Andy Muharry
Abstract
Leprosy in Indonesia is still a public health problem that needs attention because it can
lead to complex problems. Research problem was whether the factors influence to incidence
of leprosy in Tirto district, Pekalongan. Research purpose to determine the factors that
influence to incidence of leprosy, included age, sex, education, knowledge, family economic
conditions, household contact history, neighbor contact history, personal hygiene, physical
environmental conditions, and residential density. Research methods using case-control
study design. Cases were residents of Tirto District Pekalongan that have been leprosy
diagnosed by health workers based on clinical examination and laboratory. Control is
residents of Tirto District Pekalongan who have not been leprosy diagnosed by health
workers based on clinical examination and laboratory. Samples were taken by fixed disease
sampling. Methods of analysis by bivariate and multivariate analyzes. The analysis showed
the factors that influence to leprosy incidence were low economic conditions (p=0.001 and
OR=6.356, 95%CI=2.212 to 18.267) and poor personal hygiene (p=0.000 and OR=15.746,
95%CI=4.159-59.612). The conclusion, low economic conditions and poor personal hygiene
affect to leprosy incidence.
175
Andy Muharry / KEMAS 9 (2) (2014) 174-182
Tabel 2. Hubungan Antara Kondisi Ekonomi Keluarga dengan Kejadian Kusta di Kecamatan Tirto
Tahun 2007
Kondisi Kasus Kontrol OR dengan 95%
No p OR dengan 95% CI
Ekonomi n % n % CI
1. Rendah 30 53,6 13 23,2
3,817 6,356
2. Tinggi 26 46,4 43 76,8 0,002
(1,693-8,603) (2,212-18,267)
Total 56 100 56 100
Jumlah sampel sebesar 126 yang terdiri dari disi ekonomi keluarga dengan kejadian kusta
63 kasus dan 63 kontrol. Pengambilan sampel dapat dilihat pada Tabel 2.
dilakukan berdasarkan status paparan penyakit Hasil analisis bivariat variabel kondisi
(Fixed disease sampling). Analisis data menggu- ekonomi Keluarga dengan uji chi square dipero-
nakan program SPSS 10.00 for windows, meli- leh nilai p sebesar 0,002 yang artinya ada hu-
puti : analisis univariat, bivariat (chi-square) bungan yang bermakna antara kondisi ekono-
dan multivariat (regresi logistik). mi keluarga dengan kejadian kusta. Nilai Odds
Ratio didapatkan OR = 3,817 (95%CI=1,693-
Hasil dan Pembahasan 8,603) berarti seseorang yang termasuk kon-
disi ekonomi keluarga rendah mempunyai
Jumlah responden yang berhasil diwawan- risiko 3,817 kali lebih besar menderita kusta
carai dalam penelitian ini yaitu sebanyak 56 dibandingkan dengan seseorang yang berkon-
kasus dan 56 kontrol atau sebanyak 112 orang. disi ekonomi keluarga tinggi. Setelah variabel
Hal ini tidak sesuai dengan yang direncanakan lain dikontrol dalam analisis multivariat OR
sebelumnya yaitu sebanyak 63 kasus dan 63 meningkat menjadi OR=6,356 (95%CI=2,212-
kontrol atau sebanyak 126 orang. Hal tersebut 18,267). Sehingga kesimpulannya jika sese-
disebabkan karena sebanyak 7 orang kasus orang yang termasuk kondisi ekonomi keluar-
termasuk kriteria ekslusi. Distribusi responden ga rendah mempunyai risiko 6,356 kali lebih
berdasarkan kriteria eksklusi dapat dilihat pada besar menderita kusta dibandingkan dengan
Tabel 1. seseorang yang kondisi ekonomi keluarganya
Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui baik. Pendapatan meru-pakan salah satu faktor
sebesar 11,12% responden termasuk kriteria yang mempunyai peran dalam mewujudkan
eksklusi dan 88,88% responden yang berhasil kondisi kesehatan seseorang. Pendapatan yang
diwawancarai. Adapun hasil analisis bivariat diterima seseorang akan mempengaruhi daya
dan multivariat adalah sebagai berikut: beli terhadap barang-barang kebutuhan pokok
dan barang-barang kebutuhan lainnya seperti
Kondisi Ekonomi Keluarga sandang dan papan (Ligia, 2006; Dwi, 2012).
