Anda di halaman 1dari 47

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.

Y (29 TAHUN) G4P3A0 POST


SECTIO CAESAREA DENGAN HIV/AIDS DI RUANG RAWAT INAP
RUMAH SAKIT SILOAM LABUAN BAJO

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Praktek Profesi Ners

Stase Keperawatan Maternitas

MARSELA SUSANTI PANDANGO 01503200283

SARINA MAHARANI 01503200111

FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PELITA HARAPAN
2020
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kehamilan merupakan proses alamiah dan fisiologis terjadi saat sel telur (ovum) dibuahi
oleh sel sperma (spermatozoa) sehingga terjadinya fertilisasi atau penyatuan dari kedua sel
tersebut (Fatimah &a Nuryaningsih, 2017). Pada saat wanita sedang berada dalam proses
kehamilan, akan banyak perubahan yang akan terjadi seperti pada fisik. Terdapat
ketidakseimbangan pada hormon progesterone dan estrogen yang dimana hal ini akan
mengakibatkan asam lambung meningkat dan menimbukan rasa mual hingga muntah
(Fatimah & Nuryaningsih, 2017). Kehamilan dalam bahasa medis adalah gravida, wanita
yang baru pertama kali hamil disebut primigravida atau gravida 1 sedangkan untuk wanita
yang belum pernah hamil disebut dengan gravida 0 (Azinar, 2013). Proses kehamilan
berlangsung selama 40 minggu yang dihitung mulai hari pertama haid terakhir (HPHT).
Setelah proses kehamilan, para ibu akan masuk ke dalam proses selanjutnya yaitu
persalinan. Tanda-tanda persalinan yang dirasakan oleh wanita hamil adalah adanya
kontraksi, rasa nyeri pada punggung, perut, pecahnya air ketuban, sulit tidur, BAK
meningkat, keluarnya lender kental bercampur darah dari vagina dan serviks menjadi
elastis (Metti, 2016).
Proses persalinan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu normal atau spontan pervaginam
dan sectio caesarea. Persalinan normal merupakan proses melahirkan bayi cukup bulan (40
minggu) yang diawali adanya kontraksi uterus yang teratur dan memuncak pada saat
pengeluaran bayi serta plasenta yang akan berlangsung sekitar 12-14 jam. Indikasi
dilakukannya persalinan secara normal adalah resiko komplikasi persalinan normal lebih
rendah daripada section caesarea, posisi kaki bayi berada di atas dan kepala telah melewati
pintu atas panggul (PAP) (Diana, Mail & Rufaida, 2019). Sectio caesarea merupakan
metode persalinan dengan cara melakukan pembedahan atau insisi pada perut dengan
indikasi yang terdapat karena faktor ibu dan faktor janin. Faktor yang terjadi dikarenakan
ibu misalnya panggul yang sempit atau kecil, usia, adanya pre-eklampsia ketuban pecah
dini (KPD), total anak yang telah dilahirkan dan kegagalan melahirkan secara normal
karena stimulasi tidak adekuat. Indikasi dari faktor janin adalah gawat janin, perkembangan
bayi terhambat, letak bayi melintang atau sunsang dan berat bayi terlalu besar (Subekti,
2018).
Menurut data terdapat sebanyak ± 1.200.000 dari ± 5.690.000 persalinan atau sekitar 24.8%
dari seluruh persalinan menggunakan metode sectio caesarea di Indonesia berdasarkan
data survey nasional pada tahun 2011 (Depkes RI, 2011). Meskipun diketahui bahwa
persalinan dengan sectio caesarea adalah pilihan terakhir dalam melakukan persalinan,
namun angka kejadian sectio caesarea masih cukup tinggi seperti di Rumah Sakit Umum
Pringsewu Lampung dari indikasi medis untuk sectio caesarea meliputi plasenta previa,
CPD (Cephalopelvic Disporpotion ataus panggul sempit), PEB (Pre-Eklampsia Berat) dan
letak lintang (Dinkes Provinsi Lampung, 2017).
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan RI, selama tahun 2016 terdapat lebih dari 40 ribu
kasus infeksi HIV di Indonesia. Dari jumlah tersebut, HIV paling sering terjadi pada pria
dan wanita, diikuti lelaki seks lelaki (LSL), dan pengguna NAPZA suntik (penasun). Di
tahun yang sama, lebih dari 7000 orang menderita AIDS, dengan jumlah kematian lebih
dari 800 orang. Data terakhir Kemenkes RI menunjukkan, pada rentang Januari hingga
Maret 2017 saja sudah tercatat lebih dari 10.000 laporan infeksi HIV, dan tidak kurang dari
650 kasus AIDS di Indonesia.
Tahun ke tahun jumlah perempuan terinfeksi HIV semakin meningkat seiring dengan
jumlah laki–laki yang melakukan hubungan seksual tidak aman, yang akan menularkan
HIV pada pasangannya. Pada ibu hamil, HIV bukan hanya merupakan ancaman bagi ibu
sendiri melainkan bagi anak yang dikandungnya karena penularan yang terjadi dari ibu ke
anaknya.

1.2 Tujuan Penulisan


1.2.1 Tujuan Umum
Mampu melakukan asuhan keperawatan kepada pasien post sectio caesarea.

1.2.2 Tujuan Khusus


1) Melakukan pengkajian keperawatan pada pasien dengan post sectio caesarea.
2) Melakukan analisis data dan perumusan diagnosis keperawatan pada pasien dengan
post sectio caesarea.
3) Menyusun rencana intervensi asuhan keperawatan pada pasien dengan post sectio
caesarea.
4) Melakukan implementasi asuhan keperawatan pada pasien dengan post sectio
caesarea.
5) Melakukan evaluasi asuhan keperawatan pada pasien dengan post sectio caesarea.

1.2.3 Manfaat Penulisan


1) Bagi Pembaca
Diharapkan dapat menjadi sumber penambahan wawasan dan panduan terkhusus
pada hal pemberian asuhan keperawatan pada pasien dengan post sectio caesarea.
2) Bagi Perawat
Diharapakan dapat menjadi sumber dan pembelajaran bagi perawat dalam hal
meningkatkan kinerja dan keefektifan dalam pemberian asuhan keperawatan pada
pasien dengan post sectio caesarea.
3) Bagi Institusi
Diharapkan dapat menjadi sumber informasi dalam hal pemberian asuhan
keperawatan pasien dengan post sectio caesarea.
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Sectio Caesarea


2.1.1 Definisi
Persalinan diartikan sebagai proses pengeluaran hasil konsepsi yaitu janin atau kandungan.
Sectio caesarea merupakan cara yang dilakukan saat pasien tidak bisa melakukan persalinan
secara normal atau pervaginam, Pandangan masyarakat terhadap metode persalinan sectio
caesare ini telah mengalami perubahan diikuti dengan semakin banyaknya persalinan yang
menggunakan metode ini.
Sectio caesarea (SC) atau biasa disebut operasi sesar atau caesarean sectio adalah salah satu
tindakan persalinan untuk mengeluarkan bayi melalui sayatan abdomen dan uterus. SC
merupakan tindakan yang dapat menyelamatkan nyawa ibu dan janin bila diperlukan. Tindakan
sectio caesarea (SC) dapat dilakukan secara gawat darurat ataupun elektif. Akan tetapi,
tindakan ini harus dilakukan hanya bila terdapat indikasi. Indikasi dilakukannya SC dapat
berupa indikasi fetal, maternal, ataupun keduanya yang umumnya mencakup masalah pada his
(power), jalan lahir (passage), dan fetus (passanger) (Apriani., 2014).

2.1.2 Etiologi
Indikasi dilakukan sectio caesarea adalah rupture uteri iminen, perdarahan antepartum,
ketuban pecah dini. Indikasi dari janin adalah fetal distress dan janin melebihi 400 gram. Selain
indikasi yang sudah disebutkan ada beberapa faktor penyebab dilakukan sectio caesarea,
antara lain:
a. CPD (Chepalo Pelvik Disproportion)
Chepalo Pelvik Disproportion adalah ukuran lingkar panggul ibu tidak sesuai dengan
ukuran lingkar kepala janin sehingga ibu tidak adapat melahirkan secara normal karena
rongga panggul merupakan jalan yang harus dilalui oleh janin saat lahiran normal.
b. PEB (Pre- Eklamsia Berat)
Pre-eklamsia dan eklamsia adalah penyakit yang disebabkan oleh kehamilan dan setelah
pendarahan atau infeksi, pre-eklamsia dan eklamsia merupakan penyebab kematian
maternal dan perinatal yang paling penting dalam ilmu kebidanan sehingga itu sangat
penting untuk diketahui lebih awal agar tidak berlanjut menjadi eklamsia.
c. KPD (Ketubahn Pecah Dini)
Ketuban yang pecah ini sebelum terdapat tanda persalinan dan diobservasi selama satu jam
sebelum terjadi inpartum. Hal ini disebabkan karena kurang kekuatan membrane atau
meningkatnya tekanan intrauterine.
d. Faktor hambatan jalan lahir
Adanya gangguan pada jaln lahir seperti jalan lahir yang tidak memungkikan adanya
pembukaan, adanya tumor, tali pusat pendek dan kelainan jalan lahir.
e. Kelainan Letak Janin
1) Pada Letak Kepala (kepala tengadah, presentasi muka, presentasi dahi).
2) Letak Sungsang yaitu keadaan dimana janin terletak memanjang dengan kepala
difundus uteri dan bokong berada di bawah kavum uteri.

