PENDAHULUAN
Kornea merupakan bagian anterior dari mata yang harus dilalui cahaya, dalam perjalanan
pembentukan bayangan di retina. Kornea merupakan media refraksi terbesar yang dalam
pembiasan sinar, oleh karena itu kornea harus tetap jernih dan permukaannya rata agar tidak
menghalangi proses tersebut. Kelainan yang bisa merusak bentuk dan kejernihan kornea dapat
menimbulkan gangguan penglihatan yang hebat, terutama bila letaknya di sentral (daerah pupil),
Keratitis adalah peradangan pada salah satu dari kelima lapisan kornea.Peradangan
tersebut dapat terjadi di epitel, membran Bowman, stroma, membran Descemet, ataupun endotel.
Peradangan juga dapat melibatkan lebih dari satu lapisan kornea. Pola keratitis dapat dibagi
menurut distribusi, kedalaman, lokasi, dan bentuk. Berdasarkan distribusinya, keratitis dibagi
menjadi keratitis difus, fokal, atau multifokal. Berdasarkan kedalamannya, keratitis dibagi
menjadi epitelial, subepitelialm stromal, atau endotelial. Lokasi keratitis dapat berada di bagian
sentral atau perifer kornea, sedangkan berdasarkan bentuknya terdapat keratitis dendritik,
disciform, dan bentuk lainnya. Keratitis akan memberikan gejala mata merah, rasa silau dan
merasa kelilipan. Gejala khususnya tergantung dari jenis-jenis keratitis yang diderita oleh pasien.
Gambaran klinik masing-masing keratitis berbeda-beda tergantung dari jenis penyebab dan
tingkat kedalaman yang terjadi di kornea, jika keratitis tidak ditangani dengan benar maka
penyakit ini akan berkembang menjadi suatu ulkus yang dapat merusak kornea secara permanen
TINJAUAN PUSTAKA
Kornea merupakan bagian anterior dari mata yang harus dilalui cahaya, dalam perjalanan
pembentukan bayangan di retina. Kornea merupakan media refraksi terbesar yang dalam
pembiasan sinar, oleh karena itu kornea harus tetap jernih dan permukaannya rata agar tidak
menghalangi proses tersebut. Kelainan yang bisa merusak bentuk dan kejernihan kornea dapat
menimbulkan gangguan penglihatan yang hebat, terutama bila letaknya di sentral (daerah pupil).
Kornea juga merupakan jaringan yang memiliki serabut saraf sensorik terbanyak (300-
400 serabut saraf), yang berasal dari nervus trigeminus. Kornea merupakan jaringan yang
avaskular, bersifat transparan, berukuran 11- 12 mm horizontal dan 10-11 mm vertikal, serta
memiliki indeks refraksi 1,37. Kornea memberikan kontribusi 74 % atau setara dengan 43,25
dioptri (D) dari total 58,60 kekuatan dioptri mata manusia. Jika kornea oedem karena suatu
sebab, maka kornea juga bertindak sebagai prisma yang dapat menguraikan sinar sehingga
penderita akan melihat halo. Dalam nutrisinya, kornea bergantung pada difusi glukosa dari
aqueus humor dan oksigen yang berdifusi melalui lapisan air mata. Sebagai tambahan, kornea
perifer disuplai oksigen dari sirkulasi limbus. Kornea adalah salah satu organ tubuh yang
memiliki densitas ujung-ujung saraf terbanyak dan sensitifitasnya adalah 100 kali jika
