Anda di halaman 1dari 1

Daftar Pertanyaan: Patofisiologi Hidung

1. Mengapa pada kasus rinitis alergi, lebih dipertimbangkan pemberian dekongestan oral
ketimbang dekongestan topikal? Apa kontraindikasi pemakaian dekongestan oral?
Dekongestan oral berkerja mengurangi edema pada membran mukus hidung karena bersifat
vasokonstriksi (alfa adrenergik), sehingga efek obat ini melengkapi pengobatan gejala rinitis
alergi oleh antihistamin dengan mengurangi edema membran mukus. Contoh obat
dekongestan oral adalah pseudoefedrin, fenilpropanolamin, fenilefrin. Obat ini cukup
diberikan beberapa hari saja. Dianjurkan pemberian dekongestan oral dibandingkan
dekongestan topikal karena efek "rebound phenomena" obat tersebut terhadap mukosa hidung
yang dapat menyebabkan rinitis medikamentosa. Pemberian obat ini merupakan
kontraindikasi bila pasien sedang mengonsumsi atau dalam fase "tappering off" dari obatobatan monoamin oksidase inhibitor karena bahaya akan terjadinya krisis hipertensi.
2. Sebutkan diagnosis banding rhinitis alergi, bagaimana cara menyingkirkannya?
NARES (non-allergic rhinitis with eosinophilic syndrome) dapat disingkirkan bila tes kulit
menunjukkan positif terhadap alergen lingkungan. Penyebab keluhan pada NARES adalah
alergi pada makanan. Rinitis vasomotor dapat dibedakan dengan rinitis alergi dengan keluhan
bersin pada perubahan suhu ekstrim, rokok, tidak terdapat gatal pada mata, udara lembab,
hidung tersumbat pada posisi miring dan bergantian tersumbatnya. Selain itu mukosa yang
pucat atau merah gelap, licin, edema juga mendukung rinitis vasomotor. Pada tes kulit
bernilai negatif. Rinitis alergi dan vasomotor dapat pula terjadi bersamaan dengan memberi
gambaran rinoskopi anterior yang bercampur seperti mukosa pucat tetapi positif pada tes
kulit. Sekresi hidung yang kekuningan dan tampak purulen tetapi eosinofilik sering terjadi
pada rinitis alergi, tetapi pada sekresi yang berbau busuk dan purulen dan terjadi unilateral
perlu dicurigai adanya benda asing.
3. Jelaskan komplikasi dari epistaksis!
Komplikasi dapat terjadi sebagai akibat langsung dari epistaksis sendiri atau sebagai akibat
usaha penanggulangan epistaksis.
Sebagai akibat perdarahan yang hebat dapat terjadi syok dan anemia. Turunnya tekanan darah
mendadak dapat menimbulkan iskemia serebri, insufisiensi koroner dan infark miokard,
sehingga dapat menyebabkan kematian. Dalam hal ini pemberian infus atau transfusi darah
harus dilakukan secepatnya.
Pemasangan tampon dapat menyebabkan sinusitis, otitis media dan bahkan septikemia. Oleh
karena itu antibiotik haruslah selalu diberikan pada setiap pemasangan tampon hidung, dan
setelah 2-3 hari tampon harus dicabut, meskipun akan dipasang tampon baru, bila masih ada
perdarahan.
Selain itu dapat juga terjadi hemotimpanum, sebagai akibat mengalirnya darah melalui tuba
Eustachius, dan air mata yang berdarah (bloody tears), sebagai akbat mengalirnya darah
secara retrograde melalui duktus nasolakrimalis.
Laserasi palatum mole dan sudut bibir terjadi pada pemasangan tampon posterior, disebabkan
oleh benang yang keluar melalui mulut terlalu ketat dilakatkan di pipi.

Anda mungkin juga menyukai