Anda di halaman 1dari 31

GAMBARAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.

J DAN
Ny.R TERHADAP EFEKTIFITAS OBSERVASI TANDA DAN
GEJALA INFEKSI DENGAN RESIKO INFEKSI POST
SECTIO CAESAREA ATAS INDIKASI KETUBAN PECAH
DINI DI RSUD PASAR REBO

KARYA TULIS ILMIAH

DISUSUN OLEH :
ANZELA YULIANTIN PUTRI
18.004

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


AKADEMI KEPERAWATAN BERKALA WIDYA HUSADA
JAKARTA
2022

i
GAMBARAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.J DAN
Ny.R TERHADAP EFEKTIFITAS OBSERVASI TANDA DAN
GEJALA INFEKSI DENGAN RESIKO INFEKSI POST
SECTIO CAESAREA ATAS INDIKASI KETUBAN PECAH
DINI DI RSUD PASAR REBO
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Persalinan merupakan proses pengeluaran janin yang terjadi pada


kehamilan cukup bulan (37-42 minggu) dengan adanya kontraksi rahim
pada ibu. Prosedur secara ilmiah lahirnya bayi dan plasenta dari rahim
melalui proses yang dimulai dengan terdapat kontraksi uterus yang
menimbulkan terjadinya pelebaran mulut rahim (Irawati, Muliani &
Arsyad, 2019).

Salah satu persalinan dengan cara sectio caesarea yaitu proses


persalinan dengan melalui pembedahan dengan melakukan irisan diperut
ibu (laparatomi) dan rahim (histekrotomi) untuk mengeluarkan bayi. Bedah
sectio caesarea umumnya dilakukan ketika proses persalinan normal
melalui vagina tidak memungkinkan karena berisiko komplikasi medis
lainnya (Hartati,2015; Amalia & Mafticha,2015). Namun, jenis persalinan
ini memiliki beberapa efek samping yang dapat berbahaya bagi nyawa ibu
maupun janin dibanding dengan persalinan normal biasa. Resiko ini tak
hanya dapat mengancam pada saat procedure SC berlangsung, namun pada
masa setelah dilakukan SC atau pada masa nifas juga para ibu masih tetap
dihantui oleh resiko tersebut. salah satu penyebab kematian ibu yaitu infeksi
pada luka pasca partum (Walyani&Elisabeth Siwi, 2015).

Sectio caesarea (SC) pada masa sekarang ini telah menjadi salah satu
jenis persalinan yang peminatnya meningkat di kalangan masyarakat luas
karena berbagai alasan, baik itu dari anjuran medis maupun keinginan

1
2

pribadi pasien. Persalinan dengan section caesarea kerap menjadi alternatif


pilihan persalinan (Sihombing dkk, 2017). Di era 70-an tingkat peminat
section caesarea hanya mencapai angka 5%, namun kini >50% Wanita
hamil menginginkan untuk dilakukan procedure section caesarea
(Ayuningtyas dkk, 2018).

Berdasarkan kondisi pasien, tindakan Sectio Caesarea (SC) dibedakan


menjadi dua yaitu, sectio caesarea terencana (elektif) dan sectio caesarea
darurat (emergensi). Sectio caesarea terencana (elektif) merupakan
tindakan operasi yang sudah direncanakan jauh-jauh hari sebelumnya,
sedangkan sectio caesarea darurat (emergensi) adalah tindakan operasi yang
didasarkan pada kondisi ibu saat tersebut (Basmanell. Sally & Malini,
2017).

Prevalensi sectio caesarea meningkat 46% di cina dan 25% di asia,


eropa, dan amerika latin. Penelitian yang dilakukan oleh Suryati (2012)
bahwa angka persalinan sectio caesarea di Indonesia sudah melewati batas
maksimal standar WHO sebesar 5-15%. Standar sectio caesarea di rumah
sakit pemerintah kira-kira 11% sementara rumah sakit swasta bisa lebih dari
30% (WHO, 2015). Data dan informasi dari kemenkes RI, (2017) estimasi
jumlah ibu bersalin menurut provinsi tahun 2017 sebanyak 5.082.537 ibu.

Hasil riset kesehatan riskesdas 2018 menyatakan terdapat 15,3%


persalinan dilakukan melalui operasi. Angka persalinan ibu di indonesia
tahun 2018 mencapai 79,3% (RISKESDAS, 2018). Provonsi tertingi
dengan persalinan melalui sectio caesarea dirumah sakit pemerintah adalah
20-25% dari total persalinan, sedangkan dirumah sakit swasta jumlahnya
sangat tinggi, yaitu sekitar 30-80% dari total persalinan (sucuati, 2015).

Masalah yang muncul pada tindakan SC akibat insisi oleh robekan


jaringan dinding perut dan dinding uterus dapat menyebabkan terjadinya
perubahan kontinuitas sehingga ibu merasa nyeri karena adanya
3

pembedahan. Pasien SC akan mengeluh nyeri pada daerah insisi yang


disebabkan oleh robeknya jaringan pada dinding perut dan dinding uterus.
Nyeri punggung atau nyeri pada bagian tengkuk juga merupakan keluhan
yang biasa dirasakan oleh ibu SC, hal itu dikarenakan efek dari penggunaan
anastesi epidural saat operasi (Pransisca, 2015). Terdapat beberapa tindakan
keperawatan untuk resiko infeksi pada ibu SC, diantaranya yaitu dengan
cara mengobservasi tanda dan gejala luka dengan mengidentifikasi dan
meningkatkan penyembuhan luka serta mencegah terjadinya komplikasi
luka.

Resiko infeksi ialah rentang mengalami invalasi dan multiplikasi


organisme patogenik yang dapat mengganggu kesehatan seseorang
(Herdman, 2018). Asuhan keperawatan maternitas pada pasien post section
caesarea yaitu salah satu bentuk pelayanan perawatan untuk mencegah
terjadinya infeksi post pembedahan di dinding abdomen (Wardhani, 2016).

