Oleh
Lalu Sayyidiman Huzaif
H1A011039
Pembimbing
dr. M Rizkinov Jumsa, Sp.OG,M.Kes
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
Asung Kerta Wara Nugraha-Nya penyusunan tugas Refleksi Kasus dengan topik
kehamilan ektopik terganggudapat diselesaikan dengan baik dan tepat pada
waktunya. Adapun tujuan dari penyusunan tulisan ini adalah untuk memenuhi
tugas dalam proses kepaniteraan klinik di Bagian/SMF Ilmu Kesehatan Obstetri
dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Mataram, Rumah Sakit Umum
Daerah Provinsi Nusa Tenggara
Barat.Padakesempatanini,penulisinginmengucapkanterimakasihkepadasemuapiha
kyangtelahbanyak memberikan bimbingan kepadapenulis.
1. dr.GedeMadePunarbawa,Sp.OG(K),selakuKepalaBagian/SMFObstetrida
nGinekologiRSUPNTB.
2. dr.H.DoddyArioKumboyo,Sp.OG(K),selakusupervisor.
3. dr.EdiPrasetyoWibowo,Sp.OGselakusupervisor.
4. dr.A.RusdhyH.Hamid,Sp.OG(K)selakusupervisor
5. dr.IMadePutraJuliawan,Sp.OGselakusupervisor
6. dr.IMdW.Mahayasa,SpOG(K)selakusupervisor
7. dr.ArioDanianto,Sp.OG, selakusupervisor
8. drIntanWahyuL,Sp.OGselakusupervisor
9. dr.WindianaRambu,Sp.OG,M.Kesselakusupervisor
10. dr.RatihBarirah,Sp.OG,selakusupervisor
11. dr.RizkinovJumsa,Sp.OG,selakusupervisordanpembimbing
12. dr.A.FadhliBusthomi,Sp.OG,selakusupervisor
13. dr.Maskasoni,Sp.OGselakusupervisor
14. dr.IdaAyuPutri,Sp.OGselakusupervisor
16. Semuapihakyangtidakdapatdisebutkansatupersatu.
2
Dalam laporan kasus ini tentu tidak terlepas dari kesalahan dalam
penyusunannya.Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran.
Semoga laporan kasus
inidapatmemberikanmanfaatkepadaparapembacasehinggameningkatkanpengeta
huanterutamaterkaitdengankasusyangdibahasdalamlaporanini.Akhirkatapenulis
mengucapkanterimakasih.
Penulis
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
2.2 Etiologi
5
Implantasi ektopik dapat terjadi di serviks, kornea rahim, miometrium,
ovarium, rongga perut, dan sebagainya.Wanita dengan ligasi tuba atau perubahan
pascaoperasi lainnya pada tuba fallopi mereka berisiko mengalami kehamilan
ektopik karena fungsi asli tuba fallopi telah berubah. Pasien juga dapat mengalami
kehamilan ektopik bersamaan dengan kehamilan intrauterin, yang dikenal sebagai
kehamilan heterotopik.3
2.3 Epidemiologi
6
kali lipat dibandingkan dengan populasi umum.Wanita yang melakukan fertilisasi
in vitro memiliki peningkatan risiko mengalami kehamilan ektopik dengan
kehamilan intrauterin bersamaan, yang dikenal sebagai kehamilan
heterotipik.Risikonya diperkirakan setinggi 1:100 wanita yang melakukan
fertilisasi in vitro. Risiko mengembangkan kehamilan heterotopik telah
diperkirakan setinggi 1:100 pada wanita yang melakukan fertilisasi in vitro. 3,4
Di Indonesia sendiri, sebuah penelitian yang dilakukan di RS Dr. Soetomo
menemukan 98 kasus ektopik dari kurun waktu 2013 hingga 2014.2
2.4 Patofisiologi
7
kehamilan ektopik, diketahui memiliki kerusakan tuba falopi (riwayat penyakit
radang panggul, operasi tuba, diketahui obstruksi), atau mencapai kehamilan
melalui pengobatan infertilitas.
