ABSTRAK
Konjungtivitis merupakan penyakit yang umum di jumpai di masyarakat. Sampai saat ini belum
ada penelitian yang dilakukan untuk mengetahui karakteristik dan manajemen konjungtivitis di
Denpasar. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui karakteristik dan manajemen
konjungtivitis pasien rawat jalan di Rumah Sakit Indera Denpasar periode Januari-April 2014.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang datanya merupakan data retrospektif yang
diambil secara cross-sectional pada bulan Juni 2014. Dari 160 kasus konjungtivitis di Rumah
Sakit Indera Denpasar pada periode Januari-April 2014 didapatkan kasus terbanyak pada jenis
kelamin laki-laki (53,125%), kategori usia 31-40 tahun (18,75%), lokasi munculnya gejala pada
kedua mata (59,375%) serta tanda klinis berupa mata merah (100%). Manajemen konjungtivitis
yang paling sering digunakan adalah tetes mata yang mengandung antibiotik dan lubrikan.
ABSTRACT
Conjunctivitis is a common disease in the community. Until now there has been no study to find
out the characteristics and management of conjunctivitis in Denpasar. This study was conducted
to find out the characteristics and management of out-patient with conjunctivitis in Indera
Hospital Denpasar period January to April 2014. This study was descriptive, in which the data
were retrospective and taken cross-sectionally on Juny 2014. From 160 cases found in Indera
Hospital Denpasar during the period of January to April 2014, it was known that most cases
were male (53.125%), age group 31 to 40 years old (18.75%), predilecting location in both eyes
(59.375%) with clinical sign of red eye (100%). Mostly prescribed therapeutic agents for
conjunctivitis are eye drop preparations with antibiotic and lubricant.
Keywords: Conjunctivitis, Characteristics, Management
1 http://ojs.unud.ac.id/index.php/eum
ISSN:2303-1395 E-JURNAL MEDIKA,VOL 6 NO 7,JULI 2017
2 http://ojs.unud.ac.id/index.php/eum
ISSN:2303-1395 E-JURNAL MEDIKA,VOL 6 NO 7,JULI 2017
3 http://ojs.unud.ac.id/index.php/eum
ISSN:2303-1395 E-JURNAL MEDIKA,VOL 6 NO 7,JULI 2017
alergen lingkungan yang memicu timbulnya kasus konjungtivitis suspek bakteri atau virus
reaksi hipersensitivitas.10 Gejala klinis lainnya, yang ditemukan pada penelitian ini, yaitu 136
berupa mata kabur dan silau, bukan merupakan pasien. Dalam penegakan diagnosis,
gambaran klinis yang tipikal untuk penyakit konjungtivitis bakteri dan virus sulit dibedakan
konjungtivitis. Nek merupakan keluhan subjektif karena tidak jarang pasien datang dengan
dan hanya ditemukan pada 8 pasien (5%). keluhan yang saling tumpang tindih serta tidak
Manajemen dilakukannya pemeriksaan kultur. Sebagian
Berdasarkan bentuk sediaan obat, besar kasus konjungtivitis bakteri dan virus
diketahui bahwa 85 pasien (54%) mendapat ditangani dengan pemberian antibiotik spektrum
terapi farmakologi dalam bentuk tetes mata saja. luas.13 Konjungtivitis virus merupakan self-
Belum ada penelitian mengenai manajemen limiting disease dan sejauh ini belum terdapat
konjungtivitis di Indonesia, sehingga hasil bukti pendukung mengenai efektivitas
penelitian ini belum dapat dibandingkan. penggunaan antivirus sehingga mayoritas pasien
Kandungan bahan aktif pada sediaan ditangani dengan terapi suportif seperti kompres
tetes mata yang digunakan, antara lain golongan dingin, dekongestan dan air mata buatan
antibiotik (ofloxacin, levofloxacin, polimiksin (artificial tears).12 Pasien dengan risiko tinggi
b-sulfat, tobramisin, neomisin, gramisidin), infeksi sekunder diberikan antibiotik. Pada
golongan kortikosteroid (dexamethasone, penelitian ini diketahui bahwa tetes mata
fluorometholone), antihistamin (naphazoline antibiotik (single) yang biasanya digunakan
hidroklorida, pheniramine maleat, antazoline adalah golongan kuinolon, seperti ofloxacin dan
PO4, sodium kromolin). Kandungan bahan aktif levofloxacin. Jenis tetes mata kombinasi
pada tetes mata lubrikan yang didapatkan adalah antibiotik dengan antibiotik biasanya
hidroksipropil metilselulosa, menggunakan kombinasi golongan polipeptida
polivinilpirrollidon, natrium hialuronat, natrium seperti polimiksin dengan aminoglikosida.
