Anda di halaman 1dari 41

MAKALAH KEPERAWATAN MATERNITAS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU HIPEREMESIS GRAVIDARUM (HEG)

DISUSUN OLEH :

BAYU ILHAM GUSTIAN P01720422

Dosen pembimbing :

Ns. Kheli Fitria Annuril., M.Kep., Sp.Kep.Mat

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLTEKES KEMENKES BENGKULU

PRODI PENDIDIKAN PROFESI NERS

JURUSAN KEPERAWATAN
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Istilah sectio caesarea (SC)berasal dari bahasa latin caedere yang berarti
memotong atau menyayat. Dalam ilmu obstetrik, istilah tersebut mengacu pada tindakan
pembedahan yang bertujuan melahirkan bayi dengan membuka dinding perut dan rahim
ibu (Todman, 2007; Lia et.al, 2010). Menurut Amru sofian, (2011) SC adalah suatu cara
melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan
perut; seksio sesarea juga dapat didefinisikan sebagai suatu histerotomia untuk
melahirkan janin dari dalam rahim.
World Health Organization (WHO) menetapkan standar rata-rata

SC sebuah negara adalah sekitar 5-15 % per 1000 kelahiran di dunia. Rumah Sakit
pemerintah kira – kira 11 % sementara rumah sakit swasta lebih dari 30% (Gibbson L. et
all, 2010). Menurut WHO peningkatan persalinan dengan sectio caesarea di seluruh
Negara selama tahun 2007 – 2008 yaitu 110.000 per kelahiran di seluruh Asia (Kounteya,
S. 2010).
Angka persalinan melalui SC di Amerika Serikat telah meningkat empat kali
lipat, dari 5,5 per 100 kelahiran pada tahun 1970 menjadi 22,7 per 100 kelahiran pada
tahun 1985. Insidensi operasi SC dalam masingmasing unit obstetrik bergantung pada
populasi pasien dan sikap dokter. Sekarang ini angkanya berkisar antara 10 sampai 40
persen dari semua. kelahiran, karena SC telah ikut mengurangi angka kematian perinatal.
Angka persalinan SC yang ada sebenarnya terlalu tinggi sehingga ada berbagai upaya
untuk menguranginya karena meningkatnya morbiditas dan mortalitas ibu (Ensor et al.,
2010). Pada kasus SC angka mortalitas dua kali angka pada pelahiran pervaginam,
disamping itu angka morbiditas yang terjadi akibat infeksi, kehilangan darah, dan
kerusakan organ internal lebih tinggi pada persalinan SC (Kulas, 2008).
Tindakan SC dilakukan jika kelahiran pervaginal mungkin akan menyebabkan
resiko pada ibu ataupun pada janin seperti proses persalinan normal lama atau kegagalan
proses persalinan normal, plasenta previa, panggul sempit, distosia serviks, pre eklamsi
berat, ruptur uteri iminen, perdarahan antepartum, ketuban pecah dini, janin letak lintang,
letak bokong, fetal distres dan janin besar melebihi 4.000 gram. Angka persalinan dengan
SC di NAD (Nanggroe Aceh Darussalam) masih tinggi, sehingga angka ini harus ditekan
dengan upaya tindakan SC berdasar indikasi, peningkatan pengetahuan ibu hamil
mengenai indikasi SC yang tepat (Selawati L, 2013). Menurut Solehati & kosasih,
(2013), masalah yang biasanya muncul setelah dilakukannya operasi SC antara lain:
terjadinya aspirasi (25-50%), emboli pulmonari, perdarahan, infeksi pada luka, infeksi
uterus, infeksi pada traktus urinarius, cedera pada kandung kemih, tromboflebitis dan
gangguan rasa nyaman nyeri. Apabila masalah-masalah tersebut tidak segera diatasi,
maka masalahnya menjadi panjang dan dapat menimbulkan masalah baru seperti:
pembentukan adhesion (perlengkatan), obstruksi usus, kesulitan penggunaan otot untuk
sit-up, dan nyeri pelvik. Pada kasus post SC masalah yang sering muncul setelah tindakan
operasi SC adalah nyeri. Rasa nyeri adalah pengalaman sensori tidak menyenangkan.
(Smeltzer, 2010). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Pratiwi (2010) pada pasien
post SC di RS Al-Islam Bandung, nyeri pasien post SC adalah 43,33% dengan nyeri
sedang dan 56,67% dengan nyeri hebat. Salah satu metode untuk mengatasi nyeri secara
nonfarmakologi adalah terapi relaksasi autogenik (Asmadi, 2008).
B.   Tujuan Penulisan Makalah

1. Tujuan Umum

Mahasiswa keperawatan mampu memahami konsep dasar medis dan asuhan


keperawatan pada klien dengan post partum sectio caesarea.

2.   Tujuan Khusus

Mahasiswa keperawatan dapat :

a. Menjelaskan pengertian dari post partum sectio caesarea.


b. Menjelaskan etiologi dari post partum sectio caesarea.
c. Menjelaskan patofisiologi dan (pathways) dari post partum sectio caesarea.
d. Menjelaskan manifestasi klinik dari post partum sectio caesarea.
e.Menjelaskan pemeriksaan penunjang dari post partum sectio caesarea.
f. Menjelaskan penatalaksanaan dari post partum sectio caesarea.
g. Menjelaskan komplikasi dari post partum sectio caesarea.
h. Menjelaskan asuhan keperawatan dari post partum sectio caesarea.

C. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam makalah ini adalah mengetahui konsep dasar penyakit dan
secara kasus tentang asuhan keperawatan dengan post partum sectio caesarea.

D. Manfaat

1. Mahasiswa :

Mahasiswa memahami post partum section caesarea.sehingga menunjang pembeljaran


mata kulia Maternitas

Mahasiswa mengetahui proses keperawatan yang benar sehingga dapat


mengimplementasikan pada pasien di rumah sakit

2. Institusi :

Dapat membantu perkembangan ilmu keperawatan khususnya proses keperawatan


dengan post partum sectio caesarea. di institusi kelompok melakukan studi

3. Masyarakat :

Masyarakat Mampu memahami apa itu post partum sectio caesarea.


