Anda di halaman 1dari 7

Riset Informasi Kesehatan, Vol. 6, No.

2
Desember 2017

Hubungan mekanisme koping dengan tingkat kecemasan pada pasangan infertil di


RSIA Annisa Jambi tahun 2015

Bri Novrika
D3 Keperawatan, Akademi Keperawatan Jambi Yayasan Telanai Bhakti
brinovrika.83@gmail.com

Abstrak

Latar Belakang : Wanita infertil cenderung mencari dukungan saat mengalami stres dan cemas,
namun stigmatisasi yang dilakukan oleh lingkungan sekitar akan mempengaruhi harga dirinya yang
dapat membuatnya malu untuk bergaul dan keluar rumah, yang akhirnya banyak wanita infertil
mengucilkan diri dari acara atau pertemuan untuk menghindari kerabat ataupun teman-temannya
Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan mekanisme koping dengan tingkat
kecemasan pada pasangan infertil di RSIA Annisa Jambi.
Metode : Jenis penelitian ini adalah cross secsional, dengan sampel 76 wanita pasangan infertil yang
mengalami kecemasan dengan tehnik total sampling. Analisis data dengan uji chi square.
Hasil : Hasil penelitian ini menunjukkan hampir seluruh responden (85,7%) memiliki mekanisme koping
fokus pada emosi mengalami kecemasan sedang. Secara statistik ada hubungan antara mekanisme
koping dengan kecemasan (p = 0,000). Dari hasil analisis diperoleh nilai OR = 7,667, artinya wanita
pasangan infertil dengan mekanisme koping fokus pada emosi mempunyai peluang 7,66 kali untuk
mengalami tingkat kecemasan sedang.
Kesimpulan : Ada hubungan mekanisme koping (p = 0,000) dengan tingkat kecemasan pada
pasangan infertil.

Kata kunci : Mekanisme koping, Kecemasan, Pasangan infertil

Abstract

Background : Infertile women tend to seek support when experiencing stress and anxiety, but the
stigmatization done by the surrounding environment will affect her self-esteem that may embarrass her
to get along and leave the house, eventually many infertile women isolate themselves from events or
meetings to avoid relatives or his friends
Purpose : This study aims to determine the relationship of coping mechanism with anxiety level in
infertile couples in RSIA Annisa Jambi. Methods: The type of this study was cross sectional, with a
sample of 76 infertile couples women who experienced anxiety with total sampling technique. Data
analysis with chi square test.
Results : The results of this study showed that almost all respondents (85.7%) had coping mechanisms
focused on emotions experiencing moderate anxiety. Statistically there is a relationship between coping
mechanism with anxiety (p = 0,000). From the analysis results obtained OR = 7,667, meaning female
couples infertile with coping mechanism focus on emotions have a chance 7.66 times to experience the
level of moderate anxiety.
Conclusion : There is a koping mechanism relation (p = 0,000) with anxiety level in infertile couples

Keyword : Coping mechanism, Anxiety, Infertile couples

PENDAHULUAN seksual secara teratur tanpa kontrasepsi


Menurut WHO (2012), infertilitas dengan angka kejadian sebanyak 62,0%
adalah ketidakmampuan untuk hamil, dan infertilitas sekunder yaitu
ketidakmampuan mempertahankan ketidakmampuan seseorang memiliki anak
kehamilan, ketidakmampuan untuk atau mempertahankan kehamilannya
membawa kehamilan kepada kelahiran dengan angka kejadian sebanyak 38,0%
hidup. Infertilitas dapat bersifat primer (Alhassan, Ziblim, & Muntaka, 2014).
dimana pasangan yang gagal untuk WHO (2012), memperkirakan sekitar
mendapatkan kehamilan sekurang- 50-80 juta pasangan mengalami infertilitas
kurangnya dalam satu tahun berhubungan di dunia. Infertilitas di negara berkembang

