Anda di halaman 1dari 25

BAGIAN ILMU OBSTETRI & GINEKOLOGI REFERAT

FAKULTAS KEDOKTERAN FEBRUARI 2019


UNIVERSITAS HALUOLEO

VAGINAL BIRTH AFTER CAESAREAN (VBAC)

OLEH :

BENAZIR AMRINNISA YUSUF S.KED


K1A1 14 082

PEMBIMBING

dr. MONO VALENTINO Y, M.Kes, Sp.OG

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU OBSTETRI & GINEKOLOGI


RUMAH SAKIT UMUM PROVINSI BAHTERAMAS
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2019

1
HALAMAN PENGESAHAN

Yang bertandatangan dibawah ini menyatakan bahwa:


Nama : Benazir Amrinnisa Yusuf, S.Ked
NIM : KIA1 14 082
Judul referat : Vaginal Birth After Caesarean

Telah menyelesaikan referat dalam rangka kepaniteraan klinik pada bagian ilmu
obstetric dan ginekologi, Fakultas Kedokteran Universitas Halu Oleo.

Kendari, Februari 2019


Mengetahui,
Pembimbing,

dr. Mono Valentino Yohanis, M.Kes, Sp.OG


NIP. 19820515 201001 2 030

1
VAGINAL BIRTH AFTER CESAREAN (VBAC)

Benazir Amrinnisa Yusuf, dr. Mono Valentino Yohanis, M.Kes, Sp. OG

A. PENDAHULUAN

Penanganan wanita yang telah mengalami riwayat seksio sesarea

merupakan masalah di bidang obstetri. Sudah berpuluh-puluh tahun wanita

yang mempunyai uterus dengan jaringan parut dianggap kontraindikasi untuk

melahirkan per vaginam karena kekhawatiran akan terjadinya ruptur uteri. 1

Angka kejadian seksio sesarea meningkat dalam 20 tahun terakhir ini,

akibatnya terjadi peningkatan jumlah wanita dengan riwayat seksio sesarea

untuk kehamilan kedua dan menjadi masalah untuk jenis persalinan berikutnya.

Pilihan antara tindakan seksio sesarea kembali dan percobaan persalinan per

vaginam masing-masing memiliki risiko dan keuntungan tersendiri. 1

VBAC pertama kali direkomendasikan oleh National Institute of Health

(NIH) pada tahun 1980 dengan tujuan untuk mengurangi angka persalinan

sesar. Pada tahun 2010, NIH melakukan menyelenggarakan konfrensi konsesus

untuk mengevaluasi keamanan dan luaran klinis VBAC dan juga factor yang

mempengaruhi penurunan angka VBAC. Mereka menyimpulkan bahwa

VBAC dapat dilakukan oleh wanita hamil dengan riwayat sectio sesaria

pertama insisi uterus bagian bawah.1

1
Vaginal birth after caesarean (VBAC) merupakan salah satu strategi yang

dikembangkan untuk mengendalikan lonjakan angka tindakan Sectio Caesaria

(SC). Pada tahun 1916, Cragin mempopulerkan istilah “ Sekali sectio caesarea,

selalu sectio caesarea pada kelahiran berikutnya”. Hal tersebut berlaku pada

sectio sesaria klasik. Saat ini dengan tempat insisi dibagian bawah rahim,

morbiditas yang diakibatkan oleh tindakan sectio sesaria secara signifikan

dapat dikurangi. Istilah sekarang berubah menjadi “ Sekali sectio sesaria, selalu