dibandingkan dengan konjungtiva. Secara histologi, struktur kornea terdiri dari lima lapisan yaitu
epitel, membrana bowman, stroma, membrana descemet dan endotel. Epitel kornea memiliki
ketebalan 50-60 µm atau 5% dari total ketebalan kornea, dan terdiri dari tiga lapisan yang
berbeda yaitu lapisan sel superfisial, lapisan sel sayap, dan lapisan sel basal. Membran Bowman
merupakan lapisan aseluler yang dibentuk oleh serat kolagen dan merupakan modifikasi dari
bagian anterior stroma dengan ketebalan 8-14 µm. Lapisan ini tidak dapat mengalami regenerasi
dan akan digantikan oleh jaringan parut bila terjadi trauma. Stroma kornea menyusun 90% dari
seluruh ketebalan kornea. Stroma kornea tersusun atas fibril kolagen dengan 8 ukuran yang
seragam, meluas di seluruh permukaan kornea dan membentuk kelompok yang disebut lamella;
serta tersusun atas sel-sel kornea (keratosit) dan matriks ekstraseluler yang terdiri dari
endotel kornea. Membran ini terutama tersusun dari kolagen tipe IV dan memiliki ketebalan 10-
12 µm. Endotel kornea merupakan lapisan paling dalam dari kornea. Lapisan ini terdiri atas satu
lapis sel berbentuk heksagonal yang sel-selnya tidak dapat membelah. Endotel kornea
1) Epitel
Tebal dari epitel ini adalah 50 µm. Epitel kornea mempunyai lima lapis sel epitel tak bertanduk
yang terdiri dari sel basal, sel poligonal, dan sel gepeng.
2) Membran Bowman
Membran Bowman terletak di bawah membran basal epitel kornea yang merupakan kolagen
yang tersususn tidak teratur seperti stroma dan berasal dari bagian depan stroma.
3) Stroma
Stroma kornea menyusun sekitar 90% ketebalan kornea. Stroma terdiri atas lamel yang
merupakan susunan kolagen yang sejajar satu dengan lainnya. Pada permukaan terlihat anyaman
4) Membran Descemet
Membran Descemet merupakan membran aselular dan merupakan batas belakang stroma kornea.
5) Endotel
Endotel berasal dari mesotelium, berlapis satu, berbentuk heksagonal, dan tebalnya 20-40 µm.
2.2 Keratitis
2.2.1 Definisi
Keratitis adalah peradangan pada salah satu dari kelima lapisan kornea. Peradangan
tersebut dapat terjadi di epitel, membran Bowman, stroma, membran Descemet, ataupun endotel.
Peradangan juga dapat melibatkan lebih dari satu lapisan kornea. Pola keratitis dapat dibagi
menurut distribusi, kedalaman, lokasi, dan bentuk. Berdasarkan distribusinya, keratitis dibagi
menjadi keratitis difus, fokal, atau multifokal. Berdasarkan kedalamannya, keratitis dibagi
menjadi epitelial, subepitelialm stromal, atau endotelial. Lokasi keratitis dapat berada di bagian
sentral atau perifer kornea, sedangkan berdasarkan bentuknya terdapat keratitis dendritik,
2.2.2 Epidemiologi
Sekitar 25.000 orang Amerika terkena keratitis bakteri per tahun. Kejadian keratitis
bakteri bervariasi, dengan lebih sedikit pada negara-negara industri yang secara signifikan lebih
sedikit memiliki jumlah pengguna lensa kontak. Insiden keratitis jamur bervariasi sesuai dengan
lokasi geografis dan berkisar dari 2% dari kasus keratitis di New York untuk 35%. di Florida.
