Anda di halaman 1dari 15

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PROFILAKSIS PADA PASIEN BEDAH

SESAR (SECTIO CAESAREA) DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH dr. RUBINI


MEMPAWAH

Nadia Ridha Vitaloka1,, Ressi Susanti1, Akib Yuswar1


1Program Studi Farmasi, Fakultas Kedokteran, Universitas Tanjungpura, Pontianak
Jalan Prof. Hadari Nawawi, Pontianak 78124
Email : nadiarvitaloka@gmail.com

ABSTRAK
Sectio caesarea adalah proses persalinan melalui pembedahan dimana irisan dilakukan di
perut ibu (laparatomi) dan rahim (histerotomi) untuk mengeluarkan bayi. Peningkatan jumlah
persalinan dengan bedah sesar berbanding lurus dengan peningkatan kejadian infeksi luka operasi
(ILO) pasca-operasi. Sekitar 90% morbiditas pasca operasi disebabkan oleh ILO. Tujuan dari
penelitian ini untuk mengetahui profil penggunaan antibiotik profilaksis dan efektifitas penggunaan
antibiotik profilaksis pada pasien bedah sesar di Rumah Sakit Umum Daerah dr Rubini Mempawah.
Metode penelitian ini adalah penelitian obsevasional yang bersifat deskriptif dengan pendekatan
potong lintang. Pengambilan data dilakukan secara retrospektif dari data rekam medis pasien bedah
sesar pada tahun 2019. Sampel yang sesuai kriteria inklusi sebanyak 144 pasien, ditemukan (84%)
berusia 20-35 tahun, status paritas G1P0A0 (35%), Lama Perawatan 4-5 hari (71%), skor ASA 2
(85%), Hemoglobin ≥10 (77%), trombosit 150,000-400,000 (93%) dan hematokrit 26-34 (56%).
Hasil penelitian yang diperoleh bahwa efektivitas pasien berdasarkan suhu dan leukosit efektif
(100%). Jenis antibiotik yang paling banyak digunakan yaitu sefalosporin injeksi terapi tunggal
(34%), kombinasi nitroimidazol dan sefalosporin (4%), sefalosporin oral terapi tunggal (49%) dan
kombinasi nitroimidazol dengan sefalosporin oral (4%).

Kata Kunci : Antibiotik, Bedah Sesar, Efektifitas Penggunaan Antibiotik

xv
ABSTRACK

Sectio caesarea is a surgical delivery in which incisions are made in the mother's stomach
(laparotomy) and uterus (hysterotomy) to remove the baby. The increase in the number of deliveries
by cesarean section is directly proportional to the increase in the incidence of post-operative wound
infection (ILO). Approximately 90% of postoperative morbidity is due to ILO. The purpose of this
study was to determine the profile of prophylactic antibiotic use and the effectiveness of
prophylactic antibiotic use in cesarean section patients at the Regional General Hospital Dr.
Rubini Mempawah. This research method is a descriptive observational research with a cross-
sectional approach. Data were collected retrospectively from medical records of cesarean section
patients in 2019. The sample that matched the inclusion criteria was 144 patients, found (84%)
aged 20-35 years, parity status G1P0A0 (35%), Length of treatment 4-5 days (71%), ASA score 2
(85%), Hemoglobin ≥10 (77%), platelets 150,000-400,000 (93%) and hematocrit 26-34 (56%). The
results showed that the effectiveness of patients based on temperature and effective leukocytes
(100%). The most widely used types of antibiotics were single-therapy injection cephalosporins
(34%), a combination of nitroimidazole and cephalosporins (4%), single therapy oral
cephalosporins (49%) and a combination of nitroimidazole and oral cephalosporins (4%).

Keywords : Effectivenes of Use Antibiotics, Sectio Caesarea, Antibiotics


PENDAHULUAN Penelitian ini akan dilakukan di
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr
Sectio caesarea adalah proses Rubini Mempawah, dimana terjadi
persalinan melalui pembedahan dimana irisan peningkatan kejadian Sectio Caesarea pada
dilakukan di perut ibu (laparatomi) dan rahim tahun 2019 sebesar 672 kasus melebihi kasus
(histerotomi) untuk mengeluarkan bayi. Sectio di tahun 2018 yang hanya sebesar 593 kasus.
caesarea terbagi menjadi dua yakni yang Penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit X
dilakukan secara elektif (terencana) maupun oleh Purnamaningrum pada menunjukkan
sectio caesarea yang dilakukan pada kondisi bahwa evaluasi penggunaan antibiotik sebesar
cito (segera).(1) World Health Organization 17% efektif mencegah infeksi.(6) Berdasarkan
(WHO), menetapkan standar rata-rata penelitian tersebut, peneliti tertarik untuk
persalinan operasi sesar di sebuah negara mengetahui gambaran mengenai efektifitas
adalah sekitar 5-15% per 1000 kelahiran di penggunaan antibiotik pada pasien sectio
dunia.(2) Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas caesarea di RSUD dr Rubini Mempawah,
2013) melaporkan bahwa Provinsi mengingat pentingnya penelitian ini untuk
Kalimantan Barat memiliki proporsi kelahiran mencegah infeksi dan belum pernah
dengan sectio caesarea tertinggi pada dilakukannya penelitian mengenai efektifitas
kepemilikan teratas 9,94% dari total 49.603 antibiotik di RSUD dr Rubini Mempawah.
kelahiran.(3)
Tujuan dilakukannya penelitian ini
Antibiotik adalah obat yang digunakan untuk mengetahui profil penggunaan
untuk mengatasi infeksi bakteri.(4) Antibiotik antibiotik profilaksis dan persentase mengenai
profilaksis terbukti mengurangi kejadian ILO efektifitas penggunaan antibiotik pada jumlah
dan dianjurkan untuk diberikan pada tindakan leukosit serta suhu tubuh pasien bedah sesar
dengan infeksi risiko yang tinggi seperti pada pada tahun 2019 di Rumah Sakit Umum
infeksi bersih-terkontaminasi dan Daerah dr Rubini Mempawah.
terkontaminasi.(5) Operasi sectio caesarea
merupakan salah satu contoh operasi yang
termasuk infeksi bersih-terkontaminasi METODE PENELITIAN
sehingga memerlukan antibiotik profilaksis Observasional dengan rancangan
sebelum dilakukan tindakan pembedahan. penelitian yang digunakan studi potong
Berdasarkan pedoman antibiotik bahwa lintang (cross sectional) yang bersifat
sefalosporin golongan I - II disarankan untuk deskriptif. Cross Sectional adalah suatu
digunakan sebagai antibiotik profilaksis.(4) penelitian untuk mempelajari suatu dinamika
Namun pada praktiknya, sefalosporin generasi korelasi antara faktor-faktor resiko dengan
III lebih banyak digunakan sebagai antibiotik efek dan dengan suatu pendekatan observasi
profilaksis. Berdasarkan hal tersebut peneliti ataupun dengan pengumpulan data pada
akan melihat efektivitas antibiotik profilaksis waktu tertentu (point time approach).
dengan melihat parameter klinis seperti nilai Pengumpulan data yang dilakukan secara
leukosit dan suhu tubuh. retrospektif menggunakan data rekam medik
pasien operasi bedah sesar di Instalasi Rawat
Suhu tubuh pasien yang terkena Inap Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr
infeksi umumnya mengalami kenaikan suhu Rubini Mempawah pada periode bulan
tubuh ≥ 380C yang terjadi selama 2 hari pasca Januari-Desember tahun 2019 .
operasi. Demam juga merupakan gejala klinik Hitungan besaran sampel minimal
terpenting untuk mendiagnosa terjadinya menggunakan rumus slovin, pada penelitian
infeksi. Nilai leukosit yang mengalami ini didapatkan besaran sampel minimal yang
peningkatan lebih dari normal disebut sebagai dibutuhkan sebanyak 87 sampel. Populasi
leukositosis. Penyebab dari leukositosis antara pasien rawat inap bedah sesar di RSUD dr
lain karena adanya infeksi bakteri (khususnya Rubini Mempawah tahun 2019 sebanyak 672
bakteri piogenik, lokal atau generalisata), pasien dan memenuhi kriteria inklusi yaitu
inflamasi dan nekrosis jaringan.(6) rekam medis pasien rawat inap bedah sesar
yang diresepkan obat antibiotik di RSUD dr Rubini Mempawah tahun 2019.

