Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

Sectio Caesaria Pada Ny.A G2P1Ab0 uk 37minggu dengan bekas SC 4,5thn yang lalu

1. DEFINISI SECTION CAESARIA


Operasi Caesar adalah persalinan bedah bayi. Ini melibatkan satu sayatan di perut ibu
dan satu lagi di rahim. Persalinan sesar umumnya dihindari sebelum 39 minggu
kehamilan sehingga anak memiliki waktu yang tepat untuk berkembang di dalam
rahim. Kadang-kadang, bagaimanapun, komplikasi muncul dan kelahiran sesar harus
dilakukan sebelum 39 minggu.
Menurut penelitian baru dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), penggunaan
operasi caesar terus meningkat secara global, dan kini mencakup lebih dari 1 dari 5
(21%) seluruh kelahiran. Jumlah ini diperkirakan akan terus meningkat pada dekade
mendatang, dengan hampir sepertiga (29%) dari seluruh kelahiran kemungkinan akan
dilakukan melalui operasi caesar pada tahun 2030, demikian temuan penelitian
tersebut.
Meskipun operasi caesar bisa menjadi operasi yang penting dan menyelamatkan
nyawa, operasi caesar dapat menempatkan wanita dan bayi pada risiko masalah
kesehatan jangka pendek dan panjang yang tidak perlu jika dilakukan saat tidak ada
kebutuhan medis.
Pada jaman sekarang ada metode ERACS Enhanced recovery after cesarean section
atau ERAS pada persalinan sesar terdiri dari optimalisasi pelayanan antepartum,
pelayanan intrapartum termasuk manajemen anestesi dan pelayanan postpartum
pasien rawat inap dan rawat jalan sehingga tercipta pedoman yang terstandarisasi.
Terdapat beberapa variasi terminologi ERAS pada operasi seksio sesarea yang dapat
kita temui, yaitu enhanced recovery after surgery in caesarean delivery (ERASCD),
enhanced recovery after caesarean (ERAC), dan enhanced recovery after caesarean
section (ERACS).
Ada beberapa kelebihan yang ditawarkan oleh metode Enhanced Recovery After
Caesarean Surgery atau ERACS, di antaranya yaitu:
 Durasi puasa lebih pendek, ibu diperbolehkan makan dan minum ringan 6 jam
sebelum operasi.
 Mengurangi rasa nyeri dan mual setelah operasi, pemberian obat-obatan antinyeri
dalam metode ini bermanfaat menurunkan rasa nyeri lebih cepat usai operasi. Selain
itu, ERACS juga bisa mengurangi komplikasi lain, seperti mual, muntah, dan infeksi.
 Rawat inap lebih singkat, metode ERACS membantu ibu lebih cepat pulih sehingga
bisa keluar dari rumah sakit lebih awal.

2. JENIS – JENIS SC
a. Sectio cesaria transperitonealis profunda
Sectio cesaria transperitonealis propunda dengan insisi di segmen bawah rahim.
insisi di bawah rahim, bisa dengan teknik melintang atau memanjang. Keunggulan
penyakit ini adalah:
 Pendarahan luka insisi tidak banyak.
 Bahaya peritonitis tidak besar.
 Perut rahim umumnya kuat sehingga bahaya pecahnya rahim di kemudian hari
tidak besar karena pada nifas segmen bawah rahim tidak banyak mengalami
kontraksi seperti korpus uteri sehingga luka dapat sembuh lebih sempurna.

b. Sectio caesaria klasik atau section cecaria korporal


Pada section caesaria klasik ini di buat kepada korpus uteri, gangguan ini agak
mudah dilakukan,hanya di selenggarakan apabila ada halangan untuk melakukan
section cacaria transperitonealis profunda. Insisi memanjang pada ruas atas rahim.
c. Sectio caesaria ekstra peritoneal
Bagian caesaria eksrta peritoneal terlebih dahulu dilakukan untuk mengurangi
bahaya injeksi perporal akan tetapi dengan kemajuan pengobatan terhadap injeksi
penghentian ini sekarang tidak banyak lagi yang dilakukan. Rongga peritoneum tidak
dibuka, dilakukan pada pasien dengan infeksi rahim berat.
d. Section cesaria Hysteroctomi
Setelah section cesaria, dilakukan hysteroktomy dengan indikasi:
 Atonia uteri
 Plasenta bertambah
 Mioma uteri
 Infeksi intra uteri berat

3. ETIOLOGI SECTIO CAESSARIA

a. CPD ( Chepalo Pelvik Disproportion )