Variabel kondisi ekonomi keluarga di-
kelompokkan menjadi dua kategori yaitu ren- Kebersihan Perorangan
dah dan tinggi. Responden termasuk kondisi Variabel kebersihan perorangan dalam
ekonomi rendah apabila pendapatan keluarga kelompokan menjadi dua kategori yaitu buruk
kurang dari Rp 565.000 dan termasuk kondisi dan baik. Responden dikategorikan buruk
ekonomi keluraga tinggi apabila pendapatan apabila mendapatkan skor 0-3 sedangkan di-
keluarga > Rp565.000. Hubungan antara kon- kategorikan baik apabila mendapatkan skor
176
Andy Muharry / KEMAS 9 (2) (2014) 174-182
Tabel 3. Hubungan Antara Kebersihan Perorangan dengan Kejadian Kusta di Kecamatan Tirto
Tahun 2007
Kebersihan Kasus Kontrol
No p OR dengan 95% CI OR dengan 95% CI
Perorangan n % n %
1. Buruk 27 48,2 4 7,1
12,103 15,746
2. Baik 29 51,8 52 92,9 0,000
(3,855-38,000) (4,159-59,612)
Total 56 100 56 100
Tabel 4. Hubungan Antara Umur Dengan Kejadian Kusta di Kecamatan Tirto Tahun 2007
Kasus Kontrol
No Umur p OR dengan 95% CI
n % n %
1. Anak-anak 4 7,1 2 3,6
2,077
2. Dewasa 52 92,9 54 96,4 0,679
(0,365-11,828)
Total 56 100,0 56 100,0
4-6. Hubungan antara kebersihan perorangan di kurang dari dua kali dalam sehari, 8,9% tidak
dengan kejadian kusta dapat dilihat pada Tabel mengganti pakaian setiap hari, 73,2% tidak
3. menyetrika pakaian sebelum dipakai, 82,1%
Hasil analisis bivariat variabel kondisi tidak mencuci tangan setelah kontak dengan
kebersihan perorangan dengan uji chi square penderita kusta dan 57,1% mengganti seprai
diperoleh nilai p sebesar 0,000 yang artinya ada lebih dari dua minggu.
hubungan yang bermakna antara kebersihan
perorangan dengan kejadian kusta. Nilai Odds Umur
Ratio didapatkan OR =12,103 (95% CI=3,855- Variabel umur dikelompokan menjadi
38,000) berarti seseorang yang memiliki kon- dua kategori yaitu dewasa dan anak-anak. Peng-
disi kebersihan perorangan buruk mempunyai kategorian dewasa apabila responden berumur
risiko 12,103 kali lebih besar menderita kusta > 15 tahun sedangkan anak-anak apabila beru-
dibandingkan dengan seseorang yang memiliki mur dibawah 15 tahun. Hubungan antara umur
kondisi kebersihan perorangan baik. Setelah dengan kejadian kusta dapat dilihat pada Tabel
variabel lain dikontrol dalam analisis multiva- 4.
riat Odds Ratio meningkat menjadi OR=15,746 Hasil analisis bivariat variabel umur
(95%CI = 4,159 - 59,612). Sehingga kesimpu- dengan uji chi square didapatkan nilai p sebe-
lannya seseorang yang memiliki kebersihan sar 0,679 yang artinya tidak ada hubungan
perorangan buruk mempunyai risiko 15,746 yang bermakna antara umur dengan kejadian
kali lebih besar dibandingkan dengan seseorang kusta. Hal ini disebabkan proporsi antara kasus
yang memiliki kebersihan perorangan baik. dan kontrol pada masing-masing kelompok
Hasil penelitian ini sejalan dengan pe- umur tidak berbeda secara signifikan. Setelah
nelitian yang dilakukan oleh Ligia (2006)yang variabel umur dilakukan analisis lebih lanjut
menyatakan bahwa mandi seminggu sekali di pada analisis multivariat. Hasil analisis mul-
dalam badan air terbuka seperti teluk, danau tivariat menunjukkan bahwa variabel umur
dan sungai serta mengganti alas tempat tidur bukan merupakan variabel yang berpengaruh
(linen) lebih dari dua minggu sekali merupa- terhadap kejadian kusta. Umur untuk beberapa
kan faktor risiko kejadian kusta. Dalam pe- penyakit memegang peranan penting dalam
nelitian ini kegiatan tersebut termasuk dalam kaitannya dengan kejadian dan penyebaran
variabel kebersihan perorangan. Berdasarkan suatu penyakit. Karena umur dapat mempengaruhi
hasil pengolahan data primer terhadap ma- tingkat imunitas atau kekebalan seseorang.
sing-masing item pertanyaan variabel kebersi- Penyakit kusta jarang ditemukan pada bayi.