Hasil dan Diskusi

Karakteristik_Pasien

Observasi dilakukan selama satu diperoleh juga sam dengan yang dilakukan
bulan, dan telah didapatkan sebanyak 144 oleh Karminingtyas, dimana usia terbanyak
subyek pasien bedah sesar yang memenuhi yang melakukan bedah sesar pada rentang 20-
kriteria inklusi dan ekslusi seperti terlihat 30 tahun sebesar 75,86%.(50)
pada Tabel 1.
Hasil yang diperoleh pada penelitian yang
a. Usia dilakukan oleh Mutmainah menunjukkan usia
Berdasarkan karakteristik usia terbanyak yang melakukan bedah sesar pada
menunjukkan persentase tertinggi pertama rentang 20-30 tahun dikarenakan organ-organ
yaitu 84% pasien pada penelitian ini yang reproduksi pada pasien dengan usia kurang
berusia 20-35 tahun melahirkan secara bedah dari 20 tahun belum berfungsi dengan
sesar, dengan persentase tinggi kedua sebesar sempurna sehingga apabila terjadi kehamilan
12% pada usia ≥35 tahun dan terendah pada dan persalinan akan lebih mudah mengalami
usia ≤20 tahun sebesar 4%. Pada penelitian komplikasi. Selain itu, kekuatan otot-otot
sebelumnya yang dilakukan Purnamaningrum perineum dan otot-otot perut belum bekerja
di Rumah Sakit X usia pasien yang secara optimal, sehingga sering terjadi
melahirkan secara bedah sesar terbanyak persalinan lama atau macet yang memerlukan
adalah dari usia 20-35 tahun. Usia 20-35 tindakan. Ibu hamil yang berumur kurang dari
tahun dianggap ideal untuk menjalani 20 tahun atau lebih dari 35 tahun berisiko 4
kehamilan dan proses kehamilan dikarenakan kali untuk terjadi distosia (penyulit
rahim dan bagian tubuh lainnya sudah siap persalinan) dibandingkan dengan ibu hamil
untuk menerima dan diharapkan dapat yang berumur antara 20 sampai 25 tahun. (
memperhatikan kehamilan. (10) Hasil yang