Setelah mendapatkan riwayat menyeluruh, pemeriksaan fisik yang teliti
harus dilakukan.Evaluasi tanda-tanda vital untuk menilai takikardia dan hipotensi
sangat penting dalam menentukan stabilitas hemodinamik pasien.Saat memeriksa
daerah perut dan suprapubik, perhatian harus difokuskan pada lokasi nyeri tekan
serta faktor eksaserbasi. Jika defans muskular terjadi saat palpasi, hal ini harus
meningkatkan perhatian terhadap kemungkinan cairan bebas atau penyebab lain
dari tanda-tanda peritoneum. Palpasi uterus gravid mungkin menunjukkan
kehamilan, namun tidak menyingkirkan patologi lain seperti kehamilan ektopik
yang berkembang atau kehamilan heterotopik. Pasien yang mengalami perdarahan
vagina sebaiknya dilakukan pemeriksaan pelvis untuk menilai infeksi serta
menilai os serviks.Pemeriksaan pelvis bimanual juga memungkinkan palpasi
adneksa bilateral untuk menilai adanya massa/struktur abnormal atau untuk
mendapatkan nyeri tekan adneksa. Anamnesis dan pemeriksaan fisik yang
menyeluruh akan memberikan kepastian yang lebih baik dibantu dengan
pemeriksaan penunjang.1,5
ml dilakukan pengisapan.
8
Hasil positif bila dikeluarkan darah berwarna coklat sampai hitam yang
tidak membeku atau berupa bekuan-bekuan kecil.
Hasil negatif bila cairan yang dihisap berupa:
9
Gambar II.1tanda "Double Decidual"
Tanda double decidual biasanya menjadi terlihat selama minggu ke-5
kehamilan pada pencitraan USG transabdominal. Yolk sacakan menjadi jelas saat
ini tetapi akan membutuhkan pencitraan ultrasound transvaginal untuk
identifikasi. Kutub embrionik akan terlihat pada pencitraan transvaginal sekitar
enam minggu kehamilan. Fibroid rahim atau indeks massa tubuh yang sangat
tinggi dapat membatasi keakuratan pencitraan ultrasound untuk mengidentifikasi
kehamilan intrauterin dini. Pencitraan MRI dapat membantu dalam keadaan
ekstrem, seperti pada fibroid uterus besar yang menghalangi; namun, sensitivitas
dan spesifisitasnya memerlukan penelitian lebih lanjut dan potensi risiko dengan
pertimbangan manfaat paparan kontras gadolinium.
Konfirmasi diagnostik terbaik dari kehamilan ektopik adalah dengan
mengidentifikasi detak jantung janin di luar rongga rahim pada pencitraan
ultrasound.Tidak adanya detak jantung janin yang terlihat dapat menyesatkan,
karena detak jantung janin tidak berkembang di semua kehamilan ektopik.Tanda-
tanda tambahan kehamilan ektopik termasuk identifikasi kantung kehamilan
dengan atau tanpa yolk sac di dalam lokasi ektopik atau telah teridentifikasimassa
adneksa kompleks yang menyimpang dari presentasi khas korpus luteum
hemoragik. Ketika pencitraan radiologis gagal untuk mengkonfirmasi keberadaan
kehamilan ektopik secara memadai, visualisasi langsung dari massa yang
mencurigakan dapat terjadi melalui laparoskopi diagnostik. Laparoskopi langsung
mungkin tidak mengidentifikasi kehamilan ektopik yang sangat kecil, kehamilan
serviks, atau yang terletak di bekas luka sesar.6
10
2.7 Tatalaksana
11
ini dapat diganti dengan aktinomisin-D 12mikrogram/kg selama 5 hari (Level of
evidence C).
d. Aktinomisin-D 1,25 mg/m2 secara intravena selama 2 minggu. Protokol
ini memiliki angka kegagalan sebesar 20%.Protokol ini dapat menjadi alternatif
mingguan dengan protokol metotreksat.Aktinosmisin D dapat menyebabkan kulit
terkelupas bila terinfiltrasi ke kulit dan harus diinjeksi via infus intravena yang
baru.Bila terdapat ekstravasasi, area ini harus diinfiltrasi dengan hidrokortison
100 mg dan lidokain 2 mL.
e. Aktinomisin-D 12 mikrogram/kg yang diberikan secara intravena atau
0,5 mg secara intravena setiap hari selama 5 hari, diulangi setiap 2 minggu.