kelahiran berikutnya di rumah sakit dengan fasilitas yang memadai”. Alasan

tersebut mengacu pada konsep terbaru mengenai pemantauan jaringan parut

uterus, keadaan janin dan fasilitas sectio sesaria pada keadaan emergensi. 1

Wanita di Amerika Serikat telah mulai untuk melaksanakan vaginal

birth after a cesarean (VBAC) sejak awal tahun 1980. Beberapa tahun

kemudian dokter mulai lebih banyak menggunakan insisi transversal segmen

rendah (low-transverse incision) untuk seksio sesarea dibandingkan dengan

insisi vertikal. Sekarang VBAC semakin memegang peranan penting di bidang

obstetri. Hal ini disebabkan persalinan per vaginam dinilai lebih aman untuk

ibu maupun bayinya, karena memiliki tingkat morbiditas yang lebih rendah dan

biaya yang lebih ringan dibandingkan dengan cara operasi kembali. 1

2
Di tahun 80-an seksio sesarea atas indikasi parut uterus berkisar 25-30%

dari angka kenaikan seksio sesarea di Amerika Serikat. Dilihat dari angka

kejadian seksio sesarea dilaporkan di Amerika Serikat indikasi parut uterus

35%, Australia 35%, Skotlandia 43% dan Perancis 28%. Di tahun 90-an angka

seksio sesarea atas indikasi parut uterus menurun dengan dikembangkannya

persalinan pervaginam pada parut uterus, Vaginal Birth After Cesarean

(VBAC) atau dikenal pula sebagai Trial of Labor After Cesarean (TOLAC). Di

Amerika Serikat pada tahun 2000-an, dari 10 wanita yang melahirkan terdapat

1 wanita dengan parut uterus. Di Bandung (RSHS) seksio sesarea dengan parut

uerus adalah 10%, tetapi indikasi awal tidak selalu karena parut uterus. Angka

kejadian seksio sesarea primer dan VBAC di Amerika Serikat 1989-1998

dilaporkan sebagai berikut: seksio sesarea 20,7-22,8% dari seluruh persalinan

hidup, seksio sesarea primer 14,6-16,1 % pada wanita yang belum pernah

mendapat seksio sesarea dan 18,9-28,3% wanita melahirkan pervagina degan

parut uterus (VBAC).2

Penulisan refarat ini bertujuan untuk merangkum informasi penting

mengenai VBAC dari segi syarat, indikasi, kontraindikasi, metode, untung dan

rugi serta keberhasilannya. 8

3
B. DEFINISI

Persalinan pervaginam setelah seksio sesarea atau dikenal juga dengan

Vaginal Birth After Cesarean (VBAC) adalah proses persalinan pervaginam

yang dilakukan terhadap pasien yang pernah mengalami operasi seksio sesarea

pada kehamilan sebelumnya. 13

C. KRITERIA DAN KONTRAINDIKASI

Kriteria

Ibu hamil yang memenuhi kriteria dapat menjalani perencanaan VBAC

adalah mereka yang diprediksi memiliki resiko (serendah mungkin) dan

kesuksesan (sebaik mungkin) yang dapat diterima oleh ibu dan dapat ditangani

oleh dokter kandungan. Meskipun resiko dan manfaat yang sesuai pada satu

ibu tidak dapat disamaratakan dengan ibu yang lain. 8

Kriteria seleksi pasien yang mencoba VBAC menurut ACOG, yaitu :

1. Satu atau dua seksio dengan insisi transversal rendah

2. Panggul adekuat secara klinis

3. Tidak ada parut uterus lain atau riwayat ruptura uteri

4. Dokter mendampingi selama persalinan, dapat memonitor persalinan dan

melakukan seksio sesarea segera.

5. Tersedianya dokter anastesi dan personil untuk melakukan seksio sesarea

segera. 11

4
Beberapa kriteria/persyaratan lainnya antara lain :

1. Tidak ada indikasi untuk harus dilakukan seksio sesarea pada kehamilan

saat ini seperti letak lintang, sungsang, bayi besar, plasenta previa.

2. Interval persalinan saat ini dengan SC sebelumnya sebaiknya lebih dari 18

bulan.

3. Terdapat catatan medik yang lengkap mengenai riwayat seksio sesarea

sebelumnya (operator, jenis insisi, komplikasi, lama perawatan).

4. Segera mungkin pasien dirawat di RS setelah persalinan mulai.

5. Tersedia darah untuk transfusi.

6. Janin presentasi verteks normal.

7. Pengawasan selama persalinan yang baik (personil, partograf, fasilitas).

8. Adanya fasilitas dan perawatan bila dibutuhkan seksio sesarea darurat.

9. Persetujuan tindak medik mengenai keuntungan maupun risikonya. 11

Kontraindikasi

1. Kelainan pada ibu yang menjadi alasan tidak dilakukannya persalinan

normal pada kehamilan sebelumnya.