b. Status Paritas secara medis maupun mental, sedangkan


Berdasarkan karakteristik status paritas untuk paritas ≥ 3 kali dan usia lebih tua cukup
menunjukkan kejadian yang terjadi pada berbahaya karena fisik pada wanita yang lebih
pasien G1P0A0 (belum pernah melahirkan) tua mengalami kemunduran untuk menjalani
sebesar 35%, G2P1A0 (pernah melahirkan 1 kehamilan. Lebih tinggi paritas maka lebih
kali) sebesar 26%, G3P2A1 (pernah tinggi resiko komplikasi dan kematian
melahirkan 2 kali) sebesar 13%, G4P3A0 maternal.(51) Hasil penelitian ini serupa
(pernah melahirkan 3 kali) sebesar 7%, dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan
G3P1A1 (Pernah melahirkan 1 kali dan oleh Amini, dimana kejadian primipara terjadi
mengalami keguguran 1 kali) sebesar 6% dan sebesar 47,1%. Mayoritas ibu hamil berada
G2P0A1 (pernah mengalami keguguran 1 pada paritas yang baru pertama kali hamil dan
kali) sebesar 4%. Hasil penelitian tersebut melahirkan yang biasanya masih mengalami
sejalan dengan penelitian Purnamaningrum kesulitan dalam beradaptasi dengan
pada tahun 2013 dimana kejadian yang sering kehamilannya, dan pengetahuan serta
terjadi pada pasien G1P0A0 sebesar 48%. pengalaman yang dimiliki seputar kehamilan
Paritas 2-3 kali merupakan status paritas yang juga masih lebih sedikit dibandingkan wanita
paling aman. Paritas ≤ 1 (belum pernah dengan paritas tinggi.(54)
melahirkan atau baru melahirkan pertama
kali) dan paritas ≥ 3 kali memiliki angka c. Lama Perawatan
kematian maternal lebih tinggi. Pada paritas ≤ Berdasarkan karakteristik lama
1 kali dan usia muda beresiko untuk perawatan pasien banyak terdapat pada 4-5
menjalani kehamilan karena belum siap hari dibandingkan dengan lama perawatan di
hari lain. Dari jumlah sampel yang diambil anestesi tersebut semakin lambat, sehingga
sebesar 144 sampel terdapat lama perawatan berdampak pada semakin lama pulih sadar
1-3 hari dengan jumlah sebanyak 12 pasien pasien.(58)
(8%), 4-5 hari terdapat 102 pasien (71%)
dan lama perawatan lebih dari 5 hari sebanyak e. Kadar Hemoglobin
30 pasien (21%). Hasil tersebut serupa dengan
Berdasarkan karakteristik kadar
penelitian yang dilakukan Yulidarwanti, yaitu
hemoglobin terbanyak yaitu ≥10 sebanyak
lama perawatan 1-3 hari sebesar 32,5% , 4-5
77% pasien dan kadar hemoglobin terendah
hari sebesar 66,25% dan lebih dari 5 hari
yaitu ≤10 dengan jumlah pasien sebesar 23%.
sebesar 1,25%.(48)
Hasil ini sesuai dengan penelitian yang
Selain itu, hasil tersebut juga serupa dilakukan oleh Isnawati di Rumah Sakit PKU
dengan penelitian yang dilakukan oleh Muhammadiyah, dengan kadar hemoglobin
Mutmainah dimana lama hari perawatan 4-5 tertinggi yaitu ≥10 sebesar 59,5%. Pada saat
hari sebesar 47%, faktor penentuan lama postpartum, kadar hemoglobin minimal yang
perawatan tergantung pada kondisi klinis harus dimiliki yaitu ≥ 10 gr/dl, apabila kurang
pasien.(52) Dari aspek medis, semakin panjang dari jumlah tersebut akan menimbulkan
lama perawatan demikian juga dengan biaya hemodilusi (pengenceran darah) yang
perawatan, maka bisa menunjukkan kinerja membuat sirkulasi oksigen terganggu. (14)
kualitas medis yang kurang baik karena Terjadinya penurunan kadar Hb pada operasi
pasien harus dirawat lebih lama (lama SC dapat disebabkan oleh kehilangan darah
kesembuhan).(55) Operasi caesar dengan selama penatalaksanaan operasi SC karena
komplikasi atau komorbiditas saat masuk banyak darah yang keluar.(15)
termasuk di antara DRG yang paling
f. Kadar Hemoglobin
berkontribusi pada periode rawat inap
terlama, dengan rata-rata 3,8 dan 2,6 hari di Berdasarkan karakteristik pasien yang
sektor publik dan swasta. Studi menunjukkan menunjukkan kadar hemoglobin terbanyak
bahwa lama tinggal di rumah sakit untuk yaitu ≥10 sebanyak 77% pasien dan kadar
bedah sesar lebih tinggi daripada untuk hemoglobin terendah yaitu ≤10 dengan
persalinan pervaginaan. Salah satu jumlah pasien sebesar 23%. Hasil ini sesuai
kemungkinan penyebab perbedaan ini adalah dengan penelitian yang dilakukan oleh
lambatnya proses penyembuhan luka dan Isnawati di Rumah Sakit PKU
lamanya masa pemulihan pada bedah sesar. Muhammadiyah, dengan kadar hemoglobin
Lama rawat inap bedah sesar merupakan salah tertinggi yaitu ≥10 sebesar 59,5%. Pada saat
satu faktor yang berkontribusi pada tingginya postpartum, kadar hemoglobin minimal yang
biaya rumah sakit untuk prosedur ini. (56) harus dimiliki yaitu ≥ 10 gr/dl, apabila kurang
dari jumlah tersebut akan menimbulkan
d. Skor ASA
hemodilusi (pengenceran darah) yang
Berdasarkan karakteristik pasien pada membuat sirkulasi oksigen terganggu. (59)
skor ASA terbanyak yaitu skor ASA 2 Penelitian yang dilakukan Emma
sebanyak 85%, skor ASA 3 sebanyak 8%, menunjukkan hasil kadar hemoglobin ≥10
skor ASA 1 sebanyak 5% dan skor ASA 4 sebesar 50%. Terjadinya penurunan kadar Hb
sebanyak 1%. Skor ASA >2 dikaitkan dengan pada operasi SC dapat disebabkan oleh
peningkatan risiko infeksi luka dan risiko ini kehilangan darah selama penatalaksanaan
adalah tambahan untuk klasifikasi operasi dan operasi SC karena banyak darah yang keluar.
durasi operasi.(32) Hasil tersebut serupa Tindakan pembedahan saat operasi SC
dengan penelitian Prabowo dimana pasien menyebabkan darah banyak keluar sehingga
pada ASA 2 terbanyak sebesar 44,5%. (57) dapat mengakibatkan kadar hemoglobin
Semakin tinggi status ASA pasien maka menurun.(60)
gangguan sistemik pasien tersebut akan
semakin berat. Hal ini menyebabkan respon
organ-organ tubuh terhadap obat atau agen
g. Jumlah Trombosit dengan jumlah trombosit yang normal
berkisar antara 150.000-400.000 sebesar
Berdasarkan karakteristik pasien 90,7%. Turunnya kadar trombosit dapat
pasien yang memiliki jumlah trombosit menyebabkan sukarnya sumbatan pada luka
terbanyak yaitu 150.000-400.000 sebanyak pasca bedah sesar. Penyebab turunnya kadar
92%, jumlah trombosit ≥400.000 sebanyak trombosit yaitu kurangnya zat besi dan folat
5% dan jumlah trombosit ≤150.000 sebanyak semasa kehamilan.(61)
3%. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan wahdaniah pada tahun 2017,

Tabel 1. Karakteristik Subyek Penelitian(N=144)

N=144
Karakteristik Pasien
Jumlah Persentase(%)
Usia
≤20 tahun 6 4
20–35 tahun 121 84
≥35 tahun 17 12
≤20 tahun 6 4
Status Paritas
G1P0A0 50 35
G2P0A1 6 4
G2P1A0 37 26
G2P1A1 2 1
G3P2A0 19 13
G3P1A1 9 6
G4P2A1 3 2
G4P3A0 10 7
G4P1A2 2 1
G5P2A2 1 1
G5P3A1 3 2
G5P4A0 1 1
G7P6A0 1 1
Lama Perawatan
1-3 hari 12 8
4-5 hari 102 71
≥5 hari 30 21
Skor ASA
1 7 5
2 123 85
3 12 8
4 2 1
Hemoglobin
≤10 33 23
≥10 111 77
Trombosit
≤150,000 4 3
150,000-400,000 133 92
≥400,000 7 5
Hematokrit
≤ 26 5 3
26-34 80 56
≥34 59 41

