Disusun Oleh :
G3A021221
2022
a. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Kematian ibu di Indonesia didominasi oleh tiga penyebab utama yaitu
perdarahan, hipertensi dalam kehamilan (HDK), dan infeksi. Penyebab
perdarahan pada ibu hamil adalah abortus, kehamilan ektopik, perdarahan
antepartum (plasenta previa dan solusio plasenta), perdarahan post partum
(retensio plasenta, atonia uteri, dan trauma kelahiran)
(Kementerian Kesehatan RI, 2016).
Abortus sebagai suatu ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin
dapat hidup di luar kandungan selama usia kehamilan kurang dari 20 minggu
atau berat anak kurang dari 200 gram (Maulana, 2016).Jumlah kasus kematian ibu
di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2018 sebanyak 421 kasus, mengalami
penurunan dibandingkan jumlah kasus kematian ibu tahun 2017 yang sebanyak
475 kasus. (Profil Kesehatan Jawa Tengah, 2018)
Data dari rekam medis RSUD Tidar Kota Magelang pada tahun 2019
prevalensi jumlah angka kejadian klien rawat inap dengan abortus dari bulan
Januari sampai Oktober terdapat 359 kasus (4,1 %) dengan abortus inkomplit
161 kasus (2,7%). Kasus abortus yang terjadi sebanyak 359 kasus ini rata-rata berusia
29 tahun dengan perawatan 3 hari (Rekam Medis RSUD Tidar Kota Magelang,
2019).
Kejadian abortus disebabkan oleh beberapa faktor kelainan ovum,
kelainan genetalia ibu, gangguan sirkulasi plasenta, penyakit ibu, antagonis
rhesus, terlalu cepatnya korpus luteum menjadi atrofis, penyakit bapak (Nurarif &
Kusuma, 2012).
Abortus merupakan masalah kesehatan masyarakat karena memberikan
dampak pada kesakitan dan kematian ibu. Salah satu penyebab utama kematian ibu
adalah perdarahan berupa komplikasi yang disebabkan oleh abortus(Maliana,
2016).
Komplikasi abortus yang dapat menyebabkan kematian ibu antara lain
karena perdarahan dan infeksi. Perdarahan yang terjadi selama abortus dapat
mengakibatkan pasien menderita anemia, sehingga dapat meningkatkan risiko
kematian ibu. Salah satu jenis abortus spontan yang menyebabkan terjadi
perdarahan yang banyak adalah abortus inkomplit. Hal ini terjadi karena
sebagian hasil konsepsi masih tertinggal didalam rahim. Sisa hasil konsepsi
inilah yang harus ditangani agar tidak terjadi perdarahan (Wahyuni,
Ngadiyono, Sumarni, 2013). Infeksi yang tidak segera ditangani dengan tepat
bisa membuat ibu panas, perdarahan yang bau , dan Rahim bisa membesar.
Tindakan yang tepat perlu dilakukanya kuretase atau pembersihan Rahim. (Lis, 2014).
Komplikasi abortus yang berbahaya bagi ibu diperlukanya peningkatan
pelayanan kesehatan maternal agar bisa mencegah komplikasi dan menekan
kematian ibu. Keguguran tidak dilakukan tindakan medis apabila hasil
konsepsi keluar secara alami,namun jika janin masih tertinggal di dalam rahim maka
perlu dilakukan tindakan kuretase yang menyebabkan nyeri. Peran perawat
sangatlah penting dalam menurunkan rasa nyeri akibat dari perdarahan post kuretase
untuk mencegah terjadinya pembukaan leher rahim yang lebih lebar lagi akibat
dari kontraksi dari rahim sehingga menimbulkan rasa kram atau mulas di perut.
2. Tujuan
Mampu memberikan asuhan keperawatan dari pengkajian, analisa data, diagnosa
keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi pada abortus inkomplit post
kuretase.
3. Ruang Lingkup
Ibu dengan post kuret di ruang nifas bugenville
4. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan senantisa menghubungkan pendahuluan, tujuan, hasil, sampai
penarikan kesimpulan
b. Konsep Teori
1. Pengertian/definisi
Abortus adalah suatu ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum
janin dapat hidup di luar kandungan, dan sebagai batasan digunakan kehamilan
kurang dari 20 minggu atau berat anak kurang dari 200 gram (Maulana, 2016).
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi (pertemuan sel telur
dan sel sperma) pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin
kurang dari 500 gram, sebelum janin dapat hidup diluar kandungan. Hal ini
adalah suatu proses pengakhiran hidup dari janin sebelum diberi kesempatan
untuk tumbuh. Apabila janin lahir selamat (hidup) sebelum 38 minggu namun
setelah 20 minggu, maka disebut kelahiran premature (Nugroho, 2010).
Abortus inkomplit adalah keluarnya sebagaian hasil konsepsi yang masih
tertinggal di dalam uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu, dengan berat
janin kurang dari 500 gram (Prawirohardjo, 2014).
Abortus adalah keluarnya hasil konsepsi pada kehamilan kurang dari 20
minggu dengan berat janin kurang dari 500 gram.