BAB II

KONSEP DASAR MEDIS

A.   Definisi

Sectio caesarea adalah suatu persalianan buatan di mana janin dilahirkan melalui
suatu insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan saraf rahim dalam keadaan
utuh serta berat badan di atas 500 gram. (Mitayani, 2009).Seksio sesarea adalah suatu
cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding
depan perut; seksio sesarea juga dapat didefinisikan sebagai suatu histerotomia untuk
melahirkan janin dari dalam rahim. (Amru sofian, 2011).
1. Post Partum

Post Partum adalah suatau masa antara kelahiran sampai dengan organ-organ
reproduksi kembali ke keadaan sebelum masa hamil. (Reeder, 2011). Post Partum
merupakan masa
pemulihankembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali
seperti keadaan sebelum kehamilan. Lama Post Partum ini antara 6-8 minggu. (Solehati
& Kosasih, 2015 yang melaporkan penelitian tahun 2002 oleh Mochtar).

B. Etiologi Sectio caesarea

Manuaba (2002) indikasi ibu dilakukan sectio caesarea adalah ruptur uteri
iminen, perdarahan antepartum, ketuban pecah dini. Sedangkan indikasi dari janin
adalah fetal distres dan janin besar melebihi 4.000 gram. Dari beberapa faktor sectio
caesarea diatas dapat diuraikan beberapa penyebab sectio caesarea sebagai berikut:
1. CPD ( Chepalo Pelvik Disproportion )

Chepalo Pelvik Disproportion (CPD) adalah ukuran lingkar panggul ibu tidak
sesuai dengan ukuran lingkar kepala janin yang dapat menyebabkan ibu tidak dapat
melahirkan secara alami. Tulang-tulang panggul merupakan susunan beberapa tulang
yang membentuk rongga panggul yang merupakan jalan yang harus dilalui oleh janin
ketika akan lahir secara alami. Bentuk panggul yang menunjukkan kelainan atau
panggul patologis juga dapat menyebabkan kesulitan dalam proses persalinan alami
sehingga harus dilakukan tindakan operasi. Keadaan patologis tersebut menyebabkan
bentuk rongga panggul menjadi asimetris dan ukuranukuran bidang panggul menjadi
abnormal.
2. PEB (Pre-Eklamsi Berat)

Pre-eklamsi dan eklamsi merupakan kesatuan penyakit yang langsung


disebabkan oleh kehamilan, sebab terjadinya masih belum jelas. Setelah perdarahan
dan infeksi, pre-eklamsi dan eklamsi merupakan penyebab kematian maternal dan
perinatal paling penting dalam ilmu kebidanan. Karena itu diagnosa dini amatlah
penting, yaitu mampu mengenali dan mengobati agar tidak berlanjut menjadi
eklamsi.
3. KPD (Ketuban Pecah Dini)

Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda persalinan
dan ditunggu satu jam belum terjadi inpartu. Sebagian besar ketuban pecah dini
adalah hamil aterm di atas 37 minggu, sedangkan di bawah 36 minggu.
4. Bayi Kembar

Tidak selamanya bayi kembar dilahirkan secara caesar. Hal ini karena
kelahiran kembar memiliki resiko terjadi komplikasi yang lebih tinggi daripada
kelahiran satu bayi. Selain itu, bayi kembar pun dapat mengalami sungsang atau
salah letak lintang sehingga sulit untuk dilahirkan secara normal.
5. Faktor Hambatan Jalan Lahir

Adanya gangguan pada jalan lahir, misalnya jalan lahir yang tidak
memungkinkan adanya pembukaan, adanya tumor dan kelainan bawaan pada jalan
lahir, tali pusat pendek dan ibu sulit bernafas.
6. Kelainan Letak Janin

1) Kelainan pada letak kepala a) Letak kepala tengadah


Bagian terbawah adalah puncak kepala, pada pemeriksaan dalam teraba UUB
yang paling rendah.

Etiologinya kelainan panggul, kepala bentuknya bundar, anaknya kecil atau mati,
kerusakan dasar panggul.
b) Presentasi muka

Letak kepala tengadah (defleksi), sehingga bagian kepala yang terletak paling
rendah ialah muka. Hal ini jarang terjadi, kira-kira 0,27-0,5 %.
c) Presentasi dahi

Posisi kepala antara fleksi dan defleksi, dahi berada pada posisi terendah dan
tetap paling depan. Pada penempatan dagu, biasanya dengan sendirinya akan
berubah menjadi letak muka atau letak belakang kepala.

2) Letak Sungsang

Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang


dengan kepala difundus uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum uteri.
Dikenal beberapa jenis letak sungsang, yakni presentasi bokong, presentasi
bokong kaki, sempurna, presentasi bokong kaki tidak sempurna dan presentasi
kaki (Saifuddin, 2002).
C. Klasifikasi

Secara umum tindakan sectio caesarea dapat dibagi menjadi 4


(empat) jenis (Mochtar R, 2002), yaitu:
1) Sectio Transperitonealis Profunda
Sectio caesarea transperitonealis profunda dengan insisi di segmen bawah
uterus. Insisi pada bawah rahim, bisa dengan teknik melintang atau memanjang.
Keunggulan/kelebihan cara ini anatara lain seabagai berikut:

a) Perdarahan insisi tidak banyak.

b) Penjahitan luka lebih mudah

c) Penutupan luka dengan reperitonial yang baik

d) Bahaya peritonitis tidak besar

e) Tumpang tindih dari peritonial flap baik sekali untuk menahan penyebaran isi
uterus ke rongga peritonium
f) Perut pada uterus umumnya kuat, sehingga bahaya ruptur uteri tidak besar di
kemudian hari
Kelemahan/kerugian adalah sebagai berikut:

a) Luka dapat menyebar ke kiri, kanan dan bawah, yang dapat

menyebabkan putusnya ateri uterina.

b) Keluhan pada kandung kemih post operasi tinggi


2) Sectio caesarea Peritoneal

Insisi dibuat pada korpus uteri, pembedahan ini yang lebih mudah dilakukan,
hanya diselenggarakan apabila ada halangan untuk melakukan sectio caesarea
transperitonialis profunda misalnya, melekat erat uterus pada dinding perut karena
sectio yang sudah atau insisi segmen bawah uterus mengandung bahaya perdarahan
yang banyak.
Kelebihan:

a) Mengeluarkan janin lebih cepat.

b) Tidak mengakibatkan komplikasi kandung kemih tertarik.

c) Sayatan bisa diperpanjang paroksimal atau distal.

