banding


a. Apendisitis
Nyeri pada kuadran kanan bawah, anorexia, mual dan muntah ditemukan
pada apendisitis. Pada apendisitis tidak ditemukan nyeri pada
gerakanserviks uteri seperti yang ditemukan pada kehamilan ektopik
terganggu.6
b. Salpingitis

14
Gejala yang menyertai infeksi pelvik biasanya timbul waktu haid dan jarang setelah
mengenai amenore. Nyeri perut bagian bawah dan tahanan yang dapat
diraba pada pemeriksaaan vaginal pada umumnya bilateral. Pada infeksi
pelvik perbedaan suhu rektal dan ketiak melebihi 0,5oC, selain itu
leukositosis lebih tinggi daripada kehamilan ektopik terganggu dan tes
kehamilan menunjukkan hasil negatif.6
c. Abortus imminens atau abortus incompletus
Dibandingkan dengan kehamilan ektopik terganggu perdarahan lebih
merah sesudah amenore, rasa nyeri yang sering berlokasi di daerah
median, dan adanya perasaan subjektif penderita yangmerasakan rasa tidak
enak di perut lebih menunjukkan ke arah abortus imminens atau
permulaan abortus incipiens. Pada abortus tidak dapat diraba tahanan di
samping atau di belakang uterus, dan gerakan servik uteri tidak menimbulkan
rasa nyeri.6
d. Korpus luteum atau kista folikel yang pecah.
Ruptur korpus luteum dapat menimbulkan gejala yang menyerupai
kehamilan ektopik terganggu. Anamnesis yang cermat mengenai siklus
haid penderita dapat memperkuat dugaan adanya ruptur korpus luteum. 8
e. Torsi kistoma ovarii
Gejala dan tanda kehamilan muda, amenore, dan perdarahan pervaginam
biasanya tidak ada. Tumor pada kista ovarium lebih besar dan lebih bulat
dibanding kehamilan ektopik terganggu.6

2.8 Penatalaksanaan
Penanganan kehamilan ektopik pada umumnya adalah laparotomi.
Dalam tindakan demikian, beberapa hal harus diperhatikan dan
dipertimbangkan yaitu; kondisi penderita saat itu, keinginan penderita
akan fungsi reproduksinya, lokasi kehamilan ektopik, kondisi anatomik
organ pelvis, kemampuan teknik bedah mikro dokter operator, dan
kemampuan teknologi fertilisasi invitro setempat. Hasil pertimbangan ini
menentukan apakah perlu dilakukan salpingektomi pada kehamilan tuba,

15
atau dapat dilakukan pembedahan konservatif dalam arti hanya dilakukan
salpingostomi atau reanastomosis tuba. Apabila kondisi penderita buruk,
misalnya dalam keadaan syok, lebih baik dilakukan salpingektomi.1
a. Salpingostomi
Salpingostomi digunakan untuk mengangkat kehamilan kecil, yang
panjangnya biasanya kurang dari 2 cm, dan terletak di sepertiga distal tuba
fallopii. Insisi linear sepanjang 10 sampai 15 mm dibuat pada tepi
antimesenterik tepat di atas kehamilan ektopik. Produk konsepsi biasanya
terdorong keluar dari insisi dan dapat diangkat keluar dengan hati-hati.
Tempat-tempat perdarahan kecil dikendalikan dengan elektrokauter jarum
atau laser dan insisinya dibiarkan tanpa dijahit agar mengalami
penyembuhan per sekundam. Prosedur ini cepat dan mudah dilakukan. 5
b. Reanastomosis
Anastomosis tuba kadang kala digunakan untuk kehamilan isthmus yang
tidak ruptur. Prosedur ini menyebabkan pembentukan jaringan parut dan
penyempitan lebih lanjut pada lumen yang sudah kecil. Setelah segmen
dibuka, mesosalping di bawah tuba diinsisi dan isthmus tuba yang berisi
massa ektopik direseksi. Mesosalping dijahit sehingga dapat merekatkan
kembali tuba. Selanjutnya segmen tuba kemudian diaposisikan satu sama
lain secara berlapis dengan jahitan terputus dan dibuat tiga jahitan di
lapaisan muskularis dan tiga lapisan di serosa, dengan perhatian khusus
untuk menghindari lumen tuba. 5
c. Salpingektomi
Tindakan ini dilakukan jika tuba fallopii mengalami penyakit atau
kerusakan yang luas. Ketika mengangkat tuba, dianjurkan untuk
melakukan eksisi berbentuk segitiga/baji tidak lebih dari sepertiga luar
bagian interstitial tuba tersebut.5
d. Kemoterapi
Pada kasus kehamilan ektopik di pars ampularis tuba yang belum pecah
pernah dicoba dengan menggunakan kemoterapi untuk menghindari
tindakan pembedahan. Kriteria kasus yang diobati dengan cara ini ialah:5

16
 Kehamilan di pars ampularis tuba belum pecah
 Diameter kantong gestasi ≤ 4 cm

 Perdarahan dalam rongga perut 100 ml

 Tanda vital baik dan stabil


a. Metotreksat
Metotreksat adalah suatu obat antineoplastik yang bekerja sebagai
antagonis asam folat dan sangat efektif terhadap trofoblas yang
berproliferasi dengan cepat. Terapi dosis tunggal lebih mudah diberikan
dan dipantau daripada terapi metotreksat dosis variabel, yang mempunyai
angka kegagalan yang lebih tinggi.5

