Anda di halaman 1dari 58

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Demam typhoid merupakan penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh

bakteri Salmonella typhi (Balentine, 2005). Kuman Salmonella Typhi ini terdapat di

dalam kotoran, urine manusia dan juga pada makanan dan minuman yang tercemar

kuman yang dibawa oleh lalat (Prabu, 1996). Faktor-faktor yang mempengaruhi

banyaknya penderita demam typhoid adalah tingkat pengetahuan masyarakat yang

masih rendah tentang pencegahan penyakit tersebut dan masih rendahnya status

sosial ekonomi masyarakat serta masih banyaknya pembawa kuman (carier) di

masyarakat (Sabdoadi, 1991). Hasil penelitian sebelumnya di Rumah Sakit PKU

Muhammadiyah Surakarta selama tahun 2009, terdapat 300 kasus demam typhoid.

Antibiotik yang sering digunakan adalah cefotaxim sebanyak 47 peresepan (49,47%).

Persentase penggunaan antibiotik golongan sefalosporin sebanyak 67,79%,

Fluoroquinolon (Ciprofloxasin) sebesar 11,8%, Penisilin dan Kloramfenikol

sebanyak 6,78%, aminoglikosida 4,23%, dan golongan lain-lain sebanyak 1,63%.

Kajian penggunaan antibiotik terdapat 100% tepat indikasi, pasien sebanyak 98,95%,

yang mengalami tepat obat sebanyak 96,84%, dan yang mengalami tepat dosis

sebanyak 82,10%. (Rakhma, 2010).

Pengobatan demam typhoid sampai saat ini masih dianut tiga

penatalaksanaan, salah satunya yaitu didominasi oleh berbagai jenis antibiotik seperti

kloramfenikol, amoksisilin, kotrimoksazol, ampicillin dan tiamfenikol.


2

(Widodo, 1996). Seiring perkembangan ilmu pengetahuan di bidang farmasi, maka

banyak obat-obat baru yang diproduksi, khususnya antibiotik. Penggunaan

antibiotika secara benar dan rasional memang harus diberikan. Rasional di sini

maksudnya adalah harus sesuai dengan indikasi penyakitnya, sesuai dosisnya, sesuai

cara pemberiannya dan tetap memperhatikan efek sampingnya. Sehingga diharapkan

masyarakat menjadi rasional dan tidak berlebihan dalam menggunakan antibiotika

sesuai dengan badan kesehatan dunia (WHO, 2003). Lebih dari 50% obat-obatan

antibiotik demam typhoid di Sukoharjo diresepkan dan diberikan tidak sesuai terapi

(Rudi, 2010).

Demam typhoid merupakan penyakit yang memerlukan pengobatan serius

sehingga penderita demam typhoid lebih memilih untuk berobat kerumah sakit.

Melihat gambaran yang telah diuraikan di atas maka perlu dilakukan suatu penelitian

untuk mengetahui berbagai macam antibiotik yang digunakan dan bagaimana pola

pengobatan yang diberikan pada penderita demam typhoid yang berobat ke rumah

sakit, serta kesesuaiannya dengan standar terapi yang digunakan. Penelitian ini

diadakan di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta karena berdasarkan data

rekam medik pada tahun 2010, kasus demam typhoid di rumah sakit tersebut angka

kejadiannya nomor satu dalam sebelas besar penyakit infeksi yaitu sekitar 517 pasien

dengan diagnosis demam typhoid dari 2.876 pasien.


3

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas dapat dirumuskan permasalahan “Apakah

penggunaan antibiotik pada kasus demam typhoid dewasa di Instalasi Rawat Inap

Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta pada tahun 2010 sudah memenuhi

konsep rasionalitas?”.

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui rasionalitas penggunaan antibiotik

pada kasus demam typhoid dewasa di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit PKU

Muhammadiyah Surakarta pada tahun 2010, meliputi: tepat indikasi, tepat pasien,

tepat obat, serta tepat dosis.

D. Tinjauan Pustaka

1. Demam typhoid

a. Definisi

Demam typhoid dan demam paratifoid adalah penyakit infeksi akut usus

halus. Demam paratifoid biasanya lebih ringan dan menunjukkan manifestasi klinik

yang sama atau menyebabkan enteritis akut (Juwono dan Prayitno, 2004).

Penyebabnya adalah kuman Salmonella typhi atau Salmonella paratyphi A, B dan C,

selain demam enterik kuman ini dapat juga menyebabkan gastroenteritis (keracunan

makanan) dan septikemia (tidak menyerang usus) (Rasmilah, 2001). Proses

timbulnya demam typhoid berawal dari kuman yang masuk lewat rongga
4

mulut menuju ke lambung, suatu tempat dimana terdapat mekanisme pertahanan

tubuh yang berfungsi mematikan kuman. Sekalipun lambung mampu mematikan

kuman tapi ternyata masih ada sebagian kuman yang lolos, kuman yang lolos inilah

yang kemudian masuk dan menempel di usus halus. Didalam usus biasanya disebut

sebagai ileum terminalis, kemampuan berkembang biak, lalu menyebar kemana-

mana diantaranya menuju sel-sel usus, kelenjar dan saluran getah bening, pembuluh

darah bahkan bisa mencapai otak (Juwono dan Prayitno, 2004).

Salmonella typhi dapat hidup baik sekali pada suhu tubuh manusia maupun

suhu yang lebih rendah sedikit serta mati pada suhu 70°C maupun oleh antiseptik.

Sampai saat ini diketahui bahwa kuman ini hanya menyerang manusia (Rampengan

dan Laurentz, 1993). Pada demam typhoid suhu tubuh semakin lama kian meninggi,

diikuti penurunan kesadaran, bibir dan lidah kering serta menurunnya tekanan darah.

Pada penurunannya terjadi secara cepat dan mendadak perlu diwaspadai sebagai

penanda terjadinya pendarahan atau perforasi (usus berlubang). Bila tidak ada

komplikasi, umumnya di minggu ketiga mulai terjadi proses penyembuhan

(Ganiswara,1995)

b. Diagnosis

Diagnosis pasti demam typhoid dapat ditegakkan apabila ditemukan kuman

dalam darah, sumsum tulang, tinja atau air kemih. Diagnosis pada anak diatas usia 5

tahun, gejala serta tanda klinis demam typhoid hampir menyerupai penderita dewasa

seperti, demam selama 1 minggu atau lebih, pembesaran limpa, hati, dapat disertai

diare maupun konstipasi (Rampengan dan Laurentz, 1993). Untuk memastikan

diagnosis dibutuhkan pemeriksaan laboratorium, meliputi:


5

a) Kultur Darah

Cara yang digunakan untuk menentukan diagnosis definitif demam typhoid

adalah biakan darah. Organisme dapat ditemukan dengan kultur darah dalam 70

sampai 90 persen selama minggu pertama sakit demam typhoid (Guerrant, 1991).

Hasil biakan darah yang positif memastikan demam typhoid, tetapi hasil negatif tidak

menyingkirkan demam typhoid, karena mungkin disebabkan karna banyak hal,

seperti: telah mendapat terapi antibiotik, volume darah yang kurang, vaksinasi dan

saat pengambilan darah setelah minggu pertama, pada saat aglutinin semakin

meningkat (Widodo, 1996).

b) Pemeriksaan Darah Perifer

Pemeriksaan darah perifer terdapat gambaran leukositosis, leukopenia,

anemia, aneosinofilia atau limfosit relatif (Nursalam, 2005). Leukopenia 3000 sampai

4000 sel per milimeter kubik menandai fase demam pada demam typhoid. Kenaikan

mendadak leukosit sampai 10.000 sel per milimeter kubik atau lebih,

menggambarkan kemungkinan perforasi usus, perdarahan, atau komplikasi piogenik.

Anemia normokrom normositik berkembang selama perjalanan penyakit demam

typhoid dan diperburuk oleh kehilangan darah melalui lesi usus. Darah samar dan

leukositosis mononuklear di dalam fases lazim terdapat sejak minggu kedua penyakit

demam typhoid (Guerrant, 1991).

c) Pemeriksaan Serologi

Uji Widal merupakan uji aglutinasi antara antigen dan antibodi (aglutinin).

Aglutinin yang spesifik terhadap salmonella terdapat dalam serum pasien demam

typhoid, juga terdapat pada orang yang pernah ketularan salmonella dan orang
6

yang pernah divaksinasi terhadap demam typhoid. Maksud uji widal adalah untuk

menentukan adanya aglutinin dalam serum pasien yang disangka mendeita demam

typhoid (Juwono dan Prayitno, 2004).

Algoritma penatalaksanaan demam typhoid dapat dilihat pada gambar:

Gambar 1. Algoritma tatalaksana demam typhoid (WHO, 2003).

2. Pengobatan Demam Typhoid

Pengobatan demam typhoid yang secara garis besar ada 3 bagian, yaitu

perawatan, diet dan obat.

1) Perawatan

Penderita demam typhoid perlu dirawat di rumah sakit untuk isolasi, obsevasi

serta pengobatan (Rempengan dan Laurenz, 1993). Lama perawatan (Length of stay)

demam typhoid sangat tergantung dari tingkat keparahan penyakitnya, ketaatan dan

kedisiplinan pasien pada minum obat serta diet makanan. Pada umumnya lama

perawatan demam typhoid adalah 7 hari, pasien


7

dipulangkan setelah 10 hari bebas panas. Lama perawatan yang terlalu cepat

dikhawatirkan dapat meningkatkan resiko terjadinya komplikasi dan kekambuhan

kembali (Hadisapoetro,1990).

2) Diet

Dengan diet optimal keadaan umum dapat membantu mempercepat

penyembuhan atau meniadakan kemungkinan terjadinya penyakit (Sabdoadi, 1991).

Beberapa peneliti menganjurkan makanan padat dini yang wajar sesuai dengan

keadaan penderita dengan memperhatikan segi kualitas dan kuantitas. Kualitas

makanan disesuaikan kebutuhan baik kalori, protein, elektrolit, vitamin maupun

mineralnya serta diusahakan makan yang rendah atau bebas selulose, menghindari

makanan yang sifatnya iritatif. Pada penderita dengan gangguan kesadaran maka

pemasukan makanan lebih diperhatikan perawatan. Pemberian makanan padat dini

banyak memberikan keuntungan seperti dapat menekan turunnya berat badan selama

perawatan, masa dirumah sakit dapat diperpendek, dapat menekan penurunan kadar

albumin dalam serum, dapat mengurangi kemungkinan kejadian infeksi lain selama

perawatan (Rampengan dan Laurentz, 1993).