Pengobatan_Antibiotik_Profilaksis_dan_
Terapi_Injeksi

Antibiotik yang digunakan yaitu memiliki Aktivitas kurang aktif terhadap


antibiotik profilaksi dan antibiotik terapi. kokus Gram-postif dibanding generasi-I, tapi
Antibiotik profilaksis merupakan antibiotik lebih aktif terhadap Enterobacteriaceae,
yang diberikan sebelum tindakan seksio termasuk strain yang memproduksi beta-
sesarea, sedangkan antibiotik terapi adalah laktamase. Seftazidim dan sefoperazon juga
antibiotik yang diberikan setelah tindakan aktif terhadap P.aeruginosa, tapi kurang aktif
seksio sesarea dilakukan.(1) Golongan dibanding generasi-III lainnya terhadap kokus
antibiotik tunggal yang paling banyak Gram-positif. Sefadroksil memiliki aktivitas
digunakan pada terapi tunggal yaitu Antibiotik yang efektif terhadap Gram-positif
sefalosporin dengan masing-masing dan memiliki aktivitas sedang terhadap Gram-
persentase sebesar 34%. Sefalosporin yang negatif.(4)
digunakan di penelitian ini yaitu seftriakson
dan sefotaksim dengan persentase sebesar Golongan antibiotik tunggal kedua yang
34%, sefoporazon 2%, sefiksim 1% dan terbanyak yaitu penisilin sebesar 22%.
sefadroksil 1%. Mekanisme obat sefalosporin Mekanisme kerja ampisillin adalah dengan
adalah menghambat sintesis dinding sel mengikat secara spesifik penicillin binding
bakteri dengan mekanisme serupa dengan protein (PBPs) pada sel bakteri. Ampisillin
penisilin.(4) Seftriakson bersifat bakterisida menginhibisi sintesis dinding sel bakteri.
terhadap bakteri yang rentan. Aktivitas Sehingga sel menjadi lisis oleh ensim
terhadap stafilokokus lebih sedikit autolisis seperti autolisin, selain itu ampisillin
dibandingkan sefalosporin generasi kedua, juga menghambat autolisin inhibitor.(20)
sedangkan efeknya terhadap patogen gram Penisilin yang digunakan yaitu ampisilin
negatif meningkat, sekalipun untuk organisme sulbaktam. Ampisilin merupakan agen
yang resisten terhadap agen generasi pertama antibakterial dengan spektrum luas aktivitas
dan kedua.(6) Seftriakson dan sefotaksim bakterisida pada gram positif organisme yang
merupakan antibiotik sefalosporin golongan sensitif penicillin dan banyak gram negatif.
III berspektrum luas yang mampu melawan Ampisilin tersebar pada setiap jaringan dan
bakteri gram positif maupun bakteri gram cairan tubuh dan dieksresikan melalui urin.
negatif dan bakteri anaerob lainnya, namun Penggunaan ampisillin pada kehamilan
sefotaksim dan seftriakson memiliki aktivitas termasuk kategori B.(20)
yang lebih poten terhadap bakteri gram
Golongan antibiotik tunggal
negatif daripada bakteri gram positif.(9) selanjutnya yaitu golongan aminoglikosida
Mekanisme kerja cefixime sama dengan
sebesar 1%. Obat yang digunakan yaitu
golongan sefalosporin lainnya, hanya saja gentamisin. Mekanisme obat ini yaitu Obat
pada antibiotika tersebut terdapat gugus vinil
golongan ini menghambat bakteri aerob
posisi 3 yang bertanggung jawab pada proses Gram-negatif. Obat ini mempunyai indeks
absrobsi. Cefixime dipilih sebagai lini terapi
terapi sempit, dengan toksisitas serius pada
pertama dalam penggunaan per oral antibiotik ginjal dan pendengaran, khususnya pada
sefalosporin generasi ketiga karena cefixime
pasien anak dan usia lanjut.(4)
merupakan beta-laktamase stabil yang
merupakan antibiotik aktif dan efektif dengan Golongan antibiotik tunggal terakhir
waktu paruh terpanjang.(19) Sefoporazon yaitu golongan nitroimidazoles sebesar 1%.
Obat yang digunakan yaitu metronidazol. aktivitas yang terbatas meliputi berbagai
Metronidazole merupakan antibiotik golongan protozoa, bakteri Gram positif dan bakteri
nitroimidazole yang memiliki spektrum Gram negative anaerob.(21)

Tabel 2. Antibiotik Profilaksis dan Antibiotik Terapi Secara Injeksi

Kelas Jenis Persentase


Golongan Obat Nama Obat Jumlah
Terapi Terapi (%)
Sefalosporin Seftriakson 54 34
Penisilin Ampisilin Sulbaktam 35 22
Sefalosporin Sefotaksim 54 34
Sefalosporin Sefiksim 1 1
Tunggal
Aminoglikosida Gentamisin 1 1
Sefalosporin Sefadroksil 1 1
Sefalosporin Sefoporazon 4 2
Antibiotik
Nitroimidazol Metronidazol 500mg 1 1
Injeksi
Total 151 94
Nitroimidazol+Sefalosporin Metronidazol+Seftriakson 6 41
Nitroimidazol+Sefalosporin Metronidazol+Sefotaksim 1 1
Sefalosporin+Aminoglikosida Seftriakson+gentamisin 1 1
Kombinasi
Sefiksim+Ampisilin
Sefalosporin+Penisilin 1 1
Sulbaktam
Sefalosporin+Aminoglikosida Sefotaksim+Gentamisin 1 1
10 6
Total