Upaya promotif yaitu suatu kegiatan pelayanan kesehatan atau


penyakit. Promotif merupakan cakupan dalam kesehatan bersifat
peningkatan kesehatan bersifat peningkatan kesehatan (Tiraihati, 2017).
Penulis melaksanakan peran perawat dalam upaya 3nalgetic pada kasus ini
dengan memberikan penyuluhan tentang mobilisasi dini pasca operasi.
Kegiatan yang dilakukan dengan cara menyebarkan pesan, menanamkan
keyakinan, sehingga masyarakat tidak hanya sadar, tahu dan mengerti tetapi
juga mau dan bisa melakukan sesuatu yang dianjurkan yang ada hubungan
nya dengan kesehatan.Dwi Perwitasari & Sukyati, (2020).

Upaya preventif nya bagi ibu dengan memberikan pelayanan antenatal


care sehingga indikasi penyulit kehamilan dapat dikendalikan secara dini
seperti faktor bayi yaitu bayi sungsang ataupun bayi terlalu besar, serta
perlu meningkatkan dalam pelayanan perawatan pada pre-operasi, intra-
operasi dan post-operasi terkait dengan pencegahan infeksi dan komplikasi,
serta memberikan edukasi berupa perawatan luka dan perencanaan
4

kehamilan serta persalinan selanjutnya.

Upaya kuratif yaitu promosi kesehatan untuk mencegah penyakit lebih


parah melalui pengobatan. Perawatan yang dilakukan yaitu pemberian obat
antibiotic, 4nalgetic, dan cara berkaloborasi dengan tim medis lainnya yang
bertujuan untuk mengatasi tanda dan gejala dalam kehamilan.

Upaya rehabilitatif yaitu upaya yang dilakukan perawat dalam masa


pemulihan klien dalam aspek biopsikososial dengan cara memandirikan
klien sehingga klien dapat pulih, mampu dalam beraktifitas sehari-hari,
memotivasi klien untuk minum obat secara teratur dan selalu control ke
pelayanan kesehatan.

Implementasi yang menjadi perhatian khusus pada klien resiko infeksi


untuk kasus ini adalah penyembuhan luka. Menurut hasil penelitian dari
(Sumarningsih, 2020) cara yang terbaik untuk membersihkan luka adalah
dengan menggunakan cairan saline dan untuk luka yang sangat kotor
menggunakan water pressure cairan fisiologis yang efektif untuk perawatan
luka karena sesuai dengan kandungan garam tubuh.

Menurut penelitian (Puji Lestari, Siti Haniah 2021), Setelah dilakukan


perawatan selama 3 hari subjektif, pasien mengatakan nyeri pada luka sudah
berkurang, terdapat luka bekas operasi sectio caesarea, balutan terlihat
kering dan bersih, dan tidak terjadi pembengkakan maupun peningkatan
suhu pada luka.

Berdasarkan dari uraian latar belakang diatas, sehingga penulis tertarik


dan termotivasi untuk Menyusun Karya Tulis Ilmiah tentang “Gambaran
Asuhan Keperawatan Pada Ny.J dan Ny.R Yang Mengalami Resiko Infeksi
Dengan Sectio Caesarea atas indikasi Ketuban Pecah Dini di RSUD Pasar
Rebo.
5

1.2 Batasan Masalah


Masalah pada studi kasus ini dibatasi pada Gambaran Asuhan
Keperawatan Pada Ny.J dan Ny.R Yang Mengalami Resiko Infeksi Dengan
Sectio Caesarea atas indikasi Ketuban Pecah Dini Di RSUD Pasar Rebo

1.3 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas diperoleh rumusan masalah yaitu
bagaimana resiko infeksi dengan sectio caesarea di RSUD pasar rebo.

1.4 Tujuan
1.4.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dari karya tulis ilmiah ini adalah untuk
memberikan gambaran asuhan keperawatan pada Ny.J dan Ny.R
terhadap efektifitas observasi tanda dan gejala infeksi dengan resiko
infeksi post sectio caesarea atas indikasi ketuban pecah dini di RSUD
pasar rebo

1.4.2 Tujuan Khusus


1) Untuk memperoleh gambaran pengkajian Ny.J dan Ny.R terhadap
efektifitas observasi tanda dan gejala infeksi dengan resiko infeksi
post sectio caesarea atas indikasi ketuban pecah dini di RSUD pasar
rebo
2) Untuk memperoleh gambaran diagnosa pada Ny.J dan Ny.R Ny.J
dan Ny.R terhadap efektifitas observasi tanda dan gejala infeksi
dengan resiko infeksi post sectio caesarea atas indikasi ketuban
pecah dini di RSUD pasar rebo
3) Untuk memperoleh tujuan dan kriteria hasil pada Ny.J dan Ny.R
terhadap efektifitas observasi tanda dan gejala infeksi dengan resiko
infeksi post sectio caesarea atas indikasi ketuban pecah dini di
RSUD pasar rebo
4) Untuk memperoleh gambaran tindakan pada Ny.J dan Ny.R
terhadap efektifitas observasi tanda dan gejala infeksi dengan resiko
infeksi post sectio caesarea atas indikasi ketuban pecah dini di
RSUD pasar rebo
6

5) Untuk memperoleh gambaran evaluasi pada Ny.J dan Ny.R


terhadap efektifitas observasi tanda dan gejala infeksi dengan resiko
infeksi post sectio caesarea atas indikasi ketuban pecah dini di
RSUD pasar rebo

1.5 Manfaat Penelitian


1.5.1 Manfaat Teoritis
Hasil karya tulis ilmiah ini diharapkan dapat mengembangkan
wawasan ilmu pengetahuan, khususnya asuhan keperawatan pada Ny.J
dan Ny.R terhadap efektifitas observasi tanda dan gejala infeksi dengan
resiko infeksi post sectio caesarea atas indikasi ketuban pecah dini di
RSUD pasar rebo

i. Manfaat Praktis
a) Bagi penulis
Untuk menambah informasi penulis dalam melakukan studi kasus
serta mengaplikasikan ilmu tentang keperawatan klien Ny.J dan Ny.R
terhadap efektifitas observasi tanda dan gejala infeksi dengan resiko
infeksi post sectio caesarea atas indikasi ketuban pecah dini di RSUD
pasar rebo

b) Bagi institusi dan rumah sakit


Dapat memberikan kontribusi laporan kasus bagi pengembang
praktik keperawatan maternitas dan acuan yang lebih mendalam pada
ibu section caesarea.

c) Bagi klien
Dapat menambah wawasan dalam asuhan keperawatan pada ibu
hamil dengan resiko infeksi pada section caesarea.
7
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab 2 ini akan diuraikan secara teoritis mengenai konsep penyakit
asuhan keperawatan pada Ny.J dan Ny.R yang mengalami resiko infeksi dengan
sectio caesarea atas indikasi ketuban pecah dini di RSUD pasar rebo. Konsep
penyakit akan diuraikan definisi, etiologi, dan penanganan secara medis.
Asuhan keperawatan akan diuraikan masalah-masalah yang muncul pada klien
yang mengalami resiko infeksi pada sectio caesarea di RSUD pasar rebo.
Dengan melakukan asuhan keperawatan terdiri dari pengkajian, diagnosa,
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.