3) Obat

Demam typhoid merupakan penyakit infeksi dengan angka kematian yang

tinggi sebelum adanya obat-obatan antimikroba (10-15%), tetapi sejak adanya obat

antimikroba terutama kloramfenikol maka angka kematian menurun secara drastis (1-

4%) (Rampengan dan Laurent, 1993). Obat-obat antimikroba yang sering digunakan

antara lain ialah kloramfenikol, tiamfenikol, kotrimoksazol,


8

ampiclin dan amoksisilin, flouroquinolon (Juwono dan Prayitno, 2004). Golongan

fluoroquinolon (ofloxasin dan ciprofloxasin) adalah antibiotik pilihan pertama untuk

pengobatan demam typhoid untuk orang dewasa, karena relatif murah, lebih toleran

dan lebih cepat menyembuhkan. Golongan flouroquinolon seperti (fleroxacin,

perfloxacin) efektif untuk pengobatan demam typhoid, tetapi tidak pada nofloxacin

karena bioaviabilitas oral rendah sehingga tidak cocok untuk demam typhoid.

Golongan fluroquinolon secara umum digunakan, beberapa negara terjadi

kontraindikasi bila diberikan pada anak-anak karena dapat mengganggu pertumbuhan

tulang rawan anak (WHO, 2003).

Pemberian antibiotik untuk memusnahkan dan menghentikan penyebaran

kuman. Antibiotik yang digunakan yaitu:

a) Flouroquinolon

Flouroquinolon (Ofloxasin, Ciprofloxasin) efektif untuk demam typhoid

(Juwono, 2004). Indikasi ciprofloxasin yaitu sebagai infeksi Gram positif

(Streptococus pneumoniae dan Enterococcus faccalis) dan Gram negatif (salmonella,

shigella, kompilobakter, neisseria dan psoudomonas). Ciprofloxasin dapat digunakan

untuk mengatasi sistem saluran cerna (termasuk demam typhoid). Dosis siprofloxasin

500-750 mg peroral dan IV 200-400mg 2x sehari dengan lama pemberian selama 5-7

hari. Efek samping dari ciprofloxasin yaitu nausea vomiting, diare, hyperglikemia

dan abdominal pain. Dosis ofloxasin 200- 400mg peroral dan IV 2x sehari (BNF,

2007).
9

b) Kloramfenikol

Kloramfenikol dicadangkan untuk penanganan infeksi yang mengancam jiwa,

terutama demam typhoid. Kloramfenikol kontraindikasi untuk wanita hamil,

menyusui dan porfiria (WHO, 2003). Kloramfenikol dapat menurunkan demam lebih

cepat dibandingkan ampicilin dan amoksisilin. Dosis untuk orang dewasa 50-75

mg/kgbb sehari oral sampai 14-21 hari, dengan efek samping reaksi hipersensitivitas,

mual muntah, diare dan sakit kepala (BNF, 2007). Dengan penggunaan

kloramfenikol, demam pada demam typhoid turun rata-rata setelah 5 hari (Juwono

dan Prayitno, 2004).

c) Ko-trimoksazol (kombinasi Trimetroprim dan sulfametoksazol)

Kotrimoksazol efektif untuk carrier S. typhi dan Salmonela spesies lain. Dosis

untuk orang dewasa 480-960 mg iv dan peroral tiap 12 jam. Ko-trimoksazol

mengandung 400 mg sulfametoksazol dan 80 mg trimetroprim). Efek sampingnya

yaitu mual, diare, sakit kepala dan hyperkalemia (BNF, 2007).

d) Ampicilin dan Amoksisilin

Dalam hal kemampuannya untuk menurunkan demam, efektivitas ampicilin

dan amoksisilin lebih kecil dibandingkan dengan kloramfenikol. Dosis untuk

ampicilin 0,25-1g 4x sehari sehari secara oral dan iv 500mg 4-6 jam sehari. Dosis

utuk amoksisilin 250 mg setiap 8 jam peroral dan 500mg setiap 8jam untuk

iv. Digunakan sampai 14 hari bebas demam. Efek sampingnya yaitu diare, nausea

dan vomiting (BNF, 2007). Dengan ampicilin dan amoksisilin demam pada demam

typhoid turun rata-rata setelah 7-9 hari (Juwono dan Prayitno, 2004).
10

e) Sefalosporin generasi ke-3

Sefalosporin generasi ketiga (misalnya, ceftriaxone, cefixime, cefotaxime, dan

sefoperazone) dan azitromisin juga efektif untuk pengobatan typhoid (Martin and

Rose, 2005). Dosis ceftriaxone 1g perhari, cefixim dosis dewasa yang dianjurkan

adalah 15-20 mg/KgBB secara oral, dosis injeksi 200-400mg/hari. Dosis cefotaxim

1g 2x sehari iv (BNF, 2007). Kontraindikasi jaundice, acidosis, hipoalbuminemia dan

hipersensitifitas sefalosporin.

Tabel 1. Antibiotik Yang Direkomendasikan WHO 2003 Untuk Demam


Typhoid
Spesies Obat lini pertama Obat alternatif

S. typhi

Antibiotik Dosis/hDura si antibiotik Dosis/ha ri Durasi


ari (mg/kg)
(mg/kg
)

Sensitif Flouroquinolon 15 5-7 Kloramfenikol 50-75 14-21


(Ofloxasin/
Ciprofloxasin) Amoksisilin 75-100 14

Trimethoprim- 8-40 14
Sulfametoxazol

Resisten Flouroquinolon/ 15 5-7 Azitromisin 8-10 7

Cefixime 15-20 7-14 Cefixime 15-2 7-14

Resisten Azitromisin 8-10 7 Cefixime 20 7-14


Flouroqu
inolon Cefriaxon 75 10-
14

3. Tinjauan Antibiotik

Antibiotik (Latin: anti = lawan, bios = hidup) adalah sebagai substansi yang

bahkan di dalam konsentrasi rendah dapat menghambat pertumbuhan dan


11

reproduksi bakteri dan fungi (Koolman and Roehm, 2005). Berdasarkan perbedaan

sifat antimikroba dibagi menjadi dua kelompok, yaitu berspektrum sempit, misalnya

benzilpenisilin dan streptomisin, dan berspektrum luas misalnya tetrasiklin dan

kloramfenikol. Batas antara kedua jenis spektrum ini terkadang tidak jelas. Walaupun

suatu antimikroba berspektrum luas, efektivitas kliniknya belum tentu seluas

spektrumnya sebab efektivitas maksimal diperoleh dengan menggunakan obat

terpilih untuk infeksi yang sedang dihadapi terlepas dari efeknya terhadap mikroba

lain. Penggunaan antibiotik yang berlebihan pada kasus yang tidak tepat guna

menyebabkan masalah kekebalan antimikrobial. Di samping itu antimikroba

berspektrum luas cenderung menimbulkan superinfeksi oleh kuman atau jamur yang

resisten (Ganiswarna, 1995).

4. Rasionalitas

Rasionalitas adalah pengobatan tercapai yang efektif, aman dan ekonomis,

maka pemberian obat harus memenuhi prinsip-prinsip farmakoterapi rasionalitas,

meliputi:

1) Tepat Indikasi pemberian antibiotik yang sesuai dengan diagnosis klinik dan atau

diagnosa bakteriologik.

2) Tepat Pemilihan Obat adalah pemilihan obat dengan memperhatikan efektifitas obat

yang bersangkutan.

3) Tepat Dosis adalah pemberian obat yang:

a. Tepat takaran (tidak terlalu besar, tidak terlalu kecil).

b. Tepat rute pemberian (peroral, suppositoria, subkutan, intramuskular, intravena)

tergantung keadaan pasien.


9

c. Tepat saat pemberian (perut kosong, perut isi, sesaat sebelum operasi).

d. Tepat interval pemberian (6 jam sekali, 8 jam sekali, 12 jam sekali).

e. Tepat lama pemberian (sehari saja, 2 hari saja, 3 hari saja, 5-7 hari).

4) Tepat penderita adalah pemberian obat yang sesuai dengan kondisi penderita.

Faktor penderita yang diperhatikan adalah mekanisme pertahanan penderita,

umur penderita, faktor genetik, kehamilan, alergi, status perawatan, dan penyakit lain

(Sastrowardoyo, 1994).

5. Rekam medik (RM)

Berpedoman kepada PERMENKES tentang rekam medik tahun 1989, pada

pasal 7 dinyatakan: Lama penyimpanan RM sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun

terhitung tanggal terakhir pasien berobat dan lama penyimpanan RM yang berkaitan

dengan hal-hal yang bersifat khusus dapat ditetapkan tersendiri (Hanafiah dan Amri,

1999)

6. Rumah Sakit

Menurut keputusan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor:

983/Menkes/SK/XI/1992, tugas rumah sakit umum adalah melaksanakan upaya

kesehatan secara berdaya dan berhasil guna dengan mengutamakn upaya

penyembuhan dan pemeliharaan yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu dengan

upaya peningkatan dan pencegahan serta melaksanakan rujukan (Siregar dan Lia,

2004).
10

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Teori Typhoid

2.1.1 Definisi Typhoid

Typhoid merupakan suatu penyakit infeksi sistemik yang disebabkan oleh bakteri

Salmonella typhi, yang banyak dijumpai secara luas diberbagai negara berkembang

terutama yang terletak di daerah tropis dan subtropis. Gejala yang muncul 1-3 minggu

setelah terkena, dan mungkin ringan atau berat. Gelanya meliputi demam tinggi atau

hipertermia pada malam hari, yang berkepanjangan, kenaikan suhu pada minggu pertama,

menurun pada pagi hari dan meningkat pada sore dan malam hari, sakit kepala, mual,

muntah, kehilangan nafsu makan, sembelit, atau diare, disertai bintik-bintik merah muda

didada (Rose spots), dan pembesaran limpa dan hati (Inawati, 2017).

Thypoid tidak hanya terjadi pada kalangan orang dewasa saja namun juga pada usia

anak-anak. Anak merupakan salah satu kelompok yang rentan terhadap penularan bakteri

atau virus yang disebarkan melalui proses pencernaan makanan (food borne diseases).

Food borne diseases merupakan suatu penyakit karena adanya bakteri yang masuk

dalam tubuh manusia melalui proses pencernaan makanan. Gambaran klinis pada typoid

sangat bervariasi mulai dari ringan sampai berat dengan komplikasi yang dapat

menyebabkan kematian. Salah satu faktor penyebab terjadinya penyakit typoid adalah

faktor usia.

2.1.2 Anatomi Fisiologi

Menurut (Sodikin, 2011), anatomi pada pasien typhoid yaitu terjadi melalui sistem

pencernaan manusia, seperti pada gambar yang terlampir. Sistem pencernaan manusia
11

terdiri dari :

1. Mulut

Mulut adalah bagian pertama dari sistem pencernaan manusia, dinding kavum oris

memiliki struktur untuk fungsi mastikasi (pengunyahan), dimana makanan akan

dipotong-potong, atau dihancurkan oleh gigi.