Spesies Fusarium merupakan penyebab paling umum infeksi jamur kornea di Amerika Serikat
bagian selatan (45-76% dari keratitis jamur), sedangkan spesies Candida dan Aspergillus lebih
umum di negara-negara utara. secara signifikan lebih sedikit yang berkaitan dengan infeksi lensa
kontak.5
2.2.3 Etiologi
keratitis. Penyebab paling sering adalah virus herpes simplex tipe 1. Selain itu penyebab lain
adalah kekeringan pada mata, pajanan terhadap cahaya yang sangat terang, benda asing yang
masuk ke mata, reaksi alergi atau mata yang terlalu sensitif terhadap kosmetik mata, debu, polusi
atau bahan iritatif lain, kekurangan vitamin A dan penggunaan lensa kontak yang kurang baik.6
Tanda patognomik dari keratitis ialah terdapatnya infiltrat di kornea. Infiltrat dapat ada di
seluruh lapisan kornea, dan menetapkan diagnosis dan pengobatan keratitis. Pada peradangan
yang dalam, penyembuhan berakhir dengan pembentukanjaringan parut (sikatrik), yang dapat
• Nyeri
• Mata merah
2.2.5 Patofisiologi
Karena kornea avaskuler, maka pertahanan pada waktu peradangan tidak segera datang,
seperti pada jaringan lain yang mengandung banyak vaskularisasi. Maka badan kornea,
wandering cell dan sel-sel lain yang terdapat dalam stroma kornea, segera bekerja sebagai
makrofag, baru kemudian disusul dengan dilatasi pembuluh darah yang terdapat dilimbus dan
tampak sebagai injeksi perikornea. Sesudahnya baru terjadi infiltrasi dari sel-sel mononuclear,
sel plasma, leukosit polimorfonuklear (PMN), yang mengakibatkan timbulnya infiltrat, yang
tampak sebagai bercak berwarna kelabu, keruh dengan batas-batas tak jelas dan permukaan tidak
licin, kemudian dapat terjadi kerusakan epitel dan timbulah ulkus kornea.7
Kornea mempunyai banyak serabut saraf maka kebanyakan lesi pada kornea baik
superfisial maupun profunda dapat menimbulkan rasa sakit dan fotofobia. Rasa sakit juga
diperberat dengan adanaya gesekan palpebra (terutama palbebra superior) pada kornea dan
menetap sampai sembuh. Kontraksi bersifat progresif, regresi iris, yang meradang dapat
menimbulkan fotofobia, sedangkan iritasi yang terjadi pada ujung saraf kornea merupakan
fenomena reflek yang berhubungan dengan timbulnya dilatasi pada pembuluh iris. Fotofobia,
yang berat pada keba nyakan penyakit kornea, minimal pada keratitis herpes karena hipestesi
terjadi pada penyakit ini, yang juga merupakan tanda diagnostik berharga. Meskipun berair mata
dan fotofobia umumnya menyertai penyakit kornea, umumnya tidak ada tahi mata kecuali pada
Karena kornea berfungsi sebagai jendela bagi mata dan membiaskan berkas cahaya, lesi
2.2.6 Klasifikasi
2. Keratitis Marginal
3. Keratitis Interstisial
1. Keratitis Bakteri
2. Keratitis Jamur
3. Keratitis Virus
4. Keratitis Herpetik
5. Keratitis Alergi
a. Keratokonjungtivitis
b. Keratokonjungtivitis epidemi
c. Tukak atau ulkus fliktenular
d. Keratitis fasikularis
e. Keratokonjungtivitis vernal
1. Keratitis Flikten
2. Keratitis Sika
3. Keratitis Neuroparalitik
4. Keratitis Numuralis 4
A. Keratitis Pungtata
halus. Keratitis pungtata superfisial memberikan gambaran seperti infiltrat halus bertitik-titik
pada permukaan kornea. Merupakan cacat halus kornea superfisial dan hijau bila diwarnai
fluoresein. Sedangkan keratitis pungtata subepitel adalah keratitis yang terkumpul di daerah
membran Bowman.8
Merupakan infiltrat yang tertimbun pada tepi kornea sejajar dengan limbus. Penyakit
infeksi lokal konjungtiva dapat menyebabkan keratitis kataral atau keratitis marginal ini.
Keratitis marginal kataral biasanya terdapat pada pasien usia petengahan, dengan disertai adanya
blefarokonjungtivitis.
C. Keratitis Interstitial
Keratitis interstitial adalah kondisi serius dimana masuknya pembuluh darah ke dalam
kornea dan dapat menyebabkan hilangnya transparansi kornea. Keratitis interstitial dapat
berlanjut menjadi kebutaan. Sifilis adalah penyebab paling sering dari keratitis interstitial.
