Anda di halaman 1dari 10

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.S dan Ny.

R POST PARTUM SECTIO CAESAREA


DENGAN MASALAH RESIKO INFEKSI
DI RSUD DR. ADHYATMA, MPH SEMARANG

Desi Wijayanti (2017)


Program Studi DIII Keperawatan Semarang
Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Semarang
Pembimbing 1 : Dra. Ns. Desak Parwati, S.Kep, M. Kes
Pembimbing 2 : Iis Sriningsih, S.ST, M. Kes

ABSTRAK
Sectio Caesarea merupakan tindakan pembedahan yang bertujuan melahirkan bayi dengan
melalui insisi dinding abdomen dan dinding uterus. Persalinan dengan sectio caesarea beresiko
terjadinya angka infeksi lebih tinggi daripada persalinan pervaginam. Infeksi luka post sectio
caesarea merupakan kondisi dimana tubuh mengalami perubahan patologis yang disebabkan oleh
luka setelah operasi. Perawat berperan penting dalam mengatasi masalah resiko infeksi dengan
memberikan tindakan perawatan luka yang tepat, sesuai Standart Operasional Prosedur. Prinsip
utama dalam manajemen perawatan luka adalah mencegah dan mengobati luka yang menjadi
penyebab terjadinya infeksi. Tujuan dari studi kasus ini untuk mengetahui gambaran asuhan
keperawatan pada ibu post sectio caesarea dengan masalah resiko infeksi. Metode studi kasus yang
digunakan adalah menggunakan metode deskriptif dengan subjek studi kasus yaitu 2 ibu post
sectio caesarea di RSUD Adhyatma, MPH Semarang. Hasil studi kasus diperoleh bahwa personal
hygine yang buruk menjadi faktor penyebab dari timbulnya infeksi post sectio caesarea. Dibuktikan
dengan hasil observasi hari ke-3 pada Ny.S yang memperhatikan personal hygine secara rutin
hasilnya luka tampak bersih sedangkan pada Ny.R yang kurang memperhatikan personal hygine
memperlihatkan keadaan luka yang kotor. Faktor yang dapat memperlambat penyembuhan luka
dan menimbulkan terjadinya infeksi adalah salah satunya dengan memperhatikan personal hygine.
Simpulan dari studi kasus ini bahwa masalah resiko infeksi pada Ny.S dan Ny.R teratasi namun
faktor dari personal hygine Ny.S sudah menunjukkan baik dibanding Ny.R yang beresiko terjadi
infeksi. Saran untuk studi kasus ini yaitu waktu studi kasus dipertimbangkan untuk mencapai
tujuan. Maka dari itu dalam melakukan asuhan keperawatan pada klien post partum sectio
caesarea dengan masalah resiko infeksi tidak cukup hanya 3 hari.

Kata kunci : Post Sectio Caesarea, Resiko Infeksi, Perawatan Luka Post SC

ABSTRACT

Sectio caserea is the delivery of a fetus by surgical incision through the abdominal wall
and uterus. It gives a risk to higher amount of infection rather than delivery pravaginam. The post
sectio caesarea's infection is a condition where the body encounter a pathology change that caused
by the wound after the surgery. The nurse has a very important role to overcome the infection by
giving the appropriate treatment according to Standards Operational Procedure. the main tenet of
the treatment is to prevent and to cure the wound which could be the cause of infection. The
purpose of this research is to know how the nursing treatment toward moms post sectio caesarea
with an infection as the risk. the method of the research is descriptive method whit two participants
at RSUD Adhytama, MPH Semarang. the result of the research is a bad personal hygiene become
the factor that caused infection post sectio caesarea. It is proven by the third day of observation
toward Mrs. S who look after her personal hygiene and her wound seems clean meanwhile toward
Mrs. R, she is careless to her personal hygiene and seems her wound so dirty. By looking after a
personal hygiene could be the retard of healing the wound and make infection. As the conclusion,
the infection of Mrs S and R is clear but the personal hygiene of Mrs. S seems better than Mrs. R
which can caused infection. the suggestion of this research is to consider the research time because
3 days are not enough to do nursing treatment toward post sectio caesarea.

Keywords : post sectio caesarea, infection, Surgical wound care post sectio caesare
PENDAHULUAN tahun 2016 sejumlah 8 ibu mengalami infeksi
setelah Sectio Caesarea.
Sectio caesarea (SC) merupakan Adanya faktor penyebab dari
tindakan pembedahan yang bertujuan munculnya infeksi tersebut ialah faktor
melahirkan bayi dengan membuka dinding resiko dari pasien seperti umur, memiliki
perut dan rahim ibu (Todman, 2007; Lia et.al, riwayat DM, kekebalan terhadap imun
2010). Luka adalah rusaknya struktur dan tubuh, obesitas, status nutrisi, atau karena
fungsi anatomis kulit normal akibat proses lama rawat inap pra-bedah, kemudian faktor
patologis yang berasal dari internal dan resiko dari tindakan operasi juga dapat
eksternal dan mengenai organ tertentu menimbulkan resiko infeksi (Anik
(Potter & Perry, 2006). Maryunani, 2014, hlm. 178).