Tabel 3. Antibiotik Profilaksis dan Antibiotik Terapi Secara Oral

Kelas Jenis Persentase


Golongan Obat Nama Obat Jumlah
Terapi Terapi (%)
Sefalosporin Sefadroksil 70 49
Sefalosporin Sefiksim 54 38
Penisilin Amoksisilin 2 1
Tunggal Sefalosporin Seftriakson 2 1
Antibiotik
Makrolida Klindamisin 8 6
Oral
Sefalosporin Sefotaksim 1 1
Makrolida Eritromisin 1 1
Total 138 96
Kombinasi Nitroimidazol+Sefalosporin Metronidazol+Sefiksim 6 4
Total 6 4
Pengobatan Antibiotik Profilaksis dan Eritromisin bekerja bakteriostatis terhadap
Terapi Oral terutama bakteri gram-positif, dan spektrum
kerjanya mirip penisilin G. Mekanisme
Golongan antibiotik tunggal secara kerjanya melalui pengikatan reversibel pada
oral yang paling banyak digunakan yaitu ribosom kuman, sehingga sintesis proteinnya
sefalosporin. Obat yang digunakan yaitu dirintangi. Eritromisin dapat diberikan dengan
Sefadroksil sebesar 49%, sefiksim sebesar aman saat laktasi.(4)
38%, seftriakson 1% dan sefotaksim 1%.
Golongan sefalosporin pada umumnya tidak Golongan antibiotik tunggal oral
digunakan secara oral karena memiliki terakhir yaitu penisilin, obat yang digunakan
absorbsi yang buruk, oleh karena itu diberikan yaitu amoksisilin sebesar 1%. Penisilin
secara intramuscular atau intravena. Salah mempunyai mekanisme kerja dengan cara
satu obat golongan sefalosporin yang dapat mempengaruhi langkah akhir sintesis dinding
diberikan secara oral adalah sefadroksil. bakteri (transpeptidase atau ikatan silang),
Sefadroksil dapat diabsorbsi baik pada saluran sehingga membran kurang stabil secara
cerna.(22) Sefadroksil bersifat bakterisida osmotik. Lisis sel dapat terjadi sehingga
spektrum luas sehingga aktif melawan penisilin disebut bakterisida. Keberhasilan
organisme gram positif dan organisme gram penisilin menyebabkan kematian sel berkaitan
negatif. Meskipun dianggap aman namun dengan ukurannya, hanya efektif terhadap
dianjurkan pemberian secara hati-hati.(23) organisme yang tumbuh secara cepat dan
Cefixime dipilih sebagai lini terapi pertama mensintesis peptidogligan dinding sel.(24)
dalam penggunaan per oral antibiotik Terapi dengan antibiotika golongan penisilin
sefalosporin generasi ketiga karena cefixime sering mengalai kegagalan karena adanya
merupakan beta-laktamase stabil yang resistensi.
merupakan antibiotik aktif dan efektif dengan
waktu paruh terpanjang.(19) Seftriakson dan Golongan antibiotik oral kombinasi
sefotaksim merupakan antibiotik sefalosporin yaitu golongan nitroimidazoles dengan
golongan III berspektrum luas yang mampu sefalosporin, obat yang digunakan yaitu
melawan bakteri gram positif pada multipara kombinasi metronidazol dengan sefiksim
kurang dari 5 cm. Sefotaksim dan seftriakson sebesar 4%. Sefiksim merupakan substitusi
memiliki aktivitas yang lebih poten terhadap antibiotik intravena ke oral saat keluar rumah
bakteri gram negatif daripada bakteri gram sakit. Pasien yang menggunakan antibiotik
positif. Sefotaksim dan seftriakson merupakan seftriakson intravena biasanya menggunakan
antibiotik yang bekerja dengan menghambat antibiotik dengan golongan yang sama yaitu
sintesis mukopeptida pada dinding sel cefixime untuk penggunaan per oral.(22)
bakteri.(9) Penggunaan metronidazole karena antibiotika
tersebut peka terhadap bakteri anaerob yang
Golongan antibiotik tunggal oral merupakan flora normal usus dan bagian
terbanyak selanjutnya yaitu makrolida. Obat tubuh lainnya.(25) Penggunaan antibiotika
yang digunakan yaitu klindamisin sebesar 6% secara kombinasi mempunyai beberapa
dan eritromisin sebesar 1%. Klindamisin keuntungan seperti mengurangi resistensi
merupakan pilihan terapi antibiotik profilaksis terhadap antibiotika karena penggunaan
pada bedah sesar apabila pasien terindikasi kombinasi antibiotika yang sinergis dapat
alergi terhadap penisilin. Klindamisin meningkatkan kemampuan antibiotika
merupakan antibiotik yang menghambat membunuh kuman, selain itu penggunaan
sebagian besar bakteri gram positif dan antibiotika secara kombinasi dapat
sebagian bakteri anaerob, namun tidak bisa mengurangi efek toksik obat dikarenakan
menghambat bakteri gram negatif. semakin rendah dosis tiap jenis antibiotika
Klindamisin bekerja dengan cara yang diberikan maka semakin rendah pula
menghambat sintesis protein bakteri. (9) toksisitasnya.(26
Tabel 4. Pengobatan Non-Antibiotik

Persentase
No. Kelas Terapi Golongan Obat Nama Obat Jumlah
(%)
1 Channa 32
2 Promavit 34
Mineral
3 Vitamin Vip Albumin 64 56
4 Ferrous Sulfat 11
5 Preparat Besi Sulfat Ferro 67
Asam
6
Mefenamat 106
Analgetik Natrium
7 Antipiretik
Nyeri Diklofenak 21 39
8 Antiinflamasi Dexketoprofen 5
9 Profenal 11
10 Paracetamol 1
11 Amlodipin 6
CCB
12 Nifedipin 2
5
Hipertensi Agonis Alfa-2
13 Dopamet 8
Adrenergik
14 ARB Valsartan 3
Total 371 100