han perorangan diketahui sebesar 10,7% kasus Angka kejadian penyakit ini meningkat sesuai
mandi tidak menggunakan sabun, 16,1% man- umur dengan puncak pada umur 10-20 tahun
177
Andy Muharry / KEMAS 9 (2) (2014) 174-182
Tabel 5. Hubungan Antara Jenis Kelamin dengan Kejadian Kusta di Kecamatan Tirto Tahun 2007
Kasus Kontrol
No Jenis Kelamin p OR dengan 95% CI
n % n %
1. Laki-laki 25 44,6 28 50,0
2. Perempuan 31 55,4 28 50,0 0,705 0,806(0,384-1,695)
Total 56 100,0 56 100,0
Tabel 6. Hubungan Antara Pendidikan dengan Kejadian Kusta di Kecamatan Tirto Tahun 2007
Kasus Kontrol
No Pendidikan p OR dengan 95% CI
n % n %
1. Dasar 48 85,7 48 85,7
2. Lanjut 8 14,3 8 14,3 1,000 1,000(0,347-2,882)
Total 56 100,0 56 100,0
kemudian menurun (Vinay, 2009; Johnson, bila responden tamat SLTA dan atau perguruan
2007). Prevalensinya juga meningkat sesuai tinggi. Hubungan antara pendidikan dengan
dengan umur dengan puncak umur 30-50 kejadian kusta dapat dilihat pada Tabel 6.
tahun dan kemudian secara perlahan-lahan Dari hasil analisis bivariat variabel pen-
menurun (Depkes RI, 2005). didikan dengan uji chi square didapatkan nilai
p sebesar 1,000 yang artinya tidak ada hubungan
Jenis Kelamin yang bermakna antara pendidikan dengan ke-
Variabel jenis kelamin dikelompokan jadian kusta di Kecamatan Tirto dan variabel
menjadi dua yaitu laki-laki dan perempuan. pendidikan bukan merupakan faktor risiko
Hubungan antara jenis kelamin dengan ke- kejadian kusta (OR=1,000 dengan 95%CI=
jadian kusta dapat dilihat pada Tabel 5. 0,347-2,882). Variabel pendidikan dilakukan
Hasil analisis bivariat variabel jenis kelamin analisis lanjut pada analisis multivariat. Hasil
dengan uji chi square didapatkan nilai p sebesar analisis multivariat menunjukkan variabel
0,705 yang artinya tidak ada hubungan yang pendidikan bukan merupakan variabel yang
bermakna antara jenis kelamin dengan ke- berpengaruh terhadap kejadian kusta. Hasil
jadian kusta dan variabel jenis kelamin bukan penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian
merupakan faktor risiko (OR=0,806 dengan Ligia (2006) hal ini disebabkan karena proporsi
95%CI=0,384-1,695). Variabel jenis kelamin pendidikan dasar pada kelompok kasus adalah
dilakukan analisis lanjut pada analisis multi- sama dengan proporsi pada kelompok kontrol
variat. Hasil analisis multivariat menunjukkan yaitu 85,7%.
variabel jenis kelamin bukan merupakan vari-
abel yang dapat berpengaruh terhadap kejadian Pengetahuan
kusta. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan Variabel pengetahuan dikelompokkan
penelitian Suprapti (2001) hal ini disebab- menjadi dua kategori yaitu buruk dan baik.
kan karena proporsi jenis kelamin laki-laki Responden dikatakan memiliki pengetahuan
pada kelompok kasus hampir sama (44,6%) buruk apabila mendapatkan skor 0-12 dan me-
dibandingkan dengan kelompok kontrol miliki pengetahuan baik apabila mendapatkan
(50%). skor 13-25. Hubungan antara pengetahuan
dengan kejadian kusta dapat dilihat pada Tabel
Pendidikan 7.