World Health Organisation (WHO)
melaporkan, angka kejadian Sectio Caesarea Perawat berperan penting dalam
meningkat 5 kali dari tahun sebelumnya, mengatasi masalah resiko infeksi pada klien
standar rata-rata tersebut disebuah negara post Sectio Caesarea. Tindakan yang diberikan
adalah sekitar 5-15% per 1000 kelahiran di perawat secara mandiri yaitu perawatan
dunia, rumah sakit pemerintah rata-rata luka. Manajemen perawatan luka sangat
11%, sementara di rumah sakit swasta bisa penting dalam proses penyembuhan (Zulfa
lebih dari 30% (Gibbson L. Et all, 2010). dkk, 2008).
Permintaan Sectio Caesarea di sejumlah Prinsip yang seharusnya dilakukan
negara berkembang meningkat setiap dengan perawatan yang steril pada luka
tahunnya. Pada tahun 70-an permintaan SC Sectio Caesarea masih sering diabaikan.
adalah sebesar 5%, kini lebih dari 50% ibu Dalam penelitian (Herlina Abriani
hamil menginginkan operasi Sectio Caesarea Puspitasari, dkk tahun 2011) dalam
(Dhani., Lana B. W .,dkk, 2013 ; Juditha, melakukan perawatan luka khususnya pada
2006). Menurut NCBI di Asia Tenggara pada pasien post sectio caesarea, perawat kurang
tahun 2005 jumlah yang melakukan tindakan memperhatikan prinsip Standar Operasional
SC sebanyak 9550 kasus per 100.000 kasus Prosedur (SOP) perawatan luka. Perawat
(Ferry, 2012). kurang memperhatikan teknik aseptik,
misalnya sesudah melakukan perawatan
Berdasarkan hasil Survei Demografi luka pada satu pasien, tidak segera mencuci
Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2010 tangan kembali dan mengganti dengan
tercatat bahwa jumlah persalinan melalui handscoon yang baru dan steril tetapi
Sectio Caesarea secara nasional berjumlah langsung melakukan perawatan luka pada
kurang lebih 15,3% dari jumlah total pasien yang lain. Pada pengamatan, Dr.
persalinan. Secara umum di Indonesia, Ignas F. Semmelweis pada tahun 1847
jumlah persalinan Sectio Caesarea di Rumah mengetahui pertama kali bahwa tindakan
Sakit Negeri 20-25% dari total persalinan, medis dapat menularkan infeksi, sumber
sedangkan di Rumah Sakit Swasta infeksi berasal dari tangan petugas
jumlahnya tinggi yaitu sekitar 30–80% dari kesehatan yang menolong persalinan serta
total persalinan (Depkes RI, 2010). perawatannya yang mengabaikan tindakan
Sedangkan di Jawa Tengah perslinan Sectio untuk mencuci tangan.
Caesarea pada tahun 2010 sebesar 11,8 %
(Profil Dinas Kesehatan, 2010). Di RSUD Pada teknik perawatan luka (wound care), di
Adhyatma, MPH Semarang tahun 2016 negara yang sedang berkembang seperti
tercatat bahwa jumlah persalinan melalui Indonesia banyak kita temukan aktivitas
Sectio Caesarea berjumlah 621 ibu. Wound Care dengan menggunakan metode
Angka infeksi di Indonesia konvesional, yaitu dengan memakai kasa
merupakan salah satu penyebab utama lembab menjadi kering. Metode ini hanya
kematian ibu. Angka kematian ibu yang di menggunakan kasa, sehingga ketika kasa
sebabkan oleh infeksi post Sectio Caesarea di lembab menjadi kering, justru
Indonesia pada tahun 2013 mencapai 7,3% mengakibatkan pertumbuhan jaringan sehat
(Kemenkes RI, 2015), sedangkan angka yang terganggu, dan dapat menimbulkan
kejadian infeksi post Sectio Caesarea di Jawa rasa nyeri yang berlebihan (Tarigan, 2007).
Tengah adalah 3,54% (Dinkes Jateng, 2014). Luka dalam kondisi kering juga dapat
Di RSUD Adhyatma, MPH Semarang pada memperlambat proses penyembuhan luka
dan akan menimbulkan bekas luka. Dalam
metode ini dapat diberikan dengan kompres balutannya dan perawatan luka kurang
NaCl, syarat aseptik juga sangat di memegang prinsip aseptik, kemudian pada
perhatikan didalam perawatan luka tahun 2013 perawatan luka Sectio Caesarea
Pada era sekarang, balutan dalam sebagian di RSUD Adhyatma, MPH
kondisi lembab merupakan cara yang paling Semarang mulai menggunakan NaCl 0,9%
efektif untuk penyembuhan luka. Salah satu sebagai larutan pembersih luka maupun
konsep perawatan luka modern saat ini yang sebagai penutup luka dengan balutan luka
dilakukan adalah “Moist Wound Healing”, wet to dry yang dapat menciptakan suasana
yaitu metode untuk perawatan luka dengan lembab tetapi tidak dapat bertahan dalam
mempertahankan kelembaban pada luka jangka yang lama, menimbulkan nyeri,
guna untuk mencegah timbulnya infeksi memperpanjang penyembuhan luka sebab,
serta mempercepat penyembuhan luka kasa yang melekat akan menimbulkan luka
(Morison 2004). Keuntungan dengan kembali ke fase inflamasi.