2.9 Komplikasi
1. Ruptur tuba
Ruptur tuba dapat menimbulkan perdarahan masif, syok, DIC
(disseminated intravascular coagulopathy), hingga kematian. 6
2. Kematian maternal pada trimester pertama
Kematian maternal tercatat 9 – 13% dari semua kematian dalam
kehamilan.6
3. Komplikasi bedah
Baik itu laparotomi atau laparaskopi dapat menimbulkan komplikasi
berupa perdarahan, infeksi, dan kerusakan organ kandung kemih, ureter
dan pembuluh darah sekitar.6

2.10 Prognosis
Kematian karena kehamilan ektopik terganggu dapat dicegah
dengan diagnosis dini dan persedian darah yang cukup.Pada umumnya,
kelainan yang menyebabkan kehamilan ektopik bersifat bilateral. Sebagian
wanita menjadi steril setelah mengalami kehamilan ektopik atau dapat
mengalami kehamilan ektopik berulang pad atuba yang lain. Untuk wanita
yang telah memiliki anak sebaiknya dilakukan operasi salpingektomi
bilateral.3-4

17
BAB III
KESIMPULAN

Kehamilan ektopik ialah kehamilan dengan ovum yang dibuahi,


berimplantasi dan tumbuh tidak di tempat yang normal yakni dalam endometrium
kavum uteri.
Kehamilan ektopik ditemukan pada hampir 1% kehamilan, dan lebih dari
90% kasus implantasi terjadi di tuba fallopii (kehamilan tuba), ovarium, rongga
abdomen dan bagian intrauterus dari tuba fallopii (kehamilan interstisium). Lokasi
tersering kehamilan ektopik pada tuba fallopii yaitu ampulla, isthmus, fimbria dan
pars interstisialis.
Kehamilan ektopik disebabkan oleh berbagai faktor yang menyebabkan
terjadinya hambatan dalam nidasi embrio ke endometrium. Faktor-faktor yang
disebutkan adalah sebagai berikut: faktor tuba, faktor abnormalitas dari zigot,
faktor ovarium, faktor hormonal dan faktor lainnya.

18
Berdasarkan lokasi terjadinya, kehamilan ektopik dapat dibagi menjadi 5
berikut ini : kehamilan tuba, kehamilan ektopik lain, kehamilan intraligamenter,
kehamilan heterotopik, dan kehamilan ektopik bilateral.
Gejala yang ditemukan pada kehamilan ektopik terganggu meliputi : nyeri,
perdarahan pervaginam, amenorea, nyeri goyang, nyeri tekan abdomen dan pelvis,
perubahan uterus, perubahan tekanan darah dan denyut nadi serta suhu.
Penegakan diagnosis kehamilan ektopik terganggu diperoleh dari
anamnesis dan pemeriksaan yang mendukung tegaknya diagnosis, pemeriksaan
laboratorium
(hemoglobin, hematokrit, dan hitung leukosit), tes kehamilan, pemeriksaan β-hcg
serum, progesteron serum, kuldosentesis, ultrasonografi dan laparoskopi.
Penanganan kehamilan ektopik pada umumnya adalah laparotomi. Dalam
tindakan demikian, beberapa hal harus diperhatikan dan dipertimbangkan yaitu;
kondisi penderita saat itu, keinginan penderita akan fungsi reproduksinya, lokasi
kehamilan ektopik, kondisi anatomik organ pelvis, kemampuan teknik bedah
mikro dokter operator, dan kemampuan teknologi fertilisasi invitro setempat.
Hasil pertimbangan ini menentukan apakah perlu dilakukan salpingektomi pada
kehamilan tuba, atau dapat dilakukan pembedahan konservatif dalam arti hanya
dilakukan salpingostomi atau reanastomosis tuba. Apabila kondisi penderita
buruk, misalnya dalam keadaan syok, lebih baik dilakukan salpingektomi.
Kemoterapi dan metotreksat juga dapat diberikan.

19
DAFTAR PUSTAKA

1. Prawirohardjo S. Ilmu kebidanan. Jakarta; Bina Pustaka Sarwono


Prowirohardjo; 2009. P 474-487
2. Stulberg DB, Cain RL, Dahlquist I, Lauderdale DS. Ectopic pregnancy rates
in the Medicaid population. American Journal of Obstetrics &Gynecology
APRIL 2013,208:274.e1-7.
3. Wiknjosastro H. Ilmu bedah kebidanan. Jakarta; Bina Pustaka Sarwono
Prowirohardjo; 2007. P 198-210
4. Wiknjosastro H. Ilmu bedah kebidanan. Jakarta; Bina Pustaka Sarwono
Prowirohardjo; 2009. P 250-261
5. Sastrawinata S. Obstetri Patologi. Bandung: FK Unpad;1 981. P 21-36
6. Sastrawinata S. Obstetri Fisiologi. Bandung: FK Unpad; 1981. Hal .49-69
7. Snell RS. Anatomi Klinik Untuk Mahasiswa Kedokteran. Jakarta: EGC; 2006.
Hal.354-359

20
8. Cunningham, Leveno, Hauth B, rouse, Spong. Obstetri Williams. Jakarta:
EGC; 2013.Hal 895
9. Kohn MA, Kerr K, Malkevich D, O’Neil N, Kerr J, Kaplan BC. Beta-Human
Chorionic Gonadotropin Levels and the Likelihood of Ectopic Pregnancy in
Emergency Department Patients with Abdominal Pain or Vaginal Bleeding.
ACAD EMERG MED. February 2003, Vol. 10, No. 2
10. Manuaba IBG/ Kepaniteraan klinik obstetric dan ginekologi. Jakarta: EGC;
2004. Hal 255-257

21

Anda mungkin juga menyukai