Obat yang digunakan pada pasien yang berfungsi untuk meringankan nyeri
bedah sesar tidak hanya pengobatan antibiotik ringan dan sakit akibat flu, ibuprofen juga
saja, tetapi juga digunakan pengobatan non- berfungsi sebagai menurunkan panas demam.
antibiotik. Obat non-antibiotik digunakan Ibuprofen diresepkan oleh dokter apabila
untuk mengobat gejala-gejala yang dialami pasien pasca bedah tersebut mengalami gejala
oleh pasien. Tujuannya agar dapat demam yang ringan dan disertai sakit kepala
mengurangi rasa sakit yang dialami oleh yang tidak begitu berat.(28) .
pasien dan pasien akan merasa lebih baik
Obat non-antibiotik terakhir yang digunakan Obat yang sering digunakan pada
yaitu obat dengan terapi nyeri, yang pengobatan pasien bedah sesar ini adalah
merupakan golongan analgetik antipiretik. vitamin, antiinflamasi, antihipertensi dan
Obat yang digunakan yaitu profenal, profenal analgetik. Vitamin merupakan obat yang
merupakan campuran dari paracetamol dan paling banyak digunakan sebesar 56%,
ibuprofen. Parasetamol merupakan golongan dengan obat yang digunakan terdiri dari
sintetik non-opioid yang bekerja sebagai golongan mineral dan preparat besi. Salah
analgetik dan antipiretik sentral yang satu penyebab anemia pada kehamilan yaitu
merupakan turunan dari paminofenol. karena kekurangan zat gizi mikro seperti zat
Parasetamol bekerja secara sentral dengan besi, asam folat, mineral, atau vitamin
cara menghambat sintesis prostaglandin dan lainnya. Tablet Tambah Darah (TTD) yang
juga enzin siklooksigenase, serta diminum secara rutin dan sesuai aturan dapat
penghambatan transmisi sinyal melalui sistem mencegah dan menanggulangi anemia gizi
serotogenik desenden pada sumsum tulang karena tablet ini dapat meningkatkan kadar
belakang.(27) Ibuprofen tablet merupakan obat hemoglobin sebanyak 1%g per bulan. Asupan
zat besi yang tidak memenuhi kebutuhan akan berupa metildopa merupakan lini pertama
menyebabkan ketidakseimbangan sehingga yang digunakan pada hipertensi selama
mengganggu pertumbuhan janin dan kehamilan, metildopa juga menjadi lini
(29)
pembentukan sel darah merah ibu. pertama saat hipertensi kronik dan untuk
mild-moderate hipertensi. Obat lain yang
Obat non-antibiotik selanjutnya yang memiliki keamanan dan efikasi, untuk lini
digunakan yaitu golongan antiinflamasi pertama adalah metildopa, untuk lini kedua
sebesar 36%. Obat yang digunakan yaitu adalah nifedipin. Nifedipin lebih efektif
asam mefenamat, natrium diklofenak, digunakan sebagai agen anti hipertensi
dexketoprofen. Asam mefenamat termasuk dengan preeklamsia emergensi. Penggunaan
kedalam golongan obat antiinflamasi NSAID, antihipertensi nifedipin paling banyak
penggunaan asam mefenamat paling banyak digunakan dibanding metildopa, hal ini
digunakan dengan tujuan mengurangi rasa dikarenakan penggunaan metildopa dapat
nyeri setelah proses sesar dilakukan. Asam menyebabkan hipotensi pada bayi baru lahir
mefenamat yang diberikan umumnya selama dan penggunaan nifedipin oral memiliki efek
2-4 hari setelah operasi, tergantung pada yang lebih rendah dibanding antihipertensi
lama timbulnya gejala nyeri. Asam lain. Metildopa efektif untuk pengobatan mild
mefenamat tidak boleh diberikan lebih dari hipertensi, tetapi kombinasi metildopa dan
7 hari karena dapat menyebabkan nifedipin sangat efektif untuk mengontrol
kerusakan hati. Asam mefenamat sebaiknya hipertensi moderate hingga severe pada
diberikan setelah makan, karena dapat preeklamsia. Pustaka lain menyatakan
menimbulkan perangsangan lambung yang kombinasi metildopa dan nifedipin terbukti
berakibat timbulnya nyeri pada lambung.(28) dapat mengatasi hipertensi kehamilan stage
Natrium diklofenak telah memberi peran sedang hingga parah serta efektif mencegah
sebagai analgesi pasca operasi yang efektif eklamsia. Kombinasi antara beta bloker dan
bahkan untuk operasi besar. Natrium CCB dapat mengurangi risiko proteinuria dan
diklofenak menjadi analgesik yang efektif preeklamsia.(31) Valsartan termasuk ke dalam
dinilai oleh pengurangan skor nyeri atau efek golongan ARB. Kombinasi dengan diuretik
nya dalam pengurangan kebutuhan opioid jika terapi dengan ACEI atau ARB tidak
pada 40-70%. Tujuan pengobatan nyeri pasca efektif, penambahan β bloker atau CCB
operasi adalah untuk memberikan diperlukan jika terapi dengan ACEI atau ARB
kenyamanan subyektif, menghambat impuls bersama dengan diuretik tidak efektif. pasien
nosiseptif dan menumpulkan respon dengan diabetik nefropati (ACE-inhibitor,
neuroendokrin oleh karena nyeri, sehingga ARB). Sebagai terapi pertama biasanya
meningkatkan pemulihan fungsi.(30) digunakan sebagai tambahan. Jika dibutuhkan
Deksketoprofen yang merupakan golongan kombinasi 3 macam obat maka dapat
obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS) diberikan diuretik.(7) ARB sebagai terapi
memiliki Kemampuan OAINS untuk pertama biasanya digunakan sebagai
mengatasi nyeri dapat digunakan untuk tambahan, jika dibutuhkan kombinasi 3
pengelolaan nyeri pascabedah. Secara umum macam obat maka dapat diberikan diuretik,
OAINS menghambat aktivitas enzim ACE-inhibitor atau ARB dan CCB.(32)
siklooksigenase (COX) sehingga sintesis
prostaglandin terhambat. Hambatan pada Obat non-antibiotik terakhir yang
enzim COX-1 akan menghambat sintesis digunakan yaitu obat dengan terapi nyeri,
tromboksan A2 sehingga akan mempengaruhi yang merupakan golongan analgetik
waktu perdarahan.() antipiretik. Obat yang digunakan yaitu
profenal, profenal merupakan campuran dari
Golongan obat penunjang selanjutnya paracetamol dan ibuprofen. Parasetamol
yang paling banyak digunakan yaitu golongan merupakan golongan sintetik non-opioid yang
antihipertensi. Obat yang digunakan yaitu bekerja sebagai analgetik dan antipiretik
amlodipin, dopamet, nifedipin dan valsartan. sentral yang merupakan turunan dari
Dopamet atau yang memiliki kandungan paminofenol. Parasetamol bekerja secara
sentral dengan cara menghambat sintesis berfungsi sebagai menurunkan panas demam.
prostaglandin dan juga enzin siklooksigenase, Ibuprofen diresepkan oleh dokter apabila
serta penghambatan transmisi sinyal melalui pasien pasca bedah tersebut mengalami gejala
sistem serotogenik desenden pada sumsum demam yang ringan dan disertai sakit kepala
tulang belakang.() Ibuprofen tablet merupakan yang tidak begitu berat.(28)
obat yang berfungsi untuk meringankan nyeri
ringan dan sakit akibat flu, ibuprofen juga

Tabel 5. Efektivitas Antibotik Profilaksis pada Pasien Bedah Sesar

Sebelum Sesudah Persentase


No. Antibiotik
Suhu (◦) Leukosit Suhu(◦) Leukosit (%)

1 Seftriakson 36,4 12.100 36 9.800 32

2 Sefadroksil 36 17.400 36,5 7.000 13

3 Sefotaksim 36,6 12.300 36,6 9.400 26

4 Sefiksim 36 11.200 36 10.500 29

Total 100

Suhu Jumlah Persentase(%)


Suhu Normal (36-38◦C) 142 99
Suhu Tidak Normal 2 1
Total 144 100%

Leukosit Jumlah Persentase (%)


Leukosit Normal (≤11.000/µL) 56 39
Leukosit tidak normal 88 61
Total 144 100

Suhu Jumlah Persentase (%) Keterangan


Leukosit Normal/Turun, Suhu Normal 57 40 Efektif
Leukositosis, Suhu Normal 87 60 Efektif
Demam & Leukositosis 0 0 Tidak Efektif
Total 144 100%