2. Lidah

Lidah manusia tersusun atas otot yang pada bagian atas dan sampingnya dilapisi dengan

mukosa, lidah pada neonates relative pendek dan lebar. Lidah manusia berfungsi

membolak-balikkan makanan sehingga makanan yang dihancurkan lembut secara merata.

Lidah juga berfungsi membantu menelan makan.

3. Gigi

Gigi manusia memiliki ukuran yang berbeda-beda, disetiap gigi manusia mempunyai

bagian yaitu mahkota, yang terlihat diatas gusi, leher yang ditutupi oleh gusi dan akar

yang ditahan oleh soket tulang. Fungsi gigi untuk mengunyah makanan.

4. Esofagus/kerongkongan

Esofagus merupakan tuba otot dengan ukuran 8-10 cm dari kartilago krikoid sampai

bagian kardia lambung. Panjangnya bertambah selama 3 tahun setelah kelahiran,

selanjutnya kecepatan pertumbuhan lebih lambat mencapai panjang dewasa 23-30cm.

Kerongkongan atau
12

esofagus berfungsi menyalurkan makanan dari mulut ke mulut ke lambung. Secara

anatomis didepan esofagus adalah trakea dan kelenjar tiroid, jantung, serta diafragma,

sedangkan dibagian belakangnya adalah kolumna vertebralis.

5. Lambung

Lambung berbentuk lebar dan merupakan bagian yang dapat berdilatasi dari saluran

cerna. Bentuk lambung bervariasi tergantung dari jumlah makanan yang didalamnya,

adanya gelombang peristaltik, tekanan dari organ lain, dan postur tubuh. Posisi dan

bentuk lambung juga sangat bervariasi, biasanya memiliki bentuk “J”, dan terletak

dikuadran kiri atas abdomen. Fungsi utama lambung adalah menyiapkan makanan untuk

dicerna di usus, memecah makanan, penambahan cairan setengah cair dan

meneruskannya ke duodenum. Makanan disimpan didalam lambung lalu dicampur

dengan asam, mucus, dan pepsin, kemudian dilepaskan pada kecepatan terkontrol

kedalam duodenum.

Secara mekanisme lambung juga mencerna makanan secara kimiawi. Lambung

menghasilkan suatu cairan yang mengandung air, lendir, asam lambung (HCL), serta

enzim renin dan pepsinogen. Karena sifatnya yang asam, cairan lambung dapat

membunuh kuman yang masuk bersama makanan. Sementara itu, enzim renin akan

mengumpulkan protein susu yang ada didalam air susu sehingga dapat dicerna lebih

lanjut. Pepsinogen akan diaktifkan oleh HCL menjadi pepsin yang berfungsi memecah

protein menjadi pepton.


13

6. Usus kecil

Usus kecil terbagi menjadi duodenum, jejenum, dan ileum. Usus kecil memiliki panjang

sekitar 300-350cm saat lahir, mengalami peningkatan sekitar 50% selama tahun pertama

kehidupan, dan berukuran ±6 meter saat dewasa. Duodeum merupakan bagian terpendek

dari usus kecil yaitu sekitar 7,5-10cm dengan diameter 1-1,5cm. Dinding usus terbagi

menjadi 4 lapisan diantarannya yaitu mukosa, sub mukosa, muskuler, dan serosa

(peritonel). Lambung melepasakan makanan kedalam usus dua belas jari (duodenum),

yang merupakan bagian pertama dari usus halus. Makanan masuk kedalam duodenum

sfingter pylorus dalam jumlah yang bisa dicerna oleh usus halus. Jika sudah penuh

deodenum akan mengirimkan sinyal kepada lambung untuk berhenti mengalirkan

makanan. Duodenum menerima enzim pankreatik dari pankreas dan empedu dari hati.

Cairan tersebut masuk dalam duodenum melalui lubang yang disebut sfinger oddi.

Merupakan bagian yang penting dari proses pencernaan dan penyerapan dari cara

mencampur dan mengaduk zat yang dihasilkan oleh usus. Lapisan duodenum adalah licin

tetapi sisannya memiliki lipatan dan tonjolan kecil (vili) dan tonjolan yang lebih kecil

(mikrovili).

7. Pankreas

Pankreas merupakan suatu organ yang terdiri dari dua jaringan besar yaitu asini yang

menghasilkan enzim-enzim pencernaan dan pankreas yang menghasilkan hormon.

Pankreas melepaskan enzim pencernaan kedalam duodenum dan melepaskan hormon ke

dalam darah.
14

Ada tiga hormon yang dihasilkan oleh pankreas yaitu :

a. Insulin, berfungsi menurunkan kadar gula dalam darah

b. Glucagon, berfungsi menaikkan kadar gula dalam darah

c. Somatostatin, berfungsi menghalangi pelepasan keduan hormon lainnya (insulin

dan glucagon).

8. Kandung dan Saluran Empedu

Empedu mengalir dari hati melalui duktus hepatikus kiri dan kanan, yang selanjutnya

bergabung membentuk duktus hepatikus umum. Saluran ini bergabung dengan sebuah

saluran yang berasal dari kandung empedu (duktus sistikus) untuk membentuk saluran

empedu umum, dan masuk kedalam duodenum.

Ada dua fungsi penting dalam empedu diantarannya:

a. Berperan dalam pembuangan limbah tertentu dalam tubuh, terutama hemoglobin

yang berasal dari penghancuran sel darah merah dan kelebiihan kolesterol.

b. Membantu pencernaan dan penyerapan lemak

9. Usus Besar

Usus besar terdiri dari :

a. Transversum

b. Kolon asendens (kanan)

c. Kolon desendens (kiri)

d. Kolon sigmoid (berhubungan dengan rektum).

Apendiks (usus halus) merupakan suatu ronjolan kecil yang berbentuk seperti tabung,

yang terletak dikolon asendens dengan usus halus. Usus


15

besar menghasilkan lendir dan berfungsi menyerap air dan elektrolit dari tinja. Ketika

mencapai usus besar, isi usus berbentuk cairan ketika mencapai rektum berbentuk padat.

Banyaknya bakteri yang terdapat didalam usus besar berfungsi mencerna beberapa bahan

dan membantu menyerap zat-zat gizi. Bakteri didalam usus besar juga berfungsi

membuat zat-zat penting seperti vitamin K. Beberapa penyakit serta antibiotik bisa

menyebabkan gangguaan pada bakteri didalam usus besar. Sehingga terjadi iritasi yang

menyebabkan keluarnya lendir dan air yang mengakibatkan diare.

10. Rektum dan Anus

Rektum merupakan sebuah ruangan yang berawal dari ujung usus besar (setelah kolon

sigmoid) dan berakhir di anus. Biasanya rektum kosong karena tinja disimpan ditempat

yang lebih tinggi yaitu pada desendens. Jika kolon desendens penuh maka tinja masuk

kedalam rektum dan timbul keinginan untuk buang air besar. Orang dewasa dan anak

yang lebih tua bisa menahan keinginan untuk buang air besar, tetapi bayi dan anak yang

lebih muda mengalami kekurangan pengendalian otot yang penting untuk menunda buang

air besar.

Anus merupakan lubang diujung saluran, dimana bahan limbah berhenti di anus terbentuk

dari permukaan tubuh (kulit) dan sebagian lainnya dari usus. Suatu cincin berotot

(Sfingter ani) menjaga agar anus tetap tertutup.


16

2.1.3 Etiologi

Etiologi typhoid yaitu disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi, Salmonella

para typhi A, B, dan C. Termasuk Gesus salmonella yang tergolong dalam family

Enterobacteriaceae. Salmonella bersifat bergerak, berbentuk spora, tidak

berkapsul, gram (-), tahan terhadap berbagai bahan kimia, tahan dalam beberapa

hari/minggu pada suhu kamar, bahan limbah, bahan makanan kering, bahan

farmasi dan tinja. Bakteri Salmonella typhi mati pada suhu 54,4⁰C, dalam 1 jam

atau 60⁰C dalam 15 menit. Bakteri Salmonella typhi mempunyai antigen O

(somatik) adalah komponen dinding sel dari lipopolisakarida yang stabil pada

panas dan antigen H (flagelum) adalah protein yang labil terhadap panas. Pada

Salmonella typhi, Salmonella dublin, Salmonella hirschfeldii terhadap antigen Vi

yaitu polisakarida kapsul. Penularan Bakteri Salmonella typhi yaitu pasien

dengan typhoid dan pasien dengan carier, carier yaitu seseorang yang sembuh

dari typhoid dan masih terus mengekresi Salmonella typhi dalam tinja dan air

kemih selama lebih dari 1 tahun (Widagdo 2011)

2.1.4 Patofisiologi

Penularan bakteri Salmonella typhi biasanya dapat tertularkan melalui berbagai

cara, diantaranya yaitu yang dikenal dengan 5F, Food (makanan), Fingers (jari

tangan/kuku), Fomitus (muntah), Fly (lalat), dan juga dapat melalui feses. Feses dan

muntah pada seseorang dengan penderita typhoid dapat menularkan kuman Salmonella

typhi kepada orang lain. Kuman tersebut dapat ditularkan melalui perantara Fly (lalat),

dimana
17

lalat akan hinggap dimakanan atau minuman yang akan dikonsumsi oleh seseorang yang

sehat. Apabila seseorang tersebut kurang memperhatikan kebersihan dirinya seperti

mencuci tangan sebelum makan dan makanan yang tercemar bakteri Salmonella typhi

masuk ke dalam tubuh seseorang yang mengonsumsi makanan tersebut melalui mulut.

(Sodikin, 2011).

Kemudian bakteri Salmonella typhi tersebut masuk ke dalam lambung, sebagian

bakteri yang masuk akan dimusnahkan oleh asam lambung, sebagian lainnya masuk ke

dalam usus halus bagian distal dan mencapai jaringan limpoid (plak peyer). Di dalam

jaringan limpoid bakteri akan berkembang biak, melalui saluran limfe mesenterik lalu

masuk ke aliran darah sistemik (bakterimia I) dan mencapai sel-sel retikulo endotelial

dari hati dan limpa. Fase ini dianggap masa inkubasi 7-14 hari. Kemudian dari jaringan

ini bakteri dilepas ke sirkulasi sistemik (bakterimia II) melalui duktus torasikus dan

mencapai organ-organ tubuh terutama limpa, usus halus dan kandung empedu.