Definisi
Keratitis infektif yang disebabkan oleh jamur merupakan diagnosis terbanyak pada
negara India, sedangkan data prevalensi di Indonesia belum tersedia. Jamur terkadang
merupakan flora normal eksternal di mata karena berhasil diisolasi dari sakus konjungtiva pada
3-28% mata normal. Pada mata yang mengalami penyakit, angka isolasi jamur dapat mencapai
17-37%.9
Etiologi
Jamur yang umumnya terdapat pada mata normal adalahAspergillus spp., Rhodotorula
spp., Candida spp., Penicillium spp., Cladosporium spp., dan Alternaria spp. Insidensi
keratomikosis di Amerika Serikat adalah 6-20% dan umumnya terjadi di daerah pedesaan.
Aspergillus spp. merupakan penyebab terbanyak keratitis yang timbul di seluruh dunia. Candida
spp. dan Aspergillus spp. adalah penyebab keratitis jamur terbanyak di Amerika Serikat. Tanda
dan gejala Fusarium spp. dilaporkan sebagai penyebab keratitis jamur di Afrika, India, China dan
Jepang. Isolat terbanyak di negara India adalah Aspergillus spp., Penicillium spp., dan Fusarium
spp. Identifikasi jamur yang akurat sangat penting untuk pencegahan paparan di masa yang akan
Gejala keratitis jamur umumnya tidak seakut keratitis bakterial. Gejala awal dapat berupa
rasa mengganjal di mata dengan peningkatan rasa nyeri. Tanda klinis yang paling sering
ditemukan pada pemeriksaan lampu celah juga umum ditemukan pada keratitis mikrobial seperti
supurasi, injeksi konjungtiva, defek epitel, infiltrasi stroma, reaksi radang di bilik mata depan
atau hipopion. Tanda klinis yang dapat membantu penegakan diagnosis keratitis jamur
filamentosa adalah ulkus kornea yang bercabang dengan elevasi, batas luka yang iregular dan
seperti kapas, permukaan yang kering dan kasar, serta lesi satelit Tampilan pigmentasi coklat
dapat mengindikasikan infeksi oleh jamur dematiaceous Keratitis jamur juga dapat memiliki
tampilan epitel yang intak dengan infiltrat stroma yang dalam . Walaupun terdapat tanda-tanda
yang cukup khas untuk keratitis jamur, penelitian klinis gagal membuktikan bahwa pemeriksaan
Faktor Resiko
Faktor risiko utama untuk keratitis jamur adalah trauma okular. Faktor risiko lain untuk
meningkatkan virulensi jamur, baik melalui penggunaan sistemik maupun topikal. Faktor risiko
lainnya adalah konjungtivitis vernal atau alergika, bedah refraktif insisional, ulkus kornea
neurotrofik yang disebabkan oleh virus varicellazoster atau herpes simpleks, keratoplasti, dan
transplantasi membran amnion. Faktor predisposisi keratitis jamur untuk pasien keratoplasti
adalah masalah jahitan, penggunaan steroid topikal dan antibiotik, penggunaan lensa kontak,
kegagalan graft, dan defek epitel persisten. Trauma umumnya terjadi di lingkungan luar rumah
dan melibatkan tumbuhan. Pada tahun 2009 terjadi peningkatan insiden keratitis jamur yang
disebabkan oleh Fusarium spp. pada pengguna lensa kontak yang dikaitkan dengan larutan
pembersih ReNu with MoistureLoc. Median usia pasien adalah 41 tahun dan 94% menggunakan
lensa kontak soft. Pada pemeriksaan pabrik, gudang, filtrat larutan maupun botol Renu yang
belum dibuka tidak ditemukan kontaminasi oleh jamur. Penyebab yang paling mungkin adalah
hilangnya aktivitas fungistatik akibat peningkatan suhu yang berkepanjangan. Sejak ditarik dari
peredaran pada tahun 2006, angka keratitis jamur telah kembali menurun. Selain Fusarium,
jamur lain yang juga dihubungkan dengan penggunaan lensa kontak adalah
Manifestasi Klinis
Reaksi peradangan yang berat pada kornea yang timbul karena infeksi jamur dalam
bentuk mikotoksin, enzim-enzim proteolitik, dan antigen jamur yang larut. Agen-agen ini dapat
menyebabkan nekrosis pada lamella kornea, peradangan akut , respon antigenik dengan formasi
Ulkus kornea yang disebabkan oleh jamur berfilamen dapat menunjukkan infiltrasi abu-
abu sampai putih dengan permukaan kasar, dan bagian kornea yang tidak meradang tampak
elevasi keatas. Lesi satelit yang timbul terpisah dengan lesi utama dan berhubungan dengan
mikroabses stroma. Plak endotel dapat terlihat paralel terhadap ulkus. Cincin imun dapat
mengelilingi lesi utama, yang merupakan reaksi antara antigen jamur dan respon antibodi tubuh.