menggunakan metode perawatan “Moist Berdasarkan data dan fenomena
Wound Healing” ini ialah meningkatkan diatas, maka perawatan luka pada pasien
epitelisasi 30-50%, meningkatkan sintesa post operasi sectio caesarea sangatlah
kolagen sebanyak 50%, serta dapat penting guna mencegah timbulnya
mengurangi cairan dari atas permukaan luka komplikasi yang berlanjut. Penulis tertarik
(Admin, 2008). Metode wound care saat ini melakukan “Asuhan keperawatan luka pada
menggunakan prinsip moisture balance. ibu post partum sectio caesarea dengan fokus
Berdasarkan penelitian, lebih efektif moisture masalah resiko infeksi di RSUD Adhyatma,
balance yang dikenal sebagai metode modern MPH Semarang”.
dressing untuk proses penyembuhan luka
(Sotani, 2009). TUJUAN
Menurut Sing, et al pada tahun 2011 Tujuan dari penelitian ini adalah
menyatakan 60% dari kelompok modern untuk Mengetahui gambaran asuhan
dressing dalam merawat luka menunjukkan keperawatan pada ibu post partum Sectio
bersih dari organisme secara penuh dalam Caesarea dengan masalah resiko infeksi di
dua minggu, dan sekitar 90 % dalam empat RSUD Adhyatma, MPH Semarang.
minggu meskipun hanya enam luka tidak
menunjukkan bersih dari organisme di akhir MANFAAT
minggu keempat. Di sisi lain, hanya 42 % Karya Tulis Ilmiah ini berguna
dari luka di kelompok konvensional untuk menambah dan mengembangkan
ditemukan steril setelah dua minggu pengetahuan dalam melakukan asuhan
perawatan. Setelah empat minggu keperawatan pada ibu post Sectio Caesarea
pengobatan konvensional 12 luka masih dengan masalah resiko infeksi.
ditemukan sekumpulan organisme patogen.
Untuk mendapatkan keadaan luka yang BAHAN DAN METODE
lembab, dapat dilakukan dengan pemilihan Metoda yang digunakan penulis
dressing yang tepat menggunakkan occlusive dalam studi kasus ini adalah metode
dressing/ semi-occlusive dressing yang dapat deskriptif dengan pemaparan kasus dan
berupa film transparan. Menurut Penelitian menggunakan pendekatan proses asuhan
Holm dalam Bagus (2011) menunjukkan keperawatan dengan memfokuskan pada
bahwa pada luka pembedahan abdominal salah satu masalah penting, dalam kasus
ditemukan perbedaan signifikan angka yang dipilih yaitu resiko infeksi pada ibu
kejadian infeksi pada perawatan luka post partum Sectio Caesarea.
dengan occlusive dressing (3%) dan Subyek dalam studi kasus ini
perawatan luka konvensional (14%). menggunakan dua responden (klien) yaitu
Dari data penelitian (Lesia yang mana memiliki kriteria secagai ibu post
Setyawati, dkk, 2013) di RSUD Tugurejo partum Sectio Caesarea, Ibu post partum
Semarang pada tahun 2012 perawatan Sectio Sectio Caesarea yang kooperatif, Klien rawat
Caesarea masih menggunakkan metode inap rumah sakit RSUD Dr. Adhyatma,
konvensional menggunakkan povidon MPH, Bersedia menjadi responden, Ibu post
iodine 10% yang mengharuskan untuk partum Sectio Caesarea tanpa komplikasi
sering diganti ketika balutan telah kering, penyakit lain.
hal ini dapat menyebabkan terjadinya Studi kasus ini dilaksanakan selama
infeksi terutama jika penggantian minimal 3x 24 jam sekitar bulan Januari
sampai dengan Maret 2017 di ruang cefotaxime 1gr, Kalnex 500 mg dan ketorolac
Bougenvile Rumah Sakit Umum Daerah Dr. 30 mg).
Adhyatma, MPH Semarang. Hasil pengkajian pada klien kedua
Ny.R berusia 30 tahun dengan P1A2
HASIL DAN PEMBAHASAN dilakukan operasi sectio caesarea dikarenakan
Hasil pengkajian didapatkan data letak janin melintang dan curiga plasenta
klien Ny.S berusia 20 tahun dengan P1A0, letak rendah, usia kehamilan 38 minggu.
dilakukan operasi sectio caesarea dikarenakan Didapatkan data keluhan klien Ny.S
presentasi janin sungsang dan KPD usia mengatakan “luka jahitan rasanya sakit
kehamilan 40 minggu. mbak, panas, rasanya gatal tapi lama-lama
Keluhan klien Ny.S mengatakan perih”. Klien juga mengatakan susah
terasa sakit seperti perih pada bagian luka bergerak karena BB 104kg, “susah bergerak
bekas operasi. Klien juga mengatakan takut menekuk kaki saja belum bisa mbak”
apabila banyak bergerak dan beraktivitas, katanya dan klien mengatakan jika bergerak
luka akan membuka dan terjadi infeksi. terlalu sering, jahitan akan lepas dan infeksi.