184
Riset Informasi Kesehatan, Vol. 6, No. 2
Desember 2017

terjadi lebih tinggi yaitu sekitar 30%, kecemasan 69%, dan depresi 39%, dan
dibandingkan negara maju hanya 5 – 8% suami yang mengalami stres 23%,
(Masoumi, Poorolajal, & Keramat, 2013). kecemasan 19%, dan depresi 19%.
Prevalensi infertilitas di Asia yaitu 30,8% di Gangguan psikologis yang dialami dapat
Kamboja, 10% di Kazakhtan, 43,7% di menghambat kehamilan. Tekanan jiwa
Turkmenistan, dan 21,3% di Indonesia pada istri akan menyebabkan
(Infertilitas, 2013). terganggunya ovulasi, sel telur tidak bisa
Dari 39,8 juta Pasangan Usia Subur diproduksi, dimana menyebabkan saluran
(PUS) di Indonesia, 10 – 15% diantaranya telur mengalami spasme sehingga sulit
dinyatakan infertil dan diperkirakan 4 – 6 dilewati sel telur atau spermatozoa
juta pasangan memerlukan pengobatan (Manuaba, 2010).
infertilitas untuk mendapatkan keturunan Ketidakmampuan wanita untuk hamil
(Rae et al., 2015). Penelitian terbaru telah membuat wanita sering mengalami
menunjukkan bahwa pasangan yang peristiwa yang tidak menyenangkan bila
mencoba untuk memiliki anak melalui dibandingkan dengan pria. Hampir 70%
pengobatan medis seperti pengobatan Wanita infertil di Andhra Pradesh India
hormonal, inseminasi ataupun bayi tabung dilaporkan mengalami kekerasan fisik baik
dinyatakan telah mengalami kecemasan secara verbal ataupun non verbal (Sultan &
(Hashemieh, Samani, & Taghinejad, 2013). Tahir, 2011). Penelitian lain dilakukan di
Sejalan dengan hasil penelitian (Omu & Pakistan mengungkapkan bahwa 69% dari
Omu, 2010), reaksi emosional yang dialami wanita infertil disalahkan oleh mertua atas
oleh pasangan infertil adalah adalah 12,7% infertilitas yang dialaminya, diikuti 38%
kecemasan pada wanita dan 6% laki-laki, diceraikan atau dikirim kembali kepada
5,2% depresi pada wanita dan 14,9% pada orang tua mereka (Ali et al., 2011)
laki-laki, 6,7% penurunan libido pada Kecemasan adalah rasa takut yang
wanita dan 29,9% pada laki-laki. tidak jelas disertai dengan ketidakpastian,
Setelah pasangan infertil menjalani ketidakberdayaan, isolasi, dan
pengobatan infertilitas, tingkat kecemasan ketidakamanan (Stuart, 2016). 74,6%
yang dimiliki akan lebih meningkat wanita infertil dilaporkan mengalami
dibandingkan dengan pasangan yang tidak perubahan suasana hati, merasa tidak
menjalani pengobatan (Ogawa, berdaya karena durasi infertilitas yang
Takamatsu, & Horiguchi, 2011). Hal ini dialaminya (Ramezanzadeh et al., 2004).
sejalan dengan hasil penelitian (Volgsten Wanita infertil merasa berkurang feminitas
et al., 2010), menurut Diagnostic dan yang dapat mengganggu harga diri dan
Statistik Manual of Mental Disorders edisi 4 citra dirinya sedangkan perasaan cemas
(DSM-IV) sekitar 30% wanita dan 10% pria membuat mereka sulit untuk berbagi
infertil yang menjalani pengobatan infertil perasaan dengan kerabat, sehingga
mengalami kecemasan. Diperkuat dengan muncullah perasaan kesepian dan
hasil penelitian (Coddington & D, 2011), tertekan, yang lebih lanjut membuat
yang meneliti tentang perbandingan mereka menarik diri atau mengisolasi diri
tekanan psikologis antara laki-laki dan (Sultan & Tahir, 2011).
wanita yang melakukan program Fertilisasi Cemas yang dialami wanita infertil
In Vitro (IVF), didapatkan hasil bahwa memiliki tingkatan yang berbeda-beda
wanita secara konsisten mengalami mulai dari yang tidak mengalami
tekanan psikologis yang mengalami gejala kecemasan sampai pada batas panik.
kecemasan lebih tinggi yaitu 96% Berdasarkan penelitian (Hashemieh et al.,
dbandingkan pada pria 48%. 2013), dari 100 wanita infertil, 34%
Wanita adalah pihak yang sering kali responden tidak mengalami kecemasan,
mengalami perasaan tertekan pada 34 % cemas ringan, 32% cemas tingkat
pasangan infertilitas (Sultan & Tahir, 2011). sedang, dan 11% panik. Hampir sama
Perbedaan tekanan psikologis pada istri dengan hasil penelitian (Ramezanzadeh et
juga terlihat pada hasil penelitian (Musa et al., 2004), bahwa dari 370 responden,
al., 2014), yang menyatakan istri secara 13,2% wanita infertil tidak mengalami
signifikan mengalami stres 31%, kecemasan, 38,1% mengalami kecemasan