2.1 Konsep Dasar Masalah Keperawatan


2.1.1 Pengertian Post Partum
Masa nifas atau post partum atau disebut juga masa peurperium
merupakan waktu yang diperlukan untuk memulihkan kembali organ
reproduksinya seperti saat sebelum hamil atau disebut involusi terhitung
dari selesai persalinan hingga dalam jangka waktu kurang lebih dari 6
minggu atau 42 hari (Maritalia, 2017).

Menurut (Aprilinti, 2019) waktu mulai tertentu setelah melahirkan


anak disebut dengan peurperium yang berasal dari kata peur yang artinya
bayi dan parous yang artinya melahirkan. Jadi, peurperium merupakan
masa setelah melahirkan bayi dan masa pulih kembali mulai kala IV
selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti saat sebelum hamil.
Masa nifas (peurperium) dimulai sejak 2 jam setelah lahirnya plasenta
hingga dengan 6 minggu atau 42 hari.

Berdasarkan definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa masa nifas


atau post partum disebut sebagai masa pemulihan kembali organ
reproduksi seperti saat sebelum hamil dari selesai persalinan hingga
jangka waktu kurang lebih dari 6 minggu atau 42 hari.

8
9

2.1.2 Adaptasi Fisiologis

1) Tanda – tanda vital


Suhu 24 jam pertama meningkat kurang lebih 38°C akibat adanya
dehidrasi dan perubahan hormonal, relaksasi otot. Dan normal kembali
dalam waktu 24 jam pertama. Bila kenaikan suhu lebih dari 2 hari maka
pasien menunjukkan adanya sepsis peurpuralis, infeksi trakis urinarius,
endometriosis, mastitas atau adanya infeksi lain. Pembengkakan
payudara pada hari kedua atau ketiga dapat meningkatkan suhu pasien.
2) Sistem kardiovaskuler
Dapat terjadi bradikardi segera persalinan, tachikardi bila terjadi
merefleksikan, infeksi traktus urinarius, endometriotis, mastitis atau
adanya infeksi lain. Pembengkakan payudara pada hari kedua atau
ketiga dapat meningkatkan suhu pasien.
3) Tekanan darah
Tekanan darah normal setelah melahirkan, penambahan sistolik 30
mmHg atau penambahan diastolik 15 mmHg khususnya bila disertai
adanya sakit kepala atau gangguan penglihatan merupakan adanya tanda
preklamsi
4) Sistem pernafasan
Paru-paru dan pernafasan, letak diafragma berubah karena
pertumbuhan janin. Efek anestesi menyebabkan penumpukan sekret
sehingga merangsang terjadinya batuk.
5) Sistem endokrin
Mengalami perubahan secara tiba-tiba dalam kala IV setelah
bersalin. Setelah plasenta lahir terjadi penurunan estogen dan
progresteron. Prolaktin menurun tonus pada wanita yang tidak menyusui
bayinya dan akan meningkat pada wanita yang menyusui. Menstruasi
biasanya terjadi setelah 12 minggu post partum pada ibu yang tidak
menyusui dan 36 hari pada ibu yang menyusui.
10

6) Laktasi
Produksi ASI mulai pada hari ke-3 post partum. Pembesaran
payudara, puting susu menonjol, kolostrum berwarna kuning keputihan
atau jernih, areola mamae berwarna gelap atau hitam
7) Sistem gastrointesinal
Pengembangan fungsi defeksi lambat dalam minggu pertama post
partum dan kembali normal setelah minggu pertama, efek enestesi pada
SC menyebabkan mortilitas usus terjadi penurunan segera setelah bayi
lahir. Terjadi gangguan pada eliminasi buang air besar (BAB).
8) Sistem muskuloskeletal
Terjadi perenggangan dan penekanan otot, oedem ekstremitas
bawah akan berkurang pada minggu pertama. Pada post SC terdapat luka
insisi dengan bentuk sesuai jenis SC sebagai efek enestesi
muskuloskeletal mengalami hilangnya rasa atau baal.
9) Sistem perkemihan
Kandung kemih oedem dan sensitivitas menurun sehingga
menimbulkan over distension. Terpasang DC untuk mengobservasi
balance cairan.
10) Sistem reproduksi
Involusio uteri terjadi segera setelah melahirkan dan prosesnya
cepat, setelah melahirkan uterus membersihkan dirinya dengan debris
yaitu pengeluaran lochea.
Macam-macam lochea berdasarkan jenis dan warnanya:
1) Lochea rubra : 1-3 hari berwarna merah.
2) Lochea sanguilenta : 3-7 hari berwarna putih campur merah.
3) Lochea serosa : 7-14 hari, berwarna kekuningan.
4) Lochea alba : setelah hari ke-14, berwarna putih.

2.1.3 Adaptasi Psikologis

1) Fase taking in / independen / tergantung


Ibu berperilaku tergantung pada orang lain, perhatian terfokus pada
dirinya sendiri, pasif, belum ingin kontak dengan bayinya, ibu masih
11

tiduran, malas menyusui, berlangsung 1-2 hari. Dengan luka SC ibu lebih
tergantung dikarenakan nyeri pada luka post operasi.
2) Fase taking hold / dependen / antara mandiri dan tergantung
Fokus perhatian lebih luas termasuk pada bayinya, mandiri dan inisiatif
dalam perawatan pada bayinya, dimulai pada hari ketiga dan berakhir pada
hari ke 4 atau ke 5. Pada saat ini adalah saat yang tepat dilakukan
penyuluhan kesehatan tentang perawatan diri dan bayi.
3) Fase letting go / independen / mandiri
Ibu memperoleh peran baru dan tanggung jawab baru, perawatan diri
dan bayinya meningkat terus, menyadari bahwa dirinya terpisah dengan
bayinya.

