Anda di halaman 1dari 6

JURNAL ILMIAH MANUNTUNG, 8(1), 8-13, 2022 p-ISSN.

2443-115X
e-ISSN. 2477-1821

PERBANDINGAN EFEKTIVITAS CEFTRIAXONE


DAN CEFOTAXIME PADA PASIEN ANAK DEMAM TIFOID DI
RUMAH SAKIT MITRA SIAGA
Submitted : 2 Juni 2021
Edited : 23 Mei 2022
Accepted : 30 Mei 2022

Rosaria Ika Pratiwi, Anggy Rima Putri

Program Studi Farmasi Politeknik Harapan Bersama, Tegal


Email : rosariaikapratiwi45@gmail.com

ABSTRAK
Ceftriaxone dan cefotaxime merupakan antibiotik pilihan untuk pengobatan demam tifoid.
Efektivitas antibiotik dapat dilihat berdasarkan lama rawat inap di rumah sakit. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui karakteristik pasien dan perbandingan efektivitas ceftriaxone dan
cefotaxime terhadap lama rawat inap pada anak demam tifoid di RS Mitra Siaga. Penelitian ini
merupakan penelitian observasional analitik dengan sampel 100 rekam medis pasien anak demam
tifoid yang telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Analisis efektivitas diolah menggunakan
metode Mann-Whitney. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik anak demam tifoid
adalah 43% perempuan (43 orang) dan 57% laki-laki (57 orang), 52% (52 orang) pasien usia 1-7
tahun, dan 48% (48 orang). usia 8-14 tahun, lama menginap 2 hari 5% (5 orang), 3 hari 48% (48
orang), 4 hari 37% (37 orang), 5 hari 6% (6 orang), 6 hari 2% ( 2 orang), 7 hari 1% (1 orang), dan
8 hari 1% (1 orang). Tidak ada perbedaan efektivitas ceftriaxone dan cefotaxime terhadap lama
rawat inap pada pasien demam tifoid di RS Mitra Siaga (P = 0,997 > 0,05).

Kata kunci : Efektivitas, Ceftriaxone, Cefotaxime, Demam Tifoid

ABSTRACT
Ceftriaxone and cefotaxime are the antibiotics of choice for the treatment of typhoid fever.
The effectiveness of antibiotics can be seen based on the length of stay in the hospital. This study
aims to determine the characteristics of children with typhoid fever and the comparison of the
effectiveness of ceftriaxone and cefotaxime on the length of stay in children with typhoid fever at
Mitra Siaga hospital. The study was an observational analytic study with a sample of 100 medical
records for children with typhoid fever who had met the inclusion and exclusion criteria. The
effectiveness analysis was processed using the Mann-Whitney method. The results showed that
the characteristics of the children with typhoid fever were 43% female (43 people) and 57% male
(57 people), 52% (52 people) patients aged 1-7 years, and 48% (48 people). aged 8-14 years,
length of stay 2 days 5% (5 people), 3 days 48% (48 people), 4 days 37% (37 people), 5 days 6%
(6 people), 6 days 2% (2 person), 7 days 1% (1 person), and 8 days 1% (1 person). There was no
difference in the effectiveness of ceftriaxone and cefotaxime on length of stay in patients with
typhoid fever at Mitra Siaga hospital (P = 0.997> 0.05).

