INVERTED NIPPLE
OLEH:
MUHAMMAD NOORHILMI BIN OTHMAN
C014172028
PEMBIMBING:
dr. Septian Sima
SUPERVISOR PEMBIMBING:
dr. Irnawaty Bahar , Sp.OG (K)
Mengetahui,
Koordinator Pendidikan Mahasiswa
Departemen Obstetri dan Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin
ii
SURAT KETERANGAN PEMBACAAN REFERAT
Mengetahui,
Koordinator Pendidikan Mahasiswa
Departemen Obstetri dan Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin
iii
DAFTAR HADIR PEMBACAAN REFARAT
iv
DAFTAR ISI
v
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
vi
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. ANATOMI PAYUDARA
Setiap payudara merupakan proyeksi hemisfer dari ukuran variabel
anterior ke musculus pectoralis mayor dan serratus anterior serta melekat
pada lapisan fasia yang terdiri dari jaringan ikat tidak teratur padat. Jaringan
payudara terdiri dari berbagai komponen, yakni lemak subkutis, stroma dan
parenkim yang ditunjang oleh jaringan ikat (ligamentum Cooper), pembuluh
darah, saraf, dan jaringan limfatik.6,7
Gambar 1. Mamma pada wanita dewasa. (a) tampak sagittal. (b) tampak
anterior dengan sebagian kulit dibuang untuk memperlihatkan struktur
internal.6
Nipple areola-complex (NAC) terdiri dari dua struktur dasar: areola dan
puting.8
2
Areola memiliki bentuk bulat dan ukuran yang bervariasi, rata-rata 3-6
cm, biasanya terletak di sekitar tingkat iga. Ia memiliki kelenjar sebaceous
yang membuat proyeksi di permukaannya, membentuk tuberkulum morgani,
atau kelenjar areolar, selama kehamilan membesar sehingga menyebabkan
tuberkles di Montgomery.8
Di tengah areola muncul formasi silinder papilaris yang bervariasi
dalam ukuran, rata-rata 10 hingga 12 milimeter (mm) lebar dengan 9 hingga
10 mm tingginya. Kulitnya mirip dengan areola, tetapi tidak memiliki
kelenjar sebaceous. Ini memiliki 10 hingga 20 pori-pori yang sesuai sebagai
output dari duktus lactiferous.8
NAC tidak memiliki jaringan subkutan. Kulit puting terletak pada
lapisan tipis otot polos, serat otot areolar yang didistribusikan dalam dua arah:
radial dan sirkular. Otot Sappey bertanggung jawab untuk serat sirkular dan
otot Meyerholz, yang dibentuk oleh serat radial.8
Otot areolar diteruskan dalam papila dengan serat longitudinal dan
sirkular yang mengelilingi duktus lactiferus bersama dengan dukungan
jaringan ikat. Kontraksi bertanggung jawab atas pengeluaran sekresi pada
sinus lactiferus dan untuk telotisme papila. Di bawah otot areolar ada lapisan
tipis lemak yang menghilang saat mendekati papila. Di lapisan jaringan lemak
pra-mammae ditemukan pembuluh darah menjalar.8
NAC terutama dipasok oleh arteri mamaria internal, juga dikenal
sebagai arteri torakalis interna, yang merupakan cabang dari arteri subklavia.
Arteri mamaria interna mengirimkan cabang perforasi di sepanjang
interkostal pertama, kedua, ketiga dan keempat, melintasi pectoralis mayor
dan memperdarahi setengah bagian dalam payudara, termasuk NAC. Arteri
interkostal, yang merupakan cabang dari aorta, juga melintasi pectoralis
mayor dan memperdarahi permukaan payudara yang dalam, melengkapi
vaskularisasi arteri dari NAC.8
Drainase vena payudara dibagi menjadi dua sistem: superfisial dan
profunda. Vena superfisial berjalan sepanjang permukaan anterior fasia,
mengikuti jalur areola di bawah NAC, yang disebut pleksus vena dari Haller.8
3
Permukaan kulit payudara dipersarafi oleh saraf interkostalis pertama
dan keenam dan cabang supraklavikula dari pleksus serviks superfisial.