Bakteri Samonella typhi menghasilkan endotoksin yang merupakan kompleks

lipopolisakarida dan dianggap berperan penting pada patogenesis typhoid. Endotoksin

bersifat pirogenik serta memperbesar reaksi peradangan dimana bakteri Salmonella typhi

berkembang biak. Sebagai stimulator yang kuat untuk memproduksi sitokin oleh sel-sel

makrofag dan sel lekosit di jaringan yang meradang..

Sitokin ini merupakan mediator timbulnya demam dan gejala toksemia

(proinflamatory). oleh karena itu bakteri Salmonella typhi bersifat intraseluler maka

hampir semua bagian tubuh dapat terserang dan


18

kadang-kadang pada jaringan yang terinvasi dapat timbul infeksi. Kelainan patologis

yang utama terdapat di usus halus terutama di ileum bagian distal dimana terdapat

kelenjar plak peyer. Pada minggu pertama, plak peyer terjadi hiperpelasia berlanjut

menjadi nekrosis pada minggu ke 2 dan ulserasi pada minggu ke 3, akhirnya terbentuk

ulkus. Ulkus ini mudah menimbulkan perdarahan dan perforasi yang merupakan

komplikasi yang berbahaya. Hati membesar karena infiltrasi sel-sel limfosit dan sel

mononuklear lainnya serta nekrosis fokal. Demikian juga proses ini terjadi pada jaringan

rekulo endotelial lain sperti limpa dan kelenjar mesentrika. Kelainan-kelainan patologis

yang sama juga dapat ditemukan pada organ tubuh lainnya seperti tulang, usus, paru,

ginjal, jantung dan selaput otak. Pada pemeriksaan klinis, sering ditemukan proses radang

dan abses-abses pada banyak organ, sehingga dapat ditemukan bronkhitis, arthritis septik,

pielonefritis, meningitis, dll. Kandung empedu merupakan tempat yang disenangi bakteri

Salmonella typhi. Bila penyembuhan tidak sempurna bakteri Salmonella typhi tetap

bertahan dikandung empedu, mengalir ke dalam usus, sehingga menjadi carier intestinal.

Demikian pula dengan ginjal dapat mengandung bakteri dalam waktu lama

sehingga juga dapat menjadi karier (Urinary carrier) yang memungkinkan penderita

mengali kekambuhan (Relaps). Semula disangka demam dan gejala toksemia pada

typhoid sisebabkan oleh endotoksemia. Tetapi berdasarkan penelitian eksperimental

disimpulkan bahwa endotoksemia buakn merupakan penyebab utama demam pada

typhoid. Endoktoksemia berperan pada patogenesis typhoid, karena membantu


19

proses inflamasi lokal pada usus halus. Demam ini disebabkan karena adanya bakteri

Salmonella typhi dan endotoksinnya merangsang sintesis dan pelepasan zat pirogen oleh

leukosit pada jaringan yang meradang.

2.1.5 Manifestasi Klinis

Menurut (NANDA, 2015) :

1. Gejala pada anak : inkubasi antara 5-40 hari dengan rata-rata 10-14 hari.

2. Demam tinggi sampai akhir minggu pertama

3. Demam turun pada minggu ke 4, kecuali demam tidak tertangani akan

menyebabkan syok, stupor dan koma.

4. Ruam muncul pada hari ke 7-10 dan bertahan selama 2-3 hari.

5. Nyeri kepala dan perut

6. Kembung, mual muntah diare dan konstipasi

7. Pusing, bradikardi, nyeri otot

8. Batuk

9. Epistaksis

10. Lidah berselaput (kotor ditengah, ujung merah serta tremor)

11. Hepatomegali, splenomegali, meteroismus

12. Gangguan mental serta samnolen

13. Delirium atau psikosis

Dapat timbul dengan gejala yang tidak tipikal terutama pada bayi muda sebagai penyakit

demam akut dengan disertai syok dan hipertermia.


20

1. Minggu ke-1

Pada umumnya demam berangsur naik, terutama pada sore hari dan malam hari.panas

berlangsung insidious, tipe panas stepladder hingga mencapai 39-40⁰C. Dengan keluhan

dan gejala klinis suhu tubuh meningkat, menggigil, nyeri kepala. Gejala ganguan pada

saluran pencernaan patologi bakterimia.

2. Minggu ke-2

Pada minggu ke-2 gejala sudah jelas dapat berupa demam, rash, nyeri pada abdomen,

diare atau konstipasi, delirium. Gejala rose spot, splenomegali, dan hepatomegali.

Patologi vaskulitis, hiperplasi pada peyer’s patches, nodul typhoid pada limpa dan hati.

3. Minggu ke-3

Pada minggu ke-3 terdapat gejala seperti komplikasi, perdarahan saluran cerna, perforasi,

dan syok. Gejala melena, ilius, ketegangan pada abdomen dan mengalami penurunan

kesadaran. Patologi ulserasi pada peyer’s patches, nodul typhoid pada limpa dan hati.

4. Minggu ke-4

Pada minggu ke-4 gejala atau keluhan pada pasien menurun, relaps, dan mengalami

penurunan pada BB. Gejala tampak sakit berat, kakeksia. Patologi kolelitiasis, dan

carrier kronik.

Tanda dan gejala klinis penyakit typhoid sangat bervariasi, dari gejala yang ringan

sekali (sehingga tidak terdiagnosis), dan dengan gejala yang khas (sindrom typhoid)

sampai dengan gejala klinis berat yang sisertai komplikasi. Berdasarkan daerah atau

negara serta menurut watu di negara


21

berkembang dapat berbeda dengan negara yang maju, tanda dan gejala klinis yang

timbul.

Tanda dan Gejala Klinis yang sering muncul pada typhoid meliputi :

1. Demam (peningkatan suhu tubuh)

Demam atau peningkatan suhu tubuh adalah gejala utama pada typhoid. Apa awalnya

penerita mengalami demam ringan, selanjutnya suhu tubuh sering naik turun. Pada pagi

hari suhu tubuh lebih rendang atau normal dari pada sore hari dan malam hari suhu

tubuh lebih tinggi (demam intermitten). dari hari ke hari intensitas demam pada penderita

semakin tinggi disertai juga dengan gejala klinis lainnya seperti sakit kepala (pusing)

yang sering dirasakan pada area frontal, nyeri pada otot, pegal-pegal, insomnia,

anoreksia, mual dan muntah. Pada minggu ke-2 intensitas demam pada penderita semakin

tinggi, kadang pula terus menerus (demam kontinue). ketika kondisi pasien mulai

membaik pada minggu ke-3 suhu badan berangsur menurun dan padat normal kembali

pada minggu ke-3 akhir. Demam yang khas pada typhoid tersebut tidak selalu ada,

tipe demam menjadi tidak beraturan, hal ini dikarenakan intervensi pengobatan atau

komplikasi yang dapat terjadi lebih awal. Pada anak khususnya balita, saat demam tinggi

sangat rentang terjadi kejang.

2. Gangguan Saluran Pencernaan

Pada pasien typhoid sering ditemukan bau mulut yang tidak sedap karena adanya demam

yang terlalu lama. Mukosa bibir kering, kadang pecah-pecah, dan lidah terlihat kotor

pucat. Ujung dan tepi pada lidah


22

kemerahan dan tremor (coated tongue/selaput putih). Pada anak jarang ditemukan, dan

pada umumnya pasien sering mengeluh nyeri perut, terutama pada regio epigastrik (nyeri

ulu hati), desertai dengan mual dan juga muntah. Pada awalnya pasiena sering mengalami

konstipasi. Pada minggu berikutnya pasien terkadang mengalami diare.

3. Gangguan Kesadaran

Pada umumnya terdapat gangguan kesadaran, kebanyakan berupa penurunan kesadaran

yang ringan. Sering didapatkan penurunan kesadaran apatis dengan kesadaran seperti

berkabut. Apabila gejala klinis yang timbul sangat berat tidak jarang pasien sampai

somnolen dan koma atau dengan gejala-gejala klinis seperti psychosis (Organic Brain

Syndrome). Pada pasien dengan toksik gejala delirium lebih menonjol.

4. Hepatosplenomegali

Gejala klinis pada hati atau limpa ditemukan adanya pembesaran, dan adanya nyeri tekan.

5. Bradikardia Relatif

Pada pasien typhoid, bradikardi relatif tidak sering ditemukan, mungkin kerana teknis

pemeriksaan yang sulit dilakukan. Bradikardi relatif yaitu peningkatan suhu tubuh yang

tidak diikuti oleh peningkatan frekuensi nadi. Bahwa setiap peningkatan suhu 1⁰C tidak

diikuti peningkatan frekuensi nadi 8 denyut dalam 1 menit. Gejala lain yang timbul dapt

ditemukan pada typhoid yaitu rose spot (bintik merah) yang biasanya ditemukan diregio

abdomen atas, serta


23

sudamina, serta gejala-gejala klinis yang berhubungan dengan komplikasi yang terjadi.

Rose spot pada anak sangatlah jarang ditemukan, yang lebih sering yaitu epitaksis

(gangguan rongga hidung yang ditandai dengan keluarnya darah dari lubang hidung).

2.1.6 Komplikasi

Menurut (Widagdo, 2011), Pada minggu ke-2 atau lebih sering timbul komplikasi

typhoid dengan gejala klinis yang ringan sampai yang berat, bahkan kematian. Beberapa

komplikasi yang sering terjadi diantaranya adalah :

1. Syok Septik

Respon inflamasi sistemik, karena bakteri Salmonella typhi. Disamping gejala klinis

diatas pasien typhoid jatuh ke dalam fase kegagalan vaskular (syok). Tekanan darah

menurun, nadi cepat dan halus, pasien tampak berkeringat serta akral dingin. Akan

berbahaya apabila syok menjadi irreversible.

2. Perdarahan dan Perforasi Intestinal

Perdarahan dan perforasi terjadi pada minggu ke-2 demam atau setelah itu, Perdarahan

dengan gejala berak merah (hematoskhezia) atau dideteksi dengan tes perdarahan

tersembunyi (accult blood test). Perforasi intestinal ditandai dengan nyeri abdomen akut,

tegang dan nyeri tekan yang paling nyata di kuadran kanan bawah abdomen. Suhu tubuh

tiba-tiba menurun dengan peningkatan frekuensi nadi dan berakhir syok. Pada

pemeriksaan perut didapatkan tanda-tanda ileus, bising usus melemah dan pekak hati

menghilang, perforasi dapat


24

dipastikan dengan pemeriksaan foto polos abdomen 3 posisi. Perforasi intestinal adalah

komplikasi typhoid yang serius karena sering menimbulkan kematian.

