Anda di halaman 1dari 16

Kasus

Rhinosinusitis
Akut
Farmakoterapi Terapan
Kelompok 4

Risa Tsania Rahmah


(52120019)
Cyntia Damayanti (52120020)
Tina Agustini (52120021)
Futuh Nur Irfaniah (52120022)
Cecep Arip Ependi (52120023)
Rida Nurul Hidayati
(52120024)
KASUS
Ny. F selalu mengeluhkan sakit kepala dan banyak sekret hidung ketika
memasuki musim dingin.
Namun beberapa hari ini gejala yg dialami Ny. F bertambah berat dan
sampai mengganggu kehidupan sehari-hari.
Ny. F diketahui mempunyai riwayat rhinisinusitis akut.
Definisi
● Rinosinusitis akut adalah peradangan pada sinus paranasal dan
rongga hidung yang berlangsung tidak lebih dari 4 minggu. Ini dapat
terjadi dari rinitis virus akut (flu biasa) hingga rinosinusitis bakterial
akut. Kurang dari 5 dari 1.000 pilek diikuti oleh rinosinusitis
bakterial.
Epidemiologi
● Belum ada data epidemiologi khusus mengenai sinusitis secara nasional di
Indonesia. Namun, data terbaru berdasarkan Riskesdas 2018 menunjukkan
prevalensi infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) menurut diagnosis tenaga
kesehatan dan gejala di Indonesia adalah sebesar 9,3%. Kemungkinan
kejadian sinusitis belum dilaporkan secara baik atau belum diklasifikasikan
terpisah dari ISPA pada survei kesehatan nasional.
● Sebuah penelitian di RSUP H. Adam Malik Medan di tahun 2010
menunjukkan adanya 96 kasus yang ditangani sebagai sinusitis. Pasien
paling banyak pada kelompok usia 40-49 tahun dan lebih banyak pasien
berjenis kelamin wanita (60,4%).
Etiologi
● Infeksi virus
● Infeksi bakteri pathogen
● Rhinitis alergi
● Polip hidung
● Kebiasaan merokok
● Polutan
Patofisiologi
● Lingkaran tertutup yang dimulai dengan inflamasi pada mukosa hidung
terutama pada bagian kompleks osteomeatal (KOM). Letak dari organ-
organ pembentuk KOM yang berdekatan menyebabkan mukosa yang
berhadapan akan saling bertemu apabila mengalami edema sehingga terjadi
obstruksi KOM (Soepardi et al, 2012). Inflamasi pada mukosa sinus berupa
hipersekresi mukosa dan edema juga dapat menyebabkan obstruksi aliran
mukus ke luar sinus (Busquets dan Hwang, 2006). Keadaan ini
menyebabkan silia tidak dapat bergerak secara efektif dan ostium sinus
tersumbat sehingga terjadi retensi sekret di sinus (Metson, 2005; Stierna,
2001).
Diagnosis
1. Suhu dapat meningkat
2. Pemeriksaan rongga mulut
Dapat ditemukan karies profunda pada gigi rahang atas.
3. Rinoskopi anterior
Rinoskopi anterior dapat dilakukan dengan atau tanpa dekongestan topikal.
Pada rinosinusitis akut dapat ditemukan:
a. Edema dan / atau obstruksi mukosa di meatus medius
b. Sekret mukopurulen. Bila sekret tersebut nampak pada meatus medius, kemungkinan
sinus yang terlibat adalah maksila, frontal, atau etmoid anterior. Pada sinusitis
dentogenik, dapat pula tidak beringus.
c. Kelainan anatomis yang mempredisposisi, misalnya: deviasi septum, polip nasal, atau
hipertrofi konka.
Diagnosis
4. Rinoskopi posterior
Bila pemeriksaan ini dapat dilakukan, maka dapat ditemukan sekret purulen pada nasofaring. Bila
sekret terdapat di depan muara tuba Eustachius, maka berasal dari sinus-sinus bagian anterior
(maksila, frontal, etmoid anterior), sedangkan bila sekret mengalir di belakang muara tuba
Eustachius, maka berasal dari sinus-sinus bagian posterior (sfenoid, etmoid posterior).
5. Otoskopi
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi adanya komplikasi pada telinga, misalnya tuba oklusi,
efusi ruang telinga tengah, atau kelainan pada membran timpani (inflamasi, ruptur).
6. Foto polos sinus paranasal dengan Water’s view (AP / lateral), bila fasilitas tersedia.
Pada posisi ini, sinus yang dapat dinilai adalah maksila, frontal, dan etmoid. Temuan yang
menunjang diagnosis rinosinusitis antara lain: penebalan mukosa (perselubungan), air-fluid level,
dan opasifikasi sinus yang terlibat. Foto polos sinus tidak direkomendasikan untuk anak berusia di
bawah 6 tahun. Pada pasien dewasa, pemeriksaan ini juga bukan suatu keharusan, mengingat