Variabel pendidikan dikelompokkan Hasil analisis bivariat variabel pengetahuan
menjadi dua kategori yaitu pendidikan dasar dengan uji chi square diperoleh nilai p sebesar
dan lanjut. Pendidikan dasar apabila responden 0,035 yang artinya ada hubungan yang ber-
tidak sekolah, tidak tamat SD, tamat SD dan ta- makna antara pengetahuan dengan kejadian
mat SLTP. Sedangkan pendidikan lanjutan apa- kusta. Nilai Odds Ratio didapatkan OR= 2,464
178
Andy Muharry / KEMAS 9 (2) (2014) 174-182
Tabel 7. Hubungan Antara Pengetahuan dengan Kejadian Kusta di Kecamatan Tirto Tahun 2007
Kasus Kontrol
No Pengetahuan p OR dengan 95% CI
n % n %
1. Buruk 39 69,6 27 48,2
2. Baik 17 30,4 29 51,8 0,035 2,464(1,136-5,344)
Total 56 100,0 56 100,0
Tabel 8. Hubungan Antara Kontak Serumah dengan Kejadian Kusta di Kecamatan Tirto Tahun
2007
Kasus Kontrol
No Kontak Serumah p OR dengan 95% CI
n % N %
1. Kontak 14 25,0 0 0,0
2. Tidak kontak 42 75,0 56 100,0 0,000 2,333(1,856-2,933)
Total 56 100,0 56 100,0
(95%CI=1,136-5,344) berarti seseorang yang serumah dengan uji chi square diperoleh nilai
berpengetahuan buruk mempunyai risiko 2,464 p sebesar 0,000 yang artinya ada hubungan
kali lebih besar menderita kusta dibanding- yang bermakna antara kontak serumah dengan
kan dengan seseorang yang berpengetahuan kejadian kusta. Nilai Odds Ratio didapatkan
baik. Variabel pengetahuan dilakukan analisis OR=2,333 (95%CI = 1,856-2,93) berarti sese-
lebih lanjut pada analisis multivariat. Hasil orang yang pernah kontak serumah dengan
analisis multivariat menunjukkan bahwa vari- penderita kusta mempunyai risiko 2,333 kali
abel pengetahuan tidak berpengaruh terhadap lebih besar menderita kusta dibandingkan
kejadian kusta. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan seseorang yang tidak kontak serumah
dengan penelitian sebelumnya. Perbedaan hasil dengan penderita kusta. Variabel kontak se-
penelitian ini karena sebagian besar (58,9%) rumah dilakukan analisis lebih lanjut pada
responden dengan pengetahuan buruk dan analisis multivariat. Hasil analisis multivariat
hanya 41,1% responden dengan pengetahuan menunjukkan bahwa variabel kontak serumah
baik. Selain itu proporsi pengetahuan buruk tidak berpengaruh terhadap kejadian kusta bila
pada kelompok kasus tidak jauh berbeda dianalisis secara bersama-sama dengan variabel
(69,6%) apabila dibandingkan dengan kontrol lain. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan
(48,2%). penelitian Suprapti (2001). Perbedaan hasil
penelitian ini karena hanya 12,5% responden
Kontak Serumah yang menyatakan pernah kontak serumah
Variabel kontak serumah dikelom- dengan penderita kusta sedangkan sebagian
pokkan menjadi dua kategori yaitu kontak besar (87,5%) responden menyatakan tidak
dan tidak kontak. Responden dikategorikan pernah kontak serumah. Selain itu proporsi
kontak apabila dalam satu rumah terdapat pada kelompok kasus menunjukkan bahwa
riwayat penderita kusta dan kontak sebelum 25% pernah kontak serumah dengan penderita
penderita berobat, pada masa pengobatan dan dan 75% tidak kontak serumah dengan penderita
penderita yang tidak patuh berobat. Sedangkan kusta.
responden dikategorikan tidak kontak seru-
mah apabila dalam satu rumah tidak terdapat Kontak Tetangga
penderita kusta, terdapat penderita kusta tetapi Variabel kontak tetangga dikelompokan
kontak setelah penderita selesai berobat dan menjadi dua ketegori yaitu kontak dan tidak
dinyatakan sembuh oleh dokter. Hubungan kontak. Responden dapat dikategorikan kontak
antara kontak serumah dengan kejadian kusta apabila di lingkungan tetangganya terdapat
dapat dilihat pada Tabel 8. penderita kusta, sering berinteraksi, kontak
Hasil analisis bivariat variabel kontak pada saat penderita belum berobat, selama
179
Andy Muharry / KEMAS 9 (2) (2014) 174-182
Tabel 9. Hubungan Antara Kontak Tetangga dengan Kejadian Kusta di Kecamatan Tirto Tahun
2007
Kontak Tetang- Kasus Kontrol
No p OR dengan 95% CI
ga n % n %
1. Kontak 18 32,1 3 5,4
2. Tidak kontak 38 67,9 53 94,6 0,001 8,368 (2,301-30,440)
Total 56 100,0 56 100,0
Tabel 10. Hubungan Antara Kondisi Lingkungan Fisik Rumah dengan Kejadian Kusta di Keca-
matan Tirto Tahun 2007
Lingkungan Kasus Kontrol
No P OR dengan 95% CI
Fisik Rumah n % n %
1. Buruk 9 16,1 1 1,8
2. Baik 47 83,9 55 98,2 0,020 10,532(1,287-86,208)
Total 56 100,0 56 100,0
180
Andy Muharry / KEMAS 9 (2) (2014) 174-182
Tabel 11. Hubungan Antara Kepadatan Penghuni dengan Kejadian Kusta di Kecamatan Tirto
Tahun 2007
Kasus Kontrol
No Kepadatan Penghuni p OR dengan 95% CI
n % n %
1. Padat 0 0,0 0 0,0
2. Tidak padat 56 100,0 56 100,0 - -
Total 56 100,0 56 100,0
181
Andy Muharry / KEMAS 9 (2) (2014) 174-182
182