Sebagai tambahan, hipopion dan sekret yang purulen dapat juga timbul. Reaksi injeksi
konjungtiva dan kamera okuli anterior dapat cukup parah. Untuk menegakkan diagnosis klinik
- Lesi satelit
- Tepi ulkus sedikit menonjol dan kering, tepi yang ireguler dan tonjolan seperti hifa di bawah
endotel utuh
- Plak endotel
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan yang dapat dilakukan yaitu pemeriksaan kerokan kornea (sebaiknya dengan
spatula Kimura) yaitu dari dasar dan tepi ulkus denganbiomikroskop. Dapat dilakukan
pewarnaan KOH, Gram, Giemsa atau KOH + Tinta India. Biopsi jaringan kornea dan diwamai
Terapi
Prognosis keratitis jamur bervariasi sesuai dengan kedalaman dan ukuran lesi serta
organisme penyebab. Infeksi superfisial yang kecil umumnya memiliki respon yang baik
terhadap terapi topikal. Infeksi stroma yang dalam atau dengan keterlibatan sklera maupun
intraokular lebih sulit untuk ditangani. Suatu penelitian intervensional prospektif mengevaluasi
terapi natamisin topikal pada 115 pasien keratitis jamur. Pada penelitian tersebut, 52 pasien
mengalami keberhasilan terapi, 27 menderita ulkus yang pulih walaupun lambat, dan 36
berhubungan dengan ukuran lesi yang lebih dari 14 mm , adanya hipopion, dan Aspergillus
sebagai organisme penyebab. Jika penanganan medis gagal, dapat dilakukan operasi.
B. Keratitis Bakteri
Faktor Risiko
Setiap faktor atau agen yang menciptakan kerusakan pada epitel kornea adalah potensi
penyebab atau faktor risiko bakteri keratitis, beberapa faktor risiko terjadinya keratitis bakteri
diantaranya:
- Trauma
Pasien keratitis biasanya mengeluh mata merah, berair, nyeri pada mata yang terinfeksi,
penglihatan silau, adanya sekret dan penglihatan menjadi kabur. Pada pemeriksaan bola mata
Etiologi
Pasien keratitis biasanya mengeluh mata merah, berair, nyeri pada mata yang terinfeksi,
penglihatan silau, adanya sekret dan penglihatan menjadi kabur. Pada pemeriksaan bola mata
Terapi
Dapat diberikan inisial antibiotik spektrum luas sambil menunggu hasil kultur bakteri.
Etiologi
Herpes Simpleks Virus (HSV) merupakan salah satu infeksi virus tersering pada kornea.