3. Peritonitis

Biasanya disertai perforasi, tetapi dapat juga terjadi tanpa perforasi. Ditemukan gejala

nyeri hebat pada abdomen, kembung serta nyeri pada penekanan. Nyeri lepas lebih khas

pada peritonitis.

4. Hepatitis Tifosa

Penyakit typhoid gejalanya disertai ikterus, hepatomegali dan kelainan tes fungsi hati

dimana didapatkan peningkatan SGPT, SGOT dan bilirubin darah. Pada histopatologi

hati didapatkan nudul typhoid dan hiperplasi sel-sel kuffer.

5. Pankreatitis Tifosa

Komplikasi jarang terjadi, gejalanya yaitu sama dengan gejala pankreatitis. Pasien

mengalami nyeri perut hebat yang disertai dengan mual muntah warna kehijauan,

meteorismus dan bising usus menurun, enzim amilase meningkat.

6. Pneumonia

Komplikasi ini disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi atau koinfeksi dengan mikroba

lain yang sering menyebabkan pneumonia. Pada pemeriksaan gejala klinis pneumonia

serta gambaran khas pneumonia pada foto polos toraks.

7. Komplikasi lain

Karena bakteri Salmonella typhi bersifat intra makrofag, dan dapat beredar keseluruh

bagian tubuh, maka dapat menyebar ke banyak organ yang menimbulkan infeksi yang

bersifat fokal diantaranya yaitu:

a. Osteomielitis Artritis

b. Miokarditis, perikarditis, endocarditis


25

c. Pielonefritis, orhkitis

d. Serta peradangan-peradangan ditempat lain.

e. Perdarahan usus

2.1.7 Pemeriksaan Penunjang

Menurut (Sodikin, 2011), pemeriksaan penunjang pada pasien

typhoid adalah:

1. Pemeriksaan Darah Perifer Lengkap

2. Dapat ditemukan leukopeni, dapat pula leukositosis atau kadar leukosit normal.

Leukosit dapat terjadi walaupun tanpa dosertai infeksi sekunder.

3. Pemeriksaan SGOPT dan SGPT

SGOT dan SGPT sering meningkat, tetapi akan kembali normal setelah sembuh.

Peningkatan SGOT dan SGPT ini tidak dapat memerlukan penanganan khusus.
26

4. Pemeriksaan Uji Widal

Uji widal dilakukan untuk mendeteksi adanya antibodi terhadap bakteri Salmonella

tpyhi. Uji widal dilakukan untuk menentukan adanya aglutinin dalam serum pasien

typhoid. Akibat adanya infeksi oleh Salmonella typhi maka pasien membuat antibodi

(aglutinin).

a. Kultur

1) Kultur darah : bisa positif pada minggu pertama

2) Kultur urin : bisa positif pada akhir kedua

3) Kultur feses : bisa positif pada minggu kedua hingga minggu ketiga

b. Anti Salmonella typhi IgM

Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi secara dini infeksi akut Salmonella typhi,

karena antibodi IgM muncul pada hari ke- 3 dan ke-4 terjadinya demam.

2.1.8 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan pada pasien typhoid yaitu :

1. Non Farmakologi

a. Bed rest

b. Diet : pemberian bubur halus kemudian bubur kasar dan selanjutnya nasi sesuai

dengan tingkat kesembuhan pasien. Diet berupa makanan yang rendah serat.
27

2. Farmakologi

a. Kloramfenikol, dosis 50 mg/kgBB/hari terbagi dalam 3-4 kali pemberian, oral

atau IV selama 14 hari.

b. Bila ada kontraindikasi kloramfenikol diberikan ampisilin dengan dosis 200

mg/kgBB/hari, terbagi dalam 3-4 kali. Pemberian, oral/intravena selama 21 hari

kontrimoksasol, dengan dosis (tpm) 8 mg/kgBB/hari terbagi dalam 2-3

pemberian, oral, selama 14 hari.

c. Pada kasus berat dapat diberikan seftriakson dengan dosis 50 mg/kgBB/hari dan

diberikan 2 kali sehari 80 mg/kgBB/hari, sekali sehari, melalui intravena selama

5-7 hari.

d. Pada pasien yang diduga mengalami MRD, maka pilihan antibiotika adalah

meropenem, azithromisin, dan fluoroquinolon.

2.1.9 Masalah Keperawatan yang Lazim Muncul

Diagnosa keperawatan yang biasa muncul pada pasien typhoid

menurut NANDA NIC-NOC (2015) adalah sebagai berikut :

1. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi Salmonella typhi

2. Resiko Kekurangan volume cairan berhubungan dengan intake cairan tidak

adekuat dan peningkatan suhu tubuh

3. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis,

proses peradangan

4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

intake yang tidak adekuat


28

2.1.10 Diascharge Planning

Menurut (NANDA NIC-NOC, 2015)

1. Hindari tempat atau lingkungan yang tidak sehat

2. Hindari daerah endemis typhoid

3. Cuci tangan sebelum dan sesudah makan dengan sabun dan air yang bersih

4. Makanlah makanan yang bernutrisi lengkap dan seimbang dan masak

makanan/panaskan sampai suhu 570⁰C bebrapa menit secara merata.

5. Bakteri Salmonella typhi didalam air akan mati apabila dipanaskan hingga 570⁰C

untuk beberapa menit atau dengan proses iodinasi/klorinasi.

6. Konsumsilah air yang sudah direbus untuk minum dan sikat gigi.

7. Hindari atau cegah makanan atau minuman yang dihinggapi lalat

8. Istirahat yang cukup dan sempatkan olahraga secara teratur.

9. Jelaskan terapi obat yang dijelaskan baik dosis maupun efek samping.

10. Ketahui gejala-gejala umum pada kekambuhan penyakit dan hal yang harus

dilakukan untuk mengatasi gejala tersebut.

11. Tekankan untuk melakukan kontrol sesuai waktu yang

telah ditentukan

12. Rutin mengikuti imunisasi atau faksin untuk typhoid

13. Buanglah sampah pada tempatnya.


29

2.1.11 Pathway

Bakteri Lolos dari asam Malaise, perasaan tidak


Salmonella Typhi lambung enak badan, nyeri badan
masuk ke saluran
gastrointestinal Komplikasi intestinal :
Bakteri masuk ke perdarahan usus (bagian
usus halus distal ileum), peritonitis

Pembuluh limfe Inflamasi

Peredaran darah Masuk retikulo endothelial


(bakteria primer) (RES) terutama hati dan limfa

Empedu
Inflamasi pad hati Masuk ke aliran darah
dan limfa Rongga usus pada (bakteria sekunder)
Hepatomegali kel. Limfoid halus Edotoksin

Nyeri tekan Nyeri Terjadi kerusakan sel


Pembesaran limfa
Akut
Merangsang melepas zat
Splenomegali
epirogen oleh leukosit

Penurunan mobilitas Mempengaruhi proses


Lase plak peyer
usus termoregulator

Erosi

Penurunan perestaltik Hipertemia


usus

Konstipasi
Peningkatan asam
Perdarahan pasif lambung
Komplikasi Anoreksia mual muntah
perforasi dan Resiko
perdarahan usus
kekurangan
Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh
30

Gambar 2.1 Pathway Typhoid (Nurarif dan Kusuma, 2015)


31

2.2 Konsep Hipertermia

2.2.1 Definisi Hipertermia

Hipertermia merupakan suatu peningkatan suhu tubuh >37,5ºC peroral atau

>38,8⁰C parrektal, demam lebih dari tujuh hari. Demam ini biasanya diikuti oleh gejala

lain seperti diare, anoreksia, mual, muntah. Keadaan yang paling parah biasanya bisa

disertai dengan gangguan kesadaran. Komplikasi yang bisa terjadi yaitu seperti perforasi

usus, dan perdarahan pada usus, yang dapat disebabkan oleh gangguan hormon,

gangguan metabolisme peningkatan suhu lingkungan sekitar. Pada pasien dengan typoid

dengan masalah hipertermia jika tidak segera diatasi dapat berakibat fatal seperti kejang

demam, syok, dehidrasi, dan dapat terjadi kematian (Lusia, 2015).

Hipertermia berhubungan ketika sistem kontrol suhu normal tubuh tidak dapat

secara efektif mengatur suhu internal. Biasanya, pada suhu tinggi tubuh akan

mendinginkan melalui penguapan keringat. Namun, dalam kondisi tertentu (suhu udara

diatas (95⁰C atau 35⁰C dan dengan kelembaban yang tinggi), mekanisme pendinginan ini

menjadi kurang efektif. Ketika kelembaban udara tinggi, keringat tidak akan menguap

dengan cepat, dan mencegah tubuh dari melepaskan panas dengan cepat. Jika tanpa

asupan cairan yang cukup kehilangan cairan yang berlebih dan ketidakseimbangan

elektrolit juga dapat menyebabkan dehidrasi. Dalam kasus tersebut suhu tubuh seseorang

akan meningkat dengan cepat, suhu tubuh yang sangat tinggi dapat merusak otak dan

organ vital lainnya.


32

Kondisi lain yang dapat membatasi kemampuan untuk mengatur suhu tubuh termasuk

penyakit typhoid.

Anak dikatakan demam apabila suhu tubuhnya diatas normal dan ada tanda gejala

penyerta. Batasan suhu normal pada anak tergantung dari cara tempat pengukuran suhu.

Secara umum dapat menggunakan acuan demam sebagai berikut : pengukuran diketiak

diatas 37,5⁰C, suhu pada pengukuran dianus diatas 38⁰C, pengukuran suhu pada mulut

diatas 37,5⁰C, dan pengukuran suhu ditelinga diatas 38⁰C (Sodikin, 2012).

Anak yang mengalami demam dalam keadaan febril (febris), dan

apabila tidak demam disebut afebrile (afebris). Pada anak yang mengalami peningkatan

suhu tubuh ringan kisaran 37,5-38⁰C, dikatakan mengalami kenaikan suhu atau subfebril

(Sodikin 2012). Peningkatan suhu tubuh terjadi akibat peningkatan set point. Infeksi

bakteri menyebakan demam karena endotoksin bakteri merangsang sel PMN untuk

menghasilkan pirogen endogen yaitu interleukin-1, interleukin 6 atau TNF (tumor

necrosis factor) (Susanti, 2012).

Pirogen adalah suatu zat yang menyebabkan demam terdapat dua jenis pirogen

yaitu pirogen oksogen dan pirogen endogen. Pirogen eksogen berasal dari luar tubuh dan

berkemampuan untuk merangsang IL-1, sedangkan pirogen endogen berasal dari dalam

tubuh dan mempunyai kemampuan untuk merangsang demam dengan mempengaruhi

pusat pengaturan suhu di hipotalamus (Soedarmo, dkk 2010).