185
Riset Informasi Kesehatan, Vol. 6, No. 2
Desember 2017

sedang, 31,6% kecemasan berat, dan 17% terancam oleh tujuan realistis mereka dan
mengalami panik. mereka mungkin akan mengalami
Perbedaan tingkat kecemasan yang perasaan kegagalan, tidak penting, dan
dialami wanita infertil dipengaruhi oleh kekhawatiran. Perawat harus mengenal
beberapa faktor yang terdiri dari, usia, mekanisme koping yang digunakan
pekerjaan, pendidikan, pengalaman seseorang ketika mengalami berbagai
negatif masa lalu (riwayat pengobatan, dan tingkatan kecemasan, karena seseorang
diagnosis infertilitas), durasi infertilitas, dapat mengatasi kecemasan dengan
mekanisme koping, dukungan keluarga memobilisasi sumber koping yang dimiliki
dan budaya masyarakat terkait infertilitas secara internal dan eksternal di
(Stuart, 2016). lingkungan, seperi sumber aset keuangan,
Mekanisme koping merupakan suatu kemampuan pemecahan masalah,
proses dimana individu berusaha untuk dukungan sosial, dan keyakinan budaya.
menangani dan menguasai situasi stres Banyak mekanisme pertahanan ego untuk
yang menekan akibat dari masalah yang meminimalkan kecemasan yang sangat
sedang dihadapinya dengan cara penting untuk kestabilan emosi (Stuart,
melakukan perubahan kognitif maupun 2016)
perilaku guna memperoleh rasa aman Berdasarkan studi awal peneliti di
dalam dirinya. Semua usaha yang RSIAnak Annisa Jambi pada tanggal 14
diarahkan untuk mengelola stress tersebut April 2015, didapatkan hasil observasi dan
dapat bersifat konstruktif atau destruktif wawancara dengan 5 orang wanita infertil,
(Stuart, 2016) ada perasaan cemas, tertekan dan rendah
Pria dan wanita menunjukkan diri yang dialami oleh kelima wanita infertil,
mekanisme koping yang sama dalam dua terutama bila ditanya teman atau keluarga
cara strategi coping tertentu yang terkait tentang keberadaan anak.
dengan kecemasan. Strategi melarikan diri Kecemasan dapat menjadi faktor
atau menghindar dan menerima jawaban penting dalam keputusan klien untuk
yang positif berkaitan dengan kecemasan mencari, melanjutkan, ataupun
pada laki-laki dan wanita. Pria dan wanita menghentikan pengobatan. Pasangan
menunjukkan pola yang berbeda di dua infertil yang putus pengobatan akan
cara strategi penanggulangan khususnya membatasi peluang mereka hamil,
terkait dengan kegelisahan. Strategi sedangkan pasangan infertil yang
mencari dukungan sosial memiliki mengalami kecemasan memiliki peluang
hubungan negatif dengan kecemasan bagi yang lebih rendah untuk hamil (Sultan &
wanita, tetapi tidak ada untuk pria Tahir, 2011).
(Faramarzi, Pasha, & Esmaelzadeh, 2013). Melihat besarnya dampak kecemasan
Wanita infertil cenderung mencari yang dialami pasangan infertil, maka
dukungan saat mengalami stres dan peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
cemas, namun stigmatisasi yang dilakukan tentang hubungan mekanisme koping
oleh lingkungan sekitar akan dengan tingkat kecemasan pada pasangan
mempengaruhi harga dirinya yang dapat infertil di RSIA Annisa Jambi tahun 2015
membuatnya malu untuk bergaul dan
keluar rumah, yang akhirnya banyak METODE
wanita infertil mengucilkan diri dari acara Penelitian ini menggunkan desain
atau pertemuan untuk menghindari kerabat deskriptif korelasi menggunakan jenis
ataupun teman-temannya (Tabong & rancangan penelitian cross sectional.
Adongo, 2013). Lokasi penelitian di RSIA Annisa Jambi
Sangat penting bagi seorang perawat pada bulan Agustus 2015. Populasi dalam
untuk mengidentifikasi kecemasan yang penelitian ini adalah seluruh wanita
dialami oleh pasangan infertil, karena pasangan infertil yang sedang menjalani
kecemasan dapat menjadi produk frustasi pengobatan infertilitas sebanyak 94
yang disebabkan oleh sesuatu yang pasangan dengan sampel 76 responden
mengganggu pencapaian tujuan yang dengan kriteria ekslusi wanita pasangan
diinginkan. Pandangan mereka tentang diri infertil yang tidak mengalami kecemasan