Chepalo Pelvik Disproportion (CPD) adalah ukuran lingkar panggul ibu tidak
sesuai dengan ukuran lingkar kepala janin yang dapat menyebabkan ibu tidak dapat
melahirkan secara alami. Tulang-tulang panggul merupakan susunan beberapa tulang
yang membentuk rongga panggul yang merupakan jalan yang harus dilalui oleh janin
ketika akan lahir secara alami. Bentuk panggul yang menunjukkan kelainan atau
panggul patologis juga dapat menyebabkan kesulitan dalam proses persalinan alami
sehingga harus dilakukan tindakan operasi. Patologi tersebut menyebabkan bentuk
rongga panggul menjadi keadaan asimetris dan ukuran-ukuran bidang panggul
menjadi tidak normal.
b. PEB (Pra-Eklamsi Berat)
Pre-eklamsi dan eklamsi merupakan kesatuan penyakit yang langsung disebabkan
oleh kehamilan, sebab terjadinya masih belum jelas. Setelah perdarahan dan infeksi,
pre-eklamsi dan eklamsi merupakan penyebab kematian ibu dan perinatal yang paling
penting dalam ilmu kebidanan. Karena itu diagnosa dini sangat penting, yaitu mampu
mengenali dan mengobati agar tidak berlanjut menjadi eklamsi.
c. KPD (Ketuban Pecah Dini)
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda pengiriman
dan ditunggu satu jam belum terjadi inpartu. Sebagian besar ketuban pecah dini
adalah hamil aterm di atas 37 minggu, sedangkan di bawah 36 minggu.
d. Bayi Kembar
Tidak selamanya bayi kembar dilahirkan secara caesar. Hal ini karena kelahiran
kembar memiliki risiko terjadinya komplikasi yang lebih tinggi daripada kelahiran
satu bayi. Selain itu, bayi kembar pun dapat mengalami sungsang atau salah letak
lintang sehingga sulit untuk dilahirkan secara normal.
e. Faktor Hambatan Jalan Lahir
Adanya gangguan pada jalan lahir, misalnya jalan lahir yang tidak memungkinkan
adanya pembukaan, adanya tumor dan kelainan bawaan pada jalan lahir, tali pusat
pendek dan ibu sulit bernapas.
f. Kelainan Letak Janin
g. Kelainan pada letak kepala
h. Letak kepala tengadah
Bagian terbawah adalah puncak kepala, pada pemeriksaan dalam teraba UUB yang
paling rendah. Etiologinya kelainan panggul, bentuk kepala bundar, anaknya kecil
atau mati, kerusakan dasar panggul.
i. Presentasi muka
Letak kepala tengadah (defleksi), sehingga bagian kepala yang terletak paling
rendah adalah muka. Hal ini jarang terjadi, kira-kira 0,27-0,5 %.
j. Presentasi dahi
Posisi kepala antara posisi fleksi dan defleksi, dahi berada pada terendah dan tetap
paling depan. Pada penempatan dagu, biasanya dengan sendirinya akan berubah
menjadi letak muka atau letak belakang kepala.
k. Letak Sungsang
Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang dengan
kepala difundus uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum uteri. Dikenal
beberapa jenis letak sungsang, yakni presentasi bokong, presentasi bokong kaki,
sempurna, presentasi bokong kaki tidak sempurna dan presentasi kaki.

4. TUJUAN DAN INDIKASI OPERASI CAESAR


Tujuan dan indikasi utama operasi caesar adalah sebagai penanganan darurat jika kondisi
kehamilan membahayakan nyawa ibu atau janin. Operasi caesar disarankan dokter jika ibu
hamil memiliki kondisi atau penyakit berikut:
 Persalinan normal tidak berjalan dengan baik atau terjadi perdarahan hebat
 Infeksi, seperti infeksi herpes genital atau HIV
 Tekanan darah meningkat dan terdapat protein dalam urine (preeklamsia)
 Posisi plasenta yang terlalu turun (plasenta previa)
 Kehamilan kembar
 Pernah menjalani operasi caesar sebelumnya

Selain kondisi di atas, operasi caesar juga bertujuan untuk menangani kondisi pada janin,
seperti:
 Detak jantung yang tidak normal
 Terhambatnya pertumbuhan janin atau intrauterine growth restriction (IUGR)
 Malpresentasi janin, misalnya sungsang atau letak lintang
 Kepala janin terlalu besar (hidrosefalus)
 Berat badan janin lebih dari 4kg (makrosomia)
 Terlilit tali pusar
Operasi caesar juga dapat dijalankan oleh dokter jika ibu hamil menginginkannya. Kondisi
ini disebut sebagai operasi caesar terencana atau elektif.