33

2.2.2 Klasifikasi Hipertermia

1. Demam Intermiten

Suhu tubuh akan berubah-ubah dalam interval yang teratur, antara periode demam dan

periode sushu normal serta subnormal. Bila demam seperti ini terjadi setiap dua hari

sekali disebut Tersiana dan bila dua hari bebas demam diantara dua serangan demam

disebut Kuartana.

2. Demam Remiten

Terjadi fluktuasi suhu dalam rentang yang luas (lebih dar 2⁰C) dan berlangsungselama 24

jam, dan selama itu suhu tubuh berada diatas normal.

3. Demam Kekambuhan

Masa febril yang pendek selama beberapa hari diselingi dengan periode suhu normal

selama 1-2 hari.

4. Demam Konstan

Suhu tubuh akan sedikit berfluktuasi, tetapi tetap berada diatas suhu normal. Suhu yang

meningkat secara cepat menjadi demam setelah periode normal dan kembali normal

dalam beberapa jam disebut sebagai fiver spike.

Tingkatan suhu tubuh manusia menurut (Sodikin, 2012)

a. Tingkatan suhu keadaan kolaps (hipotermia, suhu dibawah 25°C).

b. Subnormal (35,8°C dan dibawahnya).

c. Batas normal (35,8°C-37°C).

d. Pireksia (37,8°C-(Rendah)-39,5°C (Tinggi).

e. Hiperpireksia 39,5°C atau diatasnnya.


34

2.3.3 Etiologi Hipertermia

Zat yang menyebabkan demam yaitu zat yang dinamakan pirogen. Ada dua jenis

pirogen yaitu eksogen dan endogen. Pirogen eksogen berasal dari luar tubuh dan

berkemampuan untuk merangsang IL-1, sedangkan pirogen endogen berasal dari dalam

tubuh dan memiliki kemampuan untuk hipotalamus. Zat-zat pirogen eksogen, seperti

interleukin-1, tumor necrosis factor (TNF), serta interferon (INF) (Sodikin, 2012).

Penyebab terbanyak demam pada anak yaitu penyakit infeksi, (60%- 70%),

penyakit kolagen vaskular, dan keganasan. Walaupun infeksi virus sangat jarang menjadi

penyebab demam berkepanjangan. Tetapi 20% penyebab demam adalah infeksi virus,

sebagian besar penyebab demam pada anak terjadi akibat perubahan titik pengaturan

hipotalamus yang disebabkan adanya pirogen seperti bakteri atau virus yang dapat

meningkatkan suhu tubuh. Terkadang demam juga disebabkan oleh adanya bentuk

hipersensitivitas terhadap obat (Potter & Perry, 2010).

Dari beberapa penyebab hipertermia diatas, dapat disimpulkan bahwa hipertermia

disebabkan karena adanya faktor endogen, pengurangan kehilangan panas, akibat

terpajang lama lingkungan bersuhu tinggi (sangatlah panas), ada juga yang menyebutkan

bahwa hipertermia terjadi karena reaksi transfusi, imunisasi, dehidrasi, adanya penyakit,

adanya pirogen seperti bakteri atau virus dan juga adanya pengaruh obat.

Penyebab demam diantaranya adalah :

1. Infeksi

a. Infeksi primer pada saluran kemih atau saluran pernafasan bawah


35

b. atau bakterimia akibat pemasangan kateter intravaskular, sinusitis/penyakit

telingan tengah pada psien yang menggunakan ventilator.

c. Luka operasi atau sepsis intra abdomen (tidak selalu menimbulkan gejala yang

jelas), ulkus akibat tekanan/infeksi kulit.

d. Diare Clostridium difficile adalah penyebab demam yang makin sering dijumpai,

hal ini yang sring terjadi pada pasien dengan ketahanan tubuh yang lemah atau

berusia sangat tua dan bahkan pasien yang mendapat antibiotik spektrumluas,

khususnya sefaloporin.

2. Non Infeksi

a. Reaksi obat

b. Tromboemboli vena, hematoma yang menyembuh

c. Infark miokard dan infark pada jaringan lain (terutama usus)

d. Trauma dan pembedahan

3. Pemeriksaan Klinis

a. Penilaian status imun

b. Riwayat baru menjalani pembedahan atau produser infasif

c. Pemeriksaan pada setiap selang infus dan kateter

d. Pemeriksaan obat-obatan, termasuk antibiotik yang dikonsumsi

e. Pemeriksaan penunjang yang penting


36

2.2.3 Karakteristik Hipertermia

Batasan karakteristik hipertermia meliputi :

1. Konvulsi

Suatu kondisi medis saat otot tubuh mengalami fluktuasi kontraksi dan peregangan

dengan sangat cepat sehingga menyebabkan gerakan yang tidak terkendali seperti kejang.

2. Kulit kemerah-merahan

Tanda pada hipertermia seperti kulit kemerah-merahan disebabkan karena adanya

vasodilatasi pembuluh darah.

3. Peningkatan suhu diatas kisaran normal

Hal ini berhubungan dengan adanya produksi panas yang berlebih, kehilangan panas

berlebihan, produksi panas minimalis, kehilangan panas minimalis, atau kombinasi antara

keduannya.

4. Kejang

Kejang terjadi karena adanya peningkatan temperatur yang tinggi sehingga otot tubuh

mengalami fluktuasi kontraksi dan peregangan dengan sangat cepat sehingga

menyebabkan gerakan yang tidak terkendali seperti kejang.

5. Takikardia dan takipnea

Merupakan tanda-tanda dini gangguan atau ancaman syok, pernapasan yang memburuk,

atau nyeri.

6. Kulit Terasa Hangat

Fase dingin pada hipertermia akan hilang jika titik pengaturan hipotalamus baru telah

tercapai. Dan selama fase plateau, dingin akan


37

hilang dan anak akan merasa hangat. Hal ini juga terjadi karena adanya vasodilatasi

pembuluh darah sehingga kulit menjadi hangat.

2.2.4 Faktor Yang Berhungan Dengan Hipertermia

Faktor yang berhubungan atau penyebab dari hipertermia meliputi :

1. Anestesia

Setiap tanda-tanda vital dievaluasi dalam kaitannya dengan efek samping anestesi dan

tanda-tanda ancaman syok, pernapasan yang memburuk, atau nyeri karena anestesi yang

dapat menyebabkan peningkatan suhu, kekakuan otot, hipermetabolisme, destruksi sel

otot.

2. Penurunan Respirasi

Penguapan yang tidak dapat keluar akan mengganggu sirkulasi dalam tubuh sehingga

menyebabkan hipertermia yang diakibatkan oleh kenaikan set pont hipotalamus.

3. Dehidrasi

Tubuh kehilangan panas secara kontineu melalui evaporasi. Sekitar 600-900cc air tiap

harinya menguap dari kulit dan paru-paru sehingga terjadi kehilangan air dan panas.

Kehilangan panas air ini yang menyebabkan dehidrasi pada hipertermia.

4. Pemanjana lingkungan yang panas

Panas pada 85% area luas permukaan tubuh diradiasikan ke lingkungan. Vasokontriksi

perifer meminimalisasi kehilangan panas.


38

Jika lingkungan lebih panas diabandingkan kulit, tubuh akan menyerap panas melalui

radiasi.

5. Penyakit atau Trauma

Penyakit atau trauma pada hipotalamus atau sumsum tulang belakang (yang meneruskan

pesan hipotalamus) akan mengubah kontrol suhu menjadi berat.

a. Pemakaian pakaian yang tidak sesuai dengan suhu lingkungan

b. Pakaian yang tidak tebal akan memaksimalkan kehilangan panas.

6. Peningkatan laju metabolisme

Panas yang dihasilkan tubuh adalaha hasil sampingan metabolisme, yaitu reaksi kimia

dalam seluruh sel tubuh. Aktivitas yang membutuhkan reaksi kimia tambahan akan

meningkatkan lagu metabolik, yang juga akan menambah produksi panas. Sehingga

peningkatan laju metabolisme sangat berpengaruh terhadap hiperternia.

7. Medikasi

Demam juga disebabkan oleh adanya bentuk hipersensitifitas terhadap obat.

8. Aktivitas berlebihan

Garakan volunter seperti aktivitas otot pada olahraga membutuhkan energi tambahan.

Laju metabolik meningkat saat aktivitas berlebih dan hal ini dapat menyebabkan

peningkatan produksi panas hingga 50 kali lipat.


39

2.2.5 Penatalaksanaan Hipertermia

Menurut Susanti (2015) penatalaksanaan hipertermia antara lain:

1. Terapi Farmakologi

Pemberian obat sesuai sesuai indikasi, seperti obat antipiretik aminofenol

(paracetamol), derifat asam propionat (ibuprofen dan naproksen), salisilat

(aspirin, salisilamid) dan asam asetik (indimetasin).

a. Parasetamol

Parasetamol merupakan metabolit aktif asetanilid dan fanasetin. Saat ini parasetamol

merupakan antipiretik yang biasa dipakai sebagai antipiretik dan analgerik dalam

pengobatan demam pada anak. Parasetamol juga efektif menurunkan suhu dan efek

samping lain yang berasal dari pengobatan dengan sitoksin, seperti inteferon dan pada

pasien yang menderita infeksi.

b. Ibuprofen

Adalah suatu derifat asam propionat yang mempunyai kemampuan antipiretik, analgesik,

anti inflamasi. Seperti anti piretik lain dan NSAID (non steroid anti inflamatory drug).

ibuprofen beraksi dengan memblok sintesis PGE² melalui penghambatan siklooksigenase.

c. Aspirin

Aspirin merupakan antipiretik analgesik yang luas dipakai dalam bidang kesehatan anak.

Sebagai antipiretik/analgetik, aspirin tidak lagi direkomendasikan. Dosis 10-15

mg/kgBB memberikan efek


40

antipiretik yang efektif. Dapat diberikan 4-5 kali/hari karena waktu paruh didalam darah

sekitar 3-4 jam.

2. Terapi Non Farmakologi

a. Kompres Air Hangat

1) Definisi Kompres Hangat

Kompres hangat adalah suatu prosedur penggunaan kain atau handuk yang telah

dicelupkan atau dibasahi menggunakan air hangat. Adapun manfaat kompren air

Hangat dapat memberikan rasa nyaman dan menurunkan suhu tubuh. Kompres

hangat menggunakan kain atau handuk yang sudah dibasahi menggunakan air hangat

dengan cara melapisi permukaan kulit pada bagian kening, leher atau ketiak selama 15-

20 menit dengan temperatur suhu maksimal 43⁰C. Pemberian kompres dengan air hangat

pada daerah tubuh akan memberikan sinyal ke hiphotalamus melalui sum-sum tulang

belakang. Ketika reseptor yang peka terhadap panas di hiphotalamus dirangsang,

system efektor mengeluarkan sinyal melalui keringat dan vasodilatasi perifer.