Puting dipersarafi oleh saraf interkostal keempat.8
Drainase limfatik payudara dibawa melalui pleksus superfisial dan
profunda. Secara superfisial, terdapat pleksus areolar dan pleksus subareolar
dari Sappey. Pleksus subareolar menerima pembuluh kelenjar getah bening
dan terus menuju papilla dan pleksus areolar, akhirnya mencapai kelenjar
getah bening ke dalam aksila.8
B. HISTOLOGI PAYUDARA
Kelenjar mammae yang tidak aktif ditandai oleh banyaknya jaringan
ikat dan sedikit unsur kelenjar. Lobulus kelenjar terdiri dari duktus
intralobularis yang dilapisi oleh epitel kuboid. Duktus interlobularis yang
4
terminal bud yang berdiferensiasi menjadi alveoli yang masih kosong.
Jaringan ikat longgar intralobularis mengelilingi alveoli dan duktus. Jaringan
ikat yang lebih padat dengan sel adiposa mengelilingi masing-masing lobulus
9
dan membentuk septum iaringan ikat interlobularis.
5
Kelenjar mammae dalam masa laktasi mengandung banyak alveoli yang
melebar terisi dengan sekresi dan vakuol. Karena bertambahnya ukuran epitel
kelenjar (alveoli), septum jaringan ikat interlobularis berkurang. Selama
menyusui, histologi masing-masing alveoli bervariasi. Tidak semua alveoli
dan terisi oleh air susu yang tampak sebagai bahan eosinofilik (merah muda)
dengan vakuol besar butiran lemak yang terlarut. Alveoli lainnya tampak
9
tidak aktif dengan lumen kosong yang dilapisi oleh epitel lebih tinggi.
sel alveolus dan lamina basalis. Kontraksi sel mioepitel mendorong air susu
keluar dari alveoli menuju duktus ekskretorius. Duktus ekskretorius
interlobularis terbenam di dalam septum jaringan ikat yang mengandung sel
adiposa.9
6
tadi membentuk mammary ridge yang merupakan cikal bakal payudara di
mana setelah itu bagian lain akan mengalami regresi atau menghilang.10
Regresi yang tidak sempurna dari galactine band ini akan
membentuk apa yang dinamakan mammary aberrant atau accessory
mammary tissue dan ini dijumpai pada 2 sampai dengan 6%
perempuan.10
Pada minggu ke-7 dan 8 kehamilan, mammary ridge ini akan
menebal dan diikuti terjadinya invaginasi ke dalam mesenkimal dinding
dada dan tumbuh secara tridimensial (globular stage) dan pada minggu
ke-10 sampai 14 terbentuk cone stage.10
Antara minggu ke-12-16, sel mesenkimal mengalami diferensiasi
menjadi otot polos dari nipple dan areola. Epithelial bud membentuk
budding stage dan kemudian bercabang-cabang menjadi 15 sampai
dengan 25 strip epitel (branching stage) pada minggu ke-16 kehamilan,
dan kemudian strips ini menjadi alveolus sekretoris.10
Pertumbuhan berikutnya adalah terjadinya diferensiasi elemen
folikel rambut, kelenjar sebasea, dan kelenjar keringat, ini yang tumbuh
secara penuh pada masa itu sehingga secara genetik pertumbuhan
parenkim pal,udara berasal dari kelenjar keringat. Sebagai tambahan,
kelenjar apokrin tumbuh membentuk kelenjar Montgomery sekitar
nipple. Sejauh ini pertumbuhan itu bebas dari pengaruh hormonal.10
Selama trimester ketiga kehamilan, hormon plasenta masuk