1.1.3 Manifestasi Klinis


Setelah tindakan persalinan dengan metode sectio caesarea ibu dan bayi sangat memerlukan
asuhan keperawatan yang komprehensif. Menurut Martowirjo (2018) terdapat manifestasi
klinis pasien post sectio caesarea, antara lain:
1) Terdapat luka dan nyeri insisi pada bagian abdomen.
2) Terdapat kontraksi pada fundus uteri.
3) Kehilangan darah selama tindakan pembedahan (600-800 ml).
4) Terdapat mual dan muntah akibat pengaruh dari anastesi.
5) Tidak terdapat bising usus.
6) Aliran lochea sedang dan tidak terdapat bekuan.
7) Perubahan emosi akan situasi yang baru.

2.2 Konsep HIV


2.2.1 Definisi
HIV (human immunodeficiency virus) adalah virus yang merusak sistem kekebalan tubuh,
dengan menginfeksi dan menghancurkan sel CD4. Semakin banyak sel CD4 yang dihancurkan,
maka kekebalan tubuh akan semakin lemah, sehingga rentan untuk diserang berbagai penyakit.
Infeksi HIV yang tidak segera ditangani akan berkembang menjadi kondisi yang serius atau
biasa disebut AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome). AIDS adalah stadium akhir dari
infeksi virus HIV, pada tahap ini kemampuan tubuh untuk melawan infeksi sudah hilang
sepenuhnya.
2.2.2 Etiologi
Terdapat dua jenis dari HIV yang pertama adalah HIV-1 merupakan penyebab infeksi terbesar
di dunia dan HIV- 2 paling banyak ditemukan di Afrika Barat yang tidak mudah menular dan
berkembang lebih lambat menjadi AIDS daripada HIV-1, keduanya ditransmisikan dengan
cara yang sama dan terkaut dengan opurtunistik yang serupa walaupun berbeda dalam transmisi
dan tingkat perkembangan penyakitnya. (UNICEF, 2012).

2.2.3 Faktor resiko dan cara penularan


Penularan HIV/AIDS menurut Black & Hawks (2009) antara lain :
a. Kegiatan seksual
Penularan ini melalui hubungan seksual yang tidak aman antara penderita HIV/AIDS.
Dapat terjadi pada pasangan yang berganti-ganti, adanya luka terbuka pada daerah
genetalia akan meningkatkan risiko penularan.
b. Terpapar oleh darah dan cairan tubuh klien HIV/AIDS
Penggunaan jarum suntik kateter, kondom,dan NGT tanpa pemberitahuan akan
meningkatkan resiko pada petugas kesehatan yang biasanya membersihkan peralatan
kesehatan.
c. Dari ibu kepada bayi yang dikandung secara vertical
Penularan ini bisa terjadi selama kehamilan, proses melahirkan pervaginam dan selama
proses periode post partum melalui proses menyusui.

2.3 Konsep Post Partum


Menurut Bobak (2010) post partum adalah masa sesudah persalinan atau masa nifas
(pierperinium) dengan proses pemnulihn kembali kandungan yang berlangung selama enam
minggu, terdapat tiga jenis masa nifas, antara lain:
1. Purperium Dini
Tahap ini ibu sudah diperbolehkan untuk mobilisasi seperti berdiri dan berjalan-jalan
disekirar bed dengan pengawasan perawat atau keluarga.
2. Purperium Intermedial
Pada tahap ini berlangsugnya pemulihan keseluruhan genetalia selama enam minggu.
3. Remote Purperium
Remote purperium merupakan waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat, biasanya
memakan waktu berminggu-minggu atau berbulan-bulan.
2.1.4 Patofisiologi
Tindakan pembedahan secara secara sectio caesarea (SC) dipilih karena adanya hambatan dari
ibu atau janin dalam proses persalinan yang mengakibatkan bayi tidak dapat dilahirkan secara
normal atau per vaginam, sehingga sectio caesarea (SC) dipilih untuk mengeluarkan janin dari
rahim ibu menggunakan bius atau anastesi. Indikasi dilakukan tindakan ini yaitu distorsi kepala
panggul, disfungsi uterus, distorsi jaringan lunak, placenta pervia, dan lain-lain untuk ibu.
selain itu gawat janin yaitu jani yang besar dan letak lintang (Apriani, 2014). Setelah proses
pembedahan dilakukan, pasien akan mengalami kesulitan saat mobilisasi sehingga akan
muncul masalah keperawatan hambatan mobilitas fisik yang disebabkan oleh nyeri yang
dirasakan setelah operasi. Selain itu akan mengalami kelemahan fisik sementara yang
menyebabkan pasien tidak mampu melakukan aktivitas perawatan diri secara mandiri sehingga
dapat muncul masalah defisit perawatan diri. Kurangnya informasi yang pasien dapat mengenai
proses pembedahan, penyembuhan dan perawatan post operasi akan menimbulkan masalah
ansietas pada pasien. Selain itu, dalam proses pembedahan juga dilakukan tindakan insisi pada
dinding abdomen sehingga inkontinuitas jaringan, pembuluh darah dan saraf-saraf di daerah
insisi akan merangsang pengeluaran histamin dan prostaglandin yang menimbulkan rasa nyeri.
Setelah proses pembedahan berakhir, daerah insisi akan ditutup, sehingga menjadi luka post
operasi dan apabila tidak dirawat dengan baik akan menimbulkan masalah resiko infeksi pada
luka post operasi (Sugeng, 2010).
Pathaway dari NANDA NIC-NOC (2015):

2.1.5 Kontraindikasi
Kontraindikasi dilakukannya tindakan sectio caesarea menurut Yaeni (2013) yaitu:
1) Janin telah meninggal.
2) Adanya kelainan kongenital.
3) Kehilangan darah yang cukup banyak.
4) Terdapat infeksi progenik di dinding abdomen.
5) Kurangnya fasilitas untuk pembedahan sectio caesarea.

2.1.6 Komplikasi
Terdapat beberapa komplikasi yang berpotensi muncul pada pembedahan sectio caesarea
menurut Apriani (2014) yaitu sebagai berikut:
1) Syok.
2) Hemoragik.
3) Retensi urine.
4) Infeksi jalan kencing.
5) Distensi perut.
6) Terbukanya luka operasi.
2.1.7 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pasien post sectio caesarea menurut Doenges (2010) antara lain yaitu:
1) Pemeriksaan laboratorium (Elektrolit, Hb, Ht, Leukosit, Eritrosit).
2) Pemeriksaan urinalisis.
3) Pemeriksaan elektrolit.
4) Tes golongan darah, lama perdarahan, waktu pembekuan darah.

2.1.8 Penatalaksanaan Medis


Penatalaksanaan medis yang dilakukan pada pasien dengan post sectio caesarea menurut
Manuaba (2012) yaitu:
1) Pemberian cairan: untuk mencegah terjadinya hipotermia, dehidrasi, atau komplikasi pada
organ tubuh lainnya. Bila kadar Hb rendah diberikan transfusi sesuai kebutuhan.
2) Fundus uteri harus sering di palpasi untuk memastikan bahwa uterus tetap berkontraksi
dengan kuat.
3) Perawatan luka insisi diperiksa setiap hari, jahitan kulit (klip) diangkat pada hari ke empat
setelah pembedahan untuk menghindari adanya infeksi pada luka.
4) Melakukan mobilisasi perlahan-lahan dari dibantu penuh, sebagian hingga mandiri.
5) Pemberian analgetik dan antibiotik untuk mengurangi nyeri post operasi yang dirasakan
oleh pasien.

2.1.9 Masalah Keperawatan Yang Dapat Muncul

1) Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera/ injuri fisik


Intervensi: Pain Management
- Melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif.
- Observasi reakso non-verbal dan ketidaknyamanan.
- Tingkatkan istirahat.
- Ajarkan tentang teknik non-farmakologi.
- Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri.
Analgesic administration
- Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas dan derajat nyeri sebelum pemberian obat.
- Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik pertama kali.
- Berikan analgesik tepat waktu terutama saat nyeri hebat.
- Mengecek riwayat alergi.
2) Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif
Intervensi: Infection Control (kontrol infeksi).
- Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain.
- Pertahankan teknik isolasi.
- Tingkatkan intake nutrisi.
- Batasi pengunjung.
- Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi.
- Anjurkan untuk banyak istirahat.
3) Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan intake output berlebihan
Intervensi: Fluid Management
- Pertahankan cacatan intake dan output yang akurat.
- Monitor vital sign.
- Monitor status nutrisi.
- Monitor intake makanan/ cairan dan hitung intake kalori harian.
- Monitor status dehidrasi.
- Anjurkan pasien untuk menambah intake oral.
4) Gangguan pola tidur berhubungan dengan kurang kontrol tidur
Intervensi: Sleep Enchancement
- Determinasi efek – efek medikasi terhadap pola tidur.
- Jelaskan pentingnya tidur yang adekuat.
- Fasilitas untuk mempertahankan nyeri.
- Monitor kebutuhan tidur pasien setiap hari.
- Kolaborasi pemberian obat .
- Ciptakan lingkungan yang nyaman.
(NANDA,2015 )
BAB III

LAPORAN KASUS

FORMAT PENGKAJIAN POSTNATAL


A. IDENTITAS / BIODATA
1. Inisial pasien : Ny. Y
2. Usia : 29 Tahun
3. Status perkawinan : Menikah
4. Agama : Khatolik
5. Pekerjaan : Petani dan ibu rumah tangga
6. Pendidikan terakhir : SD
7. Alamat : Sokrutung, Desa Pantar, Manggarai Barat.
8. Inisial Suami : Tn. A
9. Usia : 36 Tahun
10. Agama : Khatolik
11. Pekerjaan : Wiraswasta (Pekerja project jalanan)
12. Pendidikan terakhir : SD
13. Alamat : Sokrutung, Desa Pantar, Manggarai Barat.