Perubahan ukuran darah diatur oleh pusat vasomotor pada medulla oblongata dari

tangkai otak, dibawah pengaruh hypotalamus bagian anterior sehingga menjadi

vasodilatasi. Terjadinya vasodilatasi ini menyebabkan pembuangan/kehilangan

energi/panas melalui keringat. Agar terjadi penurunan suhu tubuh sehingga mencapai

keadaan yang normal kembali. Lokasi kulit tempat mengompres biasanya di bagian

kening, leher dan tangan kompres hangat akan menghambat shiviring dan dampak

metabolik yang ditimbulkannya. Selain itu kompres hangat juga menginduksi vasodilatasi

perifer, sehingga meningkatkan pengeluaran panas tubuh (Susanti, 2012).

2) Tahap-Tahap Pemberian Kompres Hangat

Tahap persiapan, terlebih dahulu menjelaskan prosedur tindakan yang akan dilakukan

kepada keluarga cara melakukan kompres hangat. Kemudian siapkan peralatan yang
41

dibutuhan seperti, ember/waskom yang berisi air hangat, kain atau handuk, perlak,

thermometer aksila, dan thermometer air.

Langkah-langkah pemberian kompres sebagai berikut :

a) Beri kesempatan anak untuk menggunakan urinal atau pispot sebelum kompres

dilaksanakan.

b) Ukur suhu tubuh anak dan catat

c) Prosedur tindakan : aa) Cuci tangan

bb) Basahi kain atau handuk kedalam air hangat

cc) Pasang perlak dibawah tempat yang akan dilakukan tindakan

dd) Peras hingga handuk lembab

ee) Tutup bagian tubuh yang akan dikompres misalnya dibagian kening menggunakan

handuk yang lembab selama kurang lebih 5 menit.

ff) Ganti secara bergilir dengan handuk berikutnya.

gg) Lakukan prosedur tindakan sampai 3-4 kali secara teratur, dengan melihat kondisi anak.

hh) Hentikan tindakan jika anak merasa kedinginan atau menggigil, atau segera setelah suhu

tubuh anak mendekati normal.

ii) Kemudian usap menggunakan handuk yang kering.

jj) Setelah tindakan selesai rapikan klien dan bereskan peralatan dan cuci tangan.

Dokumentasi, setelah 15 menit ukur kembali suhu tubuh klien.

2.3 Konsep Teori Anak

2.3.1 Definisi Anak

Anak merupakan seseorang dilahirkan dari sebuah hubungan antara perempuan dan

laki-laki. Hubungan ini jika terkait dalam suatu ikatan perkawinan (suami istri). Dari

aspek yuridis maka pengertian anak dimata hukum positif di Indonesia diartikan sebagai
42

orang yang belum dewasa (minderjaringheid atau inferonity) atau disebut juga dengan

anak yang dibawah pengawasan wali (Abiantoro, 2016).

Sementara pasal 1 ayat 1 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 tahun

2014 tentang perubahan atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomer 23 tahun 2002

tentang perlindungan anak, anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun termasuk

anak yang masih dalam kandungan. Dengan demikian pengertian anak (juvenile) pada

umumnya adalah seorang yang masih dibawah umur tertentu, yang belum dewasa dan

belum pernah kawin. Pada beberapa peraturan perundang-undangan di Indonesia

mengenai anak. Hal ini tentu ada pertimbangan aspek psikis yang menyangkut

kematangan jiwa seseorang.

2.3.2 Karakteristik Anak

Pada masa usia anak dapat dibagi menjadi 2 karakteristik menurut (Yusuf, 2011)

meliputi :

1. Masa Vital

Pada masa ini individu menggunakan fungsi-fungsi biologisnya untuk menemukan

berbagai hal dalam hidupnya.

2. Masa Estetik

Pada masa ini dianggap sebagai masa perkembangan rasa keindahan Anak akan banyak

berada di luar rumah untuk jangka waktu antara 4-5 jam. Karena aktivitas fisik anak

semakin meningkat seperti pergi bermain dan pulang sekolah. Bermain dengan teman

yang akan meningkatkan kebutuhan energinya. Apabila anak tidak memperoleh energi

sesuai kebutuhannya maka akan terjadi pengambilan cadangan lemak untuk untuk

memenuhi kebutuhan energinya.


43

Sehingga anak akan menjadi lebih kurus dari sebelumnya. Tahap perkembangan anak

menurut (Yusuf, 2011) :

a. Sensorimotor (usia 0-2 tahun)

b. Praoperasonal (usia 2-6 tahun)

c. Operasional Konkret (usia 6-11 tahun)

d. Operasional Formal (usia 11 tahun-dewasa)

2.1.3 Prinsip-Prinsip Pertumbuhan dan Perkembangan Anak

Prinsip-prinsip pertumbuhan dan perkembangan anak:

1. Proses perkembangan dari the head downward (cephalocaudle principle).

Hal ini disebut prinsip cephalocaudle, prinsip ini menggambarkan arah pertumbuhan dan

perkembangan. Menurut prinsip ini, dari bayi menuju anak-anak tumbuh kembang pada

koordinasi lengan selalu mendahului koordinasi kaki.

2. Proses perkembangan dari the center of the body outward

(proximodistal development).

Prinsip ini pada sumsum tulang belakang berkembang sebelum tangan dan kaki serta jari

kaki. Jari tangan dan otot tangan (digunakan dalam keterampilan motorik halus) untuk

mengembangkan secara fisik perkembangan anak tersebut.

3. Perkembangan berdasarkan pada kematangan dan pembelajaran Pematangan

mengacu pada karakteristik berurutan perkembangan dan pertumbuhan biologis.

Perubahan biologis terjadi berurutan dan


44

memberikan anak-anak kemampuan (ability) baru. Perubahan- perubahan dalam otak dan

sistem saraf membantu anak-anak untuk meningkatkan di aspek berpikir (kognitif) dan

keterampilan motorik (fisik). Pola pematangan ditentukan oleh progam bawaan yaitu

genetik, lingkungan anak, dan pembelajaran yang terjadi sebagai hasil dari pengalaman

anak. Sebuah stimulus rangsangan lingkungan dan berbagai pengalaman memungkinkan

anak untuk mengembangkan potensi dirinya.

4. Proses perkembangan dari sederhana (konkrit) hingga kompleks.

Anak-anak mengembangkan keterampilan kognitif dan bahasa mereka melalui

pemecahan masalah. Misalnya, belajar menghubungkan antara hal-hal (bagaimana hal-hal

yang serupa), atau klasifikasi adalah kemampuan penting dalam perkembangan kognitif.

Proses belajar kognitif bagaimana membedakan apel dan jeruk meskipun dengan bentuk

yang sama dimuali dengan yang paling sederhana atau pemikiran konkret

menggambarkan dua aspek yang sama namun berbeda.

5. Pertumbuhan dan perkembangan adalah proses berkelanjutan

Seorang anak yang berkembang, dimana adanya proses menambah keterampilan yang

sudah diperoleh dan keterampilan yang menjadi dasar untuk mengoptimalkan prestasi

dan penguasaan keterampilan. Sebagian besar anak-anak mengikuti pola yang sama.

Salah satunya tahap meletakkan dasar untuk tahap perkembangan berikutnya. Misalnya,

dalam perkembangan motorik, diprediksi urutan perkembangan yang terjadi sebelum

berjalan. Bayi mampu mengangkat kepala dan dapat membalikkan lagi. Bayi bisa

menggerakkan anggota tubuh mereka (lengan dan kaki) sebelum memegang suatu benda.

Tahapan penguasaan melibatkan dan meningkatkan keterampilan dari berpegangan

hingga berjalan sendiri. Pada usia 4 tahun, kebanyakan anak-anak bisa berjalan naik dan

turun tangga dengan kaki bergantian,. pematangan tahap ini, agar anak mampu untuk

menulis dan menggambar anak harus mampu mengembangkan kemampuan manual


45

(tangan) kontrol untuk memegang pensil atau kerayon.

6. Pertumbuhan dan perkembangan berproses dari umum (general) hingga spesifik

Dalam perkembangan motorik, bayi akan dapat memahami sebuah objek dengan seluruh

tangan sebelum menggunakan hanya ibu jari dan telunjuk. Gerakan motorik pertama bayi

sangat umum, diarahkan, dan relatif, melambaikan tangan atau menendang sebelum dapat

mencapai atau merayap menuju obyek. Pertumbuhan terjadi dari besar gerakan otot untuk

lebih halus otot (lebih kecil) gerakan.

7. Tingkatan individu dalam pertumbuhan dan perkembangan

Setiap anak berbeda tingkatnya dimana anak memiliki tumbuh kembang yang berbeda.

Meskipun pola dan urutan untuk pertumbuhan dan perkembangan biasanya sama untuk

anak-anak, tingkat dimana individu anak mencapai tahap perkembangan yang berbeda.

Memahami fakta ini dari perbedaan individu tingkat perkembangan menyebabkan orang

tua harus berhati-hati tentang menggunakan dan memperhatikan usia dan tahap

karakteristik untuk menggambarkan atau memberi label sesuai tahapan anak. Ada

berbagai usia untuk setiap tugas perkembangan berlangsung. Konsekuensi dari

perkembangan juga tidak beragam dalam individu anak. Pemahaman tentang prinsip-

prinsip perkembangan membantu kita untuk merencanakan kegiatan dan stimulasi tepat

dan memperkaya pengalaman untuk anak.

2.4 Konsep Asuhan Keperawatan Pada Pasien Typhoid

2.4.1 Pengkajian

Data fokus pengkajian pasien anak typhoid adalah sebagai berikut:

1. Identitas klien

Meliputi nama lengkap, alamat, jenis kelamin, tempat tanggal lahir, umur dan asal suku

bangsa.
46

a. Typhoid tidak hanya terjadi pada pasien dewasa, namun sering juga

ditemukan pada pasien anak, terutama pada usia responden yaitu usia 5-15

tahun, yang kurang memperhatikan kebersihan diri, kebiasaan tidak

mencuci tangan sebelum makan dan setelah buang air besar yang kurang

baik, kondisi kuku dan jari tangan yang kotor (Nuruzzaman, 2016).

b. Tempat tinggal dan lingkungan pasien merupakan salah satu faktor yang

dapat mempengaruhi timbulnya penyakit typhoid. Kebersihan lantai, dan

lingkungan sekitar rumah yang tidak terjaga kebersihannya. Serta cara

pengelolan sampah pada sekitar ligkungan tempat tinggal (Ruztam, 2012).