sirkulasi janin dan ini merangsang pembentukan kanalisasi dari jaringan
cabang-cabang epitel (canalization stage) dan proses ini berlangsung dari
minggu ke-20 sampai dengan minggu ke-32 kehamilan, dan terbentuklah
15 - 25 ductus mammary.10
Diferensiasi parenkimal terjadi pada minggu ke-32 sampai dengan
ke-40 dan terbentuklah alveolus dan lobulus yang berisi kolostrum (end
vesicle stage). Pertumbuhan kelenjar payudara yang cepat terjadi pada
7
periode ini sampai 4 kali lipat dan nipple areola complex juga tumbuh
dan menjadi lebih berpigmen.10
Pada neonatus, perangsangan jaringan payudara menghasilkan
sekresi colestrol milk: witch’s milk yang dapat keluar pada hari ke-4
sampai dengan 7 neonatus (post partum).10
2. Masa Pubertas
Pada seorang gadis mulai usia 10-12 tahun, dengan pengaruh
hormon GnRH (Gonadotropin Releasing Hormone) yang disekresikan ke
dalam sistem vena hipotalamic pituitary portal akan berefek pada lobus
anterior hipofise, dan selanjutnya sel basofilik dari bagian anterior
hipofisa mengeluarkan Follicle Stimulating Hormone (FSH) dan
Luteinizing Hormone (LH).10
FSH akan menyebabkan premordial folikel ovari menjadi matur
menjadi "graff folikel" yang mensekresi estrogen, pertama-tama dalam
bentuk 17-beta estradiol. Hormon ini merangsang pertumbuhan dan
maturasi dari payudara dan organ genital.10
8
Selama 1 tahun sampai 2 tahun pertama setelah menarke, fungsi
dari adenohipofisis hipotalamus masih belum seimbang (in balance) oleh
karena maturasi dari folikel premordial ovari tidak menyebabkan ovulasi
atau luteal fase. Dengan demikian, sintesis estrogen ovarium lebih
dominan dari pada sintesis progesteron luteal.10
Efek fisiologis dari estrogen terhadap pertumbuhan payudara
adalah menstimulasi pertumbuhan duktus longitudinal dari epitel
duktus.10
Duktus terminal juga membentuk tonjolan-tonjolan yang meniadi
atau membentuk lobulus payudara. Sementara itu, jaringan periduktal
meningkat dalam volume dan elastisitasnya, dengan diperkaya pembuluh
darah dan deposit jaringan lemak. Perubahan ini pada awalnya
dipengaruhi oleh estrogen yang diproduksi folikel ovarium immatur yang
selanjutnya berkembang menjadi folikel matur, sampai terjadi ovulasi.
Setelah terjadinya ovulasi dan perempuan tersebut tidak hamil, maka
korpus luteum akan memproduksi hormon sreroid yang lain yaitu
estrogen, akibatnya terjadi maturasi folikel ovulate dan korpus luteum
melepas progesteron. Peran yang pasti dari hormon ini hingga kini belum
jelas.10
Estrogen melancarkan pertumbuhan payudara sedangkan
progesteron menghambat. Kedua hormon ini bersama-sama
menyebabkan perkembangan duktus, lobulus, dan alveolus dari jaringan
payudara. Perkembangan payudara dari masa pubertas sampai kepada
maturiras, dibedakan dalam 5 fase yaitu fase I sampai dengan V.10
Tabel 1. Fase Perkembangan Payudara10
9
D. FISIOLOGI PAYUDARA
Sebelum pubertas, kelenjar mammae tidak berkembang dan terutama
terdiri dari duktus laktiferus bercabang yang bermuara di papilla mammae.