2.1.4 Penatalaksanaan Medis

1) Pemeriksaan penunjang menurut kumalasari I (2015), antara lain


pemeriksaan urine, Hemoglobin dan Hematokrit 12-24 jam post partum
(jika Hb <10 g% dibutuhkan suplemen Fe), Eritrosit, Leukosit, dan
Trombosit.
2) Terapi
Salah satu penanganan non farmakologis yang dapat diberikan
adalah perawatan luka. Perawatan luka merupakan proses penyembuhan
luka dan mengurangi rasa nyeri dengan cara merawat luka serta
memperbaiki asupan makanan tinggi protein dan vitamin (Riyadi &
Harmoko, 2013). Dan untuk penanganan farmakologis nya yang dapat
diberikan biasanya yaitu ketorolac, tramadol, suprafenid, ceftriaxone,
metronidazole.

2.1.5 Definisi sectio caesarea

Sectio caesarea adalah janin dilahirkan melalui insisi yang dibuat pada
dinding abdomen dan uterus (Ayuk Maryuani, 2016). Sectio caesarea
merupakan suatu persalinan buatan, yaitu janin dilahirkan melalui insisi pada
dinding perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh
serta bobot janin diatas 500 gram (Solehati, 2015).
12

Sectio caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat


sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut atau vagina
(Mochtar, 1998 dalam siki, dkk 2013).

Dari beberapa definisi sectio caesarea diatas dapat diambil kesimpulan


bahwa SC merupakan suatu tindakan pembedahan yang bertujuan untuk
mengeluarkan janin melalui sayatan pada dinding abdomen dan dinding
uterus.

2.1.6 Klasifikasi

Ada beberapa klasifikasi sectio caesarea menurut purwoastuti &


walyani, (2015) :

1) Sectio caesarea klasik yaitu dengan melakukan sayatan vertikal sehingga


memungkinkan ruangan yang lebih besar untuk jalan keluar bayi. Akan
tetapi jenis ini sudah sangat jarang dilakukan karena sangat berisiko
terhadap terjadinya komplikasi.
2) Sectio caesarea transperitonel profunda. Sayatan mendatar dibagian atas
dari kandung kemih sangat umum dilakukan pada masa sekarang ini.
Metode ini meminimalkan risiko terjadinya pendarahan dan cepat
penyembuhannya.
3) Histerektomi caesarea yaitu bedah caesarea diikuti dengan
pengangkatan rahim. Hal ini dilakukan dalam kasus-kasus dimana
pendarahan yang sulit tertangani atau ketika plasenta tidak dapat
dipisahkan dari rahim.
4) Sectio caesarea extraperitoneal yaitu sectio caesarea berulang pada
seorang pasien yang sebelumnya melakukan sectio caesarea. Biasanya
dilakukan diatas bekas sayatan yang lama. Tindakan ini dilakukan
dengan insisi dinding dan faisa abdomen sementara peritoneum dipotong
kearah kepala untuk memaparkan segmen bawah uterus sehingga uterus
dapat dibuka secara ekstraperitoneum.
13

2.1.7 Indikasi Sectio Caesarea

Menurut Amin & Hardi (2013) operasi sectio caesarea dilakukan


atas indikasi sebagai berikut :

1) Indikasi yang berasal dari ibu


Yang berasal dari ibu seperti primigravida dengan kelainan letak,
primipira tua disertai kelainan letak ada, dispoporsi sefalo pervik
(disproporsi janin/ panggul), ada sejarah kehamilan dan persalinan yang
buruk, kesempitan panggul.

2) Indikasi yang berasal dari janin


Yang berasal dari janin seperti fetal distress/gawat janin, mal
presentasi dan mal posisi kedudukan janin, prolapsus tali pusat dengan
pembukaan kecil, kegagalan persalinan vakum atau forceps ekstraksi.

2.1.8 Etiologi

Menurut Falentina (2019), penyebab sectio caesarea adalah sebagai


berikut:

1) KPD (Ketuban Pecah Dini)


Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat
tanda persalinan dan ditunggu satu jam belum terjadi inpartu. Sebagian
besar ketuban pecah dini yaitu hamil aterm diatas 37 minggu, sedangkan
dibawah 36 minggu ketuban dinyatakan pecah dini bila terjadi sebelum
proses persalinan berlangsung. Ketuban pecah dini merupakan masalah
penting dalam 13nalgetic berkaitan dengan penyulit kelahiran 13nalgetic
dan terjadinya infeksi khoriokarsinoma sampai sepsis, yang
meningkatkan morbiditas dan morbilitas perinatal dan menyebabkan
infeksi ibu. Ketuban pecah dini disebabkan oleh berkurangnya kekuatan
membrane atau meningkatnya tekanan intrauterine. Berkurangnya
kekuatan 13nalgeti disebabkan oleh adanya infeksi yang dapat berasal
dari vagina dan serviks.
14

2) PEB (Pre-Eklamsi Berat)


Pre-eklamsi dan eklamsi merupakan kesatuan penyakit yang
langsung disebabkan oleh kehamilan, sebab terjadinya masih belum jelas.
Setelah perdarahan dan infeksi, pre-eklamsi dan eklamsi merupakan
penyebab kematian maternal dan perinatal paling penting. Karena itu
diagnosa dini sangatlah penting, yaitu mampu mengenali dan mengobati
agar tidak berlanjut menjadi eklamsi.