Efektivitas Antibiotik Profilaksis pada tanda infeksi berupa nanah, peningkatan


Pasien Bedah Sesar drainase (adanya cairan luka), kemerahan dan
bengkak di sekeliling luka, nyeri tekan,
Efektivitas penggunaan antibiotik dilihat peningkatan suhu, dan peningkatan
dari kejadian infeksi pasca bedah sesar, tanda- leukosit.(10) Kejadian infeksi pada bedah sesar
di RSUD dr. Rubini Mempawah sebesar untuk melawan mikroorganisme penyebab
100% efektif dengan penggunaan antibiotik infeksi, sel tumor, dan zat-zat asing yang
profilaksis tersebut. Hasil dari penelitian ini berbahaya.(35) Nilai normal leukosit di RSUD
terdapat hubungan antara efektivitas dr Rubini Mempawah adalah 4.500-
antibiotik profilaksis dengan lama rawat inap, 11.000/µL. Nilai leukosit yang mengalami
status paritas dan usia. Tidak terdapat infeksi peningkatan lebih dari normal disebut sebagai
pada pasien bedah sesar di RSUD dr Rubini leukositosis.(6) Hasil penelitian menunjukkan
Mempawah. Kejadian tanda infeksi yang bahwa 61% pasien mengalami peningkatan
dialami pasien di RSUD dr Rubini lebih dari nilai normal yang disebut sebagai
Mempawah tahun 2019, dilihat dari leukositosis. Serta 39% pasien dinyatakan
pemeriksaan fisik (peningkatan suhu), normal karna memiliki memiliki nilai leukosit
pemeriksaan laboratorium (peningkatan ≤11.000/µL. Penyebab dari leukositosis
leukosit). Hasil pada penggunaan antibiotik antara lain karena adanya infeksi bakteri
tidak menunjukkan terjadinya peningkatan (khususnya bakteri piogenik, lokal atau
suhu atau peningkatan leukosit. Hal ini, generalisata), inflamasi dan nekrosis jaringan,
menunjukkan penggunaan antibiotik pada kelainan metabolik, pendarahan akut atau
pasien bedah sesar di RSUD dr. Rubini hemolisis, terapi kortikosteroid (menghambat
Mempawah efektif tidak menyebabkan marginasi).(36)
infeksi.
c. Infeksi Luka Operasi
a. Peningkatan Suhu
Infeksi luka operasi disebabkan oleh
Demam merupakan gejala klinik beberapa hal antara lain kondisi daya tahan
terpenting untuk mendiagnosa terjadinya tubuh pasien yang menurun, seperti terjadinya
infeksi. Suhu tubuh pasien yang terkena malnutrisi, pendarahan, kelelahan, dan pre-
infeksi umumnya mengalami kenaikan suhu eklamsia serta juga dapat terjadi karena alat-
tubuh ≥ 38◦C selama 2 hari pasca operasi.(33) alat persalinan yang digunakan yang telah
Dalam hal ini, demam menjadi penanda terkontaminasi. Pemilihan antibiotik
bahwa tubuh sedang melakukan perlawanan profilaksis yang kurang tepat juga
terhadap agen-agen mikroorganisme.(34) memungkinkan terjadinya infeksi yang cukup
Secara umum hasil dari penelitian di RSUD tinggi, hal ini dapat terjadi karena antibiotik
dr Rubini Mempawah pada tahun 2019 yang dipakai tidak sesuai dengan jenis kuman
mengalami peningkatan suhu yang tidak sehingga dapat menimbulkan terjadinya
signifikan. Sebanyak 99% pasien dengan suhu infeksi pasca bedah sesar. Penggunaan
36-38◦C yang masih dapat dikatakan normal antibiotik yang tidak tepat dapat
dan 1% pasien dengan suhu ≤36◦C. Suhu 36- menimbulkan masalah resistensi terhadap
38◦C masih dapat dikatakan normal meskipun antibiotik, infeksi serius dan ketoksikan.
telah mengalami peningkatan. Peningkatan Dokter perlu melakukan evaluasi dalam
suhu tubuh tersebut dapat diatasi dengan meresepkan antibiotik, terutama dalam jenis
pemberian antibiotik terapi dengan spektrum antibiotik yang digunakan dan waktu
luas secara intravena, dan pasien membaik pemberiannya.(25)
dalam waktu 48-72 jam, sedangkan untuk
pasien yang demam dengan suhu tubuh ≥38◦C Kelemahan dari penelitian ini yaitu peneliti
diberikan parasetamol dan antibiotik terapi hanya dapat melihat data dari rekam medik
untuk menurunkan suhu tubuh.(6) saja. Data rekam medik tidak sepenuhnya
lengkap karena tidak memuat kondisi pasien
b. Peningkatan Leukosit secara detail. Peneliti juga tidak dapat
mengetahui kondisi pasien secara langsung
Leukosit merupakan bagian penting dikarenakan kondisi yang juga tidak
dari sistem pertahanan tubuh yang fungsinya memungkinkan.
KESIMPULAN 2018;3(2):108–13.
Jenis antibiotik yang paling banyak 9. Yulidarwanti D. Pola Penggunaan dan
digunakan yaitu sefalosporin injeksi terapi Evaluasi Antibiotik Profilaksis Pasien
tunggal (34%), kombinasi nitroimidazoles Bedah Sesar (Sectio Caesarea) di
dan sefalosporin (4%), sefalosporin oral terapi Rumah Sakit PKU Muhammadiyah
tunggal (49%) dan kombinasi nitroimidazoles Gamping Yogyakarta. Yogyakarta;
dengan sefalosporin oral (4%). Efektivitas 2018.
pasien berdasarkan suhu normal (99%) dan 10. Sudra RI. Statistik Rumah Sakit.
leukosit normal (39%). Yogyakarta: Graha Ilmu; 2010.
11. Silva TPR da, Carmo AS do, Novaes
TG, Mendes LL, Moreira AD, Pessoa
DAFTAR PUSTAKA MC, et al. Hospital-acquired conditions
1. Prasetya D. Efektifitas Penggunaan and length of stay in the pregnancy and
Antibiotik Pada Pasien Seksio Sesarea puerperal cycle. Rev Saude Publica.
Elektif Di Rumah Sakit X Sidoarjo. J 2019;53:64.
Ilm Mhs Univ Surabaya. 2013;2(2). 12. SIGN. Antibiotic Prophylaxis in
2. Gibbons L. The Global Numbers and Surgery : A National Clinical