Protokol ini adalah alternatif untuk protokol metotreksat selama 5 hari.Protokol
ini dapat digunakan pada pasien yang memiliki gangguan hepatik.Angka
kegagalan ditemukan sebesar 8%.
f. Metotreksat 250 mg drips selama 12 jam. Kemoterapi ini adalah bagaian
metotreksat pada protokol EMA-CO (etoposide, metotreksat dengan leucovorin,
aktimosiin D, yang diberikan pada hari 1 dan 2 serta siklofosfamid dan vinkristin
(Oncovin) yang diberikan pada hari 8). Regimen ini memiliki angka kegagalan
sebesar 30% (Level of evidence C).
Siklus kemoterapi berdasarkan Trommel dkk (2006), mendapat hasil
median jumlah siklus kemoterapi MTX kelompok remisi komplit adalah 5 siklus
(range 3-17 siklus), sementara pada kelompok resisten adalah 7 siklus (range 3-16
siklus).
Manajemen bedah termasuk salpingostomi atau salpingektomi harus
dipandu oleh status klinis, tingkat kompromi tuba fallopi, dan keinginan untuk
memiliki anak di masa depan. Secara sederhana, salpingektomi melibatkan
pengangkatan tuba fallopii sebagian atau seluruhnya. Salpingostomi, atau
salpingotomi, melibatkan pengangkatan kehamilan ektopik melalui insisi tuba dan
meninggalkan tuba fallopi in situ.8
12
2.8 Prognosis dan Komplikasi
Pasien dengan tingkat beta hCG yang relatif rendah kemungkinan akan
memiliki prognosis yang lebih baik mengenai keberhasilan pengobatan dengan
metotreksat dosis tunggal. Semakin lanjut kehamilan ektopik, semakin kecil
kemungkinan terapi metotreksat dosis tunggal akan memadai. Pasien dengan
kondisi ekstrem atau dengan ketidakstabilan hemodinamik memiliki risiko lebih
besar untuk mengalami perburukan seperti syok hemoragik atau komplikasi
perioperatif lainnya. Prognosis dengan demikian akan bergantung pada
pengenalan dan intervensi tepat waktu. Hasil kesuburan dengan operasi
konservasi tuba tetap diperdebatkan karena beberapa data menunjukkan tidak ada
perbedaan yang signifikan dalam tingkat kehamilan intrauterin ketika
membandingkan salpingektomi dibandingkan manajemen tuba konservatif.
Wanita yang hadir di awal kehamilan dan memiliki tes sugestif kehamilan
ektopik akan membahayakan kelangsungan hidup kehamilan intrauterin jika
diberikan Methotrexate. Wanita yang menerima regimen Methotrexate dosis
tunggal berada pada risiko tinggi kegagalan pengobatan jika tingkat hCG tidak
turun 15% dari hari ke 4 sampai hari ke 7 sehingga mendorong rejimen dosis
kedua. Wanita yang mengalami perdarahan pervaginam dan nyeri panggul dapat
salah didiagnosis sebagai aborsi yang sedang berlangsung jika kehamilan ektopik
terjadi pada ostium servikalis. Pasien mungkin mengalami kehamilan ektopik
serviks dan dengan demikian akan menghadapi risiko perdarahan dan potensi
ketidakstabilan hemodinamik jika dilatasi dan kuretase dilakukan. Komplikasi
dari manajemen meluas ke kegagalan pengobatan, di mana wanita dapat hadir
dengan / atau mengembangkan ketidakstabilan hemodinamik yang dapat
mengakibatkan kematian meskipun dilakukan intervensi operasi secara dini. 8
13
BAB III
STATUS PASIEN
3.1 IDENTITAS
Nama : Ny. A
Usia : 28tahun
Alamat : Ambalawi, Bima
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Non-job
No. RM : 198021
MRS : 13 Juli 2022
Pemeriksaan : 13 Juli 2022
3.2 ANAMNESIS
14
c. Riwayat Penyakit Dahulu: Pasien tidak mengeluhkan adanya keluhan
serupa maupun hipertensi, DM, asma, keganasan, alergi, maupun
pembedahan sebelumnya.