Keywords : Effectiveness, Ceftriaxone, Cefotaxime, Typhoid Fever

8 SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SAMARINDA


JURNAL ILMIAH MANUNTUNG, 8(1), 8-13, 2022 ROSARIA IKA PRATIWI

PENDAHULUAN 1-14 tahun (1,9%), usia 1-4 tahun (1,6%), usia


Demam tifoid disebut pula dengan 15-24 tahun (1,5%), dan usia <1 tahun
tifoid atau tifoid abdominalis memiliki risiko (0.8%)(8) . Prevalensi demam tifoid di Jawa
kematian dan morbiditas yang signifikan. Tengah sebesar 1,6%, dan tersebar di seluruh
Berdasarkan data WHO (World Health Kabupaten/Kota dengan rentang 0,2 – 3,5% (9).
Organisation) diperkirakan angka insidensi di Menurut data SKDR (Sistem Kewaspadaan
seluruh dunia sekitar 17 juta jiwa per tahun, Dini dan Respon), sepanjang tahun 2016 di
angka kematian akibat demam tifoid mencapai Jawa Tengah tercatat sebagai provinsi dengan
600.000 dan 70% lainnya terjadi di Asia(1). kasus penyakit suspek demam tifoid tertinggi
Demam tifoid sering terjadi di beberapa yaitu sebanyak 244.071 kasus yang tersebar di
negara di dunia dengan tingkat kebersihan seluruh Kabupaten/Kota. Dari data tersebut
yang masih rendah(2). Indonesia merupakan daerah Tegal menduduki peringkat ke-5
negara berkembang dengan angka kejadian dengan suspek demam tifoid tertinggi yaitu
yang tinggi(3). Angka penderita demam tifoid sebanyak 11.387 kasus yang tersebar di
di Indonesia mencapai 81% per 100.000(1). seluruh kecamatan mengalami kenaikan kasus
Demam tifoid merupakan penyakit dari tahun 2015 yaitu 165 kasus.
demam akut yang disebabkan oleh infeksi Penelitian menyebutkan bahwa faktor
bakteri gram negatif Salmonella enterica yang berhubungan dengan kejadian demam
khususnya Salmonella typhi(4). Demam tifoid tifoid antara lain praktik cuci tangan sebelum
dapat pula disebabkan oleh bakteri Salmonella makan, praktik cuci tangan setelah buang air
paratyphi A, Salmonella typhi B, dan besar, kondisi tempat pembuangan sampah,
Salmonella paratyphi C. Komplikasi sering pengolahan makanan, kebiasaan makan di luar
terjadi pada individu yang tidak diobati rumah, pekerjaan, dan tingkat pendapatan
sehingga menyebabkan terjadinya pendarahan kepala keluarga(10, 11). Sedangkan penelitian
dan perforasi usus ataupun infeksi fecal seperti lain menyebutkan bahwa faktor risiko paling
visceral abses. Manifestasi klinis demam dominan terjadinya demam tifoid adalah
tifoid dimulai dari yang ringan (demam tinggi, faktor lingkungan dan faktor sumber
denyut jantung lemah, sakit kepala) hingga pengolahan makanan (12).
berat (perut tidak nyaman, komplikasi pada Antibiotik memiliki peran penting
hati dan limfa(5). Berdasarkan penelitian yang dalam pengobatan demam tifoid untuk
telah dilakukan(6) menyatakan bahwa dari 581 mencegah terjadinya komplikasi dan
orang di Vietnam yang menderita demam mengurangi angka kematian. Pasien yang
tifoid terdapat 90 orang (15,5%) mengalami diberi antibiotika akan membaik, sedangkan
komplikasi diantaranya perdarahan pasien yang tidak mendapat pengobatan akan
gastrointestinal (43;7,4%); Hepatitis mengalami demam selama beberapa minggu
(29;5,0%); Ensefalopati (16;2,8%); sampai beberapa bulan dan berakhir dengan
Miokarditis (12;2,1%); Perforasi usus kematian. Namun perlu diwaspadai bahwa
(6;1,0%); Syok hemodinamik (5;0,9%), dan semakin meluasnya penggunaan antibiotik
kematian (3;0,5%). untuk penanganan demam tifoid
Secara umum insidensi tifoid menyebabkan semakin tingginya resistensi
biasanya terjadi pada usia di atas 1 tahun dan terhadap obat-obat tersebut(13).
paling banyak pada usia di atas 5 tahun, dan Ceftriaxone dan cefotaxime dapat
usia yang lebih sering terjadi demam tifoid menghambat sintesis dinding bakteri(14).
adalah pada usia 5-10 tahun(7). Indonesia Efektivitas obat yang tinggi dapat memberikan
memiliki prevalensi mencapai 1,7%. manfaat signifikan bagi penggunanya dalam
Distribusi prevalensi tertinggi terjadi pada usia proses pengobatan suatu penyakit(15)..