Pada pria, kelenjar mammae tetap tidak berkembang. Pada wanita, kelenjar
mammae membesar selama pubertas karena rangsangan estrogen. Akibatnya,
jaringan adipose dan jaringan ikat menumpuk dan bertambah, dan
percabangan duktus laktiferus di kelenjar mammae bertambah.9
Payudara yang mampu menghasilkan susu memiliki anyaman duktus
yang semakin kecil yang bercabang dari puting payudara dan berakhir di
lobulus. Setiap lobulus terdiri dari sekelompok kelenjar mirip kantung yang
dilapisi oleh epitel dan menghasilkan susu serta dinamai alveolus. Susu
dibentuk oleh sel epitel kemudian disekresikan ke dalam lumen alveolus, lalu
dialirkan oleh duktus pengumpul susu yang membawa susu ke permukaan
puting payudara.11
Selama kehamilan, estrogen kadar tinggi mendorong perkembangan
ekstensif duktus, sementara progesteron kadar tinggi merangsang
pembentukan alveolus-lobulus. Peningkatan konsentrasi prolaktin (suatu
hormon hipofisis anterior yang dirangsang oleh peningkatan kadar estrogen)
dan human chorionic somatomammotropin (suatu hormon plasenta yang
memiliki struktur serupa dengan hormon pertumbuhan dan prolaktin) juga
ikut berperan dalam perkembangan kelenjar mamaria dengan menginduksi
sintesis enzim-enzim yang dibutuhkan untuk memproduksi susu.11
10
Pada kehamilan akhir, alveoli mula-mula menghasilkan cairan yaitu
kolostrum yang kaya protein, vitamin, mineral dan antibodi. Namun, tidak
11
seperti air susu, kolostrum sedikit mengandung lemak.
Konsentrasi estrogen dan progesteron yang tinggi selama paruh terakhir
kehamilan mencegah laktasi dengan menghambat efek stimulatorik prolaktin
pada sekresi susu. Prolaktin adalah perangsang utama sekresi susu. Karena
itu, meskipun steroid-steroid plasenta berkadar tinggi tersebut merangsang
perkembangan perangkat penghasil susu di payudara namun hormon-hormon
ini juga mencegah kelenjar mamaria beroperasi hingga bayi lahir dan susu
dibutuhkan. Penurunan mendadak estrogen dan progesteron yang terjadi
dengan keluarnya plasenta saat persalinan memicu laktasi.11
susu. Susu harus secara aktif diperas keluar alveolus dan masuk ke duktus dan
menuju ke puting payudara, oleh kontraksi sel-sel mioepitel khusus (sel epitel
11
mirip otot) yang mengelilingi setiap alveolus. Penghisapan payudara oleh
bayi merangsang ujung saraf sensorik di puting, menimbulkan potensial aksi
yang merambat melalui medulla spinalis ke hipotalamus. Hipotalamus,
setelah di aktifkan, memicu pengeluaran oksitosin dari hipofisis posterior.
Oksitosin, selanjutnya, merangsang kontraksi sel mioepitel di payudara untuk
penyemprotan susu. Milk letdown ini berlanjut selama bayi terus menyusui.11
Penghisapan tidak saja memicu pelepasan oksitosin tetapi juga
merangsang produksi prolaktin. Pengeluaran prolaktin oleh hipofisis anterior
dikontroi oleh dua sekresi hipotalamusi Prolactin-inhibiting hormone (PIH)
dan prolactin-releasing hormone (PRH). Selama laktasi, setiap kali bayi
menghisap terjadi letupan sekresi prolaktin. Impuls-impuls aferen yang dipicu
di puting payudara oleh penghisapan dibawa oleh medula spinalis ke
hipotalamus. Refleks ini akhirnya menyebabkan pelepasan prolaktin oleh
hipofisis anterior. Prolaktin kemudian bekerja pada epitel alveolus untuk
mendorong sekresi susu untuk menggantikan susu yang keluar.11
Stimulasi secara bersamaan penyemprotan dan produksi susu oleh
hisapan memastikan bahwa kecepatan produksi susu seimbang dengan