d. Riwayat Penyakit Keluarga: di keluarga pasien tidak ada Riwayat
keluhan serupa, hipertensi, DM, asma, keganasan, maupun alergi.
e. Riwayat Alergi
Pasien menyangkal adanya riwayat alergi obat-obatan maupun makanan.
f. Riwayat Pengobatan
Pasien tidak pernah dirawat di rumah sakit sebelumnya dan tidak ada
riwayat mengkonsumsi obat-obatan.
g. Riwayat Menstruasi
Pasien menarke pada usia14 tahun. Siklus haid pasien teratur, dengan
panjang siklus 28 hari, durasi menstruasi 7 hari, volume normal dengan
penggantian pembalut 2x sehari, dan tidak ada keluhan saat haid.
h. Riwayat Pernikahan
Pasien menikah 1 kali.Umur saat pernikahan adalah saat20 tahun.
i. Riwayat Kontrasepsi
Pasien pernah menggunakan kontrasepsi suntik selama ±6 tahun
j. Riwayat Obstetri
● 2015/perempuan/pervaginam/Puskesmas/Bidan/2800 gram
● 2022/kehamilan sekarang.
● HPHT: 8 April 2022
● HPL:5 Januari 2023
● UK: 13 minggu
● Riwayat ANC: Belum pernah melakukan ANC
● Riwayat USG: di RSUD BIMA
a. Status Generalis
● Keadaan umum : Moderate
● Kesadaran : compos mentis
15
● GCS : G4E5M6
● Tekanan darah : 116/56 mmgHg
● Frekuensi nadi : 107 x/mnt
● Frekuensi napas : 20 x/mnt
● Suhu : 36.2oC
● SpO2 : 98% nasal kanul 3 lpm
b. Status Gizi
● Saat hamil
Berat badan : 55 kg
Tinggi badan : 155 cm
BMI : 22.9 kg/m2
c. Status Lokalis
● Mata: anemis (+), ikterik (-)
● Leher: pembesaran tiroid (-)
● Paru: vesikuler (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-)
● Jantung: S1 S2 tunggal regular, murmur (-), gallop (-)
● Abdomen: scar (+) post. Laparotomy tertutup kasa steril,distensi (-
), BU (+) normal, metallic sound (-), perkusi tidak dilakukan, nyeri
tekan regio bawah (+), massa per palpasi (-)
● Ekstremitas: edema (-), akral hangat, CRT < 2 detik
d. Pemeriksaan Genitalia
● Inspeksi : rambut dan kulit normal, tidak ada lesi maupun tanda-
tanda inflamasi, tidak tampak perdarahan aktif, terpasang DC ±500cc
● Inspekulo : bukaan (-), portio tampak licin dan rata, livid (-), fluxus (-
), perdarahan aktif (-).