Klien Ny. S mempunyai riwayat Pemeriksaan antropometri Ny. R BB
anemia sejak usia 17 tahun. Pemeriksaan sekarang 104kg, TB : 148 cm, IMT : 49,5 kg,
antropometri pada klien 1 BB sekarang 68kg, LILA : 38cm. Biokimia: Hb 12.20, Clinical
TB 157cm, IMT 27,2. Biokimia : Hb 9.8 gr/dL, Sign: konjungtiva tidak anemis, Turgor kulit
Clinical Sign : konjungtiva anemis, rambut lembab, rambut hitam,tebal, tidak rontok.
mudah rontok, turgor kering. Mobilisasi klien Ny.R mengatakan
Untuk mobilisasi, klien Ny.S baru bisa menggerakkan tangan, dan kaki
mengatakan sudah bisa menggerakkan secara perlahan, menegangkan otot betis
lengan dan tangan, menggerakkan ujung jari serta menekuk kaki secara bersamaan
kaki, memutar pergelangan kaki, maupun bergantian, berbaring kanan dan
mengangkat tumit, menggeser kaki, kiri, menggeser kaki.
menegangkan otot betis serta menekuk kaki, Pemeriksaan fisik Ny.R kesadaran
berbaring kanan dan kiri secara pelan, turun komposmentis, E4M6V5 dengan tanda-tanda
dari tempat tidur kemudian berjalan pelan vital TD: 120/70 mmHg, HR: 80 x/menit,
klien sudah mampu, klien mampu RR: 24 x/menit, T :37,8 0C. Pemeriksaan
memposisikan setengah duduk (semifowler), inspeksi abdomen terlihat adanya bekas luka
saat di instruksikan untuk posisi duduk post SC yang masih tertutup kassa, secara
tegak klien mampu secara perlahan vertikal dengan panjang ±17cm, tidak ada
melakukannya. distensi abdomen, tidak ada bercak
Pada pemeriksaan fisik Ny.S kemerahan, teraba hangat disekitar luka,
kesadaran komposmentis, E4M6V5 dengan terlihat adanya rembesan pada sisi kanan
tanda-tanda vital TD: 100/70 mmHg, HR : 80 luka. Saat dilakukan palpasi TFU 2 jari
x / menit, RR : 24 x / menit, T : 37,6 0C. dibawah pusat, posisi ditengah, terdapat
Pemeriksaan inspeksi abdomen terlihat nyeri tekan pada luka bekas operasi SC.
adanya bekas luka post operasi SC yang Kandung kemih dalam kondisi kosong,
masih tertutup kassa, secara vertikal dengan tampak pengeluaran pervaginam lokhea
panjang ±15cm, terlihat tidak adanya distensi rubra ±30cc.
abdomen, tidak terlihat bercak kemerahan, Pemeriksaan laboratorium tanggal
teraba hangat disekitar luka, tidak ada 21 Februari 2017 didapatkan hasil
rembesan. Saat dilakukan palpasi TFU 2 jari hemoglobin 12,20 g/dl, leukosit 18,53
dibawah pusat, posisi ditengah, terdapat 10^3/uL, hematokrit 37,20 %, netrofil 86,20
nyeri tekan pada luka bekas operasi SC. %. Pemeriksaan GDS dengan hasil 59mg/dl
Kandung kemih dalam kondisi kosong, nilai normal gula darah <125 mg/dl. Klien
tampak pengeluaran pervaginam lokhea terpasang infuse RL 20 tpm pada tangan kiri,
rubra ±30cc terpasang kateter urine dan klien
Pemeriksaan laboratorium tanggal mendapatkan injeksi cefotaxime 1gr, Kalnex
21 Februari 2017 didapatkan hasil 500 mg dan ketorolac 30 mg.
hemoglobin 9,8 g/dl, leukosit 20,97 10^3/uL, Berdasarkan data hasil pengkajian
hematokrit 38,10 %, netrofil 93,60 10^6/uL. maka penulis merumuskan masalah
Gula darah 72 mg/dl. Klien terpasang infuse keperawatan pada kedua klien yaitu resiko
RL 20 tpm pada tangan kiri, tidak terpasang infeksi berhubungan dengan tindakan
kateter urine dan klien mendapatkan injeksi invasif, insisi post pembedahan SC. Diagnosa
keperawatan diatas sesuai dengan diagnosa Respon Ny.S pada hari ketiga
yang terdapat dalam NANDA International implementasi yaitu saat dilakukan inspeksi
Nursing Diagnoses Definition and balutan didapatkan hasil tidak ada rembesan
Classification 2015-2017. pada luka, daerah sekitar luka tidak tampak
Rencana asuhan keperawatan yang bercak merah. Kemudian saat dilakukan
akan dilakukan pada kedua klien adalah perawatan luka pada Ny.S keadaan luka
sama yaitu, monitor vital sign sebelum bersih, tidak ada tanda infeksi, jahitan luka
melakukan tindakan, monitor adanya tanda sudah tampak menyatu/melekat.
infeksi pada luka klien, lakukan perawatan Respon Ny.R pada hari pertama
luka dengan menggunakan metode “Moist implementasi yaitu luka saat dilakukan
Wound Dressing”, ajarkan personal hygine inspeksi balutan tidak ada rembesan pada
yang adekuat, anjurkan untuk selalu balutan dan tidak ada bercak kemerahan di
memperhatikan pola nutrisi klien, observasi sekitar luka. Pada luka belum dilakukan
proses penyembuhan luka. ,perawatan luka karena sesuai protap rumah
Rencana asuhan keperawatan untuk sakit perawatan luka dilakukan setelah H+3
diagnosa keperawatan resiko infeksi post SC.