186
Riset Informasi Kesehatan, Vol. 6, No. 2
Desember 2017

dan wanita pasangan infertil yang


mengalami depresi. Instrumen 2. Deskripsi Tingkat Kecemasan
pengumpulan data menggunakan Responden
kuessioner. Saat skrinning peneliti
menggunakan skala Hospital Anxiety and Tabel 2 Distribusi Frekuensi Tingkat
Depression Scale (HADS) yang telah Kecemasan Responden Di RSIA
diterjemahkan dalam bahasa Indonesia. Annisa Jambi Tahun 2015
Pengukuran tingkat kecemasan peneliti
menggunakan Hamilton Anxiety Rating No. Tingkat kecemasan f %
1. Berat 28 36,8
Scale (HARS). Pengukuran mekanisme
2. Sedang 48 63,2
koping dengan menggunakan skala Brief 3. Ringan 0 0
COPE (versi singkat). Analisia data Total 76 100
dilakukan secara univariat dan bivariat.
Berdasarkan hasil analisis
HASIL menunjukkan bahwa sebagian besar
1. Deskripsi Mekanisme Koping responden (63,2%) mengalami kecemasan
Responden sedang dan tidak ada responden (0%)
Tabel 1 Distribusi Frekuensi Mekanisme
yang mengalami kecemasan ringan.
Koping Responden Di RSIA Annisa
Jambi Tahun 2015
Hasil analisis menunjukkan hampir
No. Mekanisme koping f %
seluruh responden (85,7%) memiliki
1. Fokus pada emosi 41 53,9 mekanisme koping fokus pada emosi
2. Fokus pada masalah 35 46,1 mengalami kecemasan sedang. Secara
Total 76 100 statistik ada hubungan antara mekanisme
koping dengan kecemasan (p = 0,000).
Berdasarkan hasil analisis Dari hasil analisis diperoleh nilai OR =
menunjukkan bahwa sebagian besar 7,667, artinya wanita pasangan infertil
responden (53,9%) memiliki mekanisme dengan mekanisme koping fokus pada
koping berfokus pada emosi, yang tidak emosi mempunyai peluang 7,66 kali untuk
terlalu jauh berbeda persentasenya mengalami tingkat kecemasan sedang.
dengan mekanisme koping responden
yang berfokus pada masalah (46,1%).