● VT
- Dilatasi serviks (-)
- Slinger pain (+)
- Effacement (-)
- Amnion (-)
- Bagian terendah (-)
16
- Hodge (-)
- Umbilical cord (-)
Gula darah
Fungsi ginjal
Ureum 18 10–50
17
Fungsi hati
SGOT 32 0–40
SGPT 16 0–41
Elektrolit
Na 133 135–146
K 3.7 3,4–5,4
Cl 110 95–108
18
3.5 DIAGNOSIS
3.6 PLANNING
Diagnostik:
Pro re laparatomi eksplorasi
Cek darah lengkap setelah tranfusi TC
Monitoring
Tanda-tanda syok
Tanda vital
Perdarahan pervaginam
19
Terapi
- Sp.OG
Pro Laparotomy Eksplorasi
Puasa
Mulai Balance cairan
Siapkan darah 5 kolf
- Sp.An
Pasang double line IV dengan abocath 18
IVFD 20 tpm line 1
Loading RL 500cc line 2
Rencanakan OK pukul 12.30
Trasfusi PRC 2 Kolf langsung masuk (Gantikan RL) dan 3 kolf durante
operasi
20
3.7 TEMUAN INTRAOPERATIF
21
Penemuan:
IntraAbdominal bleeding
AFF Kassa post.op laparotomy 1 (dari RSUD BIMA) 2 buah
Ovarium dan Tuba kanan normal, Ovarium dan Tuba kiri normal
Sumber perdarahan teridenifikasi pada A.Uterika massa di cavum douglas
Massa pada cavum douglas tampak intak, A.Abdominal, A.Illiaca
Communis D/S tampak normal
Tangani perdarahan, pasang drain,bleeding (-)
22
3.8 FOLLOW UP PASIEN
JAM SUBJECTIVE OBJECTIVE ASSESSMENT PLANNING
23
JAM SUBJECTIVE OBJECTIVE ASSESSMENT PLANNING
24
BAB IV
PEMBAHASAN
Pasien wanita berusia 28 tahun datang dirujuk dari RSUD Bima dengan
riwayat penurunan kesadaran karena kehamilan heterotopic pada cavum douglas.
Pasien awalnya mengeluh nyeri perut hebat disertai mual muntah, lemas (+) dan
pingsan sekitar pukul 17.00 pada 11-7-2022 sehingga dibawa ke PKM Ambalawi
dan selanjutnya dirujuk ke IGD RSUD BIMA pukul 03.00 untuk dilakukan USG.
Hasil USG menunjukkan KET,pasien direncanakan OK CITO yang dilakukan
pada 07.15. Hasil laparotomi eksplorasi ditemukan darah banyak (± 2000cc)
dengan sumber perdarahan pada cavum douglas. Pasien selanjutnya dirujuk ke
RSUD Prov.NTB untuk mendapatkan lebih lanjut dengan stabilisasi akhir
terpasang tampon intraabdomen pada pasien dari faskes sebelumnya.
Pasien datang di IGD RSUD Prov.NTB dengan kondisi penurunan tanda
vital (TD:87/56) dan anemia berat (hb 6.4) sehingga dilakukan penanganan segera
dengan balance cairan dan transfusi. Pasien dilakukan USG ulang di poli ObGyn
RSUD Prov.NTB untuk keperluan diagnose. Selanjutnya pasien dijadwalkan
untuk OK CITO untuk menghentika perdarahan dengan tetap mempertahankan
fluid balance.Selama operasi pasien dilakukan transfusi PRC dengan total
sebanyak 5 kolf. Temuan selama operasi menunjukkan adanya perdarahan pada
Morison pouch,cavum douglasdan massa pada cavum douglas dengan posisi
berada disekitar struktur-struktur vital (Seperti A.Abdominalis, A.Uterika,
A.Illiaca Communis D/S). Berdasarkan observasi durante operasi, massa tersebut
intak dan tidak ditemukan lesi pada struktur penting sekitar sehingga pasien
direncakan untuk terapi konservatif lanjutan. Selanjutnya dilakukan control
bleeding dan pemasangan drain.Setelah operasi selesai,pasien dipindahkan ke VK
teratai untuk selanjutnya dilakukan observasi dan penanganan lebih
lanjut.Diruangan, pasien dijadwalkan untuk pemeriksaan penunjang lab.darah
lengkap post transfusi untuk mengetahui kondisi anemia nya dan pemeriksaan β-
hcg untuk penegakan diagnose massa yang ditemukan durante operasi.
Hasilnya,anemia berat yang dialami pasien telah tertangani dan dari lab.β-hcg
25
ditemukan peningkatan (88307.74 mIU/mL atau >104) sehingga pasien
selanjutnya di konsulkan ke bagian onkologi untuk mendapatkan kemoterapi.