berhubungan dengan tindakan invasif, insisi Respon Ny.R pada hari kedua
post pembedahan SC dilakukan tindakan implementasi yaitu luka saat dilakukan
keperawatan selama 3x 24 jam. Selain itu inspeksi balutan tidak ada rembesan pada
penulis juga menindaklanjuti dengan balutan dan tidak terlihat adanya bercak
melakukan satu kali kunjungan rumah, kemerahan di sekitar luka, tampak kurang
diharapkan masalah resiko infeksi yang bersih pada area luka. Kemudian saat
terjadi pada klien teratasi. Dengan kriteria dilakukan perawatan luka pada Ny.R
hasil: klien terbebas dari tanda-tanda infeksi, keadaan luka kotor, tidak ada tanda infeksi,
luka menunjukkan tanda awal jahitan luka sudah tampak
penyembuhan, klien menunjukkan personal menyatu/melekat, ada tanda kemerahan
hygine yang adekuat, serta dapat seperti bekas garukan.
menunjukkan faktor yang menunjang Respon Ny.R pada hari ketiga
penularan infeksi, vital sign pada implementasi yaitu luka saat dilakukan
pengukuran suhu klien dalam batas normal inspeksi didapatkan pada daerah sekitar
(36,5OC- 37.5oC), serta pemeriksaan balutan tidak tampak kemerahan, tidak ada
penunjang dalam nilai normal kadar leukosit rembesan atau pus, ada tanda kemerahan
(3.6-11 10^3/uL) dan kadar Hb (11,7-15,5 seperti bekas garukan. Kemudian saat
g/dL). dilakukan perawatan luka pada Ny.S
Implementasi yang dilakukan pada keadaan luka kotor, tidak ada tanda infeksi,
kedua klien dan berbeda respon yang sama jahitan luka sudah tampak
yaitu melakukan perawatan luka. menyatu/melekat.
Implementasi ini dilakukan 3 kali dalam 3 Berdasarkan data diatas dapat
hari. Tindakan pertama dilakukan pada Ny.S dilihat bahwa hasil observasi perawatan luka
post SC hari kedua, respon Ny.S pada post SC pada hari pertama oleh Ny.S dan
balutan luka saat dilakukan inspeksi tidak Ny.R terdapat persamaan bahwa kedua klien
ada rembesan, tidak ada becak kemerahan sama-sama tidak terjadi adanya tanda
disekitar luka, balutan luka terlihat kencang. infeksi. Hal tersebut menandakan tindakan
Pada luka belum dilakukan perawatan luka perawatan luka yang diberikan oleh penulis
karena sesuai protap rumah sakit dilakukan terbukti dilakukan dengan baik dan sudah
perawatan luka pada hari ke-3 post SC. sesuai SOP perawatan luka dengan “Moist
Respon Ny.S pada hari kedua Wound Dressing” yang berupa trasparan film.
implementasi yaitu saat dilakukan inspeksi Implementasi yang dilakukan pada
balutan tidak ada rembesan pada luka, kedua klien dan memiliki perbedaan respon
terlihat warna kemerahan pada daerah yaitu mengajarkan kepada kedua klien
sekitar luka, keadaan sekitar luka cukup untuk menjaga personal hygine agar infeksi
bersih. Kemudian saat dilakukan perawatan dapat terhindar. Personal hygiene juga sangat
luka pada Ny.S keadaan luka bersih, tidak penting untuk diperhatikan semakin bersih
ada tanda infeksi, jahitan luka sudah tampak luka operasi maka akan semakin cepat fase
menyatu/melekat, tidak ada rembesan kesembuhan tersebut berlangsung.
darah/pus. Respon Ny.S pada hari pertama
yaitu saat diajarkan dan dianjurkan untuk
memperhatikan personal hygine mengatakan membuat klien menjadi malas dalam
bersedia untuk menjaga kebersihan diri melakukan aktivitas.
terutama pada daerah luka yang akan rutin Menurut Smeletzer,( 2010) Personal
untuk membersihkannya. hygiene (kebersihan diri) juga merupakan
Respon Ny.S pada hari kedua yaitu salah satu faktor yang dapat memperlambat
saat ditanya mengenai personal hygine klien penyembuhan, hal ini dapat menyebabkan
mengatakan sudah melakukan personal adanya benda asing seperti debu dan kuman
hygine dengan baik. Data objektive masuk ke dalam luka sehingga
didapatkan daerah luka tampak bersih. menimbulkan lambatnya kesembuhan luka
Respon Ny. S pada hari ketiga dan terjadinya infeksi.
implementasi yaitu saat ditanya dan
diingatkan mengenai personal hyginenya klien KESIMPULAN
mengatakan sudah rutin dan selalu Hasil evaluasi pada kedua klien
memperhatikan personal hyginenya terutama Ny.S dan Ny.R didapatkan hasil yaitu pada
rutin pada perawatan di daerah luka. Data Ny. S mengatakan jika luka sudah tidak
objective didapatkan daerah luka tampak terasa sakit, Ny.S mengerti tanda dan gejala
bersih. infeksi, Ny.S melakukan personal hygine dan
Kemudian didapatkan respon Ny.R memperhatikan pola nutrisi dengan baik,
pada hari pertama yaitu saat diajarkan dan dan didapatkan hasil saat perawatan luka
dianjurkan untuk memperhatikan pola hygine terlihat tidak adanya tanda-tanda infeksi,
mengatakan “ iyaa mbak nanti saya luka tampak bersih. Dari hasil tersebut dapat
bersihkan kalau saya sempat mbak”. disimpulkan bahwa asuhan keperawatan
Respon Ny.R pada hari kedua yaitu yang diberikan pada Ny.S teratasi.