Kekurangan:

a) Infeksi mudah menyebar secara intra abdomial karena tidak ada reperitonealisasi
yang baik.
b) Untuk persalinan berikutnya sering terjadi ruptur uteri spontan.

3) Sectio caesarea Peritoneum

Dilakukan tanpa membuka peritonium parietalis dengan demikian tidak


membuka kavum abdominal. Dulu dilakukan untuk mengurangi bahaya infeksi,
akan tetapi dengan kemajuan pengobatan infeksi pembedahan ini jarang
dilakukan. Rongga peritoneum tak dibuka,
dilakukan pada pasien infeksi uterin berat.

Menurut arah sayatan pada rahim sectio dapat dilakukan sebagai berikut :
a. Sayatan memanjang (longitudinal) menurut Kroning.
b. Sayatan melintang (transversal) menurut Kerr.
Berdasarkan saat dilakukan sectio caesarea dapat dibagi atas:

a) Sectio primer: direncanakan pada waktu antenatal care.

b) Sectio sekunder: tidak direncanakan terlebih dahulu sewaktu sulit.

4) Sectio caesarea Hysteroctomi

Setelah sectio caesarea, dilakukan hysteroktomy dengan indikasi:

a) Antonia uteria.
b) Plasenta accrete.
c) Myoma uteri.
d) Infeksi intra uteri bera.

D. Patofisiologi

Sectio caesarea merupakan tindakan untuk melahirkan bayi dengan berat di atas
500 gr dengan sayatan pada dinding uterus yang masih utuh. Indikasi dilakukan
tindakan ini yaitu distorsi kepala panggul, disfungsi uterus, distorsia jaringan lunak,
placenta previa dll, untuk ibu. Sedangkan untuk janin adalah gawat janin. Janin besar
dan letak lintang setelah dilakukan SC ibu akan mengalami adaptasi post partum baik
dari aspek kognitif berupa kurang pengetahuan. Akibat kurang informasi dan dari aspek
fisiologis yaitu produk oxsitosin yang tidak adekuat akan mengakibatkan ASI yang
keluar hanya sedikit, luka dari insisi akan menjadi post de entris bagi kuman. Oleh
karena itu perlu diberikan antibiotik dan perawatan luka dengan prinsip steril. Nyeri
adalah salah utama karena insisi yang mengakibatkan gangguan rasa nyaman.

Sebelum dilakukan operasi pasien perlu dilakukan anestesi bisa bersifat regional
dan umum. Namun anestesi umum lebih banyak pengaruhnya terhadap janin maupun
ibu anestesi janin sehingga kadangkadang bayi lahir dalam keadaan apnea yang tidak
dapat diatasi dengan mudah. Akibatnya janin bisa mati, sedangkan pengaruhnya anestesi
bagi ibu sendiri yaitu terhadap tonus uteri berupa atonia uteri sehingga darah banyak
yang keluar. Untuk pengaruh terhadap nafas yaitu jalan nafas yang tidak efektif akibat
sekret yan berlebihan karena kerja otot nafas silia yang menutup. Anestesi ini juga
mempengaruhi saluran pencernaan dengan menurunkan mobilitas usus.
Seperti yang telah diketahui setelah makanan masuk lambung akan terjadi proses
penghancuran dengan bantuan peristaltik usus. Kemudian diserap untuk metabolisme
sehingga tubuh memperoleh energi. Akibat dari mortilitas yang menurun maka
peristaltik juga menurun. Makanan yang ada di lambung akan menumpuk dan karena
reflek untuk batuk juga menurun. Maka pasien sangat beresiko terhadap aspirasi
sehingga perlu dipasang pipa endotracheal. Selain itu motilitas yang menurun juga
berakibat pada perubahan pola eliminasi yaitu konstipasi.(Saifuddin, Mansjoer &
Prawirohardjo, 2002)
E. Komplikasi

Komplikasi yang sering terjadi pada ibu dengan sectio caesarea menurut (Mochtar R,
2002) adalah sebagai berikut:
1) Infeksi puerperal (nifas).

a) Ringan, dengan kenaikan suhu beberapa hari saja.

b) Sedang, dengan kenaikan suhu yang lebih tinggi, disertai dehidrasi dan perut
sedikit kembung.
c) Berat, dengan peritonitis, sepsis dan ileus paralitik.

Hal ini sering kita jumpai pada partus terlantar, dimana sebelumnya telah
terjadi infeksi intra partal karena ketuban yang telah pecah terlalu lama.
Penanganannya adalah dengan pemberian cairan, elektrolit dan antibiotika
yang adekuat dan
tepat.

2) Perdarahan disebabkan karena:

a) Banyak pembuluh darah yang terputus dan terbuka.


b) Antonia uteri.
c) Perdarahan pada placental bed.
3) Luka kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih bila

reperitonealisasi terlalu tinggi.

4) Kemungkinan ruptura uteri spontan pada kehamilan mendatang.


F. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan medis dan perawatan setelah dilakukan sectio caesarea (Prawirohardjo,


2007) yaitu:
1) Perdarahan dari vagina harus dipantau dengan cermat.

2) Fundus uteri harus sering dipalpasi untuk memastikan bahwa uterus tetap
berkontraksi dengan kuat.
3) Pemberian analgetik dan antibiotik.

4) Periksa aliran darah uterus paling sedikit 30 ml/jam

5) Pemberian cairan intra vaskuler, 3 liter cairan biasanya memadai untuk 24 jam
pertama setalah pembedahan.
6) Ambulasi satu hari setelah pembedahan klien dapat turun sebentar dari tempat
tidur dengan bantuan orang lain.
7) Perawatan luka: insisi diperiksa setiap hari, jahitan kulit (klip) diangkat pada hari
ke empat setelah pembedahan.
8) Pemeriksaan laboratorium: Hematokrit diukur pagi hari setelah pembedahan
untuk memastikan perdarahan pasca operasi atau mengisyarakatkan hipovolemia.

Perwatan Post Operasi

1) Perawatan awal

2) Letakan pasien dalam posisi pemulihan.

3) Periksa kondisi pasien, cek tanda vital tiap 15 menit selama 1 jam pertama,
kemudian tiap 30 menit jam berikutnya. Periksa tingkat kesadaran tiap 15 menit
sampai sadar.
4) Yakinkan jalan nafas bersih dan cukup ventilasi.