2. Adanya indikasi untuk harus dilakukan seksio sesarea (plasenta previa,

makrosomia, malpresentasi, malposisi, gemelli)

3. Jenis insisi selain insisi transversal bawah rahim pada SC sebelumnya.

4. Riwayat rupture uteri

5. Riwayat histerektomi atau miomektomi yang mengenai cavum uterus.

6. Pasien menolak untuk dilakukan VBAC.6,7

5
Gambar 1. Jenis insisi pada seksio sesaria

Insisi transversal rendah risikonya, 0,2-1,5% , insisi vertikal rendah


resikonya 1-7% dapat dipertimbangkan untuk VBAC, sedangkan insisi
klasik (vertikal tinggi) resikonya sebesa 4-9% dan tidak direkomendasikan
untuk VBAC, T-shaped resikonya 4-8% tidak direkomendasikan untuk
VBAC. 5

D. KEUNTUNGAN, RESIKO DAN KOMPLIKASI PADA VBAC

Keuntungan

1. Memperpendek hari perawatan

2. Menghindari operasi besar abdomen sehingga menurunkan angka terjadinya

perdarahan, thromboembolisme dan infeksi

3. Mempercepat dan meningkatkan bonding antara ibu dan bayi

4. Bayi lebih kebal terhadap penyakit alergi.6,7

6
Resiko dan Komplikasi

a. Resiko pada bayi.

Resiko kematian bayi intrapartum terbilang rendah, (sekitar 10/10.000)

akan tetapi angka ini lebih besar daripada bedah sesar berulang yang terencana.

Persalinan pervaginam disertai dengan nyeri perineum postnatal, meningkatkan

resiko inkontinensia urin dan prolapses uterovagina.12

Dalam sebuah penelitian, menganalisis prognosis pada percobaan

persalinan disbanding dengan prognosis pelahiran sesar berulang terencana

pada hamper 25.000 wanita dengan riwayat persalinan sesar. Resiko kematian

perinatal akibat pelahiran adalah 1,3 per 1000 diantara 15.515 wanita yang

menjalani VBAC. Meskipun resiko absolutnya juga kecil, angka ini 11 kali

lebih besar dari pada resiko kematian perinatal dari 9.014 wanita yang

menjalani pelahiran sesar berulang terencana.13

b. Resiko Pada Ibu

Komplikasi utama yang dapat terjadi adalah histerektomi, rupture uterus,

atau cedera operasi hamper dua kali terjadi pada wanita yang menjalani

percobaan persalinan dibandingkan dengan yang menjalani pelahiran Caesar

elektif kedua. Lebih lanjut lagi, dibandingkan dengan percobaan persalinan

yang berhasil, resiko komplikasi yang utama ini lima kali lipat lebih besar dari

wanita yang gagal dalam usaha pelahiran pervaginam. 14

7
Kejadian korioamnitis lima kali lebih besar dan akngka perdarahan dua

kali lebih besar dengan wanita dengan percobaan persalinan gagal

dibandingkan dengan yang berhasil. Peningkatan insiden komplikasi maternal

keseluruhan yaitu wanita dengan VBAC yang gagal yaitu sebesar 17%

dibandingkan dengan VBAC yang berhasil sebesar 3%. 14

VBAC yang berhasil jarang menimbulkan resiko yang serius. Resiko

yang dapat terjadi pada percobaan VBAC yaitu meningkatnya morbilitas pada

ibu dan bayi serta resiko terjadinya rupture uteri. Rupture uteri merupakan

komplikasi serius yang dapat terjadi selama proses percobaan VBAC. Terdapat

beberapa factor yang dapat meningkatkan resiko terjadinya rupture uteri, antara

lain :

1. Insisi klasik atau insisi T.

2. Gemeli.

3. Obesitas.

4. Interval kehamilan pendek (kurang dari 24 bulan).

5. Usia kehamilan > 40 minggu dan taksiran berat janin > 4000 gram.

6. Penggunaan prostaglandin. 8

Gejala dan tanda rupture uteri :

1. Didapatkan denyut jantung janin yang abnormal pada kardiotocograp

( terjadi pada 55-87% khasus ).

2. Perdarahan vagina abnormal atau hematuri.

3. Nyeri suprapubik dan atau nyeri abdomen berat yang mendadak dan terus

menerus diantara kontraksi.

8
4. Takikardi, hipotensi atau syok pada ibu.