saat ditanya mengenai personal hygine klien Sedangkan pada Ny.R setelah diberikan
mengatakan belum melakukan personal tindakan keperawatan Ny.R mengarti tanda
hygine dengan baik karena belum berani dan gejala infeksi, Ny.R memperhatikan pola
mandi. Data objektive didapatkan daerah nutrisi dengan baik, dan didapatkan hasil
luka tampak kurang bersih. Saat dilakukan saat perawatan luka terlihat tidak adanya
perawatan luka, saat luka dibersihkan luka tanda-tanda infeksi, namun luka tampak
tampak kotor. kurang bersih, Ny.R tidak melakukan
Respon Ny. R pada hari ketiga personal hygine dengan baik,. Untuk
implementasi dilakukan dengan kunjungan langkah selanjutnya pada Ny. R perlu
rumah yaitu saat ditanya dan diingatkan diajarkan dan di ingatkan kembali untuk
mengenai personal hyginenya klien menjawab memperhatikan personal hygine yang
“ sudah mbak tadi juga sambil mandi saja adekuat agar infeksi tidak terjadi.
mbak” namun saat dilihat pada daerah
sekitar luka nampak masih tampak kurang SARAN
bersih. Data objektive didapatkan daerah Saran yang dapat diberikan untuk
luka sekitar dan luka tampak kurang bersih. penanganan kasus resiko infeksi pada klien
Pada saat kedua klien diajarkan dengan SC adalah sebagai berikut:
mengenai personal hygine masing-masing 1.Bagi ibu post partum SC
bersedia melakukan apa yang telah Diharapkan dapat melakukan perawatan
dianjurkan dan diajarkan oleh penulis pada luka post operasi SC, dengan
namun ditemukan perbedaan pada antusias memperhatikan personal hygine,
Ny.S lebih berantusias untuk melakukan berguna untuk menghindari dari resiko
personal hygine dengan rutin dan baik, terjadinya infeksi, dan pola nutrisi lebih
antusiasme Ny.S dapat mempengaruhi diutamakan untuk mempercepat proses
keberhasilan penulis dalam melakukan penyembuhan luka.
tindakan keperawatan yang sesuai rencana 2.Bagi tenaga keperawatan
keperawatan, dibandingkan dengan Ny.R Diharapkan dapat mengkaji riwayat klien
yang tidak berantusias dan tidak rutin post SC secara komprehensif yang dapat
melakukan personal hygine terutama mempengaruhi faktor terjadinya infeksi
perawatan pada daerah sekitar luka. Pada pada ibu post SC diantaranya yakni
Ny.R memiliki alasan mengenai tidak respon ibu terhadap prosedur
antusiasnya melakukan personal hygine pembedahan, status nutrisi yang buruk,
karena keterbatasan gerak klien yang serta personal hygine. Selain itu,
memonitor keadaan klien dengan
melihat dari pemeriksaan penunjang Koizer &Erb. Terjemahan oleh : Eny
dapat mengetahui respon tubuh Meiliya,dkk. Jakarta : EGC
mengenai timbulnya tanda gejala infeksi. Boyle, Mauren. (2008). Pemulihan luka.
3.Bagi Pihak rumah sakit Jakarta: EGC
Diharapkan dapat meningkatkan mutu Bulechek, G, M,. (2013). Nursing Interventions
pelayanan keperawatan dengan Classification (NIC). Amerika :
memperhatikan Standart Operasional Elsevier
Prosedur dalam melakukan tindakan Delima, B. (2015). Sectio Caesarea. (Online).
perawatan luka klien post SC. Manajemen https://bidandelima.wordpress.
perawatan luka insisi post SC, yang com/2015/01/09/sc-sectio-
dilakukan sesuai SOP menjadi point caesaria/ diakses pada 10 Januari
penting dalam pencegahan terjadinya 2017.
infeksi pada luka klien, selain itu juga Depkes, RI (2010) Analisis Kematian Ibu di
mendukung proses pemulihan kondisi Indonesia juni 2011.
klien dengan baik. http:/www.kesehatan. ibu.go.id
Dhani., Lana B. W ., Haryanto Amanda., dkk.
DAFTAR PUSTAKA (2013). Gambaran Karakteristik
Persalinan Dengan Tindakan Sectio
Abriani, P. H., Basirun, A. U., Tri, S. S., (2011). Caesarea Di Rumah Sakit Immanuel
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Bandung Periode 1 Januari 2013- 31
Penyembuhan Luka Post Operasi Desembee 2013. Journal (Online).