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SAMARINDA 9


JURNAL ILMIAH MANUNTUNG, 8(1), 8-13, 2022 ROSARIA IKA PRATIWI

Efektivitas antibiotik dapat dilihat dinyatakan sembuh. Kriteria eksklusi data


berdasarkan lama hari rawat inap pasien di rekam medik pasien tidak lengkap dan demam
rumah sakit dan untuk menjamin tifoid yang meninggal. Sampel diambil
efektivitasnya pemberian obat harus rasional, menggunakan rumus Slovin dengan jumlah
sehingga perlu dilakukan diagnosis yang 100 lembar rekam medik secara purposive
akurat, memilih obat yang tepat dengan dosis, sampling. Jenis data yang digunakan adalah
cara pemberian, interval, serta lama pemberian data sekunder yaitu rekam medik pasien.
yang tepat. Penelitian ini bertujuan untuk Pengumpulan data dilakukan dengan
mengetahui perbandingan efektivitas pencatatan nama pasien, jenis kelamin, umur,
ceftriaxone dengan cefotaxime terhadap lama hasil uji Widal, keterangan diagnosa pasien,
lama pasien menjalani rawat inap sampai
rawat inap pada pasien anak demam tifoid di
pasien tersebut pulang dan dinyatakan sembuh
rumah sakit Mitra Siaga. oleh dokter. Analisis perbandingan efektivitas
penggunaan ceftriaxone dan cefotaxime
METODE PENELITIAN berdasarkan lama rawat inap diolah dengan
Penelitian ini bersifat observasional metode analitik Mann-Whitney menggunakan
analitik dengan design cross sectional. program SPSS (Statistical Product and
Populasi penelitian ini adalah rekam medik Service Solution). Apabila uji Mann-Whitney
menghasilkan nilai P<0,05 menunjukkan hasil
pasien anak penderita demam tifoid yang
yang bermakna (signifikan), setelah itu
mendapatkan terapi ceftriaxone dan dilakukan pencarian Odds Ratio untuk melihat
cefotaxime serta menjalani rawat inap di tingkat keeratan hubungan dari tiap jenis
rumah sakit Mitra Siaga. Sampel penelitian ini antibiotik yang digunakan dengan lama rawat
adalah bagian populasi yang telah memenuhi inap.
kriteria inklusi dan eksklusi.
Kriteria inklusi rekam medik yang HASIL DAN PEMBAHASAN
digunakan adalah rekam medik pada bulan Karakteristik Pasien
Karakteristik pasien diketahui
Oktober – Desember 2018, penderita demam
berdasarkan jenis kelamin, usia, dan lama
tifoid tanpa komplikasi berusia 1 – 14 tahun, rawat inap dengan jumlah sampel 100 rekam
ceftriaxone dan cefotaxime yang digunakan medik pasien anak yang dapat dideskripsikan
secara IV, terdapat hasil uji Widal, dan pasien seperti pada tabel 1 berikut :

Tabel 1. Karakteristik Pasien Demam Tifoid


Jumlah Persentase
No. Karakteristik Pasien
(orang) (%)
1. Jenis Kelamin Laki-Laki 57 57
Perempuan 43 43
Total 100 100
2. Usia 1-7 Tahun 52 52
8-14 Tahun 48 48
Total 100 100
3. Lama Rawat Inap 2 Hari 5 5
3 Hari 48 48
4 Hari 37 37
5 Hari 6 6
6 Hari 2 2
7 Hari 1 1
8 Hari 1 1
Total 100 100
Sumber : data primer yang diolah