5) Transfusi jika diperlukan.

6) Jika tanda vital dan hematokrit turun walau diberikan transfusi, segera kembalikan
ke kamar bedah kemungkinan terjadi perdarahan pasca bedah.
G.Pathway
BAB III

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian

Pada pengkajian klien dengan sectio caesaria, data yang dapat ditemukan meliputi distress
janin, kegagalan untuk
melanjutkan persalinan, malposisi janin, prolaps tali pust, abrupsio plasenta dan plasenta
previa.
1) Identitas atau biodata klien

Meliputi, nama, umur, agama, jenis kelamin, alamat, suku bangsa, status
perkawinan, pekerjaan, pendidikan, tanggal masuk rumah sakit nomor register , dan
diagnosa keperawatan.

2) Keluhan utama

a) Riwayat kesehatan

(1) Riwayat kesehatan dahulu:

Penyakit kronis atau menular dan menurun sepoerti jantung, hipertensi, DM,
TBC, hepatitis, penyakit kelamin atau abortus.
(2) Riwayat kesehatan sekarang :

Riwayat pada saat sebelun inpartu di dapatka cairan ketuban yang keluar
pervaginan secara sepontan kemudian tidak di ikuti tanda-tanda persalinan.
(3) Riwayat kesehatan keluarga:

Adakah penyakit keturunan dalam keluarga seperti jantung, DM, HT, TBC,
penyakit kelamin, abortus, yang mungkin penyakit tersebut diturunkan kepada
klien.
3) Pola-pola fungsi kesehatan

a) Pola Persepsi dan pemeliharaan kesehatan

Pengetahuan tentang keperawatan kehamilan sekarang.

b) Pola Nutrisi dan Metabolisme

Pada klien nifas biasanaya terjadi peningkatan nafsu makan karena dari
keinginan untuk menyusui bayinya.
c) Pola aktifitas

Pada pasien pos partum klien dapat melakukan aktivitas seperti


biasanya, terbatas pada aktifitas ringan, tidak membutuhkan tenaga banyak,
cepat lelah, pada klien nifas didapatkan keterbatasan aktivitas karena
mengalami kelemahan dan nyeri.
d) Pola eliminasi

Meliputi berapa kali BAB, konsistensi, warna, bau, dan klien dengan
post sectio caesarea, untuk BAK melalui dawer kateter yang sebelumnya
telah terpasang.
e) Pola Istirahat dan tidur

Pada klien nifas terjadi perubagan pada pola istirahat dan tidur karena
adanya kehadiran sang bayi dan nyeri epis setelah persalinan.
f) Pola hubungan dan peran

Peran klien dalam keluarga meliputi hubungan klien dengan keluarga dan
orang lain.
g) Pola penanggulangan stress

Biasanya klien sering melamun dan merasa cemas

h) Pola sensori dan kognitif

Pola sensori klien merasakan nyeri pada prineum akibat luka janhitan dan nyeri
perut akibat involusi uteri, pada pola kognitif klien nifas primipara terjadi
kurangnya pengetahuan merawat bayinya
i) Pola persepsi dan konsep diri

Biasanya terjadi kecemasan terhadap keadaan kehamilanya, lebih-lebih


menjelang persalinan dampak psikologis klien terjadi perubahan konsep diri
antara lain dan body image dan ideal diri.
j) Pola reproduksi dan sosial

Terjadi disfungsi seksual yaitu perubahan dalam hubungan seksual atau


fungsi dari seksual yang tidak adekuat karena adanya proses persalinan dan
nifas.
k) Pola keyakinandan spiritual

Klien yang menganut agama islam selama keluar darah nifas/masa nifas
tidak diperbolehkan melaksanakan ibadah.
4) Pemeriksaan umum

Pemeriksaan umum menurut (Yuli, 2017)meliputi :

a) Keadaan umum

Keadaan umum biasanya lemah.

b) Tingkat Kesadaran

Apatis.

c) Tanda-tanda vital

Tekanan darah : Normal atau menurun <120/90 mmHg.

Nadi : Nadi meningkat >80x/menit.

Suhu : Suhu meningkat >37,5 C.

Respirasi : Respirasi meningkat.

5) Pemeriksaan Head to toe

Pemeriksan fisik menurut (Yuli, 2017) adalah :

a) Kepala : Meliputi bentuk wajah apakah simetris atau

tidak, keadaan rambut dan keadaan kulit

kepala.

b) Muka : Terlihat pucat dan tampak menahan sakit.

c) Mata : Anemis atau tidak, dengan melihat

konjungtiva merah segar atau merah pucat, sklera putih atau


kuning.
d) Hidung : Ada polip atau tidak, bersih atau kotor.

e) Gigi : Bersih atau kotor, ada karies atau tidak.

f) Lidah : Bersih atau kotor.

g) Bibir : Lembab atau kering.


h) Telinga : Bersih atau kotor, ada benjolan kelenjar tifoid

atau tidak.

i) Abdomen : Ada tidaknya distensi abdomen, bagaimana

dengan luka operasi adakah perdarahan, berapa tinggi fundus


uterinya, bagaimana dengan bising usus, adakah nyeri tekan.

j) Dada : Perlu dikaji kesimetrisan dada, ada tidaknya retraksi


intercosta, pernafasan tertinggal, suara
wheezing, ronchi, bagaimana irama dan

frekuensi pernapasan

k) Payudara
: Perlu dikaji bentuk payudara, puting susu menonjol
atau tidak, pengeluaran ASI.

l) Genetalia : Adaoedemaatautidak, adakah pengeluaran


lochea dan bagaimana warnanya.

m) Ekstermitas:Simetris atau tidak, ada oedem atau tidak.


2. Diagnosa Keperawatan

1) Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik, biologis

(00132).

2) Resiko infeksi berhubungan dengan luka insisi (00004).

3) Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang perawatan


melahirkan caesarea (00126).

3. Intervensi Keperawatan

1) Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik, biologis.

Tujuan : Nyeri dapat teratasi (00132).

Kriteria Hasil :

Setelah dilakukan tindakan Keperawatan Selama 3x24 jam, diharapkan klien dapat
mengontrol nyeri (Pain Control) (1605):
1. Klien dapat mengetahui penyebab nyeri, onset nyeri.