Virus herpes simpleks menempati manusia sebagai host, merupakan parasit intraselular obligat,
dapat ditemukan pada mukosa, rongga hidung, rongga mulut, vagina dan mata. Penularan dapat
terjadi melalui kontak dengan cairan dan jaringan mata, rongga hidung, mulut, alat kelamin yang
mengandung virus.10
Patofisiologi
- Pada stromal : terjadi reaksi imunologik tubuh terhadap virus yang menyerang yaitu reaksi
antigen-antibodi yang menarik sel radang ke dalam stroma. Sel radang ini mengeluarkan bahan
proteolitik untuk merusak virus tetapi juga akan merusak stroma di sekitarnya.
Manifestasi Klinis
Pasien dengan HSV keratitis mengeluh nyeri, fotofobia, penglihatan kabur, mata berair,
mata merah, tajam penglihatan turun terutama jika bagian pusat yang terkena.Infeksi primer
herpes simpleks pada mata biasanya berupa konjungtivitis folikularis akut disertai blefaritis
vesikuler yang ulseratif, serta pembengkakan kelenjar limfe regional. Kebanyakan penderita juga
disertai keratitis epitelial dan dapat mengenai stroma tetapi jarang. Pada dasarnya infeksi primer
ini dapat sembuh sendiri, akan tetapi pada keadaan tertentu di mana daya tahan tubuh sangat
Usapan epitel dengan Giemsa multinuklear noda dapat menunjukkan sel-sel raksasa,
yang dihasilkan dari perpaduan dari sel-sel epitel kornea yang terinfeksi dan virus intranuclear
inklusi
Terapi
Debridement
Cara efektif mengobati keratitis dendritik adalah debridement epithelial, karena virus
berlokasi didalam epithelial. Debridement juga mengurangi beban antigenic virus pada stroma
kornea. Epitel sehat melekat erat pada kornea namun epitel yang terinfeksi mudah dilepaskan.
Debridement dilakukan dengan aplikator berujung kapas khusus. Obat siklopegik seperti
diteteskan kedalam sakus konjungtiva, dan ditutup dengan sedikit tekanan. Pasien harus
diperiksa setiap hari dan diganti penutupnya sampai defek korneanya sembuh umumnya dalam
72 jam.
Terapi Obat
- IDU (Idoxuridine) analog pirimidin (terdapat dalam larutan 1% dan diberikan setiap jam,
- Vibrabin: sama dengan IDU tetapi hanya terdapat dalam bentuk salep
- Asiklovir oral dapat bermanfaat untuk herpes mata berat, khususnya pada orang atopi
mempunyai parut kornea yang berat, namun hendaknya dilakukan beberapa bulan setelah
D. Keratitis Alergi
Etiologi
Reaksi hipersensitivitas tipe I yang mengenai kedua mata, biasanya penderita sering
Manifestasi Klinis
- Bentuk palpebra: cobble stone (pertumbuhan papil yang besar), diliputi sekret mukoid.
- Gatal
- Fotofobia
Terapi
- Kompres dingin
- Obat vasokonstriktor
- Cromolyn sodium topikal
superfisial kornea. Epitel diatasnya mudah pecah dan membentuk ulkus. Ulkus ini dapat sembuh
atau tanpa meninggalkan sikatrik. Adapula ulkus yang menjalar dari pinggir ke tengah, dengan
pinggir meninggalkan sikatrik sedangkan bagian tengah nya masih aktif, yang disebut wander
phlyctaen. Keadaan ini merupakan proses yang mudah sembuh, tetapi kemudian kambuh lagi di
tempat lain bila penyebabnya masih ada dan dapat menyebabkan kelainan kornea berbentuk
B. Keratitis Sika
Merupakan peradangan konjungtiva dan kornea akibat keringnya permukaan kornea dan
- Berkurangnya airmata, seperti pada syndrome syrogen, setelah memakai obat diuretik, atropin
yang menyebabkan cacatnya konjungtiva, seperti trauma kimia, Sindrom Steven Johnson,
trakoma.
- Penguapan yang berlebihan seperti pada kehidupan gurun pasir, lagoftalmus, keratitis
neuroparalitika.