B. ANAMNESA (Data subjektif)


Tanggal/ Jam : 08-12-2020/ 07.00
Tipe Persalinan : Sectio Caesaria

1. Keluhan utama saat pengkajian


Saat dilakukan pengkajian, pasien mengatakan merasakan nyeri pada abdomen akibat luka
setelah dioperasi dan rasanya seperti ditusuk-tusuk benda tajam. Pasien mengatakan nyeri
yang dirasakan berada pada bagian abdomen yang terdapat luka dan menyebar hingga ke
kedua pinggang. Pasien mengatakan bahwa skala nyeri pada saat beraktivitas berada pada
angka enam dan saat beristrahat berada pada angka empat, serta nyeri akan berlangsung
sekitar 30 menit dan timbul kembali sekitar dua jam kemudian. Pasien juga mengatakan
bahwa sering merasakan pusing, badan masih terasa lemah untuk bangun dari tempat tidur
dan berjalan ke toilet, mengalami keringat yang berlebihan serta merasa sedikit mual.
2. Riwayat Menstruasi
• Haid pertama : Usia 11 tahun
• Siklus : Sekitar 1 bulan, frekuensi teratur
• Banyaknya : Biasanya 2-3 pembalut sehari
• Dismenore : Tidak pernah mengalaminya
• Kebersihan : Tidak ada keputihan
• Hemoroid : Tidak ada Hemoroid

3. Riwayat Kehamilan, Persalinan dan nifas (termasuk kehamilan sekarang):

Tgl Usia Jenis Tempat Penolong Bayi Masa nifas


No lahir/umur kehamilan persalinan persalinan BB/PB Keadaan Keadaan Laktasi
saat
lahir
1 11 tahun 42 Pervaginam Puskesmas Bidan 3.4 kg/ Sehat Baik Minimal
minggu 43 cm
2 5 tahun 40 Pervaginam Puskesmas Bidan 3.5 kg/ Sehat Baik Minimal
minggu 40 cm
3 1 tahun 40 Pervaginam Puskesmas Bidan 2.9 kg/ Sehat Baik Baik
minggu 39 cm
4. 1 hari 28 Sectio RS Siloam Dokter 1405 BBLR Prematur Belum
minggu Caesarea gr/ 40
cm

4. Riwayat penyakit sistemik yang pernah diderita :


Jantung : Tidak ada
Ginjal : Tidak ada
Asma / TBC paru : Tidak ada
Hepatitis : Tidak ada
DM : Tidak ada
Hipertensi : Tidak ada
Epilepsi : Tidak ada

5. Riwayat penyakit keluarga :


Jantung : Tidak ada
D.M : Tidak ada
Hipertensi : Tidak ada
Alergi : Tidak ada

6. Aktivitas sehari – hari:


Pola istirahat dan tidur : Pasien mengatakan biasanya tidur pada siang hari pukul
10.00-13.00 dan pada malam hari pukul 22.00-05.00, namun
pada saat ini pasien mengatakan bahwa pola tidurnya sedikit
terganggu dikarenakan sedang berada di rumah sakit
Pola makan : Pasien mengatakan biasanya makan 3 kali sehari setiap
harinya dan menghabiskan setiap porsinya.
Pola mandi : Pasien mengatakan biasanya mandi 2-3 kali sehari, namun saat
di rumah sakit pasien hanya mengelap badannya pada pagi hari
saja.
Seksualitas : Pasien mengatakan melakukan hubungan seksual sebanyak 1
kali sebulan, namun sudah kurang lebih 3 bulan belakangan
suaminya berpindah tempat kerja sehingga mereka sudah jarang
melakukan hubungan seksual ditambah lagi pasien sedang
hamil.
Pekerjaan : Pasien mengatakan bahwa setelah hamil pasien jarang untuk
turun ke sawah, pasien lebih banyak di rumah untuk isitrahat
dan mengurus kebutuhan rumah tangga.

C. PEMERIKSAAN FISIK (Data Objektif)


1. Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 96/90 mmHg
Denyut nadi : 90 x/menit
Pernafasan : 20 x/menit
Suhu : 36.5 °C
SpO2 : 99%
LILA : 20 cm
TB : 148 cm
BB sebelum hamil : 45 kg
BB sekarang : 50 kg

2. Muka
Observasi : Muka pasien tampak meringis kesakitan saat dilakukan pengkajian dan
saat menjelaskan karakterististik nyeri yang sedang dirasakan.
Edema : Ada v
Tidak ada
Konjungtiva : Unanemis v
Sklera mata : Unikhterik

3. Dada
Kesimetrisan : Simetris Tidak simetris
Mamae :
Bendungan : Tidak ada
ASI/kolostrum : Ada

4. Pinggang (Periksa ketuk : Costro – vertebra – Angel tenderness)


Nyeri : Ada/Tidak ada
5. Ekstremitas
a. Edema tangan dan jari : Ada/Tidak ada
b. Edema tibia kaki : Ada/Tidak ada
c. Betis merah/keras : Ada/Tidak ada
d. Varices tungkai : Ada/Tidak ada
e. Reflex patella : Ada/Tidak ada, lemah/kuat
6. Abdomen
Observasi: Terdapat luka post-op sectio caesarea yang terletak di regio hipogastrik
dengan dibalut kassa dan hipavix. Tidak ada rembesan pada balutan luka, tidak ada
distensi pada abdomen dan kulit teraba hangat.
a. Diastasis Rectus Abdominis : Tidak ada
b. Bentuk perut : Rounded
c. Edema : Ada/Tidak ada
d. TFU : 13 cm
e. Kontraksi : Kuat/lemah
f. Konsistensi : Lembek/keras
7. Genitalia
Vulva dan vagina
a. Inspeksi : Terdapat lochea rubra berwarna merah segar.
b. Varises : Ada/Tidak ada
c. Luka : Ada/Tidak ada
d. Kemerahan : Ada/Tidak ada
e. Nyeri : Ada/Tidak ada
Perineum
a. Bekas luka/luka parut : Ada/Tidak ada
b. Episiotomi : Ada/Tidak ada

D. Aspek psikologis:
1.Taking in : Pasien mengatakan nyeri pada luka post-op, merasa lelah dan sehingga
sulit untuk beraktivitas, suaminya selalu berada didekat pasien untuk
menemaninya, pasien tidak mempunyai kesalahan yang harus
disesalkan, dan pasien terlihat apastis akan keadaan sekitar.
2.Taking hold : Pasien sudah dapat menerima keadaan, namun pasien belum nisa
melakukan perawatan pada bayi dikarenakan bayi sedang dirawat di
ruangan NICU untuk dilakukan observasi BBLR (Berat Badan Lahir
Rendah).
3.Letting go : Pasien sudah dapat melakukan aktivitas secara mandiri seperti berjalan
ke toilet dan makan, namun pasien masih apatis terhadap keadaan
sekitarnya.

E. Riwayat Sosial
Status perkawinan : Menikah Tidak menikah
Kawin 1:
Umur : 19 tahun, dengan suami umur 26 tahun
Kehamilan : Direncanakan Tidak direncanan
Diterima Tidak diterima

F. Aspek Spiritual – keyakinan tentang pemahaman proses nifas


Pasien mengatakan bahwa kelahiran bayinya yang ke-4 merupakan anugereah yang ia
dapatkan dimasa pandemi sekarang ini, pasien bersyukur dan berharap bayi serta
keluarganya sehat selalu, dilindungi Tuhan. Pasien cukup merasa sedih dan khawair akan
bayinya yang sedang dirawat di ruang NICU. Pasien mengatakan bahwa ia ingin segera
melihat bayinya untuk merawat dan menggendongnya.