2. Klien mampu menggunakan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, dan


tindakan pencegah nyeri.
3. Klien melaporkan nyeri berkurang dengan menggunakan managemen nyeri.
Menunjukkan tingkat nyeri

(Pain Level) (2102):

1. Klien melaporkan nyeri dan pengaruhnya pada tubuh.


2. Klien mampu mengenal skala, intensitas, frekuensi dan lamanya episode nyeri.
3. Klien mengatakan rasa nyaman setalah nyeri berkurang.
4. Tanda-tanda vital dalam batas normal.
5. Ekspresi wajah tenang.

Intervensi:

Manajemen nyeri (Pain Management) (1400):

1. Kaji secara komprehensif tentang nyeri, meliputi: Lokasi, karakteristik, dan onset,
durasi, frekuensi, kualitas, intensitas/beratnya nyeri, dan faktor-faktor presipitasi.
2. Ajarkan menggunakan teknik nonfarmakologi (misalnya: Nafas dalam, teknik
distraksi, atau massage).
3. Evaluasi tentang keefektifan dari tindakan dari nyeri yang telah digunakan.
4. Tingkatkan istirahat yang cukup. Pemberian analgetik

(Analgetic Administration):
1. Tentukan lokasi nyeri, karakteristik, kualitas, dan keparahan sebelum pengobatan.
2. Berikan obat dengan prinsip 6 benar.

3. Cek riwayat alergi obat.

2) Resiko infeksi berhubungan dengan luka insisi (00004).

Tujuan: untuk mencegah dan mengatasi terjadinya infeksi

Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam

resiko infeksi dapat diatasi dengan kriteria hasil :

Kriteria Hasil: (Immune Status) (0702):


1. Klien tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi.
2. Suhu tubuh normal (36,5-37 C).
3. Nadi normal (70-80x/menit).
4. Tekanan darah normal (120/70 mmHg)

Intervensi:

Pengendalian infeksi (Infection Control) (6540):

1. Pantau tanda/gejala infeksi (misalnya: suhu tubuh, keadaan luka post operasi,
kondisi vulva, kelelahan dan malaise).
2. Kaji faktor yang meningkatkan serangan infeksi (misalnya: usia lanjut, status
imun menurun, dan malnutrisi).
3. Pantau hygiene personal untuk perlindungan terhadap

infeksi.

4. Kolaborasi dalam pemberian terapi analgetik.


3) Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang perawatan
melahirkan caesarea (00126).
Tujuan: klien akan mengungkapkan pemahaman tentang perawatan melahirkan
caesarea.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam diharapkan klien dapat :
Kriteria Hasil:

Knowledge: disease process (1803):

1. Klien mengatakan paham tentang perawatan melahirkan caesarea.


2. Klien mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara benar.

3. Klien mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan perawat tentang


perawatan melahirkan caesarea.

Intervensi :

Teaching: disease process (5602):

1. Diskusikan tentang perawatan insisi, gejala infeksi, dan pentingnya diet


nutrisi.
2. Jelaskan tentang pentingnya periode istirahat terencana.

3. Jelaskan bahwa lochea dapat berlanjut selama 3-4 minggu, berubah dari
merah ke coklat sampai putih.
4. Jelaskan pentingnya latihan, tidak mulai latihan keras sampai diizinkan
oleh dokter.
5. Jelaskan tentang perawatan payudara dan ekspresi manual bila menyusui.

4. Implementasi

Implementasi merupakan tindakan yang sesuai dengan yang telah direncanakan,


mencakup tindakan mandiri dan kolaborasi. Tindakan mandiri adalah tindakan
keperawatan bedasarkan analisis dan kesimpulan perawat dan bukan atas petunjuk
tenaga kesehatan lain.Tindakan kolaborasi adalah tindakan keperawatan yang
didasarkan oleh hasil keputusan bersama dengan dokter atau petugas kesehatan lain
(Mitayani, 2009).

5. Evaluasi

Evaluasi keperawatan merupakan hasil perkembangan ibu dengan berpedoman


kepada hasil dan tujuan yang hendak dicapai. (Miyatani,
2009).
BAB IV

LAPORAN KASUS

1. PENGKAJIAN POST PARTUM

Tanggal masuk Rumah Sakit : 08 Mei 2019

Tanggal pengkajian : 09 Mei 2019

Nomor Register : 080854

Ruangan / Rumah Sakit : Anna / RSMM kab.Mimika

I. Biodata :

A. Identitas pasien
Nama : Ny. T.S.
Umur : 36 Thn
Jenis kelamin : Perempuan
Pendidikan terakhir : SMA
Agama : Kristen
Pekerjaan : IRT
Alamat : SP 2 (Jln. Langsat)

B. Identitas penanggung jawab


Nama lengkap : Tn. M.T
Jenis kelamin : laki – laki
Tanggal lahir / Umur : 39 Thn
Agama : Kristen
Pekerjaan : Swasta
Alamat : SP 2 (Jln.Langsat)
II. Riwayat Kehamilan dan Persalinan yang Lalu

Tahun Jenis Penolong Jenis BB Keadaan Bayi Masalah


Persalinan Kelamin Lahir Waktu Lhir Kehamilan
No

1 2006 Normal Bidan Laki-laki 2800 Baik,Menangis Tidak Ada

2 2008 Normal Bidan Perempuan 2900 Baik Menangis Tidak Ada

3 2010 Normal Bidan Perempuan 2700 Baik Menangis Tidak Ada

4 2012 Sectio Dokter dan Laki-laki 2800 Baik Menangis Tidak Ada
caesarea Bidan

5 2019 Sectio Dokter dan Laki-laki 3000 Baik Menangis Tidak Ada
caesarea Bidan

Pengalaman Menyusui : Ya

Berapa Lama : 6 Bln

Riwayat Kehamilan Saat Ini

1. Berapa Kali Pemeriksaan Kehamilan : 3x di Bidan

2. Masalah Kehamilan : Pasien Mengatakan tidak Memiliki Masalah Atau Keluhan Yang Tidak
Normal
III. Riwayat Persalinan

1. Jenis Persalinan : Spontan (Letkep / Letsu)


Tanggal 09-05-2019/Jam : 10.45
2. Jenis Kelamin Bayi : Laki-laki, BB/PB : 3000 Gram/50 Cm
3. Perdarahan Tidak Ada
4. Masalah dalam Persalinan : Tidak ada

IV. Riwayat Kesehatan Sekarang

Status Obstetrik : P5 A0 H2

Bayi Rawat Gabung : Tidak

Jika Tidak Alasan : Tidak Ada Gangguan Atau Masalah Pada Bayi

Keadaan Umum : Baik

Kesadaran : Compos Metis

BB/TB : 3000Kg/49cm

Tanda Vital : N : 130X/menit S : 36,3 R : 40X/menit


V. Pemeriksaan Fisik

Head To Toe Klien


Bentuk kepala : ovale, Keadaan rambut : kusam dan kotor,
Keadaan kulit kepala : ada ketombe.
Kepala Palpasi : benjolan : tidak ada
Komentar : tidak ada benjolan.

Muka Tidak pucat.


Simetris, konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik,
Mata pupil isokor, tidak ada ganguan mata.

Hidung Bersih, tidak ada sekret, tidak ada polip.

Gigi Bersih, tidak ada caries.


Lidah Bersih.
Bibir Lembab
Telinga Simetris, bersih.
Simetris, bersih, puting susu
Payudara menonjol, Produksi ASI Keluar sedikit
Dada
Jantung

Inspeksi IC tidak nampak, tidak ada jejas atau lesi.

Palpasi Tidak ada nyeri tekan.


Perkusi Sonor.
Auskultasi Vesikuler.
Paru-paru

Paru-paru nampak Pengembangan pada dada kanan kiri sama, tidak


Inspeksi
ada jejas, tidak menggunakan otot bantu pernafasan.

Palpasi Tidak ada nyeri tekan.


Perkusi Sonor.
Vesikuler tidak ada suara wheezing.
Auskultasi

Abdomen

Inspeksi Terdapat luka sayat

Auskultasi Bising usus 10 kali/menit


Palpasi Terdapat nyeri tekan area post SC, TFU 2 JBP.

Perkusi Thympani
Genetalia Terpasang kateter, bersih, lochea rubra.

Ekstremitas

Klien
Variabel
(Kanan/kiri)
Atas Bawah

Kekuatan otot 5/5 5/5

ROM Aktif/aktif Aktif/aktif


Perunahan
-/- -/-
bentuk tulang
Perubahan
Hangat Hangat
akral

VI. Eliminasi

a. Urin : Kebiasaan BAK sebelum sakit Kurang Lebih 6x sehari

BAK Saat Ini Pasien Terpasang Kateter dengan urine tertampung Kurang Lebih
2000cc,BAK Lancar Warnah jernih, Tidak Nyeri saat berkemih

b. Fakal : Kebiasaan BAB Sebelum Dirawat Pasien Mengatakan BAB 1x sehari dengan
konsistensi Lembek dan Berwarna kecoklatan

BAB saat ini pasien Belum BAB


Masalah Khusus : Tidak Ada Masalah

VII. Pola Tidur : Kebiasaan tidur

Lama : 6 jam/hari Dengan Kualitas Baik Tampa Terbangun

Frekuensi 2x1/Hari

Pola Tidur Saat Ini : Pasien mengatakan hanya tidur 3-4 jam sehari karena belum
beradaptasi dengan lingkungannya

VIII. Nutrisi dan Cairan

Asupan Nutrisi : (Nasi Sayur,Ayam Buah )

Nafsu Makan : (Baik)

Asupan Cairan : (Cukup)

Masalah Khusus : Tidak ada Masalah Khusus

IX. Keadaan Mental

Adaptasi Psikologi : Pasien Dapat Menerima Keadaan Yang di alaminya dan


dapat Menerima Bayinya

Penerimaan Terhadap Bayi : Pasien Menerima Bayi Tanpa Adanya Kekecewaan

Masalah Khusus : Tidak Ada Masalah Khusus Yang Dialami

Kemampuan Menyusui : Pasien Dapat Menyusui Bayinya

Obat-Obatan Yang di konsumsi Saat ini : Laktafit,Mefenamic Acit


I. PENGELOMPOKAN DATA : (KLASIFIKASI DATA)

No Data Subjektif Data Objektif

1 1. Pasien Mengatakan Nyeri 1. Pasien Tampak Menahan Nyeri


Dibagian Luka Bekas 2. Pasien Tampak Lemah
Oprasi 3. Pasien Tampak Di Bantu Keluarga
2. Pasien Mengatakan Nyeri Dalam Beraktifitas
Saat Beraktifitas 4. Pasien Tampak Terpasang Cateter
3. Pasien Mengatakan Nyeri 5. Tampak Ketidak adekuat asupan Susu
Hilang Timbul 6. Bayi Tampak Menangis Pada
4. Pasien Mengatakan Tidak Payudara
Dapat Beraktifitas 7. Pasien tampak dibantu anggota
5. Pasien Mengatakan ASI keluarganya dalam beraktifitas
Kurang Atau Tidak Lancar 8. TTV :

TD:110/70 mmHg

N : 84 kali/menit

T : 36,5 OC

RR : 20 kali/menit

II. Analisa Data

N Data Etiologi Masalah


O

1 DS.
Ny.T.S mengatakan
nyeri pada luka bekas
post SC.
P : nyeri bertambah
ketika banyak
bergerak, Agen cidera fisik (post SC ) Nyeri akut
Q: nyeri seperti
ditusuk-tusuk,
R :nyeri dibagian
perut,
S :skala nyeri 5,
T :nyeri hilang timbul.

DO.
Ekspresi wajah
nampak menahan
nyeri.
TD:110/70 mmHg
N : 84 kali/menit
T : 36,5 OC
RR : 20 kali/menit

2
DS.

Ny.T.S

- Pasien Mengatakan
Tidak Dapat
Beraktifitas, Sakit
Hambatan Intoleransi Aktifitas
saat Bergerak
mobilitas fisik
- Pasien Mengatakan
Lemas

DO.

1. Pasien
Tampak Di
Bantu
Keluarga
Dalam
Beraktifitas
2. Pasien
Tampak
Terpasang
Cateter
3

DS.

1. Pasien
Mengatakan
ASI Kurang
Atau Tidak
Lancar
Suplai ASI tidak Cukup Ketidakefektifan Pemberian
DO ASI
1. Tampak
Ketidak
adekuat
asupan Susu
2. Bayi Tampak
Menangis
Pada Payudara

III. Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri akut Berhubungan Dengan Agen Cidera Fisik


2. Hambatan mobilitas fisik Berhubungan Dengan Intoleran Aktivitas
3. Ketidakefektifan Pemberian ASI Berhubungan Dengan Suplai ASI tidak Cukup

IV. Rencana Asuhan Keperawatan


Nama Pasien : Ny.T.S Nomor RM : 080854

Tgl Masuk RS : 08/05/2019 Umur : 36 Thn

Jenis Kelamin : Perempuan Alamat : SP.2 (Jln Langsat )

No Diagnosa Tujuan Dan Intervensi Rasional


Keperawatan Kriteria Hasil

1 Nyeri akut Setelah Dilakukan 1. Kaji secara 1. Mengetahui Tingkat


Berhubungan Tindakan komprehensif Nyeri Yang Dirasakan
Dengan Agen Keperawatan tentang nyeri Sehingga dapat
Cidera Fisik Selama 3x24 Jam (PQRST) Membantu Menentukan
di harapkan Intervensi Yang Tepat
masalah nyeri 2. Observasi
hilang/berkurang Tanda-Tanda 2. Perubahan TTV
dengan KH : Vital Terutama Suhu dan Nadi
Menandakan Adanya
1. Klien dapat 3. Berikan Indikasi Peningkatan
mengontrol Lingkungan Nyeri yang di alami
nyeri. Yang Nyaman Pasien
2. Nyeri 4. Ajarkan 3. Meningkatkan Relaksasi
berkurang Tehnik
dengan Manajemen 4. Meningkatkat Relaksasi
skala Nyeri Seperti dapat Mengurangi Nyeri
nyeri Tehnik
menjadi 1-
Relaksasi 5. Mengurangi Nyeri
0.
Napas Dalam
3. TTV
dalam 5. Kolaborasi
batas dalam
normal. pemberian
terapi
4. Ekspresi analgetik
wajah tenang.

2
Hambatan 1. Kaji Kemampuan 1. Mengetahui Tingkat
mobilitas fisik Setelah Dilakukan Mobilitas Pasien Kekuatan motorik Pasien
Berhubungan Tindakan
Dengan Keperawatan 2. Observasi TTV 2. Untuk Mengetahui
Intoleran Selama 3x24 Jam Pasien Intervensi Selanjutnya
Aktivitas di harapkan
Hambatan 3. Bantu Pasien 3. mendamping pasien
Mobilitas Fisik Memenuhi ADL dalam aktivitas sehari-
Dapat Teratasi harinya
Dengan Kriteria 4. Anjurkan Pasien
Hasil : Mobilitasi Secara 4. Melatih Pasien Untuk
Bertahap dan Memenuhi ADL Mandiri
1. Melaporkan Mobilitas Dini secara Perlahan
Adanya
Peningkatan 5. Kolaborasi Dengan 5. Keterlibatan Keluarga
Mobilitas Keluarga Untuk Membantu Pasien dalam
Membantu ADL Penyembuhan
2. Memperlihatk dini
an
Peningkatan
Mobilitas :
Klien Latihan
Berjalan

3. Pasien Dapat
Berjalan Dari
Tempat Tidur
Ke kamar
Mandi

3
Ketidakefektif
an Pemberian 1. Kaji adanya Faktor
Setelah Dilakukan 1. Mengetahui Penyebab
ASI penyebab kesulitan
Tindakan
Berhubungan Keperawatan Menyusui Kesulitan Menyusi
Dengan Suplai Selama 3x24 Jam
ASI tidak di harapkan 2. Ajarkan Bayi 2. Merangsang Pengeluaran
Cukup menyusui efektif Menghisap Putting ASI
dengan kriteria susu ibu
hasil : 3. Menghangatkan
3. Berikan Kompres Payudara
1. Menunjukan Hangat Pada
Aktifitas Areola 4. Melancarkan aliran ASI
menyusui
yang 4. Ajarkan Perawatan 5. Memperlancar dan
memuaskan Payudara Memperbanyak Produksi
dan efektif ASI
5. Kalaborasi dengan
2. Memperlihatk dokter Pemberian
an aktifitas Obat Laktafit
menyusui
setiap 2 jam

3. Pengakuan
Percaya Diri
Klien dalam
Pemberian
ASI

V. Implentasi / Catatan Keperawatan

Nama Pasien : Ny.T.S Nomor RM : 080854

Tgl Masuk RS : 08/05/2019 Umur : 36 Thn


Jenis Kelamin : Perempuan Alamat : SP.2 (Jln Langsat )

NO Hari/Tgl/Jam Diagnosa Implentasi Paraf


Keperawatan

Kamis,09/05/2019 1. Nyeri akut 1. Mengkaji secara komprehensif tentang nyeri Reinhard


Berhubungan Pasien (PQRST)
Jam : 14.35 WIT Dengan Agen
Cidera Fisik Hasil :

S: Klien mengatakan nyeri pada luka post SC

P :nyeri bertambah ketika banyak bergerak,


Q : nyeri seperti ditusuk-tusuk,
R : nyeri dibagian luka post SC,
1
S : skala 5
T : nyeri hilang timbul.

2. Mengobservasi TTV Pasien Gideon


14 : 50
Hasil :

TD :110/70 mmHg
N : 84 kali/menit
T : 36,5 OC
RR : 20 kali/menit
15:00 Faisal
2. Hambatan 2.Mengkaji Kemampuan Mobilitas Pasien
mobilitas fisik
Berhubungan Hasil : Pasien Lemas Tidak dapat Miring Kiri dan
Dengan kanan dan Tidak dapat Beraktivitas Hanya
Intoleran Terbaring di tempat Tidur dengan Posisi
Aktivitas Terlentang

Zulaiha
3.Ketidakefektifa 3.Mengkaji adanya Faktor penyebab kesulitan
15 : 25 n Pemberian ASI Menyusui.
Berhubungan
Dengan Suplai Hasil : pasien mengatakan masih merasa cemas
ASI tidak Cukup dengan kondisi yang di alaminya.

penyebab kesulitan menyusui pasien adalah


kecemasan atau stress.

Jumat 10/05/2019 1. Nyeri akut 1. mengobservasi Tanda-Tanda Vital Irda


Berhubungan
07:00 Dengan Agen Hasil :
Cidera Fisik
TD :100/80 mmHg
N : 90 kali/menit
T : 36 OC
RR : 18 kali/menit

Memberikan lingkungan yang nyaman


08:05
2
Hasil :
-membereskan tempat tidur pasien, mengganti laken,
stik laken sprei dan sarung bantal pasien untuk
memberikan rasa nyaman.
-membantu pasien mengganti baju
2. Hambatan
mobilitas fisik
Berhubungan 2. membantu Pasien Memenuhi ADL Reinhard
08:10
Dengan Intoleran
Aktivitas Hasil :

9:05 Pasien makan dengan bantuan perawat

menganjurkan Pasien Mobilitasi Secara Bertahap dan


Mobilitas Dini.

Hasil :

pasien mulai mencoba untuk bangun dari tempat


tidur secara mandiri
3.Ketidakefektifa
n Pemberian ASI
Berhubungan
Dengan Suplai
10:01 ASI tidak Cukup Gideon
3. mengajarkan Bayi Menghisap Putting susu ibu

Hasil :

Pasien mengerti dan memahami dengan baik. Pasien


mencoba dan berhasil, bayi Ny.T memiliki reflex
hisap yang baik

memberikan Kompres Hangat Pada Areola

hasil :

terdapat kompres hangat pada aerola pasien

Sabtu, 11/05/2019 1. Nyeri akut 1.mengobservasi Tanda-Tanda Vital Zulaiha


Berhubung
14:00 an Dengan Hasil :
Agen
Cidera TD :120/80 mmHg
Fisik N : 80 kali/menit
T : 36,2 OC
RR : 20 kali/menit

3 mengajarkan Tehnik Manajemen Nyeri Seperti


Tehnik Relaksasi Napas Dalam.

Hasil :

Pasien mengerti dan memahami dengan baik.

14:30 Irda
Memberikan obat analgetik sesuai instruksi dari
dokter dengan indikasi nyeri

Hasil :

Pasien menerima obat asamefenamat 500mg 3x1/oral

2. Hambatan
15:15
mobilitas fisik 2. memberi pemahaman kepada keluarga pentingnya Reinhard
Berhubungan melakukan aktivitas rutin sehari-hari
Dengan Intoleran
Aktivitas Hasil :

Keluarga pasien memahami dengan baik apa yang


disampaikan

3.Ketidakefektifa 3. mengajarkan Perawatan Payudara Gideon


n Pemberian ASI
16:02 Berhubungan Hasil :
Dengan Suplai
ASI tidak Cukup Pasien mengerti dan memahami dengan baik.

Pasien mengatakan akan mencoba secara mandiri di


rumah.

A. Evaluasi

Nama Pasien : Ny.T.S Nomor RM : 080854

Tgl Masuk RS : 08/05/2019 Umur : 36 Thn

Jenis Kelamin : Perempuan Alamat : SP.2 (Jln Langsat )

No Dx Tgl/Jam Evaluasi Paraf


Petugas

1 09/05/2019 S : Pasien mengeluh nyeri Luka Reinhard


operasi, intensitas nyeri 5 dengan
14.35 skala 0-10

O : Pasien tampak meringis dan


memegangi area nyeri

TD :110/70 mmHg
N : 84 kali/menit
T : 36,5 OC
RR : 20 kali/menit

A : Masalah belum teratasi

P : Intervensi dilanjutkan

Gideon

10/05/19 S : Pasien mengeluh nyeri luka


operasi, intensitas nyeri 5 dengan
10:00 skala 0-10

TD :100/70 mmHg
N : 84 kali/menit
T : 36,5 OC
RR : 20 kali/menit

O : Pasien tampak meringis dan


memegangi area nyeri

A : Masalah belum teratasi

P : Intervensi dilanjutkan
11/05/19 Faisal

14.00
S : Pasien mengatakan nyeri agak
berkurang, intensitas nyeri 3 dengan
skala 0-10

O : pasien terlihat memijat area nyeri

TD :120/80 mmHg
N : 80 kali/menit
T : 36,2 OC
RR : 20 kali/menit
A : Masalah belum teratasi

P : intervensi dilanjutkan

No Dx Tgl/Jam Evaluasi Paraf


Petugas

2 09/05/201 S : Pasien Mengatakan Tidak Dapat Zulaiha


9 Beraktifitas, Sakit saat Bergerak.

14.35 O : pasien tampak lemas

TD :100/70 mmHg
N : 75 kali/menit
T : 36,1OC
RR : 18 kali/menit

A : masalah belum teratasi

P : Intervensi dilanjutkan

S : pasien mengatakan mampu


menahan sakit ketika melakukan Irda
10/05/201 aktifitas seperti mengganti baju
9 sendiri

10:05 O: pasien terlihat kesakitan dalam


beraktifitas.

TD :110/80mmHg
N : 75 kali/menit
T : 36,1OC
RR : 18 kali/menit

A : masalah belum teratasi

P : intervensi dilanjutkan

S : pasien mengatakan mampu


Reinhard
beraktifitas mandiri
11/05/19
O : pasien terlihat beraktifitas dengan
11:00 perlahan

TD :120/80mmHg
N : 80 kali/menit
T : 36,6OC
RR : 20 kali/menit

A : masalah teratasi

P : intervensi di hentikan

No Dx Tgl/Jam Evaluasi Paraf


Petugas

3 09/05/201 S : Pasien Mengatakan ASI Kurang Reinhard


9 Atau Tidak Lancar.
14.35 O : terlihat tidak adekuatnya
pengeluaran ASI

TD :100/70 mmHg
N : 75 kali/menit
T : 36,2OC
RR : 18 kali/menit

A : masalah belum teratasi

P : intervensi dilanjutkan

S : pasien mengatakan ASI sudah


10/05/201 keluar namun sedikit Gideon
9
O:.terlihat pengeluaran ASI yang
10:05 belum cukup

TD :110/80mmHg
N : 75 kali/menit
T : 36,5OC
RR : 18 kali/menit

A : masalah belum teratasi

P : intervensi di hentikan

S : pasien mengatakan sudah dapat


menyusi dengan baik, pasien Faisal
11/05/19 mengatakan ASI sudah bisa keluar
dengan optimal
11:00
O : terlihat adekuatnya pengeluaran
ASI

TD :120/80mmHg
N : 84 kali/menit
T : 36,2OC
RR : 20 kali/menit

A : masalah teratasi

P : intervensi dihentikan

Anda mungkin juga menyukai