2.1.9 Manifestasi Klinis

Menurut Amin & Hardhi (2013) tanda dan gejala nyeri adalah :

1) Klien melaporkan nyeri secara verbal atau non verbal


2) Tingkah laku ekspresif seperti gelisah, merintih, menangis, waspada, nafas
panjang, dan mengeluh
3) Menunjukan kerusakan pada bagian tubuhnya
4) Perubahan posisi untuk menghindari nyeri
5) Sikap tubuh melindungi area atau lokasi nyeri
6) Perubahan tekanan darah
7) Tingkah laku berhati-hati
8) Fokus pada diri sendiri dan penurunan interaksi dengan lingkungan
Perubahan dalam nafsu makan dan minum
9) Gangguan tidur

2.1.10 Konsep Resiko Infeksi

Resiko infeksi ialah rentang mengalami invalasi dan multiplikasi


organisme patogenik yang dapat mengganggu kesehatan seseorang
(Herdman, 2018). Asuhan keperawatan maternitas pada pasien post
section caesarea yaitu salah satu bentuk pelayanan perawatan untuk
mencegah terjadinya infeksi post pembedahan di dinding abdomen
(Wardhani, 2016).

Selain edukasi, perawat juga berperan penting dalam pengendalian


resiko infeksi yaitu perawatan luka. Prinsip yang paling utama dalam
perawatan luka yaitu pengendalian infeksi, karena infeksi dapat
15

menyebabkan proses penyembuhan luka menjadi terhambat sehingga


angka mordibitas dan mortalitas meningkat (Sumarningsih, 2022).

Banyak penyebab yang menjadi faktor dari terjadinya infeksi luka


operasi (ILO). Infeksi luka bisa terjadi karena terkontaminasi bakteri
ditempat bedah, hal ini dapat terjadi melalui : kerusakan pada dinding
viskus berongga, bakteri flora normal pada kulit, sertateknik bedah kurang
memenuhi standar sehingga bisa menyebabkan kontrak eksogen dari team
bedah, alat bedah dan lingkungan sekitar. Keparahan infeksi dapat
dipengaruhi oleh toksin yang dapat dihasilkan oleh mikroorganisme dan
kemampuan untuk menjadi kebal terhadap fagosit serta perusakan
intrasel.

2.1.11 Faktor yang Menghambat Proses Penyembuhan Luka Post Sectio

Caesarea

Menurut (Damayanti, 2015), ada beberapa faktor yang menghambat


penyembuhan luka, diantaranya adalah sebagai berikut :

1) Usia
Kecepatan perbaikan sel berlangsung sejalan dengan pertumbuhan
dan kematangan usia seseorang, proses penuaan dapat menurunkan
sistem perbaikan sel sehingga dapat memperlambat proses
penyembuhan luka sectio caesarea
2) Status gizi (nutrisi)
Nutrisi merupakan suatu unsur utama dalam membantu perbaikan
suatu sel. Terutama karena kandungan zat gizi yang terdapat
didalamnya, seperti vitamin A diperlukan untuk membantu proses
penutupan luka serta sintesis kolagen. Vitamin C dapat berfungsi untuk
mencegah suatu infeksi pada luka serta dapat membentuk kapiler-
kapiler.
16

3) Varkulasi
Varkulasi dapat mempengaruhi penyembuhan luka karena luka
membutuhkan keadaan peredaran darah yang baik untuk pertumbuhan
sel.

Menurut (Sukma Wijaya, 2018), ada beberapa faktor penghambat


penyembuhan luka, diantara nya yaitu :

a) Infeksi
Invasi bakteri dapat terjadi saat trauma saat pembedahan atau terjadi
setelah pembedahan, gejala infeksi sering muncul sekitar 2-7 hari setelah
pembedahan. Gejala dari infeksi berupa kemerahan, nyeri, bengkak
disekeliling luka, peningkatan suhu dan peningkatan sel darah putih.
Suatu cairan luka yang banyak serta berbau menandakan terjadinya
suatu infeksi, infeksi yang tidak terkontrol serta tidak segera ditangani
maka akan menyebabkan bakteremia.
b) Pendarahan (Hemoragik)
Pendarahan terjadi paling sering jika kondisi pasien lemah serta
adanya penyakit penyerta oleh pasien seperti kelainan darah atau bisa
karena malnutrisi.

2.1.12 Konsep Penyembuhan luka

Penyembuhan luka merupakan suatu proses penggantian dan


perbaikan fungsi jaringan yang rusak. Penyembuhan luka melibatkan
integrasi proses fisiologis. Insisi bedah yang bersih merupakan contoh
luka dengan sedikit jaringan yang hilang (Nurani, 2015).

Proses penyembuhan luka terdiri dari 3 fase yaitu inflamasi,


proliferasi, dan remodelling. Penyembuhan luka pada fase inflamasi
terjadi sampai hari ke-5 setelah pembedahan, lama fase ini bisa singkat
jika tidak terjadi infeksi. Berikut adalah proses penyembuhan luka yang
kemudian terjadi pada jaringan yang rusak dapat dibagi ke dalam tiga
fase, yaitu :
17

a) Fase inflamasi, berlangsung sejak terjadinya luka sampai kira-kira hari


kelima. Pembuluh darah yang terputus pada luka akan menyebabkan
perdarahan, dan tubuh berusaha menghentikannya dengan reaksi
hemostasis. Hemostasis terjadi karena trombosit yang keluar dari
pembuluh darah yang keluar dari pembuluh darah.
b) Fase proliferasi, fase ini berlangsung dari akhir fase inflamasi sampai
kira-kira akhir minggu ketiga.
c) Fase remodelling, pada fase ini terjadi proses pematangan yang terjadi
atas penyerapan Kembali jaringan yang berlebih, pengerutan yang sesuai
dengan gaya gravitasi, dan akhirnya perupaan ulang jaringan yang baru.