G. UJI DIAGNOSTIK / Pemeriksaaan laboratorium (Nilai rujukan dicantumkan) :


Tanggal 07-12-2020 (Pukul 15.00): (Hasil yang abnormal)
Golongan darah : A rhesus +
Hemoglobin : L 10.2 g/dL (12.0-16.0)
Hematokrit : L 30.7 % (37.0-47.0)
Eritrosit : L 3.65 10^6/uL (4.20-5.40)
Leukosit : H 16.87 10^3/ uL (4.0-10.0)
Neutrofil : H 91.5 % (50-70)
Limfosit : H 50 % (20-40)

H.TERAPI YANG DI BERIKAN (DOSIS)


1. Cefotaxime IV 1 gr TDS
2. Ketorolax IV 30 mg TDS
3. Tramadol IV 50 mg TDS
4. Asam Traneksamat PO 500 mg TDS
5. Paracetamol PO 500 mg TDS
6. Metronidazole IV 500 mg TDS
7. Lamivudin PO 150 mg TDS
BAB IV

PEMBAHASAN KASUS

ANALISA DATA

Data Subjektif & Objektif Etiologi Masalah Keperawatan


DS:
- Pasien mengatakan nyeri akibat
luko post-op SC.
- Pasien mengatakan bahwa nyeri
yang dirasakan seperti ditusuk-
tusuk benda tajam.
- Pasien mengatakan nyeri yang
dirasakan menyebar hingga ke
kedua pinggang.
- Pasien mengatakan nyeri saat
beraktivitas berada pada skala enam
dan saat beristirahat berada pada
skala empat.
Agen pencedera fisik
- Pasien mengatakan bahwa nyeri Nyeri akut
(Prosedur operasi sectio
yang dirasakan berlangsung sekitar
caesarea)
30 menit dan akan timbul kembali
dalam waktu dua jam kemudian.
DO:
- Wajah pasien tampak meringis
kesakitan saat dilakukan pengkajian
dan saat menjelaskan
karakterististik nyeri yang sedang
dirasakan.
- Pasien tampak berkeringat yang
berlebihan.
Tanda-tanda vital:
- TD : 96/90 mmHg
- Nadi : 90 x/menit
- P : 20 x/menit
- Suhu : 36.5 °C
- SpO2 : 99%
Laboratorium:
- Hemoglobin : L 10.2 g/dL
- Hematokrit : L 30.7%
- Eritrosit : L 3.65 10^6/uL
- Leukosit : H 16.87 10^3/ uL
- Neutrofil : H 91.5%
- Limfosit : H 50%
Terapi:
- Ketorolax, IV, 30 mg, TDS
- Tramadol, IV, 50 mg, TDS
- Paracetamol, PO, 500 mg, TDS
DS:
- Pasien mengatakan nyeri akibat
luko post-op SC.
- Pasien mengatakan bahwa nyeri
yang dirasakan seperti ditusuk-
tusuk benda tajam.
- Pasien mengatakan nyeri yang
dirasakan menyebar hingga ke Nyeri
Hambatan mobilitas
kedua pinggang. (Post operasi sectio
fisik
- Pasien mengatakan nyeri saat caesarea)
beraktivitas berada pada skala enam
dan saat beristirahat berada pada
skala empat.
- Pasien mengatakan bahwa nyeri
yang dirasakan berlangsung sekitar
30 menit dan akan timbul kembali
dalam waktu dua jam kemudian.
- Pasien mengatakan merasa lelah
dan sulit saat bangun dari tempat
tidur dan berjalan ke toilet.
DO:
- Wajah pasien tampak meringis
kesakitan saat dilakukan pengkajian
dan saat menjelaskan
karakterististik nyeri yang sedang
dirasakan.
Tanda-tanda vital:
- TD : 96/90 mmHg
- Nadi : 90 x/menit
- P : 20 x/menit
- Suhu : 36.5 °C
- SpO2 : 99%
Laboratorium:
- Hemoglobin : L 10.2 g/dL
- Hematokrit : L 30.7%
- Eritrosit : L 3.65 10^6/uL
- Leukosit : H 16.87 10^3/ uL
- Neutrofil : H 91.5%
- Limfosit : H 50%
Terapi:
- Ketorolax, IV, 30 mg, TDS
- Tramadol, IV, 50 mg, TDS
- Paracetamol, PO, 500 mg, TDS
DS:
- Pasien mengatakan bahwa terdapat
luka di abdomen akibat post operasi
Luka post operasi sectio
SC. Resiko infeksi
caesarea
- Pasien mengatakan Pendidikan
terakhirnya adalah SD.
DO:
- Terdapat luka post-op sectio
caesarea yang terletak di regio
hipogastrik dengan dibalut kassa
dan hipavix. Tidak ada rembesan
pada balutan luka, tidak ada distensi
pada abdomen dan kulit teraba
hangat.
Tanda-tanda vital:
- TD : 96/90 mmHg
- Nadi : 90 x/menit
- P : 20 x/menit
- Suhu : 36.5 °C
- SpO2 : 99%
Laboratorium:
- Hemoglobin : L 10.2 g/dL
- Hematokrit : L 30.7%
- Eritrosit : L 3.65 10^6/uL
- Leukosit : H 16.87 10^3/ uL
- Neutrofil : H 91.5%
- Limfosit : H 50%
Terapi:
- Asam Traneksamat, PO, 500 mg,
TDS
- Metronidazole, IV, 500 mg, TDS

DIAGNOSA KEPERAWATAN

DP 1. Nyeri Akut b.d agen pencedera fisik d.d nyeri luka post-op SC dengan skala A6/I4,
pasien tampak meringis kesakitan, pasien mendapat terapi analgesik.
DP 2. Hambatan Mobilitas Fisik b.d nyeri post-op SC d.d pasien mengatakan lelah dan sulit
untuk bangun dari tempat tidur dan berjalan ke toilet.
DP 3. Resiko Infeksi b.d uka post-op SC.
RENCANA KEPERAWATAN
Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan
Nyeri Akut Setelah dilakukan Observasi: Observasi:
tindakan keperawatan 1. Observasi ekspresi 1. Ekspresi wajah
selama 2x24 jam wajah pasien. yang meringis
masalah keperawatan 2. Observasi tanda- menandakan
nyeri akut dapat tanda vital secara bahwa pasien
teratasi dengan kriteria berkala. sedang merasakan
hasil: nyeri.
1. Nyeri berkurang Mandiri: 2. Untuk melihat
atau hilang dalam 1. Kaji nyeri pasien keadaan pasien
rentang skala A2/I0. menggunakan dan menentukan
2. Tanda-tanda vital PQRST. tindakan
dalam rentang 2. Atur posisi pasien ke selanjutnya.
normal: TD: 120/80 posisi nyaman.
mmHg; Nadi: 60- Mandiri:
100 x/mnt; P: 12-20 Kolaborasi: 1. Agar mengetahui
x/mnt; Suhu: 36- 1. Kolaborasi dengan skala nyeri
37oC; SpO2: 95- dokter untuk dirasakan oleh
100%. pemberian terapi pasien.
3. Pasien dapat analgetik. 2. Posisi yang
beristrahat dengan nyaman dapat
tenang dan nyaman. Edukasi: mengurangi nyeri
4. Ekspresi wajah 1. Edukasi pasien pasien dan
pasien tidak untuk melakukan membuat pasien
meringis kesakitan. teknik relaksasi lebih tenang.
5. Tidak berkeringat. napas dalam jika
merasakan nyeri. Kolaborasi:
1. Terapi analgetik
berfungsi untuk
mengurangi nyeri.
Edukasi:
1. Teknik relaksasi
napas dalam
merupakan
penanganan
pertama yang
dapat dilakukan
karena dapat
membantu
mengurangi nyeri.
Hambatan Setelah dilakukan Observasi: Observasi:
mobilitas fisik tindakan keperawatan 1. Pantau aktivitas 1. Untuk mengetahui
selama 2x24 jam yang dilakukan aktivitas apa saja
masalah keperawatan pasien. yang dapat
hambatan mobilitas 2. Monitor tanda-tanda dilakukan pasien.
fisik dapat teratasi vital pasien secara 2. Untuk melihat
dengan kriteria hasil: berkala. keadaan pasien
1. Pasien dapat dan menentukan
melakukan Mandiri: tindakan
kebutuhan dasarnya 1. Kaji tingkat selanjutnya.
secara mandiri. kemampuan
2. Pasien dapat aktivitas yang dapat Mandiri:
beraktivitas seperti dilakukan pasien 1. Untuk mengetahui
bangun dari tempat secara mandiri. aktivitas apa saja
tidur dan berjalan ke 2. Mendekatkan barang yang dapat
toilet tanpa bantuan. yang diperlukan ke dilakukan pasien.
3. Pasien tidak pasien. 2. Untuk
mengeluh lelah 3. Bantu pasien memudahkan
beraktivitas dan melakukan aktivitas pasien
pusing saat yang tidak dapat menjangkau
melakukannya. dilakukan secara barang yang
4. Tanda-tanda vital mandiri. diperlukan dan
dalam rentang mencegah
normal: TD: 120/80 Kolaborasi:
mmHg; Nadi: 60- 1. Kolaborasi dengan terjadinya resiko
100 x/mnt; P: 12-20 dokter untuk jatuh.
x/mnt; Suhu: 36- pemberian analgetik. 3. Agar membantu
37oC; SpO2: 95- pasien mencapai
100%. Edukasi: kebutuhan
1. Edukasi keluarga dasarnya.
untuk selalu didekat
pasien. Kolaborasi:
2. Edukasi pasien 1. Terapi analgetik
untuk mengerakkan dapat mengurangi
tubuhnya. nyeri pasien
sehingga pasien
dapat mobilisasi
tanpa merasakan
nyeri.