kebutuhan bayi akan susu. Semakin sering bayi menyusui, semakin banyak
susu yang keluar melalui penyemprotan dan semakin banyak susu yang
diproduksi untuk pemberian berikutnya. Selain prolaktin, yaitu faktor
terpenting yang mengontrol sintesis susu, paling tidak terdapat empat hormon
lain yang esensial atas peran permisifnya dalam produksi susu: kortisol,
insulin, hormon paratiroid, dan hormon pertumbuhan.11
12
Pada beberapa kasus seorang ibu merasa putingnya datar atau terlalu
pendek akan menemui kesulitan dalam menyusui bayi. Hal ini bisa
berdampak bayi tidak bisa menerima ASI dengan baik dan cukup.13
13
Inverted nipple adalah malformasi umum pada wanita remaja dan
dewasa, yang dapat hadir secara unilateral atau bilateral. Itu umumnya
dimulai dari periode remaja dan dapat disebabkan oleh hipogenesis utama
otot polos dan jaringan pendukung dari kompleks puting-areola atau
hipoplasia duktus laktiferus. Karena bukaan saluran laktiferous terbenam,
inversi dapat menyebabkan infeksi berulang dan kesulitan menyusui, dan
penampilan payudara juga akan terpengaruh, yang akan berdampak pada
kesehatan psikologis pasien.16
Inverted nipple dapat diperoleh juga dari karsinoma, duktus mastitis,
operasi payudara, atau makromastia, tetapi biasanya kongenital. Congenital
inverted nipple terdiri dari 2 komponen: jaringan ikat yang tipis di bawah
puting terbalik yang hanya setengah dari ketebalan normal puting tegak; dan
pita berserat dan duktus laktiferus hipoplastik yang mengikat puting pada
posisi terbalik.17
Inverted nipple disebabkan oleh kegagalan duktus laktiferus untuk
tumbuh dan berkembang selama pematangan jaringan payudara atau oleh
fibrosis di sekitar duktus laktiferus karena peradangan (misalnya, mastitis,
kanker, operasi payudara sebelumnya).18
Sekitar minggu 6 janin perkembangan, kuncup payudara terbentuk di
sepanjang garis susu. Kelenjar payudara tumbuh sebagai pertumbuhan epitel
ke dalam jaringan mesenkim. Kemudian, selama bulan ke delapan atau
kesembilan dari perkembangan janin, lubang terbentuk di pintu masuk ke
saluran. Proliferasi jaringan mesenkimal dan lemak di bawah lubang
menyebabkannya meningkat di atas kulit yang baru lahir untuk membentuk
proyeksi puting. Kegagalan pertumbuhan mesenkim atau pemanjangan
duktus laktiferus dapat menyebabkan congenital inverted nipple.18
Pada kasus inverted nipple secara kongenital, kelainan ini terjadi pada
tahap perkembangan embrionik dari payudara. Proses pembentukan puting
pada embriologi manusia dimulai dengan penebalan dan penonjolan bagian
ektoderm di regio dimana kelenjar akan berada nantinya pada minggu
keempat kehamilan.19
14
Penebalan ektoderm menjadi terdepresi ke mesoderm di bawahnya,
sehingga permukaan bagian mammae kemudian menjadi datar dan akhirnya
masuk lebih dalam dari epidermis di sekitarnya. Mesoderm yang
berhubungan dengan pertumbuhan ke dalam dari ektoderm menjadi
terkompresi, dan bagian dari mesoderm ini tersusun menjadi lapisan
konsentris dan nantinya akan menjadi stroma dari kelenjar. Dengan
pembelahan dan percabangan, massa yang tumbuh ke dalam dari sel
ektodermal akan membentuk lobus dan lobulus dan nantinya juga membentuk
alveoli. Saat usia gestasi 16 minggu, tahap percabangan telah menghasilkan
15 hingga 25 garis epitelial pada fetus yang nantinya akan menjadi alveoli
sekretorik.19
Pada saat gestasi 28 minggu, hormon seksual plasental memasuki
sirkulasi fetal dan menyebabkan kanalisasi pada jaringan mammae fetal.