diagnosis biasanya dapat ditegakkan secara klinis.
7. Laboratorium, yaitu darah perifer lengkap, bila diperlukan dan fasilitas tersedia.
Manifestasi Klinik
Rinosinusitis akut dapat dibedakan lagi menjadi:
1. Rinosinusitis akut viral (common cold): Bila durasi gejala < 10 hari
2. Rinosinusitis akut pasca-viral:
a. Bila terjadi peningkatan intensitas gejala setelah 5 hari, atau
b. Bila gejala persisten > 10 hari namun masih < 12 minggu
3. Rinosinusitis akut bakterial:
Bila terdapat sekurangnya 3 tanda / gejala berikut ini:
a. Sekret berwarna atau purulen dari rongga hidung
b. Nyeri yang berat dan terlokalisasi pada wajah
c. Demam, suhu > 38°C
d. Peningkatan LED / CRP
e. Double sickening, yaitu perburukan setelah terjadi perbaikan sebelumnya
Penatalaksanaan
SOAP
● SUBJEK
Who : Ny F
What : Sakit kepala dan banyak sekret di hidung, mempunyai riwayat Rhinisinusitis akut
How long : -
Action : -
Medication : -
● OBJEK : -
● ASSESMENT
Berdasarkan subjektif
● PLAN
 Amoksisilin-klavulanat 875/125 mg 2x1 selama 5-7 hari
 Apabila resiten diganti dengan doxycyclin 100 mg 2X1 selama 5-7 hari, apabila terjadi alergi
doxycyclin diubah dengan levofloxacin 500 mg perhari selama 5-7 hari
Monitoring
● Efektivitas
Tidak sakit kepala
Tidak pilek
● Efek samping
1. Amoxiclav: Diare, superinfeksi jamur atau bakteri, kejang (pada dosis tinggi atau pada pasien dengan gangguan
ginjal), ruam morbilliform (pada pasien dengan mononukleosis).
2. Doxycyclin: Pertumbuhan berlebih mikroba termasuk jamur, kolitis pseudomembran, esofagitis, ulserasi
esofagus, hipertensi intrakranial jinak, perubahan warna gigi, hipoplasia enamel, fotosensitifitas, dermatitis
eksfoliatif, eritema multiforme, reaksi obat dengan eosinofilia dan gejala sistemik, reaksi Jarisch-Her.
3. Levofloxacin: Efek CNS termasuk kejang, peningkatan tekanan intrakranial, kepala terasa ringan, pusing,
tremor; reaksi psikotik (misalnya halusinasi, gugup, delirium), neuropati perifer sensorik atau sensorimotor,
interval QT berkepanjangan, gangguan glukosa darah (hipo- / hiperglikemia), fototoksisitas, superinfeksi
(penggunaan lama), bronkospasme, batuk atau batuk produktif, hemoptisis, fluoroquinolone- resisten P.
aeruginosa (inhalasi), eksaserbasi miastenia gravis, nefritis interstisial, insufisiensi atau kegagalan ginjal akut,
hipotensi (infus cepat atau bolus IV).
Mekanisme Obat
● Amoxiclav
Amoksisilin menghambat sintesis mukopeptida dinding sel bakteri.
Asam klavulanat menonaktifkan berbagai enzim beta-laktam yang
ditemukan pada bakteri yang resisten terhadap penisilin dan
sefalosporin.
● Doxycyclin
Menghambat sintesis protein bakteri.
● Levofloxacin
Mengganggu sintesis DNA mikroba.
Konseling
● Amoxiclav ● Doxycyclin
 Beri tahu pasien bahwa obat bekerja paling baik  Anjurkan pasien untuk tidak minum obat dengan
saat perut kosong tetapi dapat diminum bersama antasida.
makanan jika ada gangguan GI.  Hati-hati pasien untuk menghindari paparan sinar
 Anjurkan pasien untuk meningkatkan asupan matahari dan menggunakan tabir surya atau
cairan hingga 2000 hingga 3000 mL/hari kecuali memakai pakaian pelindung untuk menghindari
ada kontraindikasi. reaksi fotosensitifitas.
 Anjurkan pasien untuk melaporkan gejala berikut  Beri tahu pasien tentang kemungkinan ruam kulit
ke penyedia layanan kesehatan: ruam, kesulitan (misalnya makulopapular, eritematosa).
bernapas.  Anjurkan pasien untuk melaporkan perubahan
● Levofloxacin visual apa pun dan infeksi tambahan apa pun
 Berikan tanpa memperhatikan makanan dengan kepada dokter.
segelas penuh air.  Jelaskan prosedur pengobatan yang terlewat: <2
 Berikan 2 jam sebelum atau setelah berikut ini: jam, minum obat; > 2 jam, tunggu sampai dosis
antasida yang mengandung magnesium atau terjadwal berikutnya. Jangan menggandakan
aluminium; sukralfat; kation logam (misalnya pengobatan.
besi); dan multivitamin yang mengandung seng.
 Simpan pada suhu kamar dalam wadah tertutup
rapat.
Thank
you

Anda mungkin juga menyukai