2. Keluhan Utama

Biasanya anak dibawa oleh orang tuanya dengan alasan masuk demam tinggi. Pasien

typhoid dapat mengalami kenaikan suhu pada minggu pertama, menurun pada pagi hari

dan meningkat pada sore dan malam hari, sakit kepala, mual, muntah, kehilangan nafsu

makan, sembelit, atau diare, disertai bintik-bintik merah muda didada (Rose spots).

3. Riwayat Kesehatan Sekarang

Perasaan tidak enak badan, demam tinggi, lesu, nyeri kepala, pusing, pucat, dan kurang

bersemangat, mual, muntah, serta nafsu makan berkurang (terutama pada masa inkubasi).

4. Riwayat Kesehatan Dahulu

Sebelumnya anak pernah mengalami riwayat penyakit typhoid atau pernah mengalami

riwayat penyakit lainnya.

5. Riwayat Kesehatan Keluarga

Dalam keluarga pasien apakah ada yang pernah memiliki riwayat penyakit typhoid atau

penyakit keturunan lainnya.


47

6. Pola sehari-hari

a. Nutrisi

Pada Pasien thypoid akan mengalami penurunan perubahan terjadinya berat badan

karena mengalami perubahan pola nafsu makan. Pada pasien thypoid ini akan

merasakan gejala yaitu rasa mual, muntah, anorexia yang akan mengakibatkan

nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.

b. Eliminasi

Pada pasien thypoid ini biasanya terjadi konstipasi karena tirah baring lama, dan

diare dikarenakan bakteri Salmonella typhi berkembangbiak pada usus halus, dan

mengganggu proses pencernaan manusia, yang menyebabkan terjadinya penurunan

perestaltik usus. Sehingga pasien typhoid diharuskan menjalani diet yang sesuai

rendah serat, cukup kalori dan tinggi protein.

c. Istirahat/tidur

Pada pasien thypoid adalah mengalami kesulitan untuk tidur karena adanya

peningkatan suhu tubuh pada malam hari sehingga pasien merasa gelisah pada saat

untuk beristirahat ataupun saatnya untuk tidur.

d. Aktivitas

Pasien mengalami penurunan pada aktivitas, badan pasien sangat terasa lemas, lesu,

kurang bersemangat, karena adanya peningkatan suhu tubuh yang berkepanjangan.

Aktivitas pasien akan terganggu, pasien harus tirah baring total, agar tidak terjadi

komplikasi maka segala kebutuhan pasien harus dibantu oleh keluarga.


48

7. Pemeriksaan Fisik

a. Keadaan Umum : Lemah, lesu dan kurang bersemangat

b. Tanda Vital :

1) Suhu Tubuh

Pada kasus yang khas, demam lebih dari 36,5⁰C-37,5⁰C yang berlangsung selama 3

minggu, bersifat febris remiten, dan suhunya tinggi pada malam hari. Selama

minggu pertama, suhu tubuh berangsur-angsur naik setiap harinya, biasanya

menurun pada pagi hari dan meningkat lagi pada sore dan malam hari. Pada minggu

kedua, pasien terus mengalami demam. Pada minggu ketiga, suhu berangsur-angsur

turun dan normal kembali pada akhir minggu ketiga.

2) Kesadaran

Pada umumnya kesadaran pasien menurun walaupun beberapa dalam keadaan apatis

atau samnolen. Jarang terjadi sopor, koma, atau gelisah (kecuali saat penyakitnya

berat dan terlambat mendapatkan pengobatan). Disamping gejala yang timbul

tersebut mungkin bisa terdapat gejala lainnya. Yaitu terdapat bintik-bintik

kemerahan karena emboli basil dalam kapiler kulit yang ditemukan dalam minggu

pertama demam. Kadang juga ditemukan brakikardi dan epitaksis pada anak.

8. Pemeriksaan Head To Toe

a. Mulut

Terdapat nafas yang berbau tidak sedap serta bibir kering dan pecah-pecah

(ragaden), lidah tertutup selaput putih, sementara


49

ujung dan tepinya berwarna kemerahan, dan jarang disertai tremor.

b. Abdomen

1) Inspeksi : dapat ditemukan keadaan perut kembung

(meteorismus).

2) Auskultasi : bising usus bisa normal bisa tidak (normal 8-

12x/menit).

3) Perkusi : hipertimpani, bisa terjadi konstipasi atau mungkin

diare atau normal.

4) Palpasi : ada nyeri tekan

9. Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan Laboratorium

1) Kultur darah (biakan, empedu)

Biakan empedu basil Salmonella typhi dapat ditemukan dalam darah pasien pada

minggu pertama sakit. Selanjutnya, lebih sering ditemukan dalam urine dan feses.

a) Kultur darah : bisa positif pada minggu pertama

b) Kultur urin : bisa positif pada akhir kedua

c) Kultur feses : bisa positif pada minggu kedua hingga minggu ketiga

2) Pemeriksaan Uji Widal

Pemeriksaan yang diperlukan adalah titer zat inti terhadap antigen O. Apabila titer

lebih dari 1/80-1/160 dan seterusnya, maka hal ini menunjukan bahwa semakin

kecil titrasi berarti


50

semakin berat penyakitnya. Titer yang bernilai 1/200 atau lebih merupakan kenaikan

yang progesif.

3) Pemeriksaan Darah Perifer Lengkap

Dapat ditemukan leukopeni, dapat pula leukositosis atau kadar leukosit normal.

Leukosit dapat terjadi walaupun tanpa dosertai infeksi sekunder.

4) Pemeriksaan SGOPT dan SGPT

SGOT dan SGPT sering meningkat, tetapi akan kembali normal setelah sembuh.

Peningkatan SGOT dan SGPT ini tidak dapat memerlukan penanganan khusus.

10. Genogram

Garis keturan klien yang dilihat dari tiga generasi ke atas dari kluarga klien. Hal ini

berfungsi untuk mengetahui adanya penyakit-penyakit keturunan dan menular dalam

keluarga klien sehingga untuk lebih spesifik mengetahuinya.

2.4.2 Diagnosa Keperawatan Yang Muncul

Pada typhoid menurut Nurarif, Amin & Kusuma 2015 adalah sebagai berikut :

1. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi Salmonella typhi

2. Resiko Kekurangan volume cairan berhubungan dengan intake cairan tidak

adekuat dan peningkatan suhu tubuh

3. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis, proses peradangan

4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan intake yang tidak adekuat.


51

2.4.3 Intervensi Keperawatan

Tabel 2.1 Intervensi Keperawtan Hipertermia


Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi
Hasil
Hipertermia Definisi : NOC NIC
Peningkatan suhu tubuh Thermoregulation Temperature
diatas kisaran normal regulation (pengaturan
Kriteria Hasil : suhu):
Batasan karakteristik Suhu badan anak dalam Monitor suhu pasien
Konvulsi batas normal dengan
Kulit kemerahan temperatur suhu 36,5 – Rencanakan monitoring
Peningkatan suhu tubuh 37,5°C suhu secara contineu
diatas kisaran normal Tidak ada kejang
Kejang Tidak ada perubahan Monitor TD, nadi, dan
Takikardi warna kulit RR
Kulit terasa hangat Keadaan umum baik
Monitor warna dan suhu
Faktor yang kulit
berhubungan
Anastesia Tingkatkan intake cairan
Penurunan respirasi dan nutrisi
Dehidrasi
Trauma Selimuti pasien untuk
Aktivitas berlebih mencegah hilangnya
Pemakaian pakaian yang kehangatan tubuh
tidak sesuai dengan
suhu lingkungan Ajarkan cara mencegah
Peningkatan laju keletihan
metabolisme
akibat panas

Diskusikan tentang
pentingnya pengaturan
suhu dan kemungkinan
efek negatif dari

kenaikan suhu tubuh


52

10. Ajarkan indikasi dari hipertermia dan penanganan yang diperlukan

11. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian antipiretik

12. Ajarkan tehnik kompres hangat untuk menurunkan demam.

2.3.4 Implementasi

Implementasi merupakan penatalaksanaan dari perencanaan atau intervensi

keperawatan untuk mencapai tujuan yang spesifik. Tahap implementasi dimulai setelah

rencana tindakan disusun dan ditunjukkan pada perawat untuk membantu klien mencapai

tujuan yang telah ditetapkan, dan yang mencangkup peningkatan kesehatan pencegahan

penyakit dan pemulihan kesehatan (Nursalam, 2013).

2.3.5 Evaluasi

Berdasarkan teori mengenai hipertermia, yang tidak dikatakan mengalami masalah

hipertermia yaitu suhu klien normal 36,5°C-37,5°C dan akral terasa hangat (Padila,

2013). Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperwatan, proses continue yang

paling penting untuk menjamin


53

kualitas dan ketetapan keperawatan yang diberikan dan dilakukan untuk meninjau respon

pasien untuk menentukan keaktifan rencana keperawatan dan memenuhi kebutuhan

pasien secara adekuat. Berdasarkan teori diatas masalah typhoid dengan hipertermia

teratasi, hal ini dikarenakan kolaboorasi antara tim medis, pasien dan keluarga yang

baik, sehingga peneliti peneliti mampu melakukan asuhan keperawatan dengan sesuai

prosedur.
54

2.3.6 Hubungan Antar Konsep

Anak Typhoid merupakan penyakit


infeksi sistemik yang disebabkan
Definisi anak Karakteristik Prinsip
oleh bakteri Salmonella typhi, yang
anak pertumbuhan dan
perkembangan disebarkan melalui proses
anak
pencernaan makanan (food borne
diseases). Gejala muncul 1-3
minggu setelah terkena, dan
mungkin ringan atau berat.
Gelanya meliputi demam tinggi
Typhoid
atau hipertermi.

Asuhan Keperawatan Pada Pasien


Etiologi
Anak Typhoid Dengan Masalah
Keperawatan Hipertermia, meliputi : Salmonella para typhi A, B, dan

1. Pengkajian C. Termasuk Gesus salmonella yang


tergolong dalam famili
2. Menetukan Diagnosa Keperawatan
Enterobacteriaceae. Salmonella
3. Membuat Intervensi Keperawatan bersifat bergerak, berbentuk spora,
tidak berkapsul, gram (-).
4. Membuat Implementasi
: Keterangan
5. Evaluasi
: Berpengaruh

: Berhubungan

: Tidak di teliti dengan baik

: Teratasi
Konsep utama Belum Teratasi
yang diteliti
Sebagian

Teratasi

Gambar 2.2 Hubungan Antar Konsep Asuhan Keperawatan Pada Pasien Anak
Typhoid Dengan Masalah Keperawatan Hipertermia.
55

Anda mungkin juga menyukai