Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN TUTORIAL KLINIK

“RHINOLOGI DAN ALERGI IMUNOLOGI”

Oleh :
Lalu Sayidiman Huzaif

Pembimbing :
dr. Gusti Ayu Trisna Aryani, Sp.THT-KL

DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITRAAN KLINIK MADYA


BAGIAN ILMU KESEHATAN TELINGA HIDUNG
TENGGOROKAN DAN BEDAH KEPALA LEHER
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM
NUSA TENGGARA BARAT
2021
Laporan Tutorial Klinik
Pembimbing : dr. IG Ayu Trisna, Sp.THT-KL
Materi : Rhinologi
Metode diskusi : Tatap Muka
Hari, tanggal : 02 juli 2021
Waktu : 10.00
RHINOLOGI

1. Rhinitis Alergi
Rhinitis alergi merupakan penyakit inflamasi yang disebabkan oleh reaksi alergi
pada pasien atopi yang sebelumnya sudah tersensitasi dengan allergen yang sama serta
dilepaskannya suatu mediator kimia Ketika terjadi paparan ulang dengan allergen spesifik
tersebut. Sedangkan menurut WHO ARIA (Allergic Rhinitis and Its Impact on Asthma)
tahun 2001 adalah kelainan pada hidung dengan gejala bersin-bersin, rinore, rasa gatal
dan tersumbat setelah mukosa hidung terpapar allergen yang diperantarai oleh Ig E.
Berdasarkan sifat berlangsungnya, rhinitis alergi dibagi menjadi intermiten dan
persisten. Rhinits dikatakan intermiten bila gejala kurang dari 4 hari/minggu atau kurang
dari 4 minggu sedangkan dikatakan persisten apabila berlangsung lebih dari 4
hari/minggu atau lebih dari 4 minggu.

2. Rhinitis Vasomotor
Rhinitis vasomotor merupakan suatu keadaan idiopatik yang didiagnosis tanpa
adanya infeksi, alergi, eosinophilia, perubahan hormonal (kehamilan dan hipertiroid) dan
pajanan obat (kontrasepsi oral, antihipertensi, B-Blocker, aspirin, klorpromazin dan obat
topical hidung dekongestan). Rhinitis ini digolongkan menjadi non-alergi bila adanya
alergi/allergen spesifik tidak dapat diidentifikasi dengan pemeriksaan alergi yang sesuai
(anamnesis, tes cukit kulit, kadar antibody IgE spesifik serum).
Etiologi dari penyakit ini masih belum diketahui secara pasti, namun beberapa
hipotesis dikemukakan untuk menerangkan patofisiologinya yakni neurogenic,
neuropeptide, nitric oksida dan trauma. Gejala klinik pada rhinitis vasomotor sering
dicetuskan oleh berbagai rangsangan non-spesifik seperti asap/rokok, bau yang
menyengat, parfum, minuman berakohol, makanan pedas, udara dingin dan lainnya.
Penatalaksanaannya bervariasi tergantung pada faktor penyebab dan gejala yang
menonjol.
3. Rhinosinusitis
Rhinosinusitis merupakan infeksi yang mengakibatkan peradangan pada mukosa
atau selaput lendir pada hidung dan sinus paranasalis. Rhinosinusitis diklasifikasikan
menjadi 3 berdasarkan durasinya yakni dikatakan akut apabila berlangsung selama 4
minggu, subakut apabila berlangsung selama 4 minggu-12 minggu dan kronik apabila
berlangsung lebih dari 12 minggu.
Dalam menentukan rhinosinusitis dapat digunakan kriteria American Academy of
Otolaryngology-Head and Neck Surgery (AAO-HNS) tahun 1996 yaitu jika terdapat 2
atau lebih faktor mayor atau satu faktor mayor disertai dua atau lebih factor minor. Faktor
mayor rhinosinusitis antara lain purulent pada kavum nasal, nyeri pada wajah, demam
pada rhinosinusitis akut, kongesti nasal, sekret hidung, obtruksi hidung,
hiposmia/anosmia. Sedangakn faktor minor rhinosinusitis antara lain sakit kepala,
halitosis, demam, kelelahan, sakit gigi, batuk dan nyeri telinga / tekanan pada telinga/
rasa penuh pada telinga.