10 SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SAMARINDA


JURNAL ILMIAH MANUNTUNG, 8(1), 8-13, 2022 ROSARIA IKA PRATIWI

Berdasarkan Jumlah pasien jenis ini dikarenakan setelah terapi antibiotika


kelamin laki-laki lebih dominan dibandingkan ceftriaxone dan cefotaxime yang mendominasi
dengan jumlah pasien perempuan. Berdasarkan terapi antibiotika untuk demam tifoid anak,
hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi demam akan turun pada hari keempat disertai
demam tifoid tidak dipengaruhi langsung oleh dengan hasil kultur akan menjadi negatif pada
jenis kelamin, namun hal ini dipengaruhi oleh hari keempat pula sehingga setelah itu pasien
lingkungan dan perilaku manusia yang tidak dapat dipulangkan(19). Digunakan ceftriaxone
sehat(16).. dan cefotaxime sebagai pilihan utama terapi
Pasien anak berusia 1 – 7 tahun lebih antibiotika dikarenakan memiliki beberapa
dominan dibandingkan dengan pasien berusia 8 keunggulan diantaranya angka resistensi
– 14 tahun, hal ini disebabkan pada anak usia 1 terhadap ceftriaxone dan cefotaxime yang
– 7 tahun cenderung kurang memperhatikan rendah, efek samping lebih rendah, demam
kebersihan perseorangannya karena turun lebih cepat yaitu turun pada hari keempat,
ketidaktahuannya akan lingkungan dan sehingga durasi terapi lebih pendek, pemberian
perilaku sehat. Terdapat hubungan signifikan ceftriaxone dan cefotaxime untuk anak
antara usia terhadap kejadian demam tifoid. dinyatakan aman dengan dosis 50-100
Pada usia 1 – 7 tahun anak cenderung memiliki mg/kgBB/hari. Harga ceftriaxone dan
aktifitas fisik yang banyak, kurang cefotaxime memang lebih mahal bila
memperhatikan pola makan, dan kurang dibandingkan dengan harga antibiotik lainnya
memperhatikan higienitas. Insidensi terbesar yang diindikasikan untuk terapi demam tifoid
muncul pada anak usia sekolah, hal ini seperti misalnya kloramfenikol, namun karena
berkaitan dengan faktor higienitas. Bakteri durasi terapi yang lebih singkat sehingga biaya
Salmonella typhi banyak berkembang biak terapi demam tifoid menggunakan ceftriaxone
khususnya dalam makanan yang kurang terjaga dan cefotaxime menjadi lebih rendah.
higienitasnya(17). Anak usia di bawah 5 tahun Ceftriaxone dan cefotaxime merupakan
yang dirawat inap dengan diagnosis demam antibiotik golongan cephalosporin generasi III
tifoid, pada usia tersebut akan meningkatkan berspektrum luas, semisintetik yang diberikan
risiko terjadinya komplikasi(18). secara IM atau IV dan bersifat bakteriosidal(20).
Pasien anak penderita demam tifoid
didominasi dengan lama rawat inap 3 hari, hal

Perbandingan Efektivitas Ceftriaxone dan Cefotaxime


Tabel 2. Hasil Uji Mann-Whitney

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SAMARINDA 11


JURNAL ILMIAH MANUNTUNG, 8(1), 8-13, 2022 ROSARIA IKA PRATIWI

Berdasarkan tabel di atas, diperoleh Indonesia, Emerg Resistance Pathogen,


nilai P = 0,997 sehingga secara statistik tidak 57 (3) : 76
terdapat perbedaan bermakna efektivitas 4. Alba, S., Bakker M. I., Hatta, M., et al,
antara ceftriaxone dengan cefotaxime (P = 2016, Risk Factors of Typhoid Infection
0,997 > 0,05). Ceftriaxone dan cefotaxime in the Indonesian Archipelago, PLOS
merupakan antibiotik golongan sefalosporin ONE, 11(6): 1-14
generasi ketiga menjadi pilihan untuk terapi 5. World Health Organization, 2011,
demam tifoid. Aktifitas antimikrobanya Guidelines for The Management of
hampir sama dengan Penisilin yaitu pengikat Typhoid Fever, Ministry of Health and
protein berfungsi sebagai reseptor obat pada Child Weklfare
bakteri, penghambat sintesis dinding sel 6. Parry, C. M., Thompson, C., Vinh, H.,
bakteri dan transpeptidasi peptidoglikan, Chinh, N. T., Phuong, L. T., Ho, V. A.,
mengaktivasi enzim autolitik pada dinding Hien, T. T., Wain, J., Farrar, J. J., and
sel bakteri sehingga mengakibatkan dinding Baker, S., 2014, Risk Factors for The
sel rusak dan bakteri akan mati. Penetrasi Development of Severe
ceftriaxone dan cefotaxime sangat baik ke 7. Nuraini F.A., Gana, H., Respati, P.,
seluruh jaringan dan cairan tubuh, termasuk 2015, Perbandingan Kloramfenikol
cairan serebrospinal dan bekerja membasmi Degan Seftriakson Terhadap Lama Hari
bakteri gram negatif(21). Pada pemberian Turun Demam pada Anak Demam
ceftriaxone dan cefotaxime demam akan Tifoid. Prosiding Pendidikan Dokter :
turun dan hasil kultur akan negatif pada hari 914-919.
keempat sehingga pengobatan hanya 8. Pramitasari, O.P., 2013, Faktor Resiko
membutuhkan waktu singkat, hal ini akan Kejadian Penyakit Demam Tifoid Pada
berdampak pada penurunan biaya Penderita Yang Dirawat Di RSUD
(19)
pengobatan . Ungaran, Jurnal Kesehatan Masyarakat
2013. FKM UNDIP. Vol 2, No.1
SIMPULAN 9. Departemen Kesehatan RI, 2008,
Berdasarkan hasil penelitian dapat Laporan Riset Kesehatan Dasar Tahun
disimpulkan Tidak ada perbedaan efektivitas 2007, Jakarta: Departemen Kesehatan
ceftriaxone dengan cefotaxime terhadap lama Republik Indonesia
rawat inap pada pasien anak demam tifoid di 10. Maghfiroh, A. E., Siwiendrayanti, A.,
rumah sakit Mitra Siaga (P = 0,997 > 0,05). 2016, Hubungan Cuci Tangan, Tempat
Sampah, Kepemilikan SPAL, Sanitasi
Makanan dengan Demam Tifoid, Jurnal
DAFTAR PUSTAKA
Pena Medika, 6(1): 34-45
1. Kementerian Kesehatan RI, 2013, 11. Batubuaya, D., Ratag, B, T., Wariki, W.,
Sistematika Pedoman Pengendalian 2017, Hubungan Higiene Perorangan
Penyakit Demam Tifoid. Jakarta : dan Aspek Sosial Ekonomi Dengan
Direktorat Jendral Pengendalian Kejadian Demam Tifoid di Rumah Sakit
Penyakit & Penyehatan Lingkungan Tk.III R.W. Mongisidi Manado, Jurnal
2. OMS, 2013, Données épidémiologiques Media Kesehatan, 9(3): 1-8
12. Nadyah, 2014, Hubungan Faktor-faktor
sur la typhoïde, rapport décembre, 89:
yang Mempengaruhi Insidens Penyakit
545-560 Demam Tifoid di Kelurahan Samata
3. Mardiastuti, H.W., Karuniawati, A., Kecamatan Somba Opu Kabupaten
Kiranasari, A., Ikaningsih, Kadarsih, R., Gowa 2013, Jurnal Kesehatan, 7(1):
2007, Situasi Terkini di Asia, Eropa, 305-321
Amerika Serikat, Timur Tengah, dan