Tabel 3 Hubungan Mekanisme Koping Dengan Tingkat Kecemasan Responden Di RSIA Annisa
Jambi Tahun 2015

Kecemasan Total OR P Value


Berat Sedang
n % n % N %
Mekanisme koping Emosi 23 14,3 18 85,7 35 100 7,667 0,000
fokus pada Masalah 5 56,1 30 43,9 41 100

PEMBAHASAN menggunakan mekanisme koping yang


Berdasarkan hasil penelitian, hampir berfokus pada emosi.
seluruh wanita infertil (85,7%) yang fokus Menurut peneliti, mekanisme koping
pada emosi mengalami kecemasan yang digunakan wanita infertil sebagian
sedang. Secara statistik ada hubungan besar berfokus pada emosi dikarenakan
antara mekanisme koping dengan dari hasil pemeriksaan bahwasanya
kecemasan (p = 0,000). diagnosis infertil sebagian besar pada
Sejalan dengan hasil penelitian (Musa wanita (71,7%). Wanita infertil merasa
et al., 2014), menunjukkan bahwa tidak ada senjata yang bisa memperkuat
pasangan infertilitas terutama isteri hubungan pernikahannya bila nanti ada
mengalami kecemasan mulai dari tingkat masalah yang datang sehingga membuat
ringan sampai panik dan cenderung wanita infertil merasa ketakutan dan

187
Riset Informasi Kesehatan, Vol. 6, No. 2
Desember 2017

berfikir serta bertindak yang bisa saat ini dengan pandangan yang positif,
berbahaya bagi dirinya sendiri. dan 1 orang (1,3%) wanita infertil yang
Ketika individu cemas, mereka mulai selalu melakukan sesuatu untuk
merasa tidak nyaman atau takut atau melupakan masalahnya dengan pergi
mungkin memiliki firasat akan ditimpa jalan-jalan, belanja, menonton tv.
malapetaka padahal ia tidak mengerti Koping yang berfokus pada emosi
mengapa emosi yang mengancam terlihat yaitu tidak ada satupun wanita
tersebut terjadi. Kecemasan merupakan infertil yang menerima infertilitas yang
alat peringatan internal yang memberikan terjadi pada dirinya, bahkan menolak
tanda bahaya kepada individu. Untuk kenyataan ini dengan mengatakan bahwa
menghadapi keadaan stres tersebut kejadian ini tidak nyata. Wanita infertil
individu harus beradaptasi dengan stresor. cenderung tidak mau mengambil tindakan
Respon adaptif psikologis dari stresor untuk membuat situasi ini menjadi lebih
tersebut disebut sebagai mekanisme baik, tetapi lebih memilih untuk menyerah
koping (Videbeck, 2010). berusaha, bahkan ada 1 wanita infertil
Koping konstruktif merupakan gaya (1,3%) yang selalu meminum minuman
koping yang mampu mendukung integritas keras/ alkohol untuk membuat dirinya
ego yaitu problem solving focused coping menjadi tenang, dan 7 wanita infertil (9,2%)
(koping berfokus pada masalah) dimana yang menggunakan obat lain untuk
individu bertindak secara langsung untuk melewati situasi kecemasan yang
mengatasi masalah atau mencari informasi dialaminya dalam menghadapi infertilitas
yang relevan dengan solusi, sedangkan ini.
koping destruktif merupakan koping yang Ketika seseorang mempunyai
bersifat merusak ataupun menimbulkan pandangan negatif tentang diri sendiri,
efek negatif pada diri kita yaitu emotion dunia, dan masa depan, mereka
focused coping (koping berfokus pada cenderung mengolah keyakinan yang tidak
emosi), dimana upaya yang dilakukan masuk akal tentang kemampuan mereka
untuk mengurangi berbagai reaksi dan hubungannya dengan orang lain. Hasil
emosional negatif terhadap stres, dari persepsi dan distorsi yang salah ini
contohnya dengan mengalihkan perhatian ditandai oleh harapan yang tidak realistis
dari masalah (Stuart, 2016). terhadap diri dan rang lain, metode koping
Lazarus & Folkman dalam Stuart, yang tidak efektif, dan pandangan tentang
(2016), mengemukakan bahwa hasil diri sendiri sebagai orang yang tidak
penelitian membuktikan bahwa individu mampu, untuk mengatasi masalah klien
menggunakan kedua cara tersebut untuk dari perspektif kognitif (Copel, 2007).
mengatasi berbagai masalah yang Terapi individu yang dilakukan pada
menekan dalam berbagai ruang lingkup wanita infertil dalam meminimalkan
kehidupan sehari-hari. Perbedaan kecemasan yang dirasakannya yaitu
kemampuan yang dimiliki masing-masing dimana perawat dapat memberikan
individu akan memunculkan strategi koping Cognitif Therapy (CT) dan Cognitif
yang berbeda pula. Behavior Therapy (CBT). CT dilakukan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan cara perawat langsung membantu
wanita infertil menggunakan kedua koping klien mempertimbangkan kembali stressor,
dalam menghadapi masalah mereka yang dan mengidentifikasi pola pemikiran dan
belum dikaruniai anak. Koping yang keyakinan yang tidak akurat. Tujuan utama
berfokus mada masalah terlihat ada 6 terapi adalah membantu klien
orang (7,9%) wanita infertil yang selalu mengembangkan pola pikiran yang
mengalihkan pikirannya dari situasi ini rasional, terlibat dalam uji realitas, dan
dengan bekerja atau melakukan kegiatan membentuk kembali perilaku dengan
lain, 1 orang (1,3%) wanita infertil yang mengubah pesan-pesan internal (Copel,
selau berusaha berkonsentrasi untuk 2007).
melakukan sesuatu untuk mengatasi CBT yaitu intervensi psikologis yang
situasi ini, 4 orang (5,3%) wanita infertil melibatkan interaksi antara cara berfikir,
yang selalu berusaha untuk melihat situasi merasa dan berprilaku dalam diri