4. Rhinosinusitis Akut
Tujuan penatalaksanaan adalah mengeradikasi infeksi, mengurangi severitas dan
durasi gejala, serta mencegah komplikasi. Prinsip utama tatalaksana adalah memfasilitasi
drainase sekret dari sinus ke ostium di rongga hidung.
KIE:
a. Pasien dan atau keluarga perlu mendapatkan penjelasan yang adekuat mengenai penyakit
yang dideritanya, termasuk faktor risiko yang diduga mendasari.
b. Dokter bersama pasien dapat mendiskusikan hal-hal yang dapat membantu mempercepat
kesembuhan, misalnya:
1. Pada pasien perokok, sebaiknya merokok dihentikan. Dokter dapat
membantu pasien berhenti merokok dengan melakukan konseling (dengan
metode 5A) atau anjuran (metode pengurangan, penundaan, atau cold
turkey, sesuai preferensi
2. pasien)
3. Bila terdapat pajanan polutan sehari-hari, dokter dapat membantu
memberikan
4. anjuran untuk meminimalkannya, misalnya dengan pasien menggunakan
masker atau ijin kerja selama simtom masih ada.
5. Pasien dianjurkan untuk cukup beristirahat dan menjaga hidrasi.
6. Pasien dianjurkan untuk membilas atau mencuci hidung secara teratur
dengan larutan garam isotonis (salin).

Rencana Tindak Lanjut


a. Pasien dengan RSA viral (common cold) dievaluasi kembali setelah 10 hari pengobatan.
Bila tidak membaik, maka diagnosis menjadi RSA pasca viral dan dokter menambahkan
kortikosteroid (KS) intranasal ke dalam rejimen terapi.
b. Pasien dengan RSA pasca viral dievaluasi kembali setelah 14 hari pengobatan. Bila tidak
ada perbaikan, dapat dipertimbangkan rujukan ke spesialis THT.
c. Pasien dengan RSA bakterial dievaluasi kembali 48 jam setelah pemberian antibiotik dan
KS intranasal. Bila tidak ada perbaikan, dapat dipertimbangkan rujukan ke spesialis
THT.

Kriteria Rujukan
a. Pada kasus RSA, rujukan segera ke spesialis THT dilakukan bila:
b. Terdapat gejala dan tanda komplikasi, di antaranya: Edema / eritema
periorbital, perubahan posisi bola mata, Diplopia, Oftalmoplegia, penurunan visus, sakit
kepala yang berat, pembengkakan area frontal, tanda-tanda iritasi meningeal,
kelainan neurologis fokal
c. Bila tidak terjadi perbaikan pasca terapi adekuat setelah 10 hari (RSA viral), 14 hari
(RSA pasca viral), dan 48 jam (RSA bakterial).

5. Rhinosinusitis Kronik (RSK)


Rhinosinusitis kronis adalah penyakit kronis yang ditandai dengan peradangan
pada mukosa dari hidung dan sinus paranasalis. Istilah ini lebih dikenal sebagai sinusitis.
Patologi dan penyebab sinusitis antara lain :
CUCI HIDUNG
Berikut prosedur cuci hidung, antara lain:
1. Persiapkan alat: Siapkan spuit 10 cc tanpa jarum, Nacl 0,9% 500 cc, transofix, dan wadah
penampung air.
2. Posisi: Posisikan kepala menunduk dan sedikit miring menoleh ke hidung yang akan
disemprotkan cairan Nacl 0,9%. Pastikan mulut tetap terbuka dan jangan bernapas
dengan menggunakan hidung ketika cairan NaCl dimasukkan ke dalam hidung dan untuk
mencegah terjadinya aspirasi.
3. Semprotkan cairan pembersih: Tempatkan ujung spuit yang sudah berisi NaCl 0,9%
sehingga lubangnya berada di dalam hidung. Lalu semprotkan cairan NaCl 0,9% dengan
cepat ke arah hidung sebelahnya.
4. Cairan yang masuk akan berjalan melalui hidung dan mengalir keluar melalui hidung
sebelahnya.
5. Lakukan pencucian hidung yang sama pada hidung sebelahnya. Setelah selesai, buang
sisa larutan dan bersihkan alat yang sudah digunakan

Anda mungkin juga menyukai