5. Nyeri dada atau nyeri bahu, sesak napas mendadak.

6. Nyeri bekas oprasi dengan onset akut.

7. Perubahan kontrol abdomen dan DJJ sulit di nilai.

8. Berhentinya kontraksi uterus yang adekuat.

9. Perubahan posisi presentasi bayi. 3

Gambar 2. Gambaran terjadinya rupture uteri pada VBAC

Klasifikasi Ruptur Uteri

Rupture uteri biasanya diklasifikasikan menjadi 2, yaitu:

1. Komplit, jika semua lapisan dinding uterus terpisah.

2. Inkomplit, jika otot uterus terpisah tapi peritoneum visceral masih intak.

Rupture inkomplit juga lazim disebut dehisensi uterus. 10

Angka morbiditas dan mortalitas lebih tinggi terjadi pada rupture uteri komplit.

Factor resiko terbesar untuk terjadinya rupture uteri adalah riwayat sesar. 10

9
Prognosis Rupture Uteri

Dengan terjadinya rupture dan ekspulsi janin kedalam rongga peritoneum maka

peluang kelangsungan janin yang utuh tidak baik dan angka mortalita

dilaporkan berkisar dari 50-75%. Kondisi janin tergantung pada derajat

implantasi placenta yang tetap intak meskipun hal ini dapat berubah dalam

hitungan menit. Saat rupture satu-satunya peluang kelangsungan hidup janin

adalah perlahiran segera. Jika tidak dilakukan, maka akan terjadi hipoksia

akibat pemisahan placenta dan dapat terjadi syok hipovolemik. Jika rupture

diikuti denga pemisahan placenta total segera maka sangat sedikit janin intak

yang dapat diselamatkan. 13

E. INDUKSI PERSALINAN UNTUK VBAC

Induksi persalinan meningkatkan resiko rupture uterus hingga 80:10.000 pada

penggunaan non-prostaglandin, dan 240:10.000 jika menggunakan

prostaglandin. Angka persalinan pervaginam pada kelompok ibu tersebut

dianggap sama dengan angka persalinan normal setelah bedah sesar yakni

sekitar 75%. Syarat boleh dilakukannya induksi persalinana pada vbac yaitu:

1. Hanya boleh melakukan induksi persalinan jika ada indikasi yang valid.

2. Induksi persalinan harus dilakukan di rumah sakit yang memiliki fasilitas

sectio caesarea.

10
3. Pemecahan ketuban dengan sengaja dan atau pemberian oksitosin harus

dilakukan dengan hari-hati. Oksitosin harus di titrasi untuk mencegah

stimulasi yang berlebihan pada uterus. Kontraksi tidak boleh melebihi 3-4

kali dalam 10 menit. 12

F. MANAGEMEN VBAC

ANC (Antenatal Care)

Ibu hamil harus diberikan informasi sebaik mungkin mengenai metode

kelahiran yang dapat dilakukan setelah riwayat persalinan SC sebelumnya.

Beberapa hal yang harus diperhatikan antara lain :

1. Segera setelah post SC pertama, ibu harus ditawarkan kesempatan untuk

membagi pengalaman persalinan mereka dan sebisa mungkin dijelaskan

mengenai potensi VBAC bagi kehamilan selanjutnya.

2. Ibu hamil dengan riwayat SC insisi segmen bawah rahim tanpa komplikasi

dan kehamilan tanpa komplikasi harus diberikan kesempatan untuk

mendiskusikan pilihan perencanaan VBAC atau SC elektif segera pada saat

ANC.

3. Manfaat dan resiko metode kelahiran yang di pilih harus didiskusikan dan

dicatat pada rekam medis berhubungan dengan kesempatan melakukan

VBAC dengan sukses.

4. Keputusan sepenuhnya diberikan kepada ibu dalam menentukan pilihan

metode kelahiran meliputi keinginan, presepsinya tentang resiko dan

perencanaan kehamilan berikutnya.

11
5. Jika memungkinkan diupayakan untuk mencari laporan operasi pada SC

sebelumnya untuk menilai indikasi dan keadaan post operasi.

6. Ibu harus diberi pengertian bahwa persalinan SC kedua kali akan

meningkatkan resiko komplikasi yang serius pada kehamilan berikutnya.