Duktus laktiferus dan cabangnya terbentuk dari perkembangan di lumen.
Duktus ini membuka ke arah depresi dangkal dari epidermal yang dikenal
sebagai mammary pit. Cekungan ini menjadi terelevasi sebagai hasil dari
proliferasi mesenkimal yang membentuk puting dan areola. Inverted nipple
adalah kegagalan dari elevasi cekungan ini.19
Sekitar 10-20% dari semua wanita dilahirkan dengan inverted nipple,
mengacu pada saat seluruh puting ditarik ke dalam, sedangkan retraksi
menyiratkan puting hanya memiliki area seperti celah ke dalam. Penyebab
inversi bawaan yang paling umum adalah duktus pendek atau sfingter otot
areola luas. Penyebab umum lainnya dari inverted nipple termasuk menyusui,
trauma yang menyebabkan nekrosis lemak atau pembedahan, ptosis, kanker
payudara, infeksi payudara, variasi genetik pada puting bentuk, kehamilan,
penurunan berat badan tiba-tiba dan besar, dan tuberkulosis.20
15
umbilikasi dan invaginasi. Puting umbilikasi dapat ditarik keluar dari posisi
tertekan di bawah permukaan alveolar, sedangkan puting invaginasi tidak
bisa.14
Inverted nipple dapat dibagi menjadi yang didapatkan atau kongenital.
Inverted nipple yang didapat: inverted nipple akibat operasi payudara
sebelumnya, infiltrasi karsinoma duktal, dan mastitis adalah contoh jenis yang
didapat. Congenital inverted nipple: tipe yang paling sering. Prevalensi
dilaporkan sebagai 2-10%.5
Gambar 9. Tiga kategori inverted nipple: derajat I inverted nipple (a), derajat
II inverted nipple (b), derajat III inverted nipple (c).16
16
jaringan lunak tidak mencukupi. Pada pemeriksaan histologis, duktus
terminal laktiferus dan unit lobuler menjadi atropi dan digantikan
dengan fibrosis berat.
Tabel 2. Sistem penilaian inverted nipple yang dikembangkan oleh Han dan
Hong. Duktus laktiferus diindikasikan oleh garis vertikal, fibrosis diindikasikan
oleh x kecil.22
17
mencubit puting, atau dengan dingin atau rangsangan, tidak benar-benar
puting terbalik. Dalam hal ini, tidak diperlukan persiapan khusus untuk
mengeluarkan puting susu sebelum menyusui.23
3. Pemeriksaan Penunjang
Tidak diperlukan pemeriksaan penunjang dalam penegakan
diagnosis.13
4. Diagnosis Klinis
Diagnosis klinis pada inverted nipple dapat diklasifikasikan sesuai
dengan klasifikasi Han dan Hong sebagai berikut: derajat I (ringan),
derajat II (sedang), dan derajat III (berat).12
Derajat I (ringan) ditemukan puting tampak datar atau masuk ke
dalam. Puting dapat dikeluarkan dengan mudah dengan tekanan jari pada
atau sekitar areola. Terkadang dapat keluar sendiri tanpa manipulasi.
Saluran ASI tidak bermasalah, dan dapat menyusui dengan biasa.12
Derajat II (sedang) ditemukan putting dapat dikeluarkan dengan
menekan areola, namun kembali masuk saat tekanan dilepas. Terdapat
kesulitan menyusui. Terdapat fibrosis derajat sedang. Saluran ASI dapat
mengalami retraksi namun pembedahan tidak diperlukan. Pada
pemeriksaan histologi ditemukan stromata yang kaya kolagen dan otot
polos.12
Derajat III (berat) ditemukan puting sulit untuk dikeluarkan pada
pemeriksaan fisik dan membutuhkan pembedahan untuk dikeluarkan.
Saluran ASI terkonstriksi dan tidak memungkinkan untuk menyusui.