Costs of Additionally Needed and Guideline. Edinburgh: Scottish
Unnecessary Caesarean Sections Intercollegiate Guideline Network;
Performed per Year : Overuse as a 2008. 6–17 p.
Barrier to Universal Coverage Mario 13. Saryono. Metodologi Penelitian
Merialdi and Fernando Althabe World Kesehatan. Jogjakarta: Mitra Cendikia
Health Report ( 2010 ) The path to Press; 2008.
universal coverage. 2010;(December 14. Ismawati Rias. Hubungan Kadar
2014). Hemoglobin Dengan Kejadian Infeksi
3. Badan Penelitian Dan Pengembangan, Luka Post Sectio Caesarea Di Rumah
RI KK. Riset Kesehatan Dasar 2013. Sakit PKU Muhammadiyah Bantul
2013th ed. Kementrian Kesehatan [Naskah Publikasi]. Fak Ilmu Kesehat
Republik Indonesia, editor. Jakarta: Univ Aisyiyah Yogyakarta. 2019;
Kementerian Kesehatan Republik 15. Emma N, Emilia O, Prawitasari S.
Indonesia; 2013. 206 p. Hubungan Pemakaian Antibiotik
4. Kemenkes RI. Pedoman Umum dengan Kejadian Infeksi Sectio
Penggunaan Antibiotik. Pedoman Caesarea pada Pasien di RSUD
Umum Pengguna Antibiot. Abepura Jayapura Papua. J Kesehat
2011;(874):8–22. Reproduksi. 2014;1(1):14–26.
5. Hidajat N. Pencegahan infeksi luka 16. Wahdaniah W, Tumpuk S. Hubungan
operasi. Pustaka Unpad. 2009. Jumlah Trombosit dengan Nilai
6. Purnamaningrum F. Efektivitas Prothrombin Time dan Activated
penggunaan antibiotik profilaksis pada Partial Thromboplastin Time pada
pasien bedah sesar (SECTIO Pasien Persiapan Tindakan Operasi
CAESAREA) DI RUMAH SAKIT Caesar. J Lab Khatulistiwa.
“X” TAHUN 2013. 2014;13. 2017;1(1):8.
7. Mutmainah APA dan N. Evaluasi 17. Ratih RH. Pengaruh Pemberian Zat
Penggunaan Obat Antihipertensi Pada Besi (Fe) Terhadap Peningkatan Kadar
Pasien Dengan Hipertensi Komplikasi Hematokrit Pada Ibu Hamil Yang
Di Rumah Sakit X Surakarta Tahun Mengalami Anemia Di RSIA X
2014. 2016;640–54. Pekanbaru Tahun 2015. J Ners dan
8. Amini A, Pamungkas CE, Harahap AP. Kebidanan (Journal Ners Midwifery).
Umur Ibu Dan Paritas Sebagai Faktor 2018;5(1):034–8.
Risiko Yang Mempengaruhi Kejadian 18. Giyanto C, Pramono B. Perbandingan
Anemia Pada Ibu Hamil Di Wilayah Profil Hematologi Pada Preeklampsia/
Kerja Puskesma Ampenan. Eklampsia Dengan Kehamilan
Normotensi Di Rsup Dr. Kariadi dengan Komplikasi Kehamilan. Media
Semarang. J Kedokt Diponegoro. Gizi Indones [Internet]. 2015;10(1):7–
2015;4(4):1726–35. 12. Available from: https://e-
19. Arshad HM, Mohiuddin OA AM. journal.unair.ac.id/MGI/article/view/31
Comparative in vitro antibacterial 16
analysis of different brands of cefixime 30. Santoso AH, Uyun Y, Rahardjo S,
against clinical isolates of Gadjah U, Rsup M, Yogyakarta S.
Staphylococcus aureus and Escherichia Perbandingan antara Tramadol 100 mg
coli. J Appl Pharm Sci. 2012;2(1):109– dan Natrium Diklofenak 100 mg
13. Suppositoria untuk Penanganan Nyeri
20. Rahmansyah A, Hakimi M, Pasca Seksio Sesarea dengan Blok
Siswishanto R. Perbandingan Antara Subarakhnoid. :9–17.
Pemberian Antibiotika Profilaksis Pada 31. Ristyaningsih A, Yasin NM,
Seksio Sesar Sesuai Alur Klinis Rsup Kurniawati F, Mada UG. Studi
Dr Sardjito Dengan Antibiotika Dosis Eksplorasi Penatalaksanaan Hipertensi
Multipel Terhadap Kejadian Infeksi pada Wanita. 2018;8(4):189–99.
Luka Operasi. J Kesehat Reproduksi. 32. Fitrianto H, Azmi S, Kadri H.
2016;3(2):75. Penggunaan Obat Antihipertensi pada
21. Semarang UM. Pola Sensitivitas Pasien Hipertensi Esensial di Poliklinik
Eschericia coli Terhadap Antibiotik. Ginjal Hipertensi RSUP DR. M.
2015;273–7. Djamil Tahun 2011. J Kesehat
22. Goodman and Gilman. Dasar Andalas. 2014;3(1):45–8.
Farmakologi Terapi Edisi 10. Jakarta: 33. Rachimadhi, T. & Wiknjosastro GH.
Buku Kedokteran EGC; 2012. Ilmu Kebidanan Edisi IV. Jakarta: PT.
23. Banister C. Pedoman Obat. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo;
EGC; 2006. 2010. 414–695 p.
24. Katzung B. Farmakologi dasar dan 34. Djunarko I& H. Swamedikasi yang
klinik. Edisi 10. Jakarta: Buku Baik dan Benar. Citra, Parama A,
Kedokteran EGC; 2010. editors. Yogyakarta; 2011. 24–25 p.
25. Gunawan SG, Nafrialdi, Setiabudy R 35. Bakhri S. Analisis Jumlah Leukosit
E. Pengantar Antimikroba, Dan Jenis Leukosit Pada Individu
Farmakologi dan Terapi Edisi Kelima. Yang Tidur Dengan Lampu Menyala
Jakarta: FK UI; 2007. 85–98 p. Dan Yang Dipadamkan. J Media Anal
26. Gondo HK. Penggunaan Antibitika Kesehat. 2018;1(1):83–91.
pada Kehamilan. Wijaya Kusuma. 36. Hoffbrand, A. V, Pettit, J. E.&Moss
2007;1(1):57–62. PAH. Kapita Selekta Hematologi,
27. Hidayat AP, Harahap MS, Villyastuti diterjemahkan oleh Setiawan, L. &
YW. Perbedaan Antara Parasetamol Mahanani, D. A. Jakarta: EGC; 2002.
dan Ketolorak Terhadap Kadar 110–111 p.
Substansi Serum Tikus Wistar Sebagai
Analgesik. JAI (Jurnal Anestesiol
Indones. 2017;9(1):38.
28. Harnis ZE, Murdiani. Frekuensi
Penggunaan Obat Analgesik Pada
Pasien Pasca Bedah Caesar di Rumah
Sakit Umum Tanjung Pura Kabupaten
Langkat Periode Januari Sampai Juni
2018. J Ilm Farm Imelda.
2018;2(2):72–81.
29. Tandiono IT, Nindya TS, Sumarmi S.
Hubungan Konsumsi Suplemen dan
Frekuensi Pemeriksaan Kehamilan

Anda mungkin juga menyukai