Adapun beberapa Tipe Penyembuhan Luka, menurut (Naesee, 2015). Tipe


penyembuhan luka melalui beberapa intensi penyembuhan antara lain:
1. Penyembuhan melalui intensi pertama
Luka terjadi dengan pengrusakan jaringan yang minimum, dibuat secara
aseptic, penutupan terjadi dengan baik,.
2. Penyembuhan melalui intensi kedua
Pada luka terjadi penyembuhan tepi luka tidak saling merapat, proses
penyembuhan nya membutuhkan waktu yang lama.
3. Melalui intensi ketiga
4. Terjadi pada luka yang dalam yang belum dijahit atau terlepas dan
kemudian dijahit Kembali, dua permukaan granulasi yang berlawanan
disambungkan sehingga akan membentuk jaringan perut yang lebih
dalam dan luas.
Standar operasional prosedur
Melakukan perawatan luka post SC
Pengertian Melakukan perawatan luka post sectio caesarea
Indikasi Pada pasien setelah dilakukan operasi sectio caesarea
Tujuan Agar luka post sectio caesarea menjadi kering, sembuh dan
terhindar dari infeksi
Petugas Perawat/mahasiswa
Persiapan 1. Posisikan pasien tidur terlentang
pasien 2. Lepaskan baju bagian atas pasien
Persiapan 1) Pinset anatomi steril 1 set
alat 2) Pinset sirugis steril 1 set
3) Bak 17nalgetic17 steril 1 set
4) Sarung tangan steril 2 set
18

5) Bengkok dan kapas lidi steril


6) Plester, gunting
7) Kassa steril
8) Kassa/verban untuk menutup luka
9) Betadine/alcohol/NaCl
Prosedur a) Mengucapkan salam
b) Memberitahukan Tindakan yang akan dilakukan
c) Mendekatkan alat kedekat pasien, lalu menutup tirai/sketsel
d) Memposisikan klien terlentang
e) Mencuci tangan
f) Pakai sarung tangan steril
g) Buka bak instrumen
h) Lepaskan plester/verban
i) Lepaskan sarung tangan
j) Pakai sarung tangan steril Kembali
k) Bersihkan luka dengan antiseptik memakai pinset dengan
depres satu kali usap dari arah dalam keluar dan buang
kebengkok dan ulangi sampai bersih.
l) Keringkan luka dengan kassa kering
m) Beri antiseptik/ salep
n) Tutup luka dengan kassa steril
o) Fiksasi dengan plester
p) Lepaskan sarung tangan
q) Rapikan klien senyaman mungkin
r) Bereskan alat-alat
s) Cuci tangan
t) Dokumentasikan kondisi luka klien dan reaksi klien.

2.2 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Sectio Caesarea

2.2.1 Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan, serta data


yang dikumpulkan secara sistematis yang digunakan untuk menentukan
status kesehatan pasien saat ini. Pengkajian harus dilaksanakan secara
komprehensif terkait dengan aspek biologis, psikologis, sosial dan spiritual.
Pengkajian keperawatan pada ibu post sectio caesarea menurut (jitowiyono &
Kristiyanasari, 2012) yaitu :

a) Identitas klien
Meliputi nama, umur, agama, jenis kelamin, alamat, suku bangsa,
status perkawinan, pekerjaan, pendidikan, tanggal masuk rumah sakit,
nomor dan nomor registrasi
b) Keluhan utama
Pada pasien post sectio caesarea keluhan utama yang timbul yaitu
nyeri pada luka post operasi
19

c) Riwayat persalinan sekarang


Pada pasien post sectio caesarea kaji riwayat persalinan yang
dialami sekarang.
d) Riwayat menstruasi
Pada ibu, yang perlu ditanyakan adalah siklus haid, lama haid,
apakah ada keluhan saat haid, haid pertama dan haid terakhir.
e) Riwayat perkawinan
Yang perlu ditanyakan yaitu usia perkawinan, usia pertama kali
kawin.
f) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas
Untuk mendapatkan data kehamilan, persalinan dan nifas yang
perlu diketahui yaitu HPHT untuk menentukan tafsiran partus (TP),
berapa kali periksa saat hamil, apakah sudah imunisasi TT, umur
kehamilan saat persalinan, berat badan anak saat lahir, jenis kelamin,
keadaan anak saat lahir.
g) Riwayat penggunaan alat kontrasepsi
Tanyakan pada ibu apakah menggunakan alat kontrasepsi, alat
kontrasepsi yang pernah digunakan, adakah keluhan saat menggunakan
alat kontrasepsi, pengetahuan alat kontrasepsi.
h) Pola kebutuhan sehari-hari
1) Bernafas, pada pasien dengan post sectio caesarea tidak terjadi
kesulitan dalam menarik nafas maupun saat menghembuskan nafas
2) Makan dan minum, pada pasien post sectio caesarea tanyakan
berapa kali makan sehari dan berapa banyak minum dalam satu hari.
3) Eliminasi, pada pasien post sectio caesarea pasien belum melakukan
BAB, sedangkan BAK menggunakan dower kateter yang
tertampung di urine bag.
4) Istirahat dan tidur, pada pasien post sectio caesarea apakah terjadi
gangguan pada pola istirahat tidur.
5) Gerakan dan aktivitas, pada pasien post sectio caesarea terjadinya
gangguan gerakan dan aktivitas oleh karena pengaruh anastesi pasca
pembedahan
20

6) Kebersihan diri, pada pasien post sectio caesarea kebersihan diri


dibantu oleh perawat dan keluarga karena pasien belum bisa
melakukannya secara mandiri.

7) Berpakaian, pada pasien post sectio caesarea biasanya mengganti


pakaian dibantu oleh perawat.
8) Rasa nyaman, pada pasien post sectio caesarea akan mengalami
ketidaknyamanan yang dirasakan pasca melahirkan.
i) Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum ibu, suhu, tekanan darah, respirasi, nadi, tinggi badan,
berat badan, keadaan kulit
2) Pemeriksaan kepala wajah : konjuntiva dan sclera mata normal atau
tidak
3) Pemeriksaan leher : ada tidaknya pembesaran kelenjar tiroid
4) Pemeriksaan thorax : ada tidaknya suara ronchi, atau wheezing, bunyi
jantung.
5) Pemeriksaan buah dada : bentuk simentris atau tidak, kebersihan,
pengeluaran asi, keadaan putting, ada tidaknya tanda dimpling/retraksi.
6) Genetalia : menggunakan dower kateter
7) Data penunjang : pemeriksaan darah lengkap, seperti Hemoglobin,
hematokrit, dan sel darah putih.