Edukasi:
1. Agar membantu
pasien memenuhi
kebutuhan
dasarnya.
2. Untuk
membiasakan
pasien bergerak
sehingga dapat
melakukan
aktivitas lain.
Resiko infeksi Setelah dilakukan Observasi: Observasi:
tindakan keperawatan 1. Monitor tanda-tanda 1. Untuk melihat
selama 2x24 jam vital pasien secara keadaan pasien
masalah keperawatan berkala. dan menentukan
resiko infeksi dapat 2. Observasi luka tindakan
pasien. selanjutnya.
dicegah dengan 3. Observasi balutan 2. Agar mengetahui
kriteria hasil: luka pasien. keadaan luka
1. Tanda-tanda vital 4. Observasi adanya pasien apakah ada
dalam rentang peningkatan suhu tanda-tanda
normal: TD: 120/80 pada pasien. infeksi atau tidak.
mmHg; Nadi: 60- 5. Pantau hasil 3. Agar perawat
100 x/mnt; P: 12-20 laboratorium mengetahui
x/mnt; Suhu: 36- khususnya pada apakah balutan
37oC; SpO2: 95- leukosit. luka perlu diganti
100%. atau tidak
2. Luka post-op tidak Mandiri: sehingga proses
menandakan tanda- 1. Periksa keadaan luka penyembuhan
tanda infeksi seperti dan balutan luka berlangsung cepat.
terasa nyeri, pasien. 4. Peningkatan suhu
terdapat cairan pada pasien
nanah, kemerahan, Kolaborasi: menandakan
teraba panas, 1. Kolaborasi dengan adanya infeksi
adanya bengkak dan dokter untuk dalam tubuh
pasien mengalami pemberian terapi pasien dan harus
hipertermi. antibiotik. segera dilakukan
3. Balutan luka tidak intervensi.
ada rembesan, kulit Edukasi: 5. Hasil leukosit
sekitar balutan tidak 1. Edukasi pasien yang tinggi
terdapat luka dan untuk menandakan
tida teraba panas. mempertahankan adanya infeksi
balutan tetap kering. dalam tubuh
2. Edukasi pasien pasien sehingga
untuk pasien harus
mempertahankan segera dilakukan
kebersihan luka dan intervensi.
balutan luka.
3. Edukasi pasien Mandiri:
untuk membersihkan
diri sebanyak dua 1. Untuk mencegah
kali sehari. adanya infeksi
yang mungkin
terjadi pada
pasien.

Kolaborasi:
1. Terapi antibiotik
berfungsi untuk
mencegah dan
mengatasi infeksi
bakteri dengan
cara membunuh
dan menghentikan
bakteri
berkembang biak
di dalam tubuh.