Yang perlu diperhatikan dalam kasus ini adalah, salah satu posisi gestasi pada
kehamilan heterogenik pasien ini adalah intrauterine dengan UK 9-10 minggu
sehingga akan terpengaruh oleh kemoterapi yang diterima. Untuk itu, pada masa
observasi selama kemoterapi pasien harus mendapatkan KIE mengenai
perkembangan kehamilannya dan pertimbangan untuk terminasi kehamilan.
Namun, yang disayangkan pada pasien ini adalah pasien lost on track setelah
menjalani kemoterapi siklus ke 1 (terakhir pada tanggal 21-7-2022) dan tidak
menyeselesaikan kemoterapi sesuai yang dijadwalkan sebanyak 6 siklus sehingga
sulit untuk melakukan evaluasi dari pengobatan yang diberikan.Juga, pasien
belum mendapatkan KIE mengenai kondisi gestasi intrauterine nya. Hal ini
berbahaya dikarenakan adanya kemungkinan pasien mengalami gangguan
sepanjang masa kehamilan dikarenakan memiliki faktor risiko perdarahan
sebelumnya dan adanya kemoterapi yang didapat sebagai terapi lanjutan dari
kehamilan ekstrauterine nya. Diagnosa akhir pada pasien ini adalah Abdominal
Pregnancy post.laparotomy eksplorasi + Anemia Berat tertangani + ongoing
Kemoterapi Lost Contact
Pada pasien, tidak diketahui adanya factor risiko kehamilan
ektopik.Keluhan utama pasien sesuai dengan keluhan yang biasanya dikeluhkan
pasien dengan kehamilan ektopik, yaitu nyeri bagian abdomen bawah / daerah
pelvis. Perdarahan pevaginam juga merupakan salah satu keluhan kehamilan
ektopik.3
Tatalaksana yang dilakukan pada pasien ini adalah laparatomi
eksplorasi.Beberapa penanganan yang bisa dilakukan untuk menangani kehamilan
ektopik adalah methotrexate dan pembedahan. Penatalaksanaan bedah diperlukan
bila pasien menunjukkan salah satu dari berikut ini: indikasi perdarahan
intraperitoneal, gejala yang menunjukkan ruptur massa ektopik yang sedang
berlangsung, atau ketidakstabilan hemodinamik. Pada pasien ini tampak tanda-
tanda tersebut sehingga dilakukan operasi segera.3
Pasien yang ingin menangani kehamilan ektopik mungkin perlu
mendiskusikan dengan dokter kandungan mereka makanan, suplemen, dan obat-
26
obatan yang harus dihindari saat menggunakan metotreksat karena mungkin ada
penurunan kemanjuran karena interaksi yang merugikan dengan obat.
Methotrexate dapat meningkatkan imunosupresi ketika dipasangkan dengan obat
lain. Pasien yang menjalani intervensi bedah harus mematuhi rekomendasi ahli
bedah mereka untuk mengurangi risiko infeksi serta komplikasi pasca operasi
lainnya.1
Pasien yang mengalami kehamilan ekstrauterine juga berisiko mengalami
Penyakit Trofoblastik Gestasional sehingga memerlukan pemeriksaan lebih lanjut
untuk management terapi dan pencegahan perburukan. Beberapa informasi yang
dapat digunakan untuk penganan PTG mengenai scoring dan regimen pengobatan,
sebagai berikut :
27
28
REFERENSI
3. Panelli DM, Phillips CH, Brady PC. Incidence, diagnosis and management of tubal
and nontubal ectopic pregnancies: a review. Fertil Res Pract. 2015;1:15.
7. Boots CE, Hill MJ, Feinberg EC, Lathi RB, Fowler SA, Jungheim ES. Methotrexate
does not affect ovarian reserve or subsequent assisted reproductive technology
outcomes. J Assist Reprod Genet. 2016 May;33(5):647–56.
9. Hsu JY, Chen L, Gumer AR, Tergas AI, Hou JY, Burke WM, et al. Disparities in the
management of ectopic pregnancy. Am J Obstet Gynecol. 2017 Jul;217(1):49.e1-
49.e10.
29