7. Keputusan terakhir mengenai metode persalinan yang disetujui oleh Ibu dan

dokter kandungan sebaiknya ditentukan sebelum taksiran persalinan

(idealnya pada usia kehamilan 36 minggu).

8. Inform consent mengenai persetujuan perencanaan VBAC dilampirkan pada

rekam medis pasien.

9. Dilakukan pemeriksaan USG untuk menilai lokasi plasenta dan

abnormalitas plasentasi bila sebelumnya tidak didokumentasikan.

10. Apabila SC elektif disetujui, dilakukan sebelum taksiran persalinan dan

harus dituliskan dalam rekam medis. 3

Managemen Intrapartum

Hal yang perlu diperhatikan :

1. Identifikasi pasien apakah memenuhi syarat untuk dilakukan VBAC.

2. Jelaskan dengan baik mengenai rencana pertolongan persalinan dengan

diakhiri penandatanganan inform consent.

3. Persiapkan pemantauan ibu dan janin dalam persalinan secara terus menerus

termasuk pencatatan DJJ tiap 30 menit.

4. Persiapkan sarana operasi segera untuk menghadapi kegagalan VBAC.

5. Waspada terhadap resiko VBAC terutama tanda-tanda terjadinya rupture

uteri. 4,9

12
Managemen Post Partum

Ibu harus diberikan kesempatan untuk mendiskusikan kemungkinan

kemahilan berikutnya dan metode persalinan yang dapat menjadi pilihan. 4,9

G. PROGNOSIS

Faktor yang berpengaruh terhadap keberhasilan dan kegagalan VBAC

Faktor yang meningkatkan keberhasilan VBAC :

1. Riwayat persalinan normal

2. VBAC pada persalinan sebelumnya.

3. Persalinan spontan.

4. Kehamilan tanpa komplikasi. 14

Faktor yang mengurangi angka keberhasilan VBAC :

1. Riwayat persalinan SC dengan distosia.

2. Induksi persalinan.

3. IMT ibu > 30 kg per m2.

4. Makrosomia (4000 gr atau lebih).

5. Kehamilan pada usia tua tinggi badan ibu pendek.

6. Riwayat persalinan SC > 2 kali.

7. Faktor resiko yang meningkatkan resiko tertadinya ruptur uteri. 14

13
Indikator prediktor keberhasilan VBAC

Untuk memperkirakan keberhasilan persalinan pervaginam dengan

riwayat seksio sesaria, dibuat sistem penilaian dengan memperhatikan

beberapa variabel yaitu nilai Bishop, persalinan pervaginam sebelum seksio

sesarea, dan indikasi seksio sesarea sebelumya. Weinstein dkk dan Alamia dkk

telah menyusun sistem penilaian untuk memperkirakan keberhasilan persalinan

pervaginam dengan riwayat seksio sesaria. Namun, menurut ACOG, tidak ada

suatu cara yang memuaskan untuk memperkirakan apakah persalinan

pervaginam dengan riwayat seksio sesaria akan berhasil atau tidak. 15

a. Pemeriksaan USG

Metode multidimensi dan metode teknik ultrasonik konvensional

harus dilakukan untuk menilai kualitas bekas luka (jaringan parut)

yang relevan pada Rahim. Pengukuran ultrasonik ketebalan LUS

(segmen rahim bawah) merupakan aplikasi praktis dalam

memutuskan metode persalinan pada wanita yang sebelumnya

melahirkan melalui operasi caesar. 15

 Ultrasonografi 2D.

Ultrasonografi 2D saat ini dianggap sebagai metode utama

"pencitraan" struktur anatomi. Ini adalah metode standar

(konvensional) yang menghasilkan gambar yang terdiri dari

serangkaian slide tipis. 15

14
 USG 3D

Ultrasound 3D dianggap teknologi yang lebih maju yang

hanya digunakan dalam kasus-kasus spesifik seperti untuk

melihat adanya cicatrix uterus yang ditimbulkan oleh operasi

caesar sebelumnya. Teknologi 3-D memberikan peluang multi

slice. 15

 Doppler warna

Berwarna dan Berwarna Doppler adalah metode semi

kuantitatif yang sekarang diterima secara luas, yang masuk ke

dalam standar kebanyakan mesin ultrasound modern.