188
Riset Informasi Kesehatan, Vol. 6, No. 2
Desember 2017

seseorang. CBT membantu wanita infertil https://doi.org/10.1016/j.fertnstert.201


untuk mengidentifikasi pola kognitif atau 0.09.043
pikiran dan emosi yang berkaitan dengan Copel, L. C. (2007). Kesehatan Jiwa Dan
perilakunya. Berdasarkan pendekatan Psikiatri : Pedoman Klinis Perawat
perilaku, apa yang dilakukan seseorang (2nd ed.). jakarta: EGC.
akan mempengaruhi perasaan maupun Faramarzi, M., Pasha, H., & Esmaelzadeh,
pikirannya. Tujuan intervensi ini diberikan S. (2013). Is coping strategies
agar wanita infertil mengenali tanda-tanda predictor of anxiety and depression in
adanya dorongan kecemasan, dan couple infertile ?, 5(3), 643–649.
menggunakan tanda-tanda tersebut Hashemieh, C., Samani, L. N., &
sebagai informasi dalam mengelola Taghinejad, H. (2013). Assessment of
kecemasannya (Kendall, 2012). Anxiety in Pregnancy Following
Terapi kelompok (Supportif Terapy) Assisted Reproductive Technology (
juga bisa dilakukan untuk meminimalkan ART ) and Associated Infertility
kecemasan yang dirasakan wanita Factors in Women Commencing
pasangan infertil yang sedang menjalani Treatment, 15(12).
pengobatan infertilitas. Perawat bekerja https://doi.org/10.5812/ircmj.14465
dengan anggota kelompok untuk Infertilitas, K. P. (2013). Infertilitas.
memfasilitasi pembelajaran interpersonal Himpunan Reproduksi dan Fertilitas
dan mendorong mereka untuk mencari Indonesia & Perhimpunan Fertilitas In
umpan balik dan dukungan diantara Vitro Indonesia.
mereka. Pengalaman yang dalam Kendall. (2012). Child And Adolescent
kelompok, dapat mengembangkan strategi Therapy : Cognitif Behavior
koping yang baru dan memperkuat Procedures (4th ed.). New York: The
keterampilan mereka dalam memecahkan Guildford Press.
masalah (Copel, 2007) Manuaba. (2010). Memahami Kesehatan
Reproduksi Wanita (2nd ed.). Jakarta:
KESIMPULAN EGC.
Ada hubungan mekanisme koping dengan Masoumi, S. Z., Poorolajal, J., & Keramat,
tingkat kecemasan pada pasangan infertil A. (2013). Prevalence of Depression
dengan p value 0,000 among Infertile Couples in Iran : A
Meta-Analysis Study, 42(5), 458–466.
DAFTAR PUSTAKA Musa, R., Ramli, R., Yazmie, A. W. A.,
Alhassan, A., Ziblim, A. R., & Muntaka, S. Khadijah, M. B. S., Hayati, M. Y.,
(2014). A survey on depression Midin, M., … Ravindran, A. (2014). A
among infertile women in Ghana. preliminary study of the psychological
BMC Women’s Health, 14(1). differences in infertile couples and
https://doi.org/10.1186/1472-6874- their relation to the coping styles.
14-42 Comprehensive Psychiatry,
Ali, S., Sophie, R., Imam, A. M., Khan, F. I., 55(SUPPL. 1), S65–S69.
Ali, S. F., Shaikh, A., & Farid-Ul- https://doi.org/10.1016/j.comppsych.2
Hasnain, S. (2011). Knowledge, 013.01.001
perceptions and myths regarding Ogawa, M., Takamatsu, K., & Horiguchi, F.
infertility among selected adult (2011). Evaluation of factors
population in Pakistan: A cross- associated with the anxiety and
sectional study. BMC Public Health, depression of female infertility
11. https://doi.org/10.1186/1471- patients, 1–5.
2458-11-760 Omu, F. E., & Omu, A. E. (2010). Emotional
Coddington, C., & D, M. (2011). reaction to diagnosis of infertility in
Comparison of multiple psychological Kuwait and successful clients ’
distress measures between men and perception of nurses ’ role during
women preparing for in vitro treatment.
fertilization. Fertility and Sterility, Rae, L., Wiweko, B., Bell, L., Shafira, N.,
95(2), 717–721. Pangestu, M., Adayana, I. B. P., …