Gejala klinis yang sering timbul yaitu mengeluh mata terasa gatal, terasa seperti ada
pasir,fotopobi,visus menurun, secret lengket, mata terasa kering. Dari hasil pemeriksaan
didapatkan sekret mukus dengan tanda-tanda konjungtivitis dengan xerosis konjuntiva, sehingga
konjungtiva bulbi edema, hiperemi, menebal, kering, tak mengkilat, warnanya mengkilat.
(filamen) yang sebenarnya sekret yang menempel, karena itu, disebut juga keratitis filamentosa.11
C. Keratitis Numularis
Diduga dari virus. Pada klinis, tanda-tanda radang tidak jelas, terdapat infiltrat bulat-bulat
subepitelial di kornea, dimana tengahnya lebih jernih, disebut halo (diduga terjadi karena
resorpsi dari infiltrat yang dimulai di tengah. Tes fluoresen (-). Keratitis ini kalau sembuh
Komplikasi
Komplikasi yang paling ditakuti dari keratitis adalah penipisan kornea dan akhirnya
- Gangguan refraksi
- Ulkus kornea
- Perforasi kornea
- Glaukoma sekunder
Prognosis
Keratitis dapat sembuh dengan baik jika ditangani dengan tepat dan jika tidak diobati
dengan baik dapat menimbulkan ulkus yang akan menjadi sikatriks dan dapat mengakibatkan
- Virulensi organisme
- Luas dan lokasi keratitis
D. Keratitis Legoftalmos
Keratitis yang terjadi akibat adanya legoftalmos dimana kelopak tidak dapat menutup
dengan sempurna sehingga terdapat kekeringan kornea. Lagoftalmos akan mengakibatkan mata
terpapar sehingga terjadi trauma pada konjungtivadan kornea menjadi kering dan terjadi infeksi.
Lagoftalmos dapat disbabkan tarikan jaringan parut pada tepi klopak, eksoftalmos,
Lagoftalmos partial pada waktu tidur dapat ditmukan pada pasien histeria, lelah dan anak
sehat.
Pengobatan keratitis lagoftalmos ialah dengan mengatasi kausa dan air mata buatan.
E. Keratitis Neuroparalitik
terdapat kekeruhan kornea yang tidak sensitif disertai kekeringan kornea. Gangguan persarafan
ke lima dapat terjadi akibat hrps zoster, tumor fosa posterior kranium, dan keadaan lain sehingga
Pada kornea ini akan mudah terjadi infeksi sehinggaakan mngakibatkan terbentuknya
tukak kornea. Pada keadaan anastesis dan tanpa persarafan, kornea kehingan daya pertahananya
terhadap iritasi dari luar. Pada keadaan ini diduga terjadi kemunduran metabolism kornea yang
Pasien akan mengeluhkan tajam pnglihatan menurun, silau dan tidak nyeri. Mata akan
meemberiksan gejala jarang berkeedip karena hilangnya refleks mngedip, injeksi siliar,
permukaan kornea keruh, infiltrat danvesikel pada kornea. Dapat terlihat terbentuknya
deskuamasi epitel seluruh permukaan kornea yang dimulaipada bagian tengah dan meninggalkan
Pada keadaan ini pengobatan diberikan untuk mencegah infeksi sekundenya, berupa
BAB III
KESIMPULAN
Keratitis merupakan infeksi pada kornea yang biasanya diklasifikasikan menurut lapisan
kornea yang terkena yaitu keratitis superfisialis apabila mengenal lapisan epitel atau bowman
dan keratitis profunda atau interstisialis (atau disebut juga keratitis parenkimatosa) yang
Etiologi, yaitu bisa disebabkan oleh virus, bakteri, jamur, dan faktor predisposisi bisa
Gejala dari keratitis adalah: mata merah, keluar air mata yang berlebihan,nyeri,
penurunan tajam penglihatan, radang pada kelopak mata (bengkak, merah), sensitif terhadap
cahaya.
Pengobatan pada keratitis tergantung dari penyebabnya jika disebabkan oleh bakteri