Pemeriksaan ini memiliki keuntungan besar karena dengan

cepat menunjukkan di mana tempat untuk mengukur aliran

darah secara kuantitatif dan dalam hal ini penting untuk

orientasi cepat dan menemukan area aliran patologis. 15

Dengan pemeriksaan USG bekas luka uterus dianalisis:


 Bentuk jaringan parut.
 Ketebalan (thickening).
 Kontinuitas.
 Batas bekas luka luar.
 Struktur gema dari segmen rahim bawah (kriteria
Supersonik).
 Volume bekas luka. 15

15
- Klasifikasi Ketebalan Segmen Bawah Rahim
 Grade I: tidak penipisan atau hilangnya kontuinuitas dari
LUS
 Kelas II: penipisan dan / atau hilangnya kontinuitas dari
LUS tetapi rambut janin tidak terlihat
 Kelas III: penipisan atau tidak adanya LUS dan rambut
janin terlihat 15

Kondisi yang baik dari segmen uterus bagian bawah (LUS), dapat di
tentukan dengan kontrol intrapartal yang intensif, sehingga
mengurangi risiko pecahnya bekas luka dan memastikan keberhasilan
persalinan pervaginam. 15
Miometrium yang memadai untuk persalinan pervaginam: bentuk V
segmen uterus bawah, ketebalan minimum 3-4 mm, kontur kontinu
segmen uterus bawah, struktur gema homogen atau struktur dengan
area kecil, peningkatan echogenisitas. 15
Miometrium yang tidak adekuat untuk persalinan pervaginam: Bentuk
seperti balon dari segmen uterus bawah, ketebalan kurang dari 3 mm,
diskontinuitas struktur uterus, dominasi area peningkatan
echogenisitas pada area parut. 15
Pemeriksaan USG trans abdominal pada kehamilan 37 minggu dapat
mengetahui ketebalan segmen bawah rahim. Ketebalan segmen bawah
rahim (SBR)  4,5 mm pada usia kehamilan 37 minggu adalah
petanda parut yang sembuh sempurna. Parut yang tidak sembuh
sempurna didapat jika ketebalan SBR < 3,5 mm. Oleh sebab itu
pemeriksaan USG pada kehamilan 37 minggu dapat sebagai alat
skrining dalam memilih cara persalinan bekas seksio sesarea. 15

16
Gambar 3: Contoh transabdominal (A) dan transperianeal (B) dalam
pengukuran lower uterine ssegment 15

Gambar 4: Prosedur yang digunakan untuk transabdominal dan transperianal


dalam pengukuran lower uterine segment 15

17
Gambar 5: Prosedur yang digunakan untuk mengukur bawah uterus segmen
setelah melahirkan 15

Beberapa sistem skoring untuk memprediksi keberhasilan persalinan

pervaginam dengan riwayat seksio sesaria :

Skor Weistein :

Weinstein Tidak Ya
Indikasi SC yang lalu 0 4
Grade A 0 6
Malpresentasi
PIH (Pregnancy Induced Hypertension)
Gemelli
Grade B 0 5
Plasenta previa atau Solusio
Prematur
Ketuban pecah
Grade C 0 4
Gawat janin
CPD atau Distosia
Prolaps tali pusat
Grade D 0 3
Makrosomia
PJT

18
Interpretasi :

 Skor > 4 : keberhasilan > 58%

 Skor > 6 : keberhasilan > 67%

 Skor > 8 : keberhasilan > 78%

 Skor > 10 : keberhasilan > 85%

 Skor > 12 : keberhasilan > 88%

Skor Alamia :

No. Skor Alamia Nilai

1 Riwayat persalinan pervaginam sebelumnya 2

2 Indikasi SC sebelumnya

Sungsang, gawat janin, plasenta previa, elektif 2

Distosia pada pembukaan < 5 cm 1

Distosia pada pembukaan > 5 cm 0

3 Dilatasi serviks

> 4 cm 2

> 2,5 < 4 cm 1

< 2,5 cm 0

4 Station dibawah –2 1

5 Panjang serviks < 1 cm 1

6 Persalinan timbul spontan 1

19
Interpretasi :

 Skor 7 – 10 : keberhasilan 94,5%

 Skor 4 – 6 : keberhasilan 78,8%

 Skor 0 – 3 : keberhasilan 60,0%

Skor Flamm-Geiger :