2.2.2 Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yaitu suatu penilaian klinis mengenai respons


pasien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya
baik yang berlangsung aktual maupun potensial. Diagnosa keperawatan
merupakan bagian vital dalam menentukan asuhan keperawatan yang sesuai
untuk membantu pasien mencapai kesehatan yang optimal. Tujuan diagnosa
keperawatan adalah untuk mengidentifikasi respons pasien individu,
keluarga, komunitas terhadap situasi yang berkaitan dengan kesehatan (PPNI,
2016).

a) Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (post op sectio


caesarea)
21

b) Menyusui tidak efektif berhubungan dengan ketidak adekuatan


suplai asi
c) Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan (dibuktikan
dengan tidak mampu beraktivitas secara mandiri)
d) Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi
e) Risiko infeksi berhubungan dengan gangguan integritas kulit
(paparan lingkungan pathogen).

2.2.3 Perencanaan Keperawatan

Perencanaan keperawatan adalah suatu rangkaian kegiatan penentuan


langkah-langkah pemecahan masalah dan prioritasnya, perumusan tujuan,
rencana tindakan dan penilaian asuhan keperawatan pada pasien berdasarkan
analisis data dan diagnosa keperawatan. Tujuan intervensi keperawatan
adalah untuk menghilangkan, mengurangi, dan mencegah masalah
keperawatan pasien. Standar Keperawatan Indonesia (SIKI) perencanaan
untuk masalah keperawatan ketidaknyamanan pasca partum yang dialami
pleh ibu post partum (Tim pokja SIKI DPP PPNI,2018).

1) Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik


a. Tujuan : setelah dilakukan intervensi keperawatan diharapkan nyeri
dapat teratasi
b. Kriteria hasil :
a) Keluhan nyeri abdomen menurun
b) Keluhan meringis menurun
c) Frekuensi nadi membaik (N:80x/menit)
c. Intervensi :
Observasi :
a) Mengidentifikasi lokasi nyeri, karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas, intensitas nyeri
b) Mengidentifikasi skala nyeri
c) Memonitor pola jam tidur
22

Terapeutik :

a) Berikan teknik non farmakologis untuk mengurangi nyeri


(misalnya: teknik relaksasi nafas dalam, terapi aromaterapi,
kompres hangat/dingin)
b) Berikan aktifitas distraksi yang menenangkan
c) Fasilitasi istirahat dan tidur

Edukasi :

a) Anjurkan tirah baring


b) Anjurkan monitor nyeri secara mandiri
c) Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat

Kolaborasi :
1) Kolaborasi pemberian analgetik jika perlu

2) Menyusui tidak efektif berhubungan dengan ketidakadekuatan


suplai asi
a) Tujuan : setelah dilakukan intervensi keperawatan diharapkan
status menyusui membaik
b) Kriteria hasil :
a) Keluhan kepercayaan diri ibu meningkat
b) Keluhan kecemacan meningkat menjadi
c) Keluhan kelelahan ibu meningkat menjadi
c) Intervensi :
Observasi :
a) Identifikasi menyusui tidak efektif

Terapeutik :

a) Berikan kesempatan untuk bertanya

Edukasi :

1) Berikan konseling menyusui


23

3) Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik


a) Tujuan : setelah dilakukan intervensi keperawatan diharapkan
aktifitas perawatan diri meningkat
b) Kriteria hasil :
a) Keluhan melakukan perawatan diri meningkat
b) Balutan luka diganti 1x sehari
c) Keluhan mempertahankan kebersihan diri meningkat
c) Intervensi

Observasi

a) Identifikasi pengetahuan tentang perawatan diri


b) Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi

Terapeutik

a) Berikan penguatan positif terhadap kemampuan yang didapat


b) Berikan kesempatan untuk bertanya

Edukasi

1) Ajarkan perawatan diri, praktik perawatan diri dan kehidupan


sehari-hari.

d) Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurangnya terpapar


informasi
a) Tujuan : setelah dilakukan intervensi keperawatan diharapkan
defisit pengetahuan meningkat
b) Kriteria hasil :
a) Keluhan kemampuan menjelaskan pengetahuan meningkat
b) Keluhan perilaku sesuai dengan pengetahuan meningkat
c) Keluhan tentang masalah yang dihadapi meningkat menjadi
c) Intervensi :

Observasi

a) Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi


24

Terapeutik

a) Berikan kesempatan untuk bertanya

Edukasi

1) Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat

e) Resiko infeksi berhubungan dengan gangguan integritas kulit


a) Tujuan : setelah dilakukan intervensi keperawatan diharapkan
tingkat infeksi menurun
b) Kriteria hasil :
a) Keluhan kemerahan menurun
b) Keluhan gatal menurun
c) Keluhan rembesan darah pada luka membaik
c) Intervensi :

Observasi

a) Observasi proses penyembuhan luka


b) Monitor adanya tanda-tanda infeksi

Terapeutik

a) Berikan posisi modified Trendelenburg


b) melakukan perawatan luka (ganti balutan pada luka post op)

Edukasi

1) Anjurkan menghindari perubahan posisi mendadak

Kolaborasi

A. Kolaborasi pemberian cairan IV


B. Kolaborasi pemberian produk darah

2.2.4 Pelaksanaan Keperawatan

Implementasi merupakan salah satu bagian dalam proses keperawatan


dengan melakukan tindakan keperawatan yang dilakukan dan disesuaikan
25

dengan intervensi atau perencanaan dan perwujudan dari tahap perencanaan


yang telah dibuat tujuan nya untuk mencapai tujuan at aupun kriteria hasil
yang telah ditentukan (Sri Wahyuni, 2016).

2.2.5 Evaluasi Keperawatan

Evaluasi setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 hari klien


masalah teratasi. Hal ini sesuai dengan kriteria hasil yang telah dirumuskan
yaitu perasaan nyaman dengan kondisi setelah melahirkan meningkat.
Menurut Brunner dan Suddarth (2015). Evaluasi keperawatan adalah
penilaian dengan cara membandingkan perubahan keadaan pasien (hasil ang
diamati). Evaluasi adalah respon pasien terhadap terapi dan kemajuan
mengarah pencapaian hasil yang diharapkan.