5. PERINGATAN DAN KONTRAINDIKASI OPERASI CAESAR


Operasi caesar umumnya aman untuk dijalani. Namun, operasi ini tidak disarankan untuk ibu
hamil dengan gangguan kesehatan berikut:
 Penyakit paru yang parah
 Gangguan pembekuan darah berat
 Riwayat operasi perut yang besar atau berulang
 Operasi caesar juga tidak dianjurkan untuk mengeluarkan janin yang telah meninggal.
Hal ini karena risiko operasi pada kondisi tersebut lebih besar daripada manfaatnya.
Sebelum menjalani operasi caesar, ada beberapa hal yang perlu dilakukan pasien, yaitu:
 Menjalani tes darah agar dokter dapat mengetahui golongan darah dan kadar
hemoglobin pasien, sebagai persiapan jika pasien membutuhkan transfusi darah
selama operasi
 Menjalani tes amniocentesis untuk mengetahui apakah kondisi paru-paru janin
telah terbentuk dengan baik, terutama jika ibu hamil perlu menjalani operasi
caesar pada usia kehamilan di bawah 39 minggu

6. PROSEDUR OPERASI CAESAR


Sebelum operasi dilakukan, pasien akan diminta untuk mengganti pakaian dengan jubah
khusus yang disediakan oleh rumah sakit. Setelah itu, pasien akan diminta untuk berbaring
dalam posisi telentang, kemudian dokter akan memasang kateter guna mengalirkan urine
pasien ke kantong urine selama prosedur operasi. Selanjutnya, dokter akan menyuntikkan
obat bius spinal. Pada kondisi tertentu, dokter mungkin akan memberikan obat bius umum
agar pasien tertidur selama operasi.Petugas medis akan menempatkan penghalang di atas
perut pasien agar pasien tetap tenang dan tidak melihat tahapan operasi yang dijalankan oleh
dokter.
Setelah obat bius bekerja, langkah-langkah yang akan dilakukan oleh dokter dalam operasi
caesar antara lain:
 Membuat sayatan dengan ukuran sekitar 10–20 cm di bawah pusar, lalu memotong
lapisan-lapisan perut hingga mencapai rahim
 Mengeluarkan bayi melalui sayatan, yang umumnya memerlukan waktu sekitar 5–10
menit
 Meletakkan bayi di dada atau perut ibu, yang bertujuan untuk menstimulasi bayi
dalam mencari puting ibu dan menyusu
 Mengeluarkan plasenta dan memberikan suntik hormon oksitosin untuk merangsang
kontraksi rahim sehingga perdarahan bisa segera berhenti
 Menutup sayatan dengan jahitan
Setelah Operasi Caesar
Usai operasi, pasien akan menjalani masa pemulihan di ruang perawatan selama beberapa
jam. Dokter akan memeriksa tekanan darah pasien, suhu tubuh, kadar oksigen, dan irama
jantung.
Selama di ruang perawatan, dokter juga akan memberikan obat pascaoperasi caesar, termasuk
pereda nyeri untuk mengurangi rasa sakit setelah efek obat bius hilang. Selain itu, pasien
akan diminta untuk minum dan berjalan-jalan di ruang perawatan guna mencegah sembelit
dan penggumpalan darah.
Pasien akan mengeluarkan darah nifas setelah operasi. Pada 3 hari pertama, darah nifas yang
keluar dapat berjumlah banyak dan berwarna kecokelatan, merah terang, hingga akhirnya
berhenti setelah 6 minggu.
Jika ASI sudah keluar, pasien dapat menyusui bayinya sesegera mungkin, bahkan saat masih
di ruang perawatan. Bila pasien mengalami kesulitan dalam menyusui bayi, atau ASI tidak
kunjung keluar, segera konsultasikan ke dokter agar diberikan penanganan yang sesuai.
Untuk mempercepat proses pemulihan pascamelahirkan, ada hal-hal yang perlu dilakukan
pasien, antara lain:
 Jaga luka jahitan operasi agar tetap bersih dan kering setiap hari.
 Gunakan pakaian yang longgar dan berbahan nyaman.
 Letakkan bantal di perut saat menyusui untuk menopang tubuh bayi.
 Hindari mengangkat benda berat.
 Minta pasangan atau keluarga untuk berganti menunggu bayi sehingga pasien dapat
beristirahat.
 Perbanyak mengonsumsi makanan bergizi lengkap dan seimbang.
 Cukupi kebutuhan cairan dengan minum air putih minimal 8 gelas per hari.
 Konsumsilah obat pereda nyeri sesuai resep dokter jika diperlukan.
 Komplikasi atau Efek Samping Operasi Caesar
Operasi caesar berisiko menimbulkan efek samping atau komplikasi, baik pada ibu maupun
bayi. Pada ibu, komplikasi atau efek samping yang dapat terjadi adalah:
 Perdarahan parah
 Reaksi alergi terhadap obat bius
 Cedera operasi, misalnya sayatan pada kandung kemih atau usus
 Infeksi pada luka operasi, lapisan terdalam rahim (endometritis), atau saluran kemih
 Terbentuknya gumpalan darah, terutama di kaki atau panggul
 Gangguan pada kehamilan berikutnya, seperti plasenta akreta
Sementara itu, komplikasi yang dapat terjadi pada bayi antara lain:
 Gangguan pernapasan
 Luka di kulit bayi akibat terkena pisau bedah
Segera periksakan diri ke dokter jika Anda mengalami sejumlah gejala berikut setelah
menjalani operasi caesar:
 Sesak napas
 Demam tinggi dan menetap lebih dari 24 jam
 Nyeri tidak tertahankan di perut dan luka bekas operasi
 Keluar cairan dan darah yang banyak dari luka operasi
 Perdarahan berat hingga harus mengganti pembalut setiap 1 jam sekali atau tidak
keluar darah nifas sama sekali

7. PATOFISIOLOGI
SC merupakan tindakan untuk melahirkan bayi dengan berat di atas 500 gr dengan sayatan
pada dinding rahim yang masih utuh. Indikasi yang dilakukan tindakan ini yaitu distorsi
kepala panggul, disfungsi uterus, distorsia jaringan lunak, plasenta previa dll, untuk ibu.
Sedangkan untuk janin adalah gawat janin. Janin besar dan letak lintang setelah dilakukan SC
ibu akan mengalami adaptasi post partum baik dari aspek kognitif berupa kurang
pengetahuan. Akibat kurang informasi dan dari aspek fisiologis yaitu produk oksitosin yang
tidak adekuat akan mengakibatkan ASI yang keluar hanya sedikit, luka dari insisi akan
menjadi post de entris bagi kuman. Oleh karena itu perlu diberikan antibiotik dan perawatan
luka dengan prinsip steril. Nyeri adalah salah satu yang utama karena sisi yang
mengakibatkan gangguan rasa nyaman.
Sebelum melakukan operasi, pasien perlu melakukan anestesi bisa bersifat regional dan
umum. Namun anestesi umum lebih banyak pengaruhnya terhadap janin maupun ibu anestesi
janin sehingga terkadang bayi lahir dalam keadaan sulit yang tidak dapat diatasi dengan
mudah. Akibatnya janin bisa mati, sedangkan pengaruh anestesi bagi ibu sendiri yaitu
terhadap tonus uteri berupa atonia uteri sehingga darah banyak yang keluar. Untuk pengaruh
terhadap nafas yaitu jalan nafas yang tidak efektif akibat sekret yan berlebihan karena kerja
otot nafas silia yang menutup. Anestesi ini juga mempengaruhi saluran pencernaan dengan
menurunkan mobilitas usus.
Seperti yang telah diketahui setelah makanan masuk lambung akan terjadi proses
sinkronisasi dengan bantuan peristaltik usus. Kemudian diserap untuk metabolisme sehingga
tubuh memperoleh energi. Akibat mortilitas yang menurun maka peristaltik juga menurun.
Makanan yang ada di lambung akan menumpuk dan karena reflek untuk batuk juga menurun.
Maka pasien sangat beresiko terhadap aspirasi sehingga perlu dipasang pipa endotrakeal.
Selain itu motilitas yang menurun juga berakibat pada perubahan pola eliminasi yaitu
konstipasi.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN
Pengkajian meliputi identitas, Riwayat Kesehatan ( keluhan utama, Riwayat
Kesehatan sekarang, Riwayat Kesehatan dulu, Riwayat Kesehatan keluarga , Riwayat
kb ,Riwayat Kesehatan terdahulu, Riwayat abortus , Riwayat melahirkan, factor
penyulit saat melahirkan, HPHT). Pemeriksaan fisik ( BB , TB , tekanan darah,
Nadi ,Suhu, TFU, Leopold,DJJ, Skintest obat injeksi ).

2. DIAGNOSA
a. Pre – operasi : D.0080 Ansietas b/d krisis situasional
b. Post – operasi : D.0077 Nyeri akut b/d Agen pencedera fisik prosedur
pembedahan

3. TUJUAN DAN KRITERIA HASIL


a. Pre – operasi : Tingkat ansietas kode L.09093
Setelah dilakukan intervensi pembedahan selama 3 x 24 jam, maka tingkat
ansietas menurun, dengan kriteria hasil:

 Kebingungan verbalisasi menurun


 Verbalisasi kekhawatiran akibat kondisi yang dihadapi menurun
 Perilaku menurun yang tidak menguntungkan
 Perilakunya cenderung menurun
 Konsentrasi membaik
 Pola tidur membaik

b. Post – operasi : Tingkat nyeri kode L.08066


Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 x 24 jam, maka tingkat nyeri
menurun, dengan kriteria hasil:

 Keluhan nyeri menurun


 Meringis menurun
 Sikap protektif menurun
 Gelisah menurun
 Kesulitan tidur menurun
 Frekuensi nadi membaik

4. INTERVENSI
a. Pre – operasi : Reduksi Ansietas (I.09314)
Observasi
 Identifikasi saat tingkat kecemasan berubah (mis: kondisi, waktu, stresor)
 Identifikasi kemampuan mengambil keputusan
 Memantau tanda-tanda ansietas (verbal dan nonverbal)
Terapi
 Ciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan kepercayaan
 Temani pasien untuk mengurangi kecemasan, jika memungkinkan
 Pahami situasi yang membuat kecemasan
 Dengarkan dengan penuh perhatian
 Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
 Tempatkan barang pribadi yang memberikan kenyamanan
 Motivasi mengidentifikasi situasi yang memicu kecemasan
 Diskusikan perencanaan realistis tentang peristiwa yang akan datang

Edukasi
 Menjelaskan prosedur, termasuk sensasi yang mungkin dialami
 Informasikan secara faktual mengenai diagnosis, pengobatan, dan prognosis
 Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien, jika perlu
 Anjurkan melakukan kegiatan yang tidak kompetitif, sesuai kebutuhan
 Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi
 Latih kegiatan aktif untuk mengurangi ketegangan
 Latih penggunaan mekanisme pertahanan diri yang tepat
 Latih Teknik relaksasi

Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian obat antiansietas, jika perlu

b. Post – operasi : Manajemen Nyeri (I.08238)

Observasi
 Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
 Identifikasi skala nyeri
 Idenfitikasi respon nyeri non verbal
 Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
 Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
 Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
 Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
 Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
 Monitor efek samping penggunaan analgetic

Terapeutik
 Berikan Teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri (mis: TENS,
hypnosis, akupresur, terapi music, biofeedback, terapi pijat, aromaterapi,
Teknik imajinasi terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi bermain)
 Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis: suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
 Fasilitasi istirahat dan tidur
 Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan
nyeri

Edukasi
 Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
 Jelaskan strategi meredakan nyeri
 Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
 Anjurkan menggunakan analgesik secara tepat
 Ajarkan Teknik farmakologis untuk mengurangi nyeri

Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu

5. IMPLEMENTASI
Pelaksanaan asuhan keperawatan didasarkan pada perencanaan keperawatan yang
telah disusun. Namun, pada kenyataan tidak semua perencanaan keperawtan dapat
dilaksankan secara keseluruhan. Hal ini disebabkan karena disesuaikan dengan
kondisi dan kemampuan pasien,

6. EVALUASI
Evaluasi merupakan perbandingan yang sistemik dan terencana mengenai Kesehatan
klien dengan tujuan telah ditetapkan dan dilakukan secara berkesinambungan dengan
melibatkan klien dan tenaga Kesehatan lainnya, penilaian ini bertujuan untuk
mengatasi pemenuhan kenutuhan klien secara optimal dan mengukur hasil dari proses
keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA
Healthline (2018). C-Section (Cesarean Section).
Healthline (2018). What to Expect from Bleeding After a C-Section.
Cleveland Clinic (2022). Disease & Conditions. Fetal Macrosomia.
Cleveland Clinic (2022). Treatments & Procedures. C-Section.
Mayo Clinic (2022). Tests & Procedures. C-Section.
Johns Hopkins Medicine (2022). Treatments, Tests and Therapies. Cesarean Section.
PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia:Definisi dan Indikator Diagnostik,
Edisi 1 Cetakan III (Revisi). Jakarta: PPNI.
PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1 Cetakan II. Jakarta: PPNI.
PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan
Keperawatan, Edisi 1 Cetakan II. Jakarta: PPNI.

Anda mungkin juga menyukai