12 SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SAMARINDA


JURNAL ILMIAH MANUNTUNG, 8(1), 8-13, 2022 ROSARIA IKA PRATIWI

13. Brushch, John L. 2012. Typhoid Fever. 17. Ramaningrum, G., Anggraheny, H.D.,
Diakses 19 November 2018 dari Putri, T.P., 2009, Faktor-Faktor Yang
www.emedicine.medscape.com Mempengaruhi Kejadian Demam Tifoid
14. Maradiya J, Goriya H, Bhavsar S, Patel Pada Anak di RSUD Tugurejo
U, Thaker A. Pharmacokinetics of Semarang, Jurnal Unimus, Semarang
ceftriaxone in calves. 2010;80:1-9 18. Bhutta, A.Z., 2011, Enteric Fever
15. Wildan, et al, 2018, Perbandingan (Typhoid Fever) in : Nelson Text Book
Efektivitas Penggunaan Ceftriaxone of Pediatric, 19 th Edition. Elsevier
dengan Cefotaxime pada Pasien Demam Saunders, p.954-958
Tifoid Anak Berdasarkan Lama Rawat 19. Puspita, A., 2011, Profil Pemberian
Inap di RSUD Al-Ihsan Kabupaten Antibiotika Rasional Pada Pasien
Bandung 2016-2017, Prosiding Demam Tifoid Anak di Bangsal Rawat
Pendidikan Dokter Volume 4, No. 2, Inap RSUD Tangerang Tahun 2010 –
ISSN: 2460-657X 2011, Tangerang
16. Novita, Y., 2009, Prevalensi Demam 20. Ceftriaxone–AFT, 2013, available from
Tifoid Berdasarkan Jenis Kelamin Pada www.medsafe.govt.nz/profs/datasheet/c
Pasien Rawat Jalan di Rumah Sakit UIN /ceftriaxoneaftinj.pdf
Syarifhidayatullah Jakarta Dari Bulan 21. Henry, C.F., 2011, Obat Kemoterapetik
Juli 2008 Sampai Juli 2009, Jakarta Dalam Farmakologi Dasar dan Klinik
Edisi X, EGC, Jakarta

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SAMARINDA 13

Anda mungkin juga menyukai