No. Kriteria Nilai

1 Usia dibawah 40 tahun 2

2 Riwayat persalinan pervaginam:

- sebelum dan setelah seksio sesarea 4

- setelah seksio sesarea pertama 2

- sebelum seksio pertama 1

- Belum pernah 0

3 Indikasi seksio sesarea pertama bukan kegagalan 1

kemajuan persalinan

4 Pendataran serviks pada saat masuk rumah sakit

- > 75% 2

- 25 – 75 % 1

- < 25% 0

5 Pembukaan serviks pada saat masuk rumah sakit ≥ 4 cm 1

20
Interpretasi :

 Skor 0-2 : keberhasilan VBAC 42-45 %

 Skor 3 : keberhasilan VBAC 59-60 %

 Skor 4 : keberhasilan VBAC 64-67%

 Skor 5 : keberhasilan VBAC 77-79%

 Skor 6 : keberhasilan VBAC 88-89%

 Skor 7 : keberhasilan VBAC 93%

 Skor 8-10 : keberhasilan VBAC 95-99%

21
DAFTAR PUSTAKA

1. Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Ilmu Kebidanan. Edisi Ketiga. Jakarta:PT.


Bina Pustaka.
2. Green-Top Guidelines No 45. 2015. Bitrh After Previous Caesarean Birth.
Royal CollegeObsetricians & Gynecologsts.
3. Wanyonyi,S., Muriinthi,F,G. 2015. Vaginal Birth After Caesarean Section
In Low Resource Settings: The Clinical and Ethical Dilemma.
Departement Of Obsetrics, Gynecology and Fetal Medicine. Aga Khan
University. Nairobi. Kenya. University of Oxford. Oxford. United
Kingdom.
4. Guise,J,M., dkk. 2010. Vaginal Birth After Caesarean. Oregon Evidence-
Based Practice Center Oregon Health & Science University. Portland.
Oregon.
5. Queensland Clinical Guidelines. 2015. Vaginal Birth After Caesarean
Section (VBAC). Queensland.
6. Clinical Management Guidelines For Obsetrician-Gunecologist. 2010.
Vaginal Birth After caesarean Delivery. The American College Of
Obsetricians and Gynecologists Woman Health Care Physicians. ACOG
Practice Bulletin Number 184.
7. Sabol, B., Denman, M,A., Guise,J,M. 2015. Vaginal Birth After
Caesarean: An Effective Method To Reduce Caesarean. Departements Of
Obsetrics and Gynecology Emergency Medicine Medical Informatics and
Clinical Epidemiology and Public Health And Preventive Medicine
Oregon Health & Science University. Portland. Oregon. Clinical Obsetrics
and Gynecology: 58(2) 309-319.
8. Clinical Practice Guideline. 2018. Birth After Previous Caesarean Section.
Government Of Western Australia North Metropolitan Health Service
Women and Newborn Health Service. Australia.
9. Lieberman,E., dkk. 2004. Result of The National Study Of Vaginal Birth
After Caesarean In Birth Centers. The American College Of Obsetricians
and Gynecologists : 104(5).
10. Huwe, V. 2018. Trial Of Labor After Caesarean Section Providing Safe
Care During Labor. UCSF Benioff Children’s Hospital.
11. Setiawan,D., Krisnadi,S,R., Sabarudin,U., 2012. Perbandingan Vaginal
Birth After Caesarean (VBAC) Pada Inersia Hipotonik Dengan Dan Tanpa
Pemberian Oksitosin Drip. Departemen Obsetri dan Gynekologi Rumah
Sakit Umum Sumedang. MKB:44(2).
12. ACOG Practice Bulletin No 205. 2019. Summary: Vaginal Birth After
Caesarean Delivery. The Americans College Of Obcetricians And
Gynecologysts : 133(2) 393-395.
13. Champman,V., Charles,C. 2013. Persalinan & Kelahiran Asuhan
Kebidanan. Edisi 2. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran ECG.
14. Cunningham,F,G., dkk. 2012. Obsetri Williams. Jakarta. Penerbit Buku
Kedokteran ECG.

22
15. Basic,E., dkk. 2012. Ultrasound Evaluation Of Uterine Scar After
Caesarean Section. Journal Of Academy Of Medical Sciences Of Bosnia
And HerZegovina : 20(3).

23

Anda mungkin juga menyukai