Edukasi:
1. Balutan luka yang
kering dapat
mempercepat
proses
penyembuhan
luka.
2. Luka yang dirawat
dengan benar akan
mencegah adanya
infeksi dan
mempercepat
proses
penyembuhan
luka.
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Hari/tanggal Waktu No. Tindakan Keperawatan & Respon Pasien Paraf &
Waktu DP Nama
Selasa/ 07.00 1 Menerima operan dari bidan (shift malam) bahwa di Bidan, arina
08-12-2020 pukul 06.10 telah dilakukan perawatan luka pada
pasien.
Respon:
Keadaan luka: terdapat luka di abdomen regio
hipogastrik, tidak ada kemerahan, tidak ada
inflamasi, tidak teraba hangat pada kulit pasien.
Balutan luka: tidak ada rembesan, balutan kering.
Selasa/ 07.10 1,2,3 Menerima operan dari bidan (shift malam). Bidan,
08-12-2020 Respon: Keadaan umum pasien sedang, GCS: Sarina
compos mentis (E4/M6/V5).
Selasa/ 08.15 1,2,3 Melakukan pemberian terapi obat pagi (analgesik dan Sarina
08-12-2020 antibiotik) kepada pasien melalui IV.
Respon: PIVAS: 0, pasien meminum semua obat oral
yang diberikan.
Selasa/ 09.00 1 Mengatur bed menjadi semi fowler hingga pasien Sarina
08-12-2020 merasakan posisi yang nyaman.
Respon: Pasien mengatakan sudah nyaman dengan
posisi yang telah diberikan.
Selasa/ 09.10 1 Memberikan edukasi teknik relaksasi napas dalam Sarina
08-12-2020 kepada pasien.
Respon: Pasien dapat melakukan kembali tindakan
yang telah diajarkan. Pasien mengatakan akan
melakukannya saat merasa nyeri.
Selasa/ 10.00 1,2,3 Melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital. Sarina
08-12-2020 Respon: Pasien masih bekeringat secara berlebihan,
Pasien mengeluh pusing.
TD: 105/78 mmHg,
Nadi: 82 x/mnt,
Suhu: 36.40C,
P: 16 x/mnt,
SpO2: 98%,
EWS: 0.
Selasa/ 10.05 1 Melakukan pengkajian nyeri komprehensif kepada Sarina
08-12-2020 pasien.
Respon: Ekspresi wajah pasien masih meringis
kesakitan.
P: Pasien masih merasakan nyeri di abdomen regio
hipogastrik karena luka post-op SC.
Q: Pasien mengatakan bahwa nyeri yang dirasakan
seperti ditusuk-tusuk benda tajam.
R: Pasien mengatakan nyeri yang dirasakan
menyebar hingga ke kedua pinggang.
S: Pasien mengatakan nyeri saat beraktivitas berada
pada skala lima dan saat beristirahat berada pada
skala empat.
T: Pasien mengatakan bahwa nyeri yang dirasakan
berlangsung sekitar 30 menit dan akan timbul
kembali dalam waktu dua jam kemudian.
Selasa/ 10.30 2 Mengkaji aktivitas apa saja yang dapat pasien Sarina
08-12-2020 lakukan secara mandiri kemudian mendekatkan
barang-barang yang diperlukan ke pasien.
Respon: Pasien mengatakan bahwa semua aktivitas
masih dibantu oleh keluarga.
Selasa/ 10.40 2 Membantu pasien melakukan aktivitas yang tidak Sarina
08-12-2020 dapat dilakukan secara mandiri dan mengedukasi
pasien untuk sering mengerakkan tubuhnya.
Respon: Pasien mengatakan bahwa ada suami yang
menjaganya selama di rumah sakit. Pasien
mengatakan bahwa suami membantu untuk
memberikan makan, miring kiri-kanan dan duduk di
bed.
Selasa/ 10.50 3 Mengkaji kondisi balutan luka dan mengedukasi Sarina
08-12-2020 pasien untuk mempertahankan kebersihan balutan
luka dan sekitarnya.
Respon: Balutan luka pasien dibalut dengan kassa
dan hipavix, tidak ada rembesan, balutan kering.
Selasa/ 13.00 1,2,3 Melakukan operan dari bidan shift pagi ke siang. Bidan,
08-12-2020 Respon: Keadaan umum pasien sedang, GCS: Sarina
compos mentis (E4/M6/V5), rencana aff kateter urine
besok pagi.
Selasa/ 13.20 1,2,3 Melakukan terminasi dengan pasien, Bidan,
08-12-2020 memberitahukan pergantian bidan yang menjaga Sarina
siang.
Respon: Pasien mengatakan terimakasih.
Selasa/ 14.00 1,2,3 Memberikan terapi obat siang (analgesik dan Sarina
08-12-2020 antibiotik) kepada pasien.
Respon: Pasien meminum semua obat yang
diberikan.
Selasa/ 14.10 1 Mengatur bed menjadi semi fowler hingga pasien Sarina
08-12-2020 merasakan posisi yang nyaman.
Respon: Pasien mengatakan sudah nyaman dengan
posisi yang telah diberikan.
Selasa/ 15.00 1 Memberikan edukasi teknik relaksasi napas dalam Sarina
08-12-2020 kepada pasien.
Respon: Pasien dapat melakukan kembali tindakan
yang telah diajarkan. Pasien mengatakan akan
melakukannya saat merasa nyeri.
Selasa/ 16.00 1,2,3 Melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital. Bidan
08-12-2020 Respon: Pasien masih bekeringat secara berlebihan,
TD: 112/89 mmHg,
Nadi: 92 x/mnt,
Suhu: 36.20C,
P: 18 x/mnt,
SpO2: 98%,
EWS: 0.
Selasa/ 16.30 1 Melakukan pengkajian nyeri komprehensif kepada Bidan
08-12-2020 pasien.
Respon:
P: Pasien masih merasakan nyeri di abdomen regio
hipogastrik karena luka post-op SC.
Q: Pasien mengatakan bahwa nyeri yang dirasakan
seperti ditusuk-tusuk benda tajam.
R: Pasien mengatakan nyeri yang dirasakan
menyebar hingga ke kedua pinggang.
S: Pasien mengatakan nyeri saat beraktivitas berada
pada skala empat dan saat beristirahat berada pada
skala tiga.
T: Pasien mengatakan bahwa nyeri yang dirasakan
berlangsung sekitar 20 menit dan akan timbul
kembali dalam waktu dua jam kemudian.
Selasa/ 17.00 2 Mengkaji aktivitas yang dilakukan secara mandiri Bidan
08-12-2020 kemudian mendekatkan barang-barang yang
diperlukan.
Respon: Pasien mengatakan bahwa semua aktivitas
masih dibantu oleh keluarga.
Selasa/ 18.00 1,2,3 Memberikan makan malam kepada pasien. Bidan
08-12-2020
Selasa/ 20.00 1,2,3 Melakukan operan bidan shift siang ke malam. Bidan
08-12-2020 Respon: Keadaan umum pasien sedang, GCS:
compos mentis (E4/V6/M5), rencana aff kateter urine
besok pagi.
Selasa/ 20.15 1,2,3 Melakukan terminasi dengan pasien, Bidan
08-12-2020 memberitahukan pergantian bidan yang menjaga
malam.
Selasa/ 20.30 1,2,3 Memberikan terapi obat malam (analgesik dan Bidan
08-12-2020 antibiotik) kepada pasien.
Rabu/ 00.20 1,2,3 Memberikan terapi obat pagi (analgesik dan Bidan
09-12-2020 antibiotik) kepada pasien.
Rabu / 06.00 1,2,3 Melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital. Bidan
09-12-2020 Respon:
TD: 102/76 mmHg,
Nadi: 80 x/mnt,
Suhu: 36.60C,
P: 18 x/mnt,
SpO2: 100%,
EWS: 0,
Nyeri: A4/I3.
Rabu / 06.10 1 Melakukan perawatan luka pasien. Bidan
09-12-2020 Respon:
Keadaan luka: terdapat luka di abdomen regio
hipogastrik, tidak ada kemerahan, tidak ada
inflamasi, tidak teraba hangat pada kulit pasien.
Balutan luka: tidak ada rembesan, balutan kering.
Rabu / 07.00 1,2,3 Menerima operan dari bidan (shift pagi). Bidan,
09-12-2020 Respon: Keadaan umum pasien sedang, GCS: Sarina
compos mentis (E4/M6/V5), rencana aff kateter urine
pagi ini dan rencana pulang besok sore.
Rabu / 07.10 1,2,3 Memberitahukan pergantian bidan yang menjaga Bidan,
09-12-2020 pagi. Sarina
Respon: Pasien mengatakan terimakasih.
Rabu / 08.10 1,2,3 Melakukan pemberian terapi obat pagi (analgesik dan Marsela
09-12-2020 antibiotik) kepada pasien melalui IV.
Respon: PIVAS: 0, pasien meminum semua obat oral
yang diberikan.
Rabu / 08.20 3 Melakukan pelepasan kateter urine. Marsela
09-12-2020 Respon: Terdapat lochea rubra berwarna merah segar
pada underpad dan selang kateter urine.
Rabu / 08.50 1 Mengatur bed menjadi semi fowler hingga pasien Marsela
09-12-2020 merasakan posisi yang nyaman.
Respon: Pasien mengatakan sudah nyaman dengan
posisi yang telah diberikan.
Rabu / 09.20 1 Memberikan edukasi kembali teknik relaksasi napas Sarina
09-12-2020 dalam kepada pasien.
Respon: Pasien dapat melakukan kembali tindakan
yang telah diajarkan. Pasien mengatakan akan
melakukannya saat merasa nyeri.
Rabu / 10.10 1,2,3 Melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital. Sarina
09-12-2020 Respon: Pasien masih bekeringat namun sudah
berkurang dari sebelumnya, keringat pasien mulai
berkurang.
TD: 122/86 mmHg,
Nadi: 75 x/mnt,
Suhu: 36.40C,
P: 20 x/mnt,
SpO2: 98%,
EWS: 0.
Rabu / 10.20 1 Melakukan pengkajian nyeri komprehensif kepada Sarina
09-12-2020 pasien.
Respon: Ekspresi wajah pasien menunjukkan bahwa
nyeri sedikit berkurang dari sebelumnya.
P: Pasien masih merasakan nyeri di abdomen regio
hipogastrik karena luka post-op SC.
Q: Pasien mengatakan bahwa nyeri yang dirasakan
seperti ditusuk-tusuk benda tajam.
R: Pasien mengatakan nyeri yang dirasakan hanya di
luka post-op SC.
S: Pasien mengatakan nyeri saat beraktivitas berada
pada skala dua dan saat beristirahat berada pada skala
dua.
T: Pasien mengatakan bahwa nyeri yang dirasakan
berlangsung sekitar 20 menit dan akan timbul
kembali dalam waktu dua jam kemudian.
Rabu / 11.20 2,3 Mengedukasi pasien untuk berjalan-jalan seperti ke Sarina
09-12-2020 toilet dan membersihkan diri.
Respon: Pasien dibantu oleh suami untuk berjalan
ketoilet.
Rabu / 12,00 2 Melakukan pengkajian aktivitas apa saja yang dapat Sarina
09-12-2020 dilakukan oleh pasien.
Respon: Pasien sudah dapat duduk dan makan
sendiri.
Rabu / 13.00 1,2,3 Melakukan operan dari bidan shift pagi ke siang. Bidan,
09-12-2020 Respon: Keadaan umum pasien sedang, GCS: Sarina
compos mentis (E4/M6/V5), rencana pulang besok
sore.
Rabu / 13.10 1,2,3 Melakukan terminasi dengan pasien, Bidan,
09-12-2020 memberitahukan pergantian bidan yang menjaga Sarina
siang.
Respon: Pasien mengatakan terimakasih.
Rabu / 14.00 1,2,3 Memberikan terapi obat siang (analgesik dan Sarina
09-12-2020 antibiotik) kepada pasien.
Respon: Pasien meminum semua obat yang
diberikan.
Rabu / 14.15 1 Mengatur bed menjadi semi fowler hingga pasien Sarina
09-12-2020 merasakan posisi yang nyaman.
Respon: Pasien mengatakan sudah nyaman dengan
posisi yang telah diberikan.
Rabu / 16.10 1,2,3 Melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital. Bidan
09-12-2020 Respon:
TD: 124/84 mmHg,
Nadi: 68 x/mnt,
Suhu: 36.50C,
P: 20 x/mnt,
SpO2: 98%,
EWS: 0,
Nyeri: A2/I1.
Rabu / 18.00 1,2,3 Memberikan makan malam kepada pasien. Bidan
09-12-2020
Rabu / 20.00 1,2,3 Melakukan operan dari bidan shift siang ke malam. Bidan
09-12-2020 Respon: Keadaan umum pasien sedang, GCS:
compos mentis (E4/V6/M5), rencana pulang besok
sore.
Rabu / 20.10 1,2,3 Melakukan terminasi dengan pasien, Bidan
09-12-2020 memberitahukan pergantian bidan yang menjaga
malam.
Rabu / 20.35 1,2,3 Memberikan terapi obat malam (analgesik dan Bidan
09-12-2020 antibiotik) kepada pasien.
Kamis / 00.10 1,2,3 Memberikan terapi obat pagi (analgesik dan Bidan
10-12-2020 antibiotik) kepada pasien.
Kamis / 06.00 1,2,3 Melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital. Bidan
10-12-2020 Respon:
TD: 114/74 mmHg,
Nadi: 78 x/mnt,
Suhu: 36.50C,
P: 20 x/mnt,
SpO2: 99%,
EWS: 0,
Nyeri: A1/0.
Kamis / 06.10 1 Melakukan perawatan luka pasien. Bidan
10-12-2020 Respon:
Keadaan luka: terdapat luka di abdomen regio
hipogastrik, tidak ada kemerahan, tidak ada
inflamasi, tidak teraba hangat pada kulit pasien.
Balutan luka: tidak ada rembesan, balutan kering.
EVALUASI KEPERAWATAN
Hari/ No. Evaluasi SOAP Paraf & Nama
Tanggal DP Peserta didik
Selasa/ 1. S: Sarina
08-12-2020 - Pasien mengatakan merasakan nyeri pada abdomen
(14.30) akibat luka setelah dioperasi dan rasanya seperti
ditusuk-tusuk benda tajam.
- Pasien mengatakan nyeri yang dirasakan berada
pada bagian abdomen yang terdapat luka dan
menyebar hingga ke kedua pinggang.
- Pasien mengatakan bahwa skala nyeri pada saat
beraktivitas berada pada angka lima dan saat
beristrahat berada pada angka empat.
- Pasien mengatakan bahwa nyeri akan berlangsung
sekitar 30 menit dan timbul kembali sekitar dua jam
kemudian.
O:
- Ekspresi wajah pasien masih meringis kesakitan.
- Tanda-tanda vital:
TD: 105/78 mmHg,
Nadi: 82 x/mnt,
Suhu: 36.40C,
P: 16 x/mnt,
SpO2: 98%,
EWS: 0.
A: Masalah keperawatan nyeri akut belum teratasi.
P: Intervensi dilanjutkan:
- Mengedukasi kembali teknik relaksasi napas dalam.
- Menaikkan bed hingga semi fowler (posisi nyaman
pasien).
- Terapi obat sesuai IMR.
- Observasi TTV setiap shift.
2. S: Sarina
- Pasien mengatakan masih merasakan nyeri akibat
luko post-op SC A5/I4.
- Pasien mengatakan masih sulit dan lelah saat bangun
dari tempat tidur dan berjalan ke toilet.
- Pasien mengatakan masih merasakan pusing.
O:
- Pasien tampak berkeringat secara berlebihan.
- Wajah pasien tampak meringis kesakitan.
- Tanda-tanda vital:
TD: 105/78 mmHg,
Nadi: 82 x/mnt,
Suhu: 36.40C,
P: 16 x/mnt,
SpO2: 98%,
EWS: 0.
A: Masalah keperawatan hambatan mobilitas fisik
belum teratasi.
P: Intervensi dilanjutkan:
- Edukasi pasien untuk sering menggerakkan
tubuhnya.
- Edukasi keluarga untuk membantu pasien
mobilisasi.
- Observasi tanda-tanda vital setiap shift.
- Terapi obat sesuai IMR.
3. S: Pasien mengatakan bahwa terdapat luka di abdomen Sarina
akibat post operasi SC.
O:
- Terdapat luka post-op sectio caesarea yang terletak
di regio hipogastrik dengan dibalut kassa dan
hipavix.
- Tidak ada rembesan pada balutan luka, tidak ada
distensi pada abdomen dan kulit sekitar balutan
teraba hangat.
- Tanda-tanda vital:
TD: 105/78 mmHg,
Nadi: 82 x/mnt,
Suhu: 36.40C,
P: 16 x/mnt,
SpO2: 98%,
EWS: 0,
Nyeri: A5/I4.
A: Tidak terdapat adanya tanda-tanda infeksi.
P: Intervensi dilanjutkan:
- Observasi tanda-tanda vital setiap shift.
- Terapi obat sesuai IMR.
- Pertahankan kebersihan luka.
- Pertahankan balutan tetap kering.
- Observasi luka dan balutan luka.
- Lakukan perawatan luka setiap pagi.
Rabu/ 1. S: Pasien mengatakan masih mengeluh nyeri namun Sarina
09-12-2020 sudah mulai berkurang, skala nyeri saat dilakukan
(14.30) evaluasi A2/I2, pasien mengatakan nyeri hanya berada
pada luka post-op SC saja.
O:
- Ekspresi meringis pada wajah pasien sedikit
berkurang.
- Tanda-tanda vital:
TD: 122/86 mmHg,
Nadi: 75 x/mnt,
Suhu: 36.40C,
P: 20 x/mnt,
SpO2: 98%,
EWS: 0.
A: Masalah keperawatan nyeri akut belum teratasi.
P: Intervensi dimodifikasi:
- Edukasi kembali teknik relaksasi napas dalam.
- Terapi obat sesuai IMR.
- Observasi TTV setiap shift.
- Kolaborasi untuk kontrol selanjutnya.
2. S: Sarina
- Pasien mengatakan masih merasakan nyeri akibat
luka post-op SC A2/I2.
- Pasien mengatakan sudah bisa untuk duduk dan
makan sendiri.
O:
- Keringat pasien mulai berkurang.
- Tampak pasien masih dibantu untuk mobilisasi ke
toilet.
- Tanda-tanda vital:
TD: 122/86 mmHg,
Nadi: 75 x/mnt,
Suhu: 36.40C,
P: 20 x/mnt,
SpO2: 98%,
EWS: 0.
A: Masalah keperawatan hambatan mobilitas fisik
belum teratasi.
P: Intervensi dimodifikasi:
- Edukasi keluarga untuk membantu pasien
mobilisasi.
- Observasi tanda-tanda vital setiap shift.
- Terapi obat sesuai IMR.
- Kolaborasi untuk kontrol selanjutnya.
3. S: Pasien mengatakan bahwa terdapat luka di abdomen Sarina
akibat post-op SC dan terasa gatal di kulit sekitar luka.
O:
- Adanya luka post-op sectio caesarea yang terletak
di regio hipogastrik dengan dibalut kassa dan
hipavix.
- Tidak terdapat rembesan pada balutan luka dan kulit
teraba hangat.
- Tanda-tanda vital:
TD: 122/86 mmHg,
Nadi: 75 x/mnt,
Suhu: 36.40C,
P: 20 x/mnt,
SpO2: 98%,
EWS: 0.
Nyeri: A2/I2.
A: Tidak terdapat adanya tanda-tanda infeksi.
P: Intervensi dimodifikasi:
- Observasi tanda-tanda vital setiap shift.
- Terapi obat sesuai IMR.
- Edukasi perawatan luka yang benar dan pertahankan
kebersihan luka.
- Kolaborasi untuk kontrol selanjutnya.
BAB 1V

