Anda di halaman 1dari 25

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. R.

L DENGAN DIAGNOSA
POST SECTIO CAESAREA (SC) DIRUANGAN POLI OBSGYN
RUMAH SAKIT Dr. J. H. AWALOEI

CI : Ns.Renny Waroka. S.Kep

DI SUSUN OLEH KELOMPOK 4 :

ANDINI MANGKEY/ 711440121001

VELLYCHIA TUJUWALE / 711440121071

LUCIA FELICIA LOHO/ 711440121019

SEFANYA ANTE/711440121054

VICTORYA F. IMMANUEL/711440121059

D3 KEPERAWATAN

POLTEKKES KEMENKES MANADO


BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Istilah sectio caesarea (SC) berasal dari bahasa latin caedere yang berarti memotong
atau menyayat. Dalam ilmu obstetrik, istilah tersebut mengacu pada tindakan pembedahan
yang bertujuan melahirkan bayi dengan membuka dinding perut dan rahim ibu.

SC adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding uterus melalui
dinding depan perut; seksio sesarea juga dapat didefinisikan sebagai suatu histerotomia untuk
melahirkan janin dari dalam rahim.

World Health Organization (WHO) menetapkan standar rata-rata SC sebuah negara


adalah sekitar 5-15% per 1000 kelahiran di dunia. Rumah Sakit pemerintah kira-kira 11 %
sementara rumah sakit swasta lebih dari 30% . Menurut WHO peningkatan persalinan dengan
sectio caesarea di seluruh Negara selama tahun 2010- 2012 yaitu 110.000 per kelahiran di
seluruh Asia.

Angka persalinan melalui SC di Amerika Serikat telah meningkat empat kali lipat,
dari 5,5 per 100 kelahiran pada tahun 1970 menjadi 22,7 per 100 kelahiran pada tahun 1985.
Insidensi operasi SC dalam masingmasing unit obstetrik bergantung pada populasi pasien dan
sikap dokter. Sekarang ini angkanya berkisar antara 10 sampai 40 persen dari semua.
kelahiran, karena SC telah ikut mengurangi angka kematian perinatalAngka persalinan SC
yang ada sebenarnya terlalu tinggi sehingga ada berbagai upaya untuk menguranginya karena
meningkatnya morbiditas dan mortalitas ibu.

Pada kasus SC angka mortalitas dua kali angka pada pelahiran pervaginam, disamping
itu angka morbiditas yang terjadi akibat infeksi, kehilangan darah, dan kerusakan organ
internal lebih tinggi pada persalinan SC.

Tindakan SC dilakukan jika kelahiran pervaginal mungkin akan menyebabkan resiko


pada ibu ataupun pada janin seperti proses persalinan normal lama atau kegagalan proses
persalinan normal, plasenta previa, panggul sempit, distosia serviks, pre eklamsi berat, ruptur
uteri iminen, perdarahan antepartum, ketuban pecah dini, janin letak lintang, letak bokong,
fetal distres dan janin besar melebihi 4.000 gram. Angka persalinan dengan SC di NAD
(Nanggroe Aceh Darussalam) masih tinggi, sehingga angka ini harus ditekan dengan upaya
tindakan SC berdasar indikasi, peningkatan pengetahuan ibu hamil mengenai indikasi SC
yang tepat.

Menurut Solehati & kosasih, (2013) masalah yang biasanya muncul setelah
dilakukannya operasi SC antara lain: terjadinya aspirasi (25-50%), emboli pulmonari,
perdarahan, infeksi pada luka, infeksi uterus, infeksi pada traktus urinarius, cedera pada
kandung kemih, tromboflebitis dan gangguan rasa nyaman nyeri. Apabila masalah-masalah
tersebut tidak segera diatasi, maka masalahnya menjadi panjang dan dapat menimbulkan
masalah baru seperti: pembentukan adhesion (perlengkatan), obstruksi usus, kesulitan
penggunaan otot untuk sit-up, dan nyeri pelvik. Pada kasus post SC masalah yang sering
muncul setelah tindakan operasi SC adalah nyeri. Rasa nyeri adalah pengalaman sensori tidak
menyenangkan.

B. TUJUAN

1. TUJUAN UMUM

 Mahasiswa mampu melakukan dan memberikan Asuhan Keperawatan pada Ny. R.L
dengan Post SC (Section Caesarea)

2. TUJUAN KHUSUS

 Mahasiswa mampu menjelaskan konsep dasar Post SC (Section Caesarea).


 Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada Ny R.L Dengan Post SC (Section
Caesarea).
 Mahasiswa mampu menentukan diagnosa pada Ny.R.L Dengan Post SC (Section
Caesarea).
 Mahasiswa mampu menentukan dan menyusun intervensi pada Ny.R,L Dengan POST
SC (Section Caesarea).
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. PENGERTIAN

Sectio Caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada
dinding uterus melalui dinding depan perut.

Sectio Caesarea adalah jalan alternatif menyambut kelahiran seorang bayi melalui
operasi praktis. Pembedahan dilakukan pada perut dan rahim ibu. Sectio Caesarea dilakukan
sebagai tindakan penyelamatan terhadap kasus-kasus persalinan normal yang berbahaya.
Oleh karena itu tindakan ini hanya di lakukan ketika proses persalinan alamiah melalui
vagina tidak memungkinkan karena risiko medis tertentu .

Post Partum adalah suatau masa antara kelahiran sampai dengan organ-organ
reproduksi kembali ke keadaan sebelum masa hamil.Post Partum merupakan masa pemulihan
kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti keadaan
sebelum kehamilan. Lama Post Partum ini antara 6-8 minggu.

B. ETIOLOGI

1.Etiologi yang berasal dari ibu

Yaitu pada primigravida dengan kelainan letak, primi para tua disertai kelainan letak
ada, disproporsi sefalo pelvik (disproporsi janin / panggul ), ada sejarah kehamilan dan
persalinan yang buruk, terdapat kesempitan panggul, Plasenta previa terutama pada
primigravida, solutsio plasenta tingkat I IIkomplikasi kehamilan yang disertai penyakit
(jantung, DM ). Gangguan perjalanan persalinan (kista ovarium, mioma uteri, dan
sebagainya)

2.Etiologi yang berasal dari janin

Fetal distress / gawat janin, mal presentasi dan mal posisi kedudukan janin, prolapsus
tali pusat dengan pembukaan kecil, 8 9 kegagalan persalinan vakum atau forceps ekstraksi.
indikasi ibu dilakukan sectio caesarea adalah ruptur uteri iminen, perdarahan antepartum,
ketuban pecah dini. Sedangkan indikasi dari janin adalah fetal distres dan janin besar
melebihi 4.000 gram. Dari beberapa faktor sectio caesarea diatas dapat diuraikan beberapa
penyebab sectio caesarea sebagai berikut:
a. CPD (Chepalo Pelvik Disproportion)

Chepalo Pelvik Disproportion (CPD) adalah ukuran lingkar panggul ibu tidak sesuai
dengan ukuran lingkar kepala janin yang dapat menyebabkan ibu tidak dapat melahirkan
secara alamiTulang-tulang panggul merupakan susunan beberapa tulang yang membentuk
rongga panggul yang merupakan jalan yang harus dilalui oleh janin ketika akan lahir secara
alami. Bentuk panggul yang menunjukkan kelainan atau panggul patologis juga dapat
menyebabkan kesulitan dalam proses persalinan alami sehingga harus dilakukan tindakan
operasiKeadaan patologis tersebut menyebabkan bentuk rongga panggul menjadi asimetris
dan ukuranukuran bidang panggul menjadi abnormal

b. PEB (Pre-Eklamsi Berat)

Pre-eklamsi dan eklamsi merupakan kesatuan penyakit yang langsung disebabkan


oleh kehamilan, sebab terjadinya masih belum jelas. Setelah perdarahan dan infeksi, pre-
eklamsi dan eklamsi merupakan penyebab kematian maternal dan perinatal paling penting
dalam ilmu kebidanan. Karena itu diagnosa dini amatlah penting, yaitu mampu mengenali
dan mengobati agar tidak berlanjut menjadi eklamsi.

c. KPD (Ketuban Pecah Dini

Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda persalinan dan
ditunggu satu jam belum terjadi inpartu. Sebagian besar ketuban pecah dini adalah hamil
aterm di atas 37 minggu, sedangkan di bawah 36 minggu.

d. Bayi Kembar

Tidak selamanya bayi kembar dilahirkan secara caesar. Hal ini karena kelahiran
kembar memiliki resiko terjadi komplikasi yang lebih tinggi daripada kelahiran satu bayi.
Selain itu, bayi kembar pun dapat mengalami sungsang atau salah letak lintang sehingga sulit
untuk dilahirkan secara normal.

e. Faktor Hambatan Jalan Lahir

Adanya gangguan pada jalan lahir, misalnya jalan lahir yang tidak memungkinkan
adanya pembukaan, adanya tumor dan kelainan bawaan pada jalan lahir, tali pusat pendek
dan ibu sulit bernafas.
f. Kelainan Letak Janin

1) Kelainan pada letak kepala

a) Letak kepala tengadah, Bagian terbawah adalah puncak kepala, pada pemeriksaan
dalam teraba UUB yang paling rendah. Etiologinya kelainan panggulkepala
bentuknya bundar, anaknya kecil atau mati, kerusakan dasar panggul
b) Presentasi mukaLetak kepala tengadah (defleksi), sehingga bagian kepala yang
terletak paling rendah ialah muka. Hal ini jarang terjadi, kira-kira 0,27- 0,5%.
c) Presentasi dahi, Posisi kepala antara fleksi dan defleksi, dahi berada pada posisi
terendah dan tetap paling depan. Pada penempatan dagu, biasanya dengan sendirinya
akan berubah menjadi letak muka atau letak belakang kepala.

g. Letak Sungsang

Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang dengan kepala
difundus uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum uteri. Dikenal beberapa jenis letak
sungsang, yakni presentasi bokong, presentasi bokong kaki, sempurna, presentasi bokong
kaki tidak sempurna dan presentasi kaki.

C. MANIFESTASI KLINIS

Persalinan dengan Sectio Caesaria, memerlukan perawatan yang lebih komprehensif


yaitu perawatan post operatif dan post partum, manifestasi klinis Sectio Caesarea menurut
Dongoes 20 yaitu:

a. Nyeri akibat ada luka pembedahan


b. Adanya luka insisi pada bagian abdomen
c. Fundus uterus terletak di umbilicus
d. Aliran lockhea sedang bebas membeku yang tidak berlebihan
e. Kehilangan darah selama prosedur pembedahan kira-kira 750-1000
f. Menahan batuk akibat rasa nyeri yang berlebihan
g. Biasanya terpasang kateter urinarius
h. Pengaruh anestesi dapat menimbulkan mual dan muntah
i. Akibat nyeri terbatas untuk melakukan pergerakan
j. Bonding attachment pada anak yang baru lahir
D. PATOFISIOLOGI

Adanya beberapa kelainan/hambatan pada proses persalinan yang menyebabkan bayi


tidak dapat lahir secara normal spontan, misalnya plasenta previa sentralis dan lateralis,
panggul sempit, disproporsi cephalo pelvic, rupture uteri mengancam, partus lama, partus
tidak maju, pre-eklamsia, distosia serviks, dan malpresentasi janin. Kondisi tersebut
menyebabkan perlu adanya suatu tindakan pembedahan yaitu Sectio Caesarea (SC).

Dalam proses operasinya dilakukan tindakan anestesi yang akan menyebabkan pasien
mengalami imobilisasi sehingga akan menimbulkan masalah intoleransi aktivitas. Adanya
kelumpuhan sementara dan kelemahan fisik akan menyebabkan pasien tidak mampu
melakukan aktivitas perawatan diri pasien secara mandiri sehingga timbul masalah defisit
perawatan diri

Kurangnya informasi mengenai proses pembedahan, penyembuhan, dan perawatan


post operasi akan menimbulkan masalah ansietas pada pasien. Selain itu, dalam proses
pembedahan juga akan dilakukan tindakan insisi pada dinding abdomen sehingga
menyebabkan terputusnya inkontinuitas jaringanpembuluh darah, dan saraf saraf di sekitar
daerah insisi. Hal ini akan merangsang pengeluaran histamin dan prostaglandin yang akan
menimbulkan rasa nyeri (nyeri akut)Setelah proses pembedahan berakhir, daerah insisi akan
ditutup dan menimbulkan luka post opyang bila tidak dirawat dengan baik akan menimbulkan
masalah risiko infeksi.

E. PATHWAY
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1) Pemantauan janin terhadap kesehatan janin

2) Pemantauan EKG

3) JDL dengan diferensial

4) Elektrolit

5) Hemoglobin/Hematokrit

6) Golongan Darah

7) Urinalis

8) Amniosentesis terhadap maturitas paru janin sesuai indikasi

9) Pemeriksaan sinar X sesuai indikasi.

10) Ultrasound

G. PENATALAKSANAAN

a. Pemberian cairan
Karena 24 jam pertama penderita puasa pasca operasi, maka pemberian cairan per
intavena harus cukup banyak dan mengandung elektrolit agar tidak terjadi hipotermi,
dehidrasi, atau komplikasi pada organ tubuh lainnya. Cairan yang biasa diberikan biasanya
DS 10%, garam fisiologi dan RL secara bergantian dan jumlah tetesan tergantung kebutuhan.
Bila kadar Hb rendah diberikan transfusi darah sesuai kebutuhan.
b. Diet
Pemberian cairan per infus biasanya dihentikan setelah penderita flatus lalu
dimulailah pemberian minuman dan makanan per oralPemberian minuman dengan jumlah
yang sedikit sudah boleh dilakukan pada 6 sampai 8 jam pasca operasiberupa air putih dan air
teh.
c. Mobilisasi
Mobilisasi dilakukan secara bertahap meliputi: Miring kanan dan kiri dapat dimulai
sejak 6 sampai 10 jam setelah operasi, Latihan pernafasan dapat dilakukan penderita sambil
tidur telentang sedini mungkin setelah sadar, Hari kedua post operasi, penderita dapat
didudukkan selama 5 menit dan diminta untuk bemafas dalam lalu menghembuskannya,
Kemudian posisi tidur telentang dapat diubah menjadi posisi setengah duduk (semifowler),
Selanjutnya selama berturut-turut, hari demi hari, pasien dianjurkan belajar duduk selama
sehari, belajar berjalan, dan kemudian berjalan sendiri pada hari ke-3 sampai hari ke-5 pasca
operasi.
d. Kateterisasi
Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyeri dan rasa tidak enak pada
penderita, menghalangi involusi uterus dan menyebabkan perdarahan. Kateter biasanya
terpasang 24 - 48 jam / lebih lama lagi tergantung jenis operasi dan keadaan penderita
e. Pemberian obat-obatan Antibiotik cara pemilihan dan pemberian antibiotik sangat berbeda-
beda sesuainindikasi.
f. Analgetik dan obat untuk memperlancar kerja saluran pencernaan Obat yang dapat di
berikan melalui supositoria obat yang diberikan ketopropen sup 2x/24 jam, melalui orang
obat yang dapat 14 diberikan tramadol atau paracetamol tiap 6 jam, melalui injeksi ranitidin
90-75 mg diberikan setiap 6 jam bila perlu.
g. Obat-obatan lain
Untuk meningkatkan vitalitas dan keadaan umum penderita dapat diberikan caboransia
seperti neurobian I vit C
k. Perawatan luka
Kondisi balutan luka dilihat pada 1 hari post operasi, bila basah dan berdarah harus dibuka
dan diganti.
l. Pemeriksaan rutin Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemeriksaan adalah suhu,
tekanan darah, nadi,dan pernafasanm.
m. Perawatan Payudara
Pemberian ASI dapat dimulai pada hari post operasi jika ibu memutuskan tidak menyusui,
pemasangan pembalut payudara yang mengencangkan payudara tanpa banyak menimbulkan
kompesi, biasanya mengurangi rasa nyeri

H. KOMPLIKASI

Komplikasi yang mungkin muncul dari tindakan Sectio Caesarea adalah komplikasi
pembiusan, perdarahan pasca operasi Sectio Caesarea, syok perdarahan, obstruksi usus,
gangguan pembekuan darah, dan cedera organ abdomen seperti usus, ureter, kandung kemih,
pembuluh darah. Pada Sectio Caesarea juga bisa terjadi infeksi sampai sepsis apalagi pada
kasus dengan ketuban pecah dini. Dapat juga terjadi komplikasi pada bekas luka operasi.

Hal yang sangat mempengaruhi atau komplikasi pasca operasi yaitu infeksi jahitan pasca
Sectio Caesarea, infeksi ini terjadi karena banyak factor, seperti infeksi intrauteri, adanya
penyakit penyerta yang berhubungan dengan infeksi misalnya, abses tuboofaria, apendiksitis
akut/perforasiDiabetes mellitus, gula darah tidak terkontrolkondisi imunokompromised
misalnya, infeksi HIV, Tuberkulosis atau sedang mengkonsumsi kortikosteroid jangka
panjang, gisi buruk, termasuk anemia berat, sterilitas kamar operasi dan atau alat tidak
terjaga, alergi pada materi benang yang digunakan daan kuman resisten terhadap
antibioticAkibat infeksi ini luka bekas Sectio Caesarea akan terbuka dalam minggu pertama
pasca operasiTerbukanya luka bisa hanya kulit dan subkulit saja, bisa juga sampai fascia yang
disebut dengan bust abdomen. Umumnya, luka akan bernanah atau ada eksudat dan
berbahaya jika dibiarkan karena kuman tersebut dapat menyebar melalui aliran darah. Luka
yang terbuka akibat infeksi itu harus dirawat, dibersihkan dan dilakukan kultur dari cairan
luka tersebut.

I. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A, Pengkajian

Anamnesa, Indentitas pasien, riwayat penyakit keluhan utama

Riwayat Kesehatan :

1) Keluhan Utama
Keluhan yang diungkapkan klien pada umumnya yaitu adanya rasa nyeri. Lokasi luka
biasanya terdapat pada daerah-daerah yang menonjol, misalnya pada daerah abdomen. daerah
tangan, telapak kaki

2) Riwayat Penyakit Sekarang :

Hal-hal yang perlu dikaji adalah mulai kapan keluhan dirasakan, lokasi keluhan, intensitas,
lamanya atau frekuensi, faktor yang memperberat atau memperingan serangan, serta keluhan-
keluhan lain yang menyertai dan upaya-upaya yang telah dilakukan perawat disini harus
menghubungkan masalah kulit dengan gejalanya seperti: gatal, panas, mati rasa,
immobilisasi, nyeri, demam, edema, dan neuropati

3) Riwayat Kesehatan masa lalu: Apakah sebelumnya klien pernah menderita nyeri dada,
darah tinggi, DM, dan hiperlipidemia. Tanyakan obat-obatan yang biasa diminum oleh klien
pada masa lalu yang masih relevan. Catat adanya efek samping yang terjadi di masa lalu.
Tanyakan alergi obat dan reaksi alergi apa yang timbul

4) Riwayat penyakit keluarga

Riwayat penyakit keluarga perlu ditanyakan karena penyembuhan luka dapat dipengauhi oleh
penyakit-penyakit yang diturunkan seperti: DM. alergi, Hipertensi (CVA). Riwayat penyakit
kulit dan prosedur medis yang pernah dialami klien. Hal ini untuk memberikan informasi
apakah perubahan pada kulit merupakan manifestasi dari penyakit sistemik seperti: infeksi
kronis, kanker, DM

Pemeriksaan Fisik

1) Keadaan umum

Pada pemeriksaan keadaan umum, kesadaran klien biasanya baik atau compos mentis (CM)
dan umumnya penderita datang dengan keadaan sakit dan gelisah atau cemas akibat adanya
kerusakan integritas kulit yang dialami.

2) B1 (Breathing)

Dapat ditemukan peningkatan frekuensi nafas atau masih dalam batas normal.

3) B2 (Blood) Tekanan darah

biasanya mengalami peningkatan atau dalam batas normal tidak ada bunyi jantung tambahan
dan tidak ada kelainan katup.
4) B3 (Brain) Kaji adanya hilang gerakan atau sensasi, spasme otot, terlihat
kelemahan/kehilangan fungsi. Pergerakan mata atau kejelasan penglihatan, dilatasi pupil.
Agitasi berhubungan denan nyeri atau ansietas

5) B4 (Bladder)

Pengukuran volume output urine dengan intake cairan klien. Perubahan pola kemih seperti
inkontinesia urin, disuria, distensi kandung kemih, warna dan bau urin, dan kebersihan

6) B5 (Bowel)

Kaji adanya konstipasi, korsisten feses, frekuensi eliminasi, auskultasi bising usus, anoreksia,
adanya anoreksia abdomen, dan nyeri tekan abdomen.

7) B6( Bone) Aktivitas klien biasanya mengalami perubahan. Kaji adannya berat tiba-tiba
mungkin teralokasi pada area jaringan dapat berkurang pada imobilisasi, kontraktur atrofi
otot Jaserasi kulit dan perubahan warna.

Pemeriksaan fisik Ibu

a. Keadaan umum, meliputi tentang kesadaran, nilai glasgow coma scale (GCS) yang berisi
penilaian eye, movement, verbal. Mencakup juga penampilan ibu seperti baik.kotor, lusuh.

b. Tanda-tanda vital, meliputi pemeriksaan tekanan darah, nadi, suhu dan respirasi.

c. Antropometri, meliputi tinggi badan, berat badan sebelum hamil, berat badan saat hamil
dan berat badan setelah melahirkan.

d. Pemeriksaan Fisik Head to Toe

 Kepala, observasi bentuk kepala, apakah terdapat lesi atau tidak, persebaran
pertumbuhan rambut, apakah terdapat pembengkakan abnormal, warna rambut dan
nyeri tekan.
 Wajah, pada wajah ibu postpartum biasanya terdapat cloasma gravidarum sebagai ciri
khas perempuan yang pernah mengandung, apakah terdapat lesi atau tidak, nyeri pada
sinis, terdapat edema atau tidak.
 Mata, observasi apakah pada konjungtiva merah mudah atau pucat, ibu yang baru
mengalami persalinan biasanya banyak kehilangan cairan, bentuk mata kiri dan kanan
apakah simetris, warna sklera, warna pupil dan fungsi penglihatan.
 Telinga, dilihat apakah ada serumen, lesi, nyeri tekan pada tulang mastoid dan tes
pendengaran.
 Hidung, observasi apakah ada pernafasan cuping hidung, terdapat secret atau tidak
nyeri tekat pada tulang hidung, tes penciuman.
 Mulut, dilihat apakah ada perdarahan pada gusi, jumlah gigi ada berapa, terdapat lesi
atau tidak, warna bibir dan tes pengecapan.
 Leher, pada leher dilihat apakah bentuknya proporsional. apakah terdapat
pembengkakan kelenjar getah bening atau pembengkakan kelenjar tiroid.
 Dada, observasi apakah bentuk dada simetris atau tidak, auskultasi suara nafas pada
paru-paru dan frekuensi pernafasan, auskultasi suara jantung apakah ada suara
Jantung tambahan dan observasi pada payudara, biasanya pada ibu post partum
payudara akan mengalami pembesaran dan acrola menghitam serta normalnya ASI
akan keluar.
 Abdomen, pada abdomen observasi bentuk abdomen apakah cembung, cekung atau
datar. Observasi celah pada diastasis recti, tinggi fundus uteri pasca persalinan, pada
ibu yang mengalami kehamilan tanda khas pada abdomen terdapat linia nigra,
observasi juga pada blas apakah teraba penuh atau tidak.
 Punggung dan bokong, dilihat apakah ada kelainan pada tulang belakang, apakah
terdapat nyeri tekan
 Genetalia, observasi perdarahan pervaginam, apakah terpasang dower cateter,
observasi apakah terdapat luka ruptur, episiotomi bagaimana keadaan luka, bersih
atau tidak.
 Anus, observasi apakah ada pembengkakan, terdapat lesi atau tidak, apakah terdapat
hemoroid.
 Ekstremitas Atas: pada ekstremitas atas dilihat tangan kiri dan kanan simetris atau
tidak, terdapat lesi atau tidak, edema, observasi juga apakah ada nyeri tekan
sertanROM. .Bawah pada ekstremitas bawah diobservasi apakah terdapat varises,
edema, pergerakan kaki serta ROM.

Pemeriksaan fisik bayi

a. Keadaan umum, meliputi tampilan, kesadaran bayi yang dinilai menggunakan APGAR
score.
b. Atropometri, meliputi pemeriksaan berat badan bayi, tinggi badan, lingkar kepala, lingkar
dada, lingkar lengan atas serta lingkar abdomen.

c. Pemeriksaan Fisik Head to Toe, pada pemeriksaan fisik pada bayi diobservasi apakah ada
kelainan pada kepala, seperti bentuknya, warna rambut apakah terdapat lesi, kemudian dilihat
pada wajah apakah bentuk mata hidung mulut proporsional atau tidak, observasi bentuk
telinga kanan dan kiri, bentuk leher apakah ada pertumbuhan abnormal, observasi bentuk
dada dan abdomen auskultasi pada suara jantung dan suara nafas apakah ada penambahan
suara atau tidak, bentuk punggung dan bokong. genetalia apakah terdapat kelainan, observasi
anus serta ekstremitas atas dan bawah.

B. Diagnosa Keperawatan

 Nyeri akut berhubungan dengan Agen Pencedera Fisik (D.0077)


 Gangguan integritas kulit berhubungan dengan kerusakan jaringan (D.0129)
 Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tubuh yang tidak adekuat
(D.0142)
 Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri(D.0055)
 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan otot (D.0056)
 Resiko Syok Hipovolemik berhubungan dengan perdarahan yang berlebihan.
pindahnya cairan intravaskuler ke ekstravaskuler (D.0039)

C. Implementasi

pada langkah ini, perawat memberikan asuhan keperawatan yang pelaksanaannya


berdasarkan rencana keperawatan yang telah disesuaikan pada langkah sebelumnya
(intervensi).

D. Evaluasi

Evaluasi keperawatan adalah mengkaji respon pasien setelah dilakukan intervensi


keperawatan dan mengkaji ulang asuhan keperawatan yang telah diberikan.Evaluasi
keperawatan adalah kegiatan yang terus menerus dilakukan untuk menentukan apakah
rencana keperawatan efektif dan bagaimana rencana keperawatan dilanjutkan, merevisi
rencana atau menghentikan rencana keperawatan Evaluasi dapat dilakukan dengan
menggunakan pendekatan SOAP
BAB III

TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny R.L DENGAN DIAGNOSA


POST SECTIO CAESAREA (SC) DI POLIKLINIK
OBSTERTI DAN GYNEKOLOGI RS Dr.J.H .AWALOEI

Tanggal kontrol poliklinik : 2 Mei 2023 Jam 10.00

Tanggal Pengkajian : 2 Mei 2023 Jam 10.30

Ruangan/RS : Poliklinik Obsterti dan Gynekologi Dr.J.H .Awaloei

I. IDENTITAS

a.Identitas Pasien

Nama : Ny R.L

Usia : 33 Tahun
Status Perkawinan : Menikah

Agama : Kristen

Pekerjaan : IRT

Pendidikan Terakhir : SMA

Alamat : Motoling timur,desa tokin

b. Identitas Suami

Nama : Tn. J.K

Usia : 35 Tahun

Agama : Kristen

Pekerjaan : PNS

Pendidikan Terakhir : S1

Alamat : Motoling timur,desa tokin

III. RIWAYAT KESEHATAN

Keluhan Utama : Nyeri dibagian luka post SC (Sectio Caesarea)

Riwayat Kesehatan Sekarang : pasien datang ke poliklinik dengan tujuan kontrol luka operasi
post sc, pasien mengatakan masih merasakan nyeri di bagian luka bekas operasi jika ditekan

Riwayat Kesehatan Keluarga : tidak ada

Genogram
Keterangan:

: Laki-laki

: Permpuan

: Garis keturunan

: Garis pernikahan

: pasien

IV. RIWAYAT PERSALINAN

Jenis persalinan : SC

Jenis kelamin bayi : Laki-laki

PJ/BB : 52cm /3,3kg

Ditolong oleh : Dokter,bidan dan perawat

V. RIWAYAT GINEKOLOGI

Manarche umur : 13 Tahun

Siklus : 28 hari

Lama : 4-7 hari

Konsisten : cair

Warna : merah kecoklatan pada hari pertama dan merah segar pada hari kedua

Riwayat KB : Pasien mengatakan belum pernah menggunakan KB


VI. PEMERIKSAAN FISIK

KU : Baik

Kes : Compos Mentis (CM)

TTV : TD : 126/83

Nadi : 70x/menit

Suhu : 36,5

Respirasib : 22x/menit

Spo2 : 99%

TB : 160cm

BB : 65kg

Pemeriksaan Head To Toe

Kepala : tidak terdapat lesi,persebaran rambut merata,warna rambut hitam

Mata : konjungtiva merah muda,bentuk mata kiri dan kanan simetris,sklera berwarna
putih,fungsi penglihatan normal

Hidung : tidak ada secret,tidak adanya pernapasan cuping hidung

Mulut : tidak ada pendarahan digusi,tidak terdapat lesi

Telinga : pasien dapat mendengar baik,simetris,tidak ada benjolan

Leher : tidak ada luka ,tidak ada pembesaran tyroid maupun


pembesaran kelenjar getah bening

Jantung : bentuk dada tampak simetris dan bunyi jantung normal

Paru : pengembangan dada simetris dan tidak terdengar suara tambahan


Abdomen : simetris, tidak ada edema, tidak nyeri tekkan, adanya luka bekas operasi -/+
10cm, luka tampak kering dan tampak mulai membekas

Ekstermitas atas : tangan kiri dan kanan simetris,tidak terdapat lesi dan edema

Ekstermitas bawah : tidak terdapat varises,tidak ada edema

VII. ELIMINASI

BAK : pasien mengatakan bak 4-5x/hari,warnah kuning jernih,bau khas urine dan tidak
keluhan saat bak

BAB : pasien mengatakan bab 2 hari sekali warna coklat keemasan dengan konsistensi
lembek,bau khas feses dan tidak ada keluhan saat bak

X. NUTRISI DAN CAIRAN

Pasien makan 3xsehari,dengan jenis makan nasi sayur-sayuran dan makanan mengandung
protein dan minum 7-8 gelas dalam sehari

XI. PERSONAL HYGIENE

Pasien mengatakan mandi hanya 1x sehari

XII. POLA KEBIASAAN YANG MEMPENGARUHI KESEHATAN

Pasien mengatakan tidak merokok,minuman keras dan pasien tidak ada riwayat penggunaan
obat-obatan dan ketergantungan obat.

ANALISA DATA

No Data Etiologi Masalah


1. Ds : Post pembedahan SC D.0077
Pasien mengatakan masih Nyeri Akut
merasakan nyeri dibagian
bekas oprasi Terputusnya kontinuitas
Do : jaringan
-Ku :normal
-Kes : cm
TD : 126/83 Luka
Nadi 70x/menit
Suhu : 36,5
Pernapasan : 22x/menit Nyeri
P : post sc
Q : seperti ditusuk-tusuk
R : abdomen bawah
S:4
T : jika ditekan

2. Ds : Post pembedahan SC D.0109


- Pasien mengatakan jarang Defisit Perawatan Diri
menjaga kebersihan diri
sendiri Adaptasi post partum

Psikologis
Do :
Minat dalam perawatan diri
tampak berkurang (dari
anamnesa)

DIAGNOSA KEPERAWATAN

(D.0077) Nyeri Akut b.d agen pencedera fisik d.d pasien mengeluh nyeri dibagian luka post
sc

(D.0109) Defisit Perawatan Diri b.d penurunan minat d.d minat dalam perawatan diri tampak
berkurang (dari anamnesa)

INTERVENSI KEPERAWATAN

Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


(D.0077) Nyeri Akut (L.08066) Tingkat Nyeri (I.08238) Manajemen Nyeri
b.d agen pencedera Setelah dilakukan intervensi Obsevarsi :
fisik d.d pasien keperawatan selama 1 jam - Identifikasi
mengeluh nyeri maka tingkat nyeri menurun lokasi,karakteristik,durasi,frekuen
dibagian luka post sc dengan kriteria hasil : si,kualitas,internitas nyeri
- Keluhan nyeri - Identifikasi skala nyeri
menurun (skala 4 ke Edukasi :
0) - Jelaskan strategi meredakan nyeri
Kolaborasi :
- Kolaborasi dengan dokter dalam
pemberian analgetik
(D.0109) Defisit (L.11103) Perawatan Diri (I.11348) Dukungan Perawatan Diri
Perawatan Diri b.d Setelah dilakukan intervensi Observasi :
penurunan minat d.d keperawatn selama 1 jam - Identifikasi kebiasaan aktivitas
minat dalam maka perawatan diri perawatan diri sesuai usia
perawatan diri tampak meningkat dengan kriteria Terapeutik :
berkurang (dari hasil : - Jadwalkan rutinitas perawatan diri
anamnesa) - Minat melakukan Edukasi :
perawatan diri - Anjurkan melakukan perawatan
meningkat menjadi diri secara konsisten sesuai
lebih rajin dalam kemampuan
merawat diri sendri
- Mempertahankan
kebersihan diri
meningkat, dari 1x
mandi sehari menjadi
2-3x sehari

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

Hari/ Implementasi Evaluasi


tanggal
Jam
Rabu Jam 11.00
3-mei-2023
10.00 - pasien datang mendaftar di poliklinik obsgyn S:
Rs.Dr.J.H .Awaloei Pasien mengatakan masih
10.25 - mengukur TTV dengan hasil : merasakan nyeri dibagian
TD : 126/83mmhg bekas oprasi
N :70x/menit O:
RR : 22x/menit Pasien mengeluh nyeri
S : 36,5 A : Masalah belum teratasi
Spo2 : 99% P : Intervensi dilanjutkan
BB : 65Kg
10.40 TB : 160cm
10.42 - pasien dipanggil untuk diperiksa diruangan
- Identifikasi
lokasi,karakteristik,durasi,frekuensi,kualitas,internitas
nyeri
- Identifikasi skala nyeri
Hasil :
P : post sc
Q : seperti ditusuk-tusuk
R : abdomen bawah
S:4
10.45 T : saat disentuh
- mengedukasikan kepada pasien tentang teknik
10.50 napas dalam jika terasa nyeri
- kolaborasikan pemberian terapi
Hasil :
Ibuproen 400mg tablet,aturan 3 x 1
(setiap 8 jam sekali)
10.55 - Identifikasi kebiasaan aktivitas perawatan diri Jam 11.00
sesuai usia S:
Hasil : - Pasien mengatakan jarang
Pasien mengatakan sebelum melahirkan, pasien menjaga kebersihan diri
mandi 2x sehari, pasien suka memakai lulur mandi, sendiri
dan merawat wajah pasien O:
- Minat dalam perawatan
10.57 - Jadwalkan rutinitas perawatan diri diri tampak berkurang (dari
Hasil : membantu membuatkan jadwal perawatan diri anamnesa)
untuk pasien lakukan dirumah A : Masalah belum teratasi
- Anjurkan melakukan perawatan diri secara P : Intervensi dilanjutkan
konsisten sesuai kemampuan
Hasil : menganjurkan pasien untuk perawatan diri
sesuai yang dijadwalkan dan harus dilakukan, serta
menganjurkan melakukan perawatan diri sesuai
kemampuan pasien
EDUKASI

1. Mengedukasikan pada pasien untuk rajin merawat luka post sc.

Hasil:setelah luka kering menganjurkan untuk perawatan diri, membersikan luka post op
menggunakan cairan Nacl/alkohol sweb, rutin untuk mengganti perban, jangan berendam di
air, jaga luka tetp bersih, oleskan salep yang diberikan oleh dokter

2. Mengajarkan cuci tangan 6 langah yang benar

3. Mengedukasikan pada pasien tentang pola makan

(pola makan yang sehat dengan jadwal makan yang teratur)

4. Beristirahat yang cukup agar emosi dapat terkendali dengan baik

5. Mengedukasikan pada pasien untuk mobilisasi dini

6. Memberitahukan supaya ibu menghindari angkat beban berat

7. Mengedukasi untuk melakukan perawatan diri secara konsisten sesuai kemampuan


DAFTAR PUSTAKA

Hartanti S. (2014). Penatalaksanaan Post Op Sectio Caesarea pada ibu. Published thesis for
University of Muhammadiyah Purwokerto.

Mitayani. (2012). Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: Salemba Medika. Riset


Kesehatan Dasar (Riskesdas). (2017). Badan Penelitian Dan PengembanganKesehatan
Kementerian RI. Jakarta

Sari L. (2016). Patofisiologi Sectio Caesarea. Published thesis for University of


Muhammadiyah Purwokerto

SDKI,SLKI,SIKI

Anda mungkin juga menyukai