Hasil sumatif berfokus pada perubahan perilaku/status kesehatan pasien


pada akhir tindakan perawatan pasien, tipe ini dilaksanakan pada akhir
tindakan secara paripurna. Disusun menggunakan SOAP dimana :

S : ungkapan perasaan atau keluhan yang dikeluhkan secara objektif oleh


pasien setelah diberikan implementasi keperawatan

O : keadaan objektif yang dapat diidentifikasi oleh perawat menggunakan


pengamatan yang objektif

A : analisis perawat setelah mengetahui respon subjek dan objektif apakah


telah teratasi, teratasi sebagian atau belum teratasi

P : perencanaan selanjutnya setelah perawat melakukan analisis


54
BAB 5
Kesimpulan dan Saran

Setelah melakukan asuhan keperawatan pada 2 orang klien yang dirawat di


ruang delima RSUD Pasar Rebo dengan diagnosa sectio caesarea masalah utama
nyeri akut. Dengan melalui tahap-tahap pada proses keperawatan, maka penulis
mengemukakan kesimpulan dan saran sebagai berikut:

5.1 Kesimpulan

Pada tahap ini pengkajian diperoleh data bahwa Ny.J dan Ny.R
mengalami keluhan yang sama pada nyeri luka post operasi di area abdomen.
Hasil pemeriksaan ditemukan perbedaan pada skala nyeri antara klien 1 dan
klien 2, pada klien 1 skala nyeri 5 dan klien 2 skala nyeri 6 dengan quality nyeri
yang berbeda, pada klien 1 nyeri seperti diremas dan klien 2 nyeri seperti
ditusuk. Pada pemeriksaan tanda-tanda vital saat pengkajian pada klien 1
tekanan darah : 117/75mmHg, nadi: 96x/menit, pernafasan : 19x/menit, suhu :
36,5℃, sedangkan klien 2 tekanan darah 141/78mmHg, nadi : 95x/menit,
pernafasan : 18x/menit, suhu : 36,5℃.
Pada tahap diagnosa keperawatan pada masing-masing klien ditemukan
3 diagnosa yang sama, yaitu nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera
fisik, defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan, dan resiko infeksi
berhubungan dengan gangguan integritas kulit.
Pada tahap perencanaan, karena pada kedua klien memiliki prioritas
yang sama yaitu nyeri akut dengan waktu 3x24 jam maka dilakukan
perencanaan sesuai teori namun disesuaikan dengan kebutuhan klien. Untuk
masalah yang lain pun mengikuti tinjauan teori namun tetap menyesuaikan
kebutuhan klien.
Pada tahap pelaksanaan, semua tindakan keperawatan sudah dilakukan
sesuai perencanaan yang telah dibuat pada kedua klien. Karena penulis lebih
fokus kepada masalah resiko infeksi, maka pelaksanaan untuk mencegah
infeksi lebih difokuskan untuk dilakukan, namun pelaksanaan rencana
tindakan yang lain tetap dilaksanakan, yaitu mengajarkan teknik relaksasi nafas
dalam, sehingga klien mampu mengulang dan melakukan secara mandiri,
mengajarkan tentang pentingnya kebersihan diri, dan klien mampu
mempertahankan kebersihan diri.
Pada tahap evaluasi, penulis menggunakan metode SOAP, evaluasi dari
3 diagnosa keperawatan yang ada, dihasilkan 2 diagnosa keperawatan teratasi
dan 1 diagnosa keperawatan tidak terjadi.

5.2 Saran

1. Bagi klien dan keluarga


Diharapkan klien dan keluarga agar menambah pengetahuan dalam
melakukan rehabilitasi misalnya melakukan pencegahan penyebaran
penyakit dengan cara melakukan hygiene yang benar agar dapat terhindar dari
infeksi.
2. Bagi Institusi dan Rumah sakit
Diharapkan dapat menjadikan penelitian ini sebagai materi
pembelajaran agar dapat mempermudah bagi peneliti selanjutnya untuk
mengembangkan ilmu khususnya mengenai section caesarea.
3. Bagi penulis selanjutnya
Diharapkan karya tulis ini dapat dijadikan reverensi atau data
perbandingan dalam penerapan manajemen infeksi sehingga dalam
pemberian asuhan keperawatan dapat dilakukan secara maksimal.
DAFTAR PUSTAKA

Ani, Maryunani, (2016). Managemen Kebidanan Terlengkap. Jakarta: CV. Trans


Info Media

Brunner & Suddart. (2015). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.

Damayanti, I. P. 2013. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Penyembuhan


Luka Post Sectio Caesarea Di Rsud Arifin Achmad Provinsi Riau Tahun 2013.

Dwi Perwitasari, N., & Sukyati, I. (2020). Asuhan Keperawatan Pasca Partum
Tindakan Sectio Caesarea Atas Indikasi Hipertensi DalamKehamilan
Novianti. Jl Tanah Merdeka, 4(2), 124–137.
Herdman, T . H & Kamitsuru, S. 2018. NANDA-1 Diagnosa Keperawatan Definisi
dan KLasifikasi 2018-2020 Edisi 11. Jakarta : EGC
Jitowiyono, S dan Kristiyanasari, W . 2012. Asuhan Keperawatan Post Operasi
Dengan Pendekatan Nanda, NIC, NOC. Yogyakarta: Nuha Medika
Maritalia, Dewi. 2017 . Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas. Yogyakarta: Gosyen
Publishing.

Naesee, N. 2015. Hubungan Status Nutrisi Ibu Nifas Dengan Proses Penyembuhan
Luka Post Operasi Sectio Caesarea Di Rsud Dr.Moewardi.
Nurani, D. 2015. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Proses Penyembuhan
Luka Post Sectio Caesarea.
Puswoastuti, E., dan Walyani, E.S.,2015. ilmu obstetri & Ginekologi Sosial untuk
Kebidanan,Yogyakarta : Pustaka Baru Press
Sakarya, T. H. E., & Of, J. (2018). Asuhan Keperawatan pada Klien Post Sectio
Caesarea dengan Masalah Keperawatan Resiko Infeksi Di RSU DR.SLAMET
GARUT. 7(2), 44–68.
Siwi Walyani, Elisabeth (2015). Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan. Yogyakarta:
Pustaka Baru Press
Sri Wahyuni, Nurul. 2016. Dokumentasi Keperawatan. Ponorogo: UNMUH

Sugiyono. (2018). Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Bandung: CV


Alfabeta.
Sugiyono. (2018). Metode Penelitian Kuantitatif. Bandung: Alfabeta.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (1
st ed). Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia

57
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (1
st ed). Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (1 st
ed). Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia

Anda mungkin juga menyukai