PEMBAHASAN KASUS

Pada bagian ini, penulis akan membahas tentang permasalahan yang ditemukan saat melakukan
asuhan keperawatan (pengkajian-evaluasi) pada ny. Y dengan post SC G4P3A0.
Persalinan diartikan sebagai proses pengeluaran hasil konsepsi yaitu janin atau kandungan.
Sectio caesarea merupakan cara yang dilakukan saat pasien tidak bisa melakukan persalinan
secara normal atau pervaginam, Pandangan masyarakat terhadap metode persalinan sectio
caesare ini telah mengalami perubahan diikuti dengan semakin banyaknya persalinan yang
menggunakan metode ini.
Sectio caesarea (SC) atau biasa disebut operasi sesar atau caesarean sectio adalah salah satu
tindakan persalinan untuk mengeluarkan bayi melalui sayatan abdomen dan uterus. SC
merupakan tindakan yang dapat menyelamatkan nyawa ibu dan janin bila diperlukan. Tindakan
sectio caesarea (SC) dapat dilakukan secara gawat darurat ataupun elektif. Akan tetapi,
tindakan ini harus dilakukan hanya bila terdapat indikasi. Indikasi dilakukannya SC dapat
berupa indikasi fetal, maternal, ataupun keduanya yang umumnya mencakup masalah pada his
(power), jalan lahir (passage), dan fetus (passanger) (Apriani., 2014).
Menurut hasil analisa data yang penulis lakukan dengan cara pengkajian secara langsung pada
pasien tetntang keluhan dan asuhan keperawatan yang telah diterima, maka didapatkan tiga
masalah keperawatan yang muncul adalah sebagai berikut:

1. Nyeri akut
Pengertian menurut SDKI (2019), nyeri akut yaitu sesuatu pengalaman sensorik atau
emosional, dan mempunyai onset yang tiba-tiba atau perlahan dan dapat berintensitas ringan,
sedang dan berat dalam kurun waktu kurang dari 3 bulan. Penegakan diagosa nyeri akut
didapatkan dari hasil pengkajian dengan pasien, keluhan yang pasien rasakan yaitu nyeri pada
abdomen akibat luka setelah dioperasi dan rasanya seperti ditusuk-tusuk benda tajam. Pasien
mengatakan nyeri yang dirasakan berada pada bagian abdomen yang terdapat luka dan
menyebar hingga ke kedua pinggang. Pasien mengatakan bahwa skala nyeri pada saat
beraktivitas berada pada angka enam dan saat beristrahat berada pada angka empat, serta nyeri
akan berlangsung sekitar 30 menit dan timbul kembali sekitar dua jam kemudian. Pasien juga
mengatakan bahwa sering merasakan pusing, mengalami keringat yang berlebihan serta
merasa sedikit mual. Keadaan luka di abdomen regio hipogastrik adalah tidak ada kemerahan,
tidak ada inflamasi, tidak teraba hangat pada kulit pasien kemudian luka dibalut dengan kassa
dan hipavix yang tidak ada rembesan pada balutan dan balutan kering. Tanda-tanda vital: TD:
96/90 mmHg, Nadi: 90 x/menit, P: 20 x/menit, Suhu: 36.5 °C, SpO2: 99%, EWS: 0.

Tujuan asuhan keperawatan nyeri akut pada pasien post SC adalah supaya pasien dapat
mengontrol nyeri saat berlangsung. Intervensi yang telah diakukan untuk mengatasi nyeri akut
pasien selama 2x24 jam adalah mengkaji nyeri komprehensif dengan PQRST, memberikan
posisi nyaman, monitor vital sign, pemberian terapi obat analgesik dan mengajarkan teknik
relaksasi napas dalam. Evaluasi yang didapatkan dari asuhan keperawatan nyeri akut pasien
mengatakan masih mengeluh nyeri namun sudah mulai berkurang, skala nyeri saat dilakukan
evaluasi A2/I2, pasien mengatakan nyeri hanya berada pada luka post-op SC saja. Ekspresi
meringis pada wajah pasien sedikit berkurang. Tanda-tanda vital: TD: 122/86 mmHg, Nadi: 75
x/mnt, Suhu: 36.40C, P: 20 x/mnt, SpO2: 98%, EWS: 0.