189
Riset Informasi Kesehatan, Vol. 6, No. 2
Desember 2017

Armstrong, G. (2015). Patient


Education and Counseling
Reproductive knowledge and patient
education needs among Indonesian
women infertility patients attending
three fertility clinics. Patient Education
and Counseling, 98(3), 364–369.
https://doi.org/10.1016/j.pec.2014.11.
016
Ramezanzadeh, F., Aghssa, M. M.,
Abedinia, N., Zayeri, F., Khanafshar,
N., Shariat, M., & Jafarabadi, M.
(2004). A survey of relationship
between anxiety, depression and
duration of infertility. BMC Women’s
Health, 4, 1–7.
https://doi.org/10.1186/1472-6874-4-
9
Stuart. (2016). Prinsip dan Praktik
Keperawatan Kesehatan Jiwa. (budi
anna keliat, Ed.). Singapore Pte Ltd:
Elsevier.
Sultan, S., & Tahir, A. (2011).
Psychological consequences of
infertility. Hellenic Journal of
Psychology, 8(2), 229–247.
https://doi.org/10.1007/978-1-4684-
5362-1_18
Tabong, P. T. N., & Adongo, P. B. (2013).
Infertility and childlessness: A
qualitative study of the experiences of
infertile couples in Northern Ghana.
BMC Pregnancy and Childbirth, 13.
https://doi.org/10.1186/1471-2393-
13-72
Videbeck. (2010). Buku Ajar Keperawatan
Jiwa (Psychiatric Mental Helath
Nursing). Jakarta: EGC.
Volgsten, H., Sc, M., Svanberg, S., Ph, D.,
Ekselius, L., & Ph, D. (2010). Risk
factors for psychiatric disorders in
infertile women and men undergoing
in vitro fertilization treatment, 93(4).
https://doi.org/10.1016/j.fertnstert.200
8.11.008
WHO. Global Prevalence of Infrtility,
Infecundity and Childlessness.
(2012).

190

Anda mungkin juga menyukai