Sectio Caesarea (SC). Jurnal Ilmiah (http://repository.maranatha.edu/1
Kesehatan Keperawatan, volume 7, 2750/10/1110159_Journal.pdf,
nomor 01, (Online), Diakses 8 November 2016)
(http://ejournal.stikesmuhgombong Esyuananik, A.N. (2015). Peranan Mobilisasi
.ac.id/index.php/jikk/article/view Dini Terhadap Proses Involusi Pada
/25/24, Diakses 20 Oktober 2016) Ibu Post
Andriani, D. (2012). Faktor- Faktor Yang Partum.(Online).(http://jurnal.stike
Mempengaruhi Tindakan Sectio skendedes.ac.id/index.php/KMJ/a
Caesarea Di Rumah Sakit Umum rticle/download/32/24). Diakses 16
Daerah Kabupaten Dompu Tahun Januari 2017.
2010. (Online), Ferry Budiman.(2012). Angka Kejadian,
(http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/ Indikasi serta Komplikasi Tindakan
20356130-S-Dewi Andriani.pdf , Sectio Caesarea di Rumah Sakit
Diakses 8 November 2016) Immanuel Periode 1 Januari 2011- 31
Arisanty, I.P. (Ed.). (2014). Konsep Dasar Desember 2011. Bandung: FK-UKM
Manajemen Perawatan Luka. Jakarta Hasanah, Nur., Puji Wardayanti. (2015).
: EGC Asuhan Kebidanan Komprehensif
Pada Ny “S” Dengan Infeksi Post Sc
Aryabarja, P. (2013). Sectio Caesarea, Bedah Hari Ke-16 Di Rsud Dr. Soegiri
Caesar, Operasi Persalinan.(online), Lamongan Tahun 2015.
https://www.scribd.com/doc/1185 (Online).(http://journal.unisla.ac.id
52504/sectio-caesarea-bedah-caesar- /pdf/19712015/6.%20Asuhan%20K
operasi- persalinan. Diakses tanggal ebidanan%20Komprehensip%20den
28 Desember 2016. gan%20infeksi%20psot%20SC%20h
Astriana Willy. (2016). Pengeluaran Lokhea ari%20ke%2016.pdf, Diakses 27
Rubra Ditinjau Dari Mobilisasi Dini Desember 2016)
Pada Ibu Pasca Operasi SC. Jurnal Hidrajat, N. N. (2016). Pencegahan Infeksi
Ilmu Kesehatan. Vol 1. Nomor 02. Luka Operasi. (Online),
(Online). (http://docplayer.info/278612-
(http://www.stikesaisyah.info/ejur Pencegahan-infeksi-luka-operasi-dr-
nal/index.php/KESEHATAN/articl nucki-n-hidajat-spot-k-m-kes-fics-
e/download/38/28, Diakses 11 fk-unpad-bag-orthopaedi-
April 2017) traumatologi-rs-hasan-sadikin-
Berman,Audrey, Shirlee snyder, Barbara bandung.html, Diakses 27
Koizer ,Glenora Erb (Ed). (2009). Desember 2016)
Buku Ajar Praktik Keperawatan Klinis
Juditha. 2006. Tips Praktis Bagi Wanita Hamil. Yayasan Essentia Medica (YEM),
Jakarta: Forum Kita Yogyakarta.
Kusyati, Eni.(2013). Pengkajian Luka Secara Perry & Potter. (2005). Buku Ajar Fundamental
Kompehensive. Semarang: Gabardin Keperawatan Konsep
Jaya Semarang. Purwanti E., Ossiie H., Dyah
Maryunani, Anik. (2014). Perawatan Luka F(2014).Hubungan Mobilisasi Dini
Sectio Caesarea (SC) Dan Luka Pada Ibu post SC Dengan
Kebidanan Terkini ( dengan Pengeluaran Lochea Rubra. Jurnal
Penekanan “Moist Wound ilmiah Kebidanan volume 1 nomor
Healing”). Bogor: In Media. 01. Ed Juni 2014 (Online),
Meo, Maria P (2016). Hubungan (http://download.portalgaruda.org
Pengetahuan Ibu Tentang Luka /article.php?article=297658&val=66
Sectio Caesarea Dengan 33&title=hubungan mobilisasi dini
Penyembuhan Luka Post Sectio pada ibu post operasi sectio
Caesarea. (Online ). caesarea dengan pengeluaran
(http://digilib.stikeskusumahusada lochea rubra di rsud dr. m. ashari
.ac.id/files/disk1/30/01-g dl- kabupaten pemalang, Diakses 12
mariapaska-1485-1-mariapa-).pdf , April 2017)
Diakses 12 April 2017 ).
Moorhead, S., dkk. (2013). Nursing Outcomes Rekam Medis. (2016). Data kasus pasien Sectio
Classification (NOC). Amerika : Caesarea dan infeksi post SC.
Elsevier Semarang: RSUD Tugurejo
Mulyati Isti., Azam Muhalul., Ningrum Semarang. (tidak dipublikasikan).
D.N.A. (2011). Faktor Tindakan Risnawati Indah., Hanung A. (2015).
Persalinan Operasi Sectio Caesarea. Dampak Anemia Kehamilan
Jurnal Kesehatan Masyarakat, Volume Terhadap Perdarahan Post Partum.
7, nomor 01 (Online), Jurnal volume 6. Nomor 02.