2. Hambatan Mobilitas Fisik


Pengertian menurut NANDA (2018), hambatan mobilitas fisik adalah keterbatasan pada
gerakan fisik tubuh. Penegakan diagnosa hambatan mobilitas fisik didapatkan dari hasil
pengkajian bahwa pasien mengatakan merasakan nyeri pada abdomen akibat luka setelah
dioperasi dan rasanya seperti ditusuk-tusuk benda tajam. Pasien mengatakan nyeri yang
dirasakan berada pada bagian abdomen yang terdapat luka dan menyebar hingga ke kedua
pinggang. Pasien mengatakan bahwa skala nyeri pada saat beraktivitas berada pada angka enam
dan saat beristrahat berada pada angka empat, serta nyeri akan berlangsung sekitar 30 menit
dan timbul kembali sekitar dua jam kemudian. Pasien juga mengatakan bahwa sering
merasakan pusing, badan masih terasa lemah untuk bangun dari tempat tidur dan berjalan ke
toilet, mengalami keringat yang berlebihan serta merasa sedikit mual.

Tujuan tindakan asuhan keperawatan pada pasien dengan masalah keperawatan hambatan
mobilitas fisik adalah supaya pasien dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari secara mandiri
seperti berjalan ke toilet. Intervensi yang telah diakukan untuk mengatasi hambatan mobilitas
fisik pasien selama 2x24 jam adalah mengkaji kemampuan aktivitas yang dapat dilakukan
pasien secara mandiri, mendekatkan barang-barang yang mudah dijangkau oleh pasien,
memberikan terapi obat analgesik dan mengedukasi keluarga untuk membantu aktivitas pasien.
Evaluasi yang didapatkan dari asuhan keperawatan hambatan mobilitas fisik pasien
mengatakan masih merasakan nyeri akibat luka post-op SC A2/I2 dan pasien mengatakan
sudah bisa untuk duduk dan makan sendiri, keringat pasien mulai berkurang., tampak pasien
masih dibantu untuk mobilisasi ke toilet. Tanda-tanda vital: TD: 122/86 mmHg, Nadi: 75
x/mnt, Suhu: 36.40C, P: 20 x/mnt, SpO2: 98%, EWS: 0.

3. Resiko Infeksi
Pengertian menurut NANDA (2018), resiko infeksi adalah suatu keadaan rentan mengalami
invasi dan multiplikasi organisme patogenik yang mengganggu kesehatan. Penegakan diagnosa
resiko infeksi didapatkan dari hasil pengkajian bahwa terdapat luka post-op sectio caesarea
yang terletak di regio hipogastrik dengan dibalut kassa dan hipavix. Tidak ada rembesan pada
balutan luka, tidak ada distensi pada abdomen dan kulit teraba hangat. Tanda-tanda vital: TD:
122/86 mmHg, Nadi: 75 x/mnt, Suhu: 36.40C, P: 20 x/mnt, SpO2: 98%, EWS: 0.

Tujuan tindakan asuhan keperawatan pada pasien dengan masalah keperawatan resiko infeksi
adalah mempercepat proses penyembuhan luka post SC pasien. Intervensi yang telah diakukan
untuk mengatasi resiko infeksi pasien selama 2x24 jam adalah monitor keadaan luka dan
balutan luka, melakukan perawatan luka dan memantau hasil pemeriksaan laboratorium.
Evaluasi yang didapatkan dari asuhan keperawatan resiko infeksi adalah pasien mengatakan
bahwa terdapat luka di abdomen akibat post-op SC dan terasa gatal di kulit sekitar luka, tidak
terdapat rembesan pada balutan luka dan kulit teraba hangat. Tanda-tanda vital: TD: 122/86
mmHg, Nadi: 75 x/mnt, Suhu: 36.40C, P: 20 x/mnt, SpO2: 98%, EWS: 0.
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Pasien dengan inisial Ny.Y post sectio caesarea indikasi berat janin kurang, setelah operasi
pasien mengatakan merasakan nyeri pada abdomen akibat luka setelah dioperasi dan
rasanya seperti ditusuk-tusuk benda tajam. Pasien mengatakan nyeri yang dirasakan berada
pada bagian abdomen yang terdapat luka dan menyebar hingga ke kedua pinggang. Pasien
mengatakan bahwa skala nyeri pada saat beraktivitas berada pada angka enam dan saat
beristrahat berada pada angka empat, serta nyeri akan berlangsung sekitar 30 menit dan
timbul kembali sekitar dua jam kemudian. Pasien juga mengatakan bahwa sering
merasakan pusing, badan masih terasa lemah untuk bangun dari tempat tidur dan berjalan
ke toilet, mengalami keringat yang berlebihan serta merasa sedikit mual. Hasil tanda-tanda
vital yang didapatkan yaitu TD: 122/86 mmHg, Nadi: 75 x/mnt, Suhu: 36.40C, P: 20 x/mnt,
SpO2: 98%, EWS: 0, Nyeri: A2/I2, pasien mendapatkan terapi anti nyeri, antibiotik dan
anti pendarahan, Masalah keperawatan yang diangkat dari data-data diatas adalah nyeri
akut berhubungan luka post operasi, hambatan mobilitas fisik ditandai dengan pasien masih
merasa lemas, ada mual muntah dan resiko infeksi berdasarkan hasil laboratorium pasien
menunjukan adanya respon imun terhadap inflamasi luka post operasi. Hasil yang
didapatkan setelah dilakukan tiga hari dilakukan asuhan perawatan bahwa ketiga masalah
tersebut belum teratasi seingga masih memerlukan kontrol lanjutan untuk memaksimalkan
penyembuhan luka operasi dan juga pemulihan kondisi pasien untuk dapat beraktivitas
seperti biasanya.

5.2 Saran
Laporan kasus tentang sectio caesarea yang telah dibuat oleh penulis masih kurang dari
sempurna, oleh sebab itu penulis mempersilahkan untuk setiap pembaca melakukan
penelitian lanjutan atau evaluasi tentang kasus section caesarea. Atas perhatiannya penulis
mengucapkan terimakasih.
REFERENSI

American College of Obstetricians and Gynecologists. (2013). Cesarean Birth. ACOG.


Retrieved from: https://www.acog.org/Patients/FAQs/Cesarean-Birth

Apriani. (2014). Asuhan Keperawatan Kepada Ibu Post Sectio Caesarea. Fakultas ilmu
kesehatan. UMP. Retrieved from:
https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&cad=rja&uac
t=8&ved=2ahUKEwi0i9DsjcvtAhWm4XMBHRZmDwsQFjACegQIBBAC&url=http
%3A%2F%2Feprints.umpo.ac.id%2F2244%2F2%2F2.%2520BAB%2520I.pdf&usg=
AOvVaw0O5afzfWI4wmPA6JLl3RIk

Bhatti, et al. (2016). Current Scenario of HIV/AIDS, Treatment Options, and Major Challenges
with Compliance to Antiretroviral Therapy. Cureus, 8(3), pp. e515.

Black, M. J., & Hawks, H. J. (2009). Medical Surgical Nursing: Clinical Management For
Positive Outcomes, 8th ed. Singapore: Elsevier.

Diana, S., Mail, E., & Rufaida, Z. (2019). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi
Baru Lahir. Jawa Tengah: IKAPI. Retrieved from:
https://books.google.com/books?hl=id&lr=&id=pQC5DwAAQBAJ&oi=fnd&pg=PR6
&dq=persalinan&ots=RlZOls9A7u&sig=30w5Lid0hnJsLvhuPO9x3vRPyJg
Fatimah & Nuryaningsih. (2017). Asuhan Kebidaan Kehamilan. Jakarta: Fakultas Kedokteran
dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah. Retrieved from:
http://elearning.fkkumj.ac.id/pluginfile.php?file=%2F8673%2Fcourse%2Foverviewfile
s%2FAsuhan%20Kebidanan%20Kehamilan.pdf&forcedownload=1
Herdman, T. H., & Editor, S. K. (2018). NANDA International Nursing Diagnoses: Definition
and classifications 2018-2020. Malden, Mass: Blackwell Publishing.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2017). Direktorat Jenderal Pencegahan dan


Pengendalian Penyakit. Laporan Perkembangan HIV-AIDS & Penyakit Infeksi
Menular Seksual (PIMS) Triwulan 1 Tahun 2017.

Metti, D. (2016). Pengetahuan Ibu Hamil Primigravida Tentang Tanda-Tanda Persalinan di


Wilayah Lampung Utara. Jurnal Keperawatan, Vol XII (2), 228-232. Retrieved form:
https://ejurnal.poltekkes-tjk.ac.id/index.php/JKEP/article/view/603
NANDA. (2015). Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015-2017 Edisi 10 Editor T
Heather Herdman, Shigemi Kamitsuru. Jakarta: EGC.
SDKI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik
Edisi 2. Jakarta: PPNI.
Subekti, S. W. (2018). Indikasi Persalinan Seksio Sesarea. Jurnal Biometrika dan
Kependudukan, Vol 7 (1), 11-19. Retrieved from: https://e-
journal.unair.ac.id/JBK/article/view/5380/pdf
UNICEF. (2012). Ringkasan Kajian Respon terhadap HIV & AIDS. New York (USA):
UNICEF.
World Health Organization. WHO Statement on Caesarean Section Rates. Human
Reproductive Program. 2015;23:149–50.
Pengambilan kasus dan penerapan Asuhan Keperawatan pada pasien tsb diatas, atas
SEPENGETAHUAN, BIMBINGAN dan SUDAH KONSULTASI dengan:

Nama Preseptor/HN/CI: _____________________


Tanggal: _________________________________
Tandatangan: _____________________
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai