Di tulis oleh
Caesarea saat ini dilakukan tidak lagi dengan pertimbangan medis, tetapi
rasa nyeri dapat diatasi dengan cepat namun pemberian obat-obat kimia
dalam jangka waktu lama dapat menimbulkan efek samping yang dapat
berlangsung hanya beberapa detik atau menit (Susilo Rini, et al., 2018).
B. ETIOLOGI
sebagai berikut
b. Panggul sempit.
c. Disporsi sefalo-pelvik : ketidakseimbangan antara ukuran kepala
dengan panggul.
g. Distosia serviks
i. Disfungsi uterus
a. Letak lintang.
b. Letak bokong.
d. Presentasi dahi dan muka (letak defleksi) bila reposisi dengan cara-cara lain
tidak berhasil.
Presentation).
4) Gawat janin.
f. Kelainan uterus :
1) Uterus arkuatus
2) Uterus septus
3) Uterus duplekus
C. INDIKASI MEDIS
pecah dini. Sedangkan indikasi dari janin adalah fetal distres dan janin
besar melebihi 4.000 gram> Dari beberapa faktor Sectio Caesarea diatas
tidak sesuai dengan ukuran kepala janin yang dapat menyebabkan ibu
yang merupakan jalan yang harus dilalau oleh janin ketikaakan lahir
minggu.
Caesarea.
Hal ini karena kelahiran kembar memiliki resiko terjadi komplikasi yang lebih
tinggi dari pada kelahiran satu bayi. Selain itu, bayi kembar pun dapat
mengalami sungsang atau salah letak lintang sehingga sulit untuk dilahirkan
secara normal.
adanya tumor dan kelainan bawaan pada jalan lahir, tali pusat pendek
bagian kepala yang terletak paling rendah ialah muka. Hal ini
antara fleksi dan defleksi, dahi berada pada posisi terendah dan
tetap paling depan. Pada.
D. MANIFESTASI KLINIS
Menurut Martowirjo (2018), manifestasi klinis pada klien dengan post Sectio
E. PATOFISIOLOGI
kehamilan yang parah, pre eklampsia dan eklampsia berat, kelainan letak
bayi seperti sungsang dan lintang, kemudian sebagian kasus mulut rahim
tertutup plasenta yang lebih dikenal dengan plasenta previa, bayi kembar,
plasenta keluar dini, ketuban pecah dan bayi belum keluar dalam 24 jam,
et all, 2018).
berat di atas 500 gram dengan sayatan pada dinding uterus yang masih
utuh. Dalam proses operasi, dilakukan tindakan anastesi yang akan
post operasi akan menimbulkan masalah ansietas pada pasien. Selain itu
jaringan, pembuluh darah, dan saraf-saraf disekitar daerah insisi. Hal ini
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Komplikasi pada ibu Infeksi puerperalis, bisa bersifat ringan seperti kenaikan
suhu selama beberapa hari dalam masa nifas, atau bersifat berta seperti
kelainan itu (partus lama khususnya setelah ketuban pecah, tindakan vaginal
suatu komplikasi yang baru kemudian tampak ialah kuatnya perut pada
3. Komplikasi baru
1. Pengkajian
a. Identitas Klien
TB/BB, alamat.
c. Riwayat kesehatan
oksidabesi
mempertahankan
Eliminasi
masukan cairan.
Edema
epidermoid)
Nyeri / kenyamanan
Gejala : nyeri dada (biasaya tidak ada pada tahap dini dan tidak
Pernafasan.
Keamanan.
sel kecil).
Seksualitas.
trakea.
gangguan nutrisi
I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
J. INTERVENSI KEPERAWATAN
dengan penyakit keperawatan selaa 2x 24 jam 1.1 Identifikasi lokasi karakteritis, durasi,
menelan makanan Status nutrisi ( L. 03030) 2.3 Identifikasi makanan yang disukai
dihabiskan
3. Berat badan
Frekuensi makan
3. Intoleransi aktifitas Setelah dilakukan Manajemen energi ( I.05178)
asuhan keperawatan 3.1 Identifikasi gangguan fungsi tubuh
b.d kelemahan
diharapkan yang mengakibatkan kelelahan.
Kriteria hasil : 3.2 Monitor fisik
1. Saturasi oksigen 3.3 Monitor pola dan jam tidur
2. Kemudahan dalam 3.4 Anjurkan melakukan aktifitas secara
melakukan aktivitas bertahap.
3. Frekuensi nadi
4. Dypsnea saat aktifitas
efek proswdur keperawatan selaa 2x 24 jam 6.1 monitor tanda gejala infeksi local
3. Bengkak lingkungan.
luka operasi.
DAFTAR PUSTAKA
PPNI, T .P. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI). Definisi dan
Indikator Diagnostik (cetakan II, edisi 1). Jakarta; DPP PPNI
PPNI, T .P. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI). Definisi dan
Tindakan Keperawatan (cetakan II, edisi 1). Jakarta; DPP PPNI
PPNI, T .P. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI). Definisi dan
Kriteria Hasil Keperawatan (cetakan II, edisi 1). Jakarta; DPP PPNI