18
Dapat terjadi infeksi, ruam, atau masalah kebersihan. Secara histologis
ditemukan atrofi unit lobuler duktus terminal dan fibrosis yang parah.12
19
terlekat ini, yaitu: menarik puting, latihan Hoffman, dan cup (shell)
payudara.24
Pada awal periode neonatal, pompa payudara mungkin membantu
pada wanita dengan puting datar atau terinversi. Payudara secara lembut
dipompa pelan hingga puting tertarik keluar. Bayi kemudian segera
didekatkan pada puting. Prosedur yang sama dilakukan pada sisi lainnya.
Biasanya hal ini diperlukan selama beberapa hari. Penarikan puting secara
manual/dengan tangan. Puting ditarik-tarik dengan lembut beberapa kali
hingga menonjol.13,24
20
Melalui hisapan lembut, niplette menarik puting keluar ke dalam
cup plastik kecil. Dalam hitungan minggu memakai terus, puting akan
tetap tegak. Idealnya gunakan sebelum hamil. Namun, Anda juga dapat
menggunakannya dalam enam bulan pertama kehamilan untuk mencapai
koreksi jangka panjang. Semua inverted nipple yang bukan bawaan tetapi
telah terjadi baru-baru ini harus segera diperiksa oleh dokter sebelum
Niplette digunakan.25
Teknik Hoffman dapat dilakukan dengan meletakkan kedua ibu jari
pada dasar puting dan dengan lembut dilakukan gerakan menjauhkan
kedua ibu jari satu sama lain. Latihan menggunakan teknik Hoffman ini
dilakukan tiga hingga empat kali sehari untuk memisahkan adhesi yang
mungkin menyebabkan retraksi atau inversi dari puting. Latihan ini
dilakukan dengan arah gerakan kedua ibu jari secara horizontal dan
kemudian dilanjutkan dengan arah gerakan vertikal.24
21
memiliki beberapa bukaan untuk sirkulasi udara untuk menjaga kulit tidak
menjadi lunak atau pecah-pecah.24
22
krim sebelum Anda memompa. Pompa payudara dapat melembutkan
payudara Anda dan membuatnya lebih mudah untuk bayi menempel
dengan baik ke payudara.13
23
Perawatan perusakan duktus ditandai dengan teknik invasif di mana duktus
laktiferus rusak dan untaian fibrotik yang ditranseksi.22
Berbagai teknik dapat digunakan untuk mencapai hasil klinis yang
memuaskan, termasuk pelepasan inversi yang adekuat, proyeksi dan
bentuk puting yang adekuat, fungsi dan sensasi laktasi normal,
kekambuhan minimal, dan jaringan parut yang berkurang. Empat teknik
utama adalah 1) eversi eksternal terus menerus dari puting susu; 2)
pelepasan retraksi duktus laktiferus dan ikatan fibrous; 3) penambahan
yang mendukung di dasar puting; dan 4) mengencangkan leher puting.