klorida, kalium klorida, karboksimetil selulosa Kortikosteroid yang biasanya digunakan dalam
sodium, benzalkonium Cl, ion natrium, dan ion kombinasi adalah dexamethasone. Hal ini
kalium. Penanganan konjungtivitis dengan sesuai dengan referensi yang menyatakan bahwa
terapi per-oral antara lain vitamin (vitamin A, pada kasus konjungtivitis bakteri ringan-sedang
vitamin E, vitamin C, vitamin B kompleks), dapat diberikan polimiksin B, eritromisin atau
immunomodulator (echinacea, zink pikolinat), azitromisin. Pada kasus sedang hingga berat
NSAID (natrium diklofenak), antipiuretik dapat diberikan flourokuinolon seperti
(ibuprofen), dan antibiotik (amoxicilin). ofloxacin, ciprofloxacin, dan levofloxacin.12
Jenis tetes mata yang paling sering Literatur lain juga menyatakan bahwa antibiotik
digunakan adalah lubrikan dan antibiotik. golongan flourokuinolon, aminoglikosida, dan
Lubrikan digunakan karena dapat membantu polimiksin dapat digunakan dalam penanganan
mengurangi rasa tidak nyaman pada mata serta kasus konjungtivitis bakteri.10
menjaga permukaan mata dengan kandungan Jenis tetes mata vasokonstriktor-
elektrolit yang terkandung di dalamnya. Tetes antihistamin ditujukan untuk pasien
mata lubrikan sangat sering digunakan, baik konjungtivitis alergi. Pada penelitian ini
dalam kasus konjungtivitis bakteri, virus, terdapat 14 pasien konjungtivitis alergi.
maupun alergi.11 Duabelas pasien mendapat terapi farmakologi
Dalam manajemen konjungtivitis, berupa agen vasoaktif-antihistamin(bahan aktif:
antibiotik biasanya digunakan untuk eradikasi Naphazoline Hidroklorida dan Pheniramine
kuman penyebab maupun pencegahan infeksi Maleat) dengan lubrikan. Jenis antihistamin
sekunder. Tetes mata antibiotik yang digunakan adalah H1-receptor
diberikan pada pasien konjungtivitis suspek antagonists. Selain itu terdapat 2 pasien yang
bakteri atau virus maupun konjungtivitis iritatif. mendapat terapi farmakologi berupa
Pada penelitian ini terdapat 10 pasien antihistamin kelas mast-cell inhibitor (bahan
konjungtivitis iritatif dengan berbagai agen aktif : Sodium Kromolin). Pada pasien dengan
iritan seperti serangga, asap, lensa kontak, keluhan berat, misalnya disertai edema,
minyak goreng, hingga trauma. Manajemen diberikan kortikosteroid oral sebagai agen anti-
farmakologis konjungtivitis iritatif biasanya inflamasi. Antazoline dan pheniramine
berupa lubrikan untuk memberikan rasa nyaman merupakan antihistamin topikal generasi
dan membantu pembersihan mata dari iritan pertama yang biasanya digunakan pada
serta tetes mata antibiotik untuk mencegah konjungtivitis alergi dan dikombinasikan
terjadinya infeksi sekunder. Pada kasus dengan agen vasokonstriktor untuk
konjungtivitis iritatif berat diberikan tetes mata meningkatkan efektivitas. Pada konjungtivitis
kombinasi antibiotik dengan kortikosteroid.12 alergi yang ringan diberikan agen antihistamin
Penggunaan tetes mata antibiotik yang vasokonstriktor dengan H1-receptor antagonists
tinggi juga berhubungan dengan tingginya dan apabila kondisi menetap atau terjadi
4 http://ojs.unud.ac.id/index.php/eum
ISSN:2303-1395 E-JURNAL MEDIKA,VOL 6 NO 7,JULI 2017
5 http://ojs.unud.ac.id/index.php/eum
ISSN:2303-1395 E-JURNAL MEDIKA,VOL 6 NO 7,JULI 2017
6 http://ojs.unud.ac.id/index.php/eum