(http://journal.unnes.ac.id/index.p (Online).
hp/kemas , Diakses 7 November (http://siadak.stikesalifah.ac.id/sys
2016) tem/tugas/jurnal 3.pdf, diakses 09
Mutiaralisa. (2015). Asuhan Pada Masa Nifas April 2017)
Post Partum. (Online). Semmelweis, Ignaz. Juni 2016. Teori Ignaz
https://mutiaralisaaprilla.wordpres Semmelweis Infeksi Setelah
s.com/2015/05/25/asuhan-pada- Melahirkan,
masa-nifas-normal/. Diakses 17 (Online),(https://www.jw.org/id/
Januari 2017. publikasi/majalah/sadarlah-no3-
Nabiel, F (Ed.). (2015). Ketrampilan Dasar juni-2016/teori-ignaz-semmelweis-
Kebidanan I. Yogyakarta : Pustaka infeksi-setelah-melahirkan/,
Pelajar Diakses 29 N0vember 2016)
NANDA Internastional. (2015). Diagnosis Setyawati, L ., Aryani, I., Wahyuni, S . (2013).
Keeprawatan Definisi Dan Klasifikasi. Perbedaan penyembuhan luka post
Jakarta : EGC partum sectio caesarea yang
Nurun, N (2013). Hubungan riwayat SC dilakukan perawatan luka dengan
Dengan Penyembuhan Luka Post Nacl 0,9% dan Povidon iodine 10%
Sectio Caesarea. (Online). di RSUD Tugurejo Semarang tahun
(http://www.stikes-insan- 2013. E-journal, Volume 2, Nomor 4.
seagung.ac.id/wp- (Online).
content/uploads/2013/01/No.1- (http://ejournal.poltekkes-
Publikasi-Jurnal-Web-Nurun.pdf, smg.ac.id/ojs/index.php/jurkeb/ar
Diakses 12 April 2017) ticle/view/93, Diakses 20 Oktober
Online . 2016)
(http://digilib.unimus.ac.id/files/d Sumelung Veibymiaty., Kundre Rina.,
isk1/166/jtptunimus-gdl- Karundeng Michael. (2014). Faktor –
equeentaha-8284-3-babii.pdf, Faktor Yang Berperan
diakses 10 April 2017) Meningkatnya Angka Kejadian
Oxorn. H & Forte, WR 2010, Ilmu Kebidanan Sectio Caesarea Di Rumah Sakit
: patologi & fisiologi persalinan Umum Daerah Liun Kendage
Tahuna. E-journal keperawatan (e-Kp) Surakarta.(Online).
Volume 2, Nomor 1 (Online), ( (http://eprints.ums.ac.id/40178/1/
http://ejournal.unsrat.ac.id/index. NASKAH PUBLIKASI.pdf, diakses
php./jkp/article/viewFile/4052/35 05 April 2017)
68 , Diakses 13 November 2016)
Suherni., Hesty W., Anita R. (2009). Widyametha.(2016).Endometritis.(Online).htt
Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta : ps://widyametha.wordpress.com/
Fitramaya 2016/04/15/endometritis/. Diakses
Sulastri (2012). Hubungan Kadar 17
Hemoglobin Dengan Penyembuhan Widyana Erni D. (2016). Ketuban Pecah Dini
Luka Post Sectio (KPD) Dan Kadar Leukosit Pada
Caesarea.(Online).(http://e- Ibu Bersalin. Jurnal Kesehatan. Vol
journal.akbid 4. Nomor 03. (Online).
purworejo.ac.id/index.php/jkk1/ar (https://publikasi.polije.ac.id/inde
ticle/view/38/36, diakses 08 April x.php/jurnal_kesehatan/article/do
2017) wnload/356/pdf, Diakses 10 April
Suriadi. (2004). Perawatan Luka. Edisi 1. 2017) Januari 2017
Jakarta : Sagung Seto Wiknjosastro, H dkk (2007). Ilmu Bedah
Kebidanan. Jakarta : Yayasan BP
Susanti, I.A. (2015). Mobilisasi Dini Terhadap Sarwono P
Penyembuhan Luka Paska Seksio Winarsih, K. (2013). Pelaksanaan Mobilisasi
Saesaria Di RSU Wahidin Sudiro Dini Pada Klien Pasca Secsio
Husodo Kota Mojokerto. E-journal. Caesarea. Jurnal. Jkep. Volume 01,
Volume 12, Nomor 02 (Online). Nomor 01 (Online).
(http://ejournal.stikes- (http://ejurnal.poltekkesjakarta3.ac
ppni.ac.id/index.php/JKS/article/ .id/index.php/JKEP/article/view/
view/201 , Diakses 26 November 25/19) . Diakses 16 Januari 2017.
2016) Yusliana, Anita., Misrawati,. Safitri (2015).
Varney, H. (2007). Asuhan Kebidanan Ed 4. Evektivitas Relaksasi Benson
Jakarta : EGC. Terhadap Penurunan Nyeri Pada
Ibu Post Partum Sectio Caesarea.
Widodo Pujud., Rusjiyanto., Luluk R. (2016). JOM Volume 2 nomor 02. (Online),
Hubungan Antara Pengetahuan (http://download.portalgaruda.org
Tentang Gizi, Asupan Lemak, Dan /article.php?article=385031&val=64
Protein Dengan Proses 47&title=efektivitas relaksasi
Penyembuhan Luka Pada Pasien benson terhadap penurunan nyeri
Post Caesarean Section Di Instalasi pada ibu postpartumsectio caesarea,
Rawat Jalan Rumah Sakit Pku diakses 10 april 2017)
Muhammadiyah

Anda mungkin juga menyukai