Teknik-teknik ini adalah prosedur bedah terbuka yang melibatkan
pembentukan kembali puting tegak yang baru dan benar-benar melepaskan
jaringan retraksi, seperti hipoplasia duktus laktiferus dan bundel serat, di
antaranya. Teknik ini sering memiliki dampak negatif pada menyusui.26
Berbagai jaringan, termasuk jaringan payudara, tendon,
dermoadipose, kartilago berlapis, dan bahan buatan (misalnya,
polydioxanone, silikon, Teflon, PTFE), telah diperkenalkan sebagai basis
puting untuk mendukung protrusi. Namun, penempatan bahan ini ke dalam
dasar puting membutuhkan transeksi dari bagian tengah puting dan saluran
laktiferus utama dan serat sensorik paralel untuk membuat saku kecil
untuk implantasi prosthesis. Beberapa komplikasi telah dilaporkan,
termasuk kesulitan menyusui, kehilangan sensasi puting, ekstrusi prostesis
atau infeksi, dan kekambuhan setelah resorpsi graft.26
Tujuan mengencangkan leher puting dapat dicapai dengan jahitan
purse-string atau jahitan internal 5-point star, Z-plasties kulit di dasar
puting, atau eksisi segitiga atau persegi panjang kulit puting-areola, tetapi
proyeksi jangka panjang biasanya tidak memuaskan. Terdapat kerugian,
seperti bekas luka yang jelas dan torsi yang mudah dari bentuk puting
selama penyembuhan luka. Selain itu, sulit untuk menyeimbangkan
pelepasan yang cukup dari ikatan fibrous dan cedera insidental ke duktus
laktiferus utama dan cabang saraf paralel. Selain itu, jaringan parut pada
24
tempat diseksi pada basis puting mungkin merupakan alasan utama untuk
kekambuhan awal.26
25
kapan saja. Lukanya dilindungi dengan Vaseline. Pasien yang hamil dalam
6 bulan follow-up menerima perawatan yang sesuai. Tinggi puting diukur
dalam posisi terlentang dan selalu oleh dokter yang sama. Ketinggian
diukur tiga kali secara vertikal dari akar puting, dan ukuran rata-rata
diambil. Dokumentasi fotografi direkam. Tes kepekaan dengan cotton-
swab dilakukan oleh ahli bedah.26
26
PENUTUP
27
DAFTAR PUSTAKA
28
Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer. Jakarta: Ikatan Dokter Indonesia.
14. Shiffman MA. 2018. Nipple-Areolar Complex Reconstruction: Principles and
Clinical Techniques. Switzerland: Springer.
15. Bagal SU, Salunkhe JA, Salunkhe AH, Kakade SV, Mohite VR. 2017. A
Comparative Study to Assess Problem of Inverted Nipple and Its Relationship
to Successful Breast Feeding Among Antenatal Mothers. International
Journal of Health Sciences & Research; 7(4): 280-288.
16. Yukun L, Ke G, Jiaming S. 2016. Application of Nipple Retractor for
Correction of Nipple Inversion: A 10-Year Experience. Aesth Plast Surg.
17. Kim DY, et al. 2003. Correction of Inverted Nipple: An Alternative Method
Using Two Triangular Areolar Dermal Flaps. Ann Plast Surg; 51(6): 636 –
640.
18. Gould DJ, et al. 2015. Inverted Nipple Repair Revisited: A 7-Year
Experience. Aesthetic Surgery Journal; 35(2): 156–164.
19. Lawrence, Robert M; Lawrence, Ruth A. 2014. The Breast and the
Physiology of Lactation. Creasy and Resnik’s Maternal-Fetal Medicine:
Principle and Practice. Elsevier.
20. Stone K dan Wheeler A. 2015. A Review of Anatomy, Physiology, and
Benign Pathology of the Nipple. Ann Surg Oncol; 22: 3236–3240.
21. Kang JK, et al. 2017. Inverted Nipple Correction Using a Combination of the
Perpendicular Suture Method and the Purse-String Suture Method. Arch
Aesthetic Plast Surg; 23(2): 104-107.
22. Yenty QMH, et al. 2016. Treatment of the benign inverted nipple: A
systematic review and recommendations for future therapy. The Breast;
29:82-89.
23. Toronto Public Health. 2013. Protocol#8: Flat or Inverted Nipples dalam
Breastfeeding Protocols for Health Care Providers. Toronto: Toronto Public
Health.
24. Newton, Edward R. 2012. Lactation and Breastfeeding. Obstetrics: Normal
and Problem Pregnancies 6th ed. Elsevier.
25. Philips Avent. 2017. A simple solution for inverted nipples. Philips: Philips
29
Avent.
26. Feng R, et al. 2018. A Modified Inverted Nipple Correction Technique that
Preserves Breastfeeding. Aesthetic Surgery Journal; sjy119.
30