2. Anatomi dan fisiologi
a.Vagina, suatu saluran musculo-membranosa yang menghubungkan uterus
dengan vulva. Vagina mempunyai peran penting :
1)Sebagai saluran keluar dari uterus yang dapat mengalirkan darah waktu haid
dan secret dari uterus.
2)Sebagai alat persetubuhan
3)Sebagai jalan lahir pada waktu partus
b.Uterus adalah organ otot yang berdinding tebal yang berfungsi sebagai tempat
implantasi ovum yang telah dibuahi dan juga sebagai tempat perkembangan dan
pemberian makanan kepada janin yang berada didalamnya.
c.Endometrium merupakan lapisan dalam dari corpus uteri yang membatasi
cavun uteri.
3. Etiologi
Faktor –faktor yang menyebabkan kematian fetus yaitu ovum itu sendiri, faktor
ibu, dan faktor bapak (Nurarif &Kusuma, 2015).
a.Kelainan ovum
1)Ovum patologis
2)Kelainan letak embrio
3)Plasenta yang abnormal
b.Kelainan genetalia ibu
1)Anomaly kongenital (hypoplasia uteri, uterus bikornis, dll)
2)Kelainan letak dari uterus seperti retrofleksi uteri fiksata
3)Tidak sempurnanya persiapan uterus dalam menanti nidasi dari ovum yang
sudah dibuahi
4)Uterus terlalu cepat teregang (kehamilan ganda, mola)
5)Distorsio uterus, misalnya karena terdorog oleh tumor pelvis.
c.Gangguan sirkulasi plasenta
d.Penyakit -penyakit ibu
1)Penyakit infeksi yang menyebabkan demam tinggi seperti pneumonia,
tifoid, pielitis, rubeola, demam malta, dll.
2) Keracunan PB, nikotin, gas racun, alcohol, dll.
3)Ibu yang asfeksia seperti pada dekompensasi kordis, penyakit paru berat, anemia
gravis
4)Malnutrisi, avitaminosis, dan gangguan metabolism, hipotiroid, kekurangan
vitamin A, C, atau E, diabetes miletus.
5)Antagonis rhesus, darh ibu yang melalui plasenta merusak darah fetus, yang
berakibat meninggalnya fetus.
6)Terlalu cepatnya korpus luteum menjdi atrofis.
7) Perangsangan terhadap ibu yang menyebkan uterus berkontraksi, seperti
sangat terkejut, obat-obat uterotonika, katakulan, laparatomi, dll.
8)Penyakit bapak: usia lanjut, penyakit kronis.
PENGKAJIAN GYNEKOLOGI
Tanggal Pengkajian : 20/06/2022 Jam 18.00 WIB
K. Riwayati Menstruasi
a. Umur Menarche : 13 tahun
b. Siklus Haid : Teratur
c. Lama Haid : 7-10 hari
d. HPHT :19 Mei 2022
e. HPL : 26 Februari 2023
L. Riwayat Perkawinan
a. Lama menikah : 2 tahun
b. Pernikahan ke :1
c. Usia pertama menikah : 2 tahun
M. Riwayat Obstetri
No Tahun Tempat Umur Jenis Penolong Penyulit Jenis Keada
Partus/ Partus Hamil Persalina Persalinan Kelamin an
Abortu n / BBL Anak
s
2 2022 RSUD 11 - - - - -
Tugurejo minggu
N. Keluarga Berencana
a. Metode KB terakhir yang digunakan :-
b. Lama penggunaan :-
c. Keluhan/komplikasi :-
d. Rencana metode KB yang diinginkan :-
O. Riwayat Ginekologi
G1P0A0
P. Pemeriksaan Fisik (head to toe)
1. Antropometri :
a. TB : 160cm
b. BB sebelum hamil : 65kg
c. BB saat ini : 75 kg
d. Lingkar lengan : 28
2. Tanda Vital : TD 124/70 mmHg, N 87x/mnt, RR
20x/mnt, S 36°C, SPO2 98%
3. Keadaan Umum : Composmetis, Kaku Lemah
4. Kulit, kuku : kulit lembab dan bersih, kuku bersih
5. Kepala : Simetris, tidak ada lesi/luka
6. Leher :Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
7. Thorak : Kanan kiri simetris, sonor
9. Mammae :Kanan kiri sama besar, tidak ada lesi/ bekas luka
11. Abdomen : Terdapat nyeri tekan bagian bawah, bising usus 20x
12. Perianal : Keluar darah nifas
13. Ekstremitas : Ekstermitas masih berfungsi denagn normal
Q. Pemeriksaan Penunjang (Laboratorium, Radiologi dll)
R. Pemeriksaan Ginekologi
a. Pengeluaran Pervaginam : Lendir
Air
ketuban
√Darah
S. Terapi
No Obat Dosis Rute Waktu Jenis
1 Misoprosol 400 mg 1 setengah tablet di masukan di bawah 19.00 Tablet
lidah sisanya di masukan di dalam vagina
DS :
- Pasien mengeluh nyeri dan mengeluarkan darah sudah 1 minggu dengan P: Nyeri Perut
Q: seperti teremas remas R: di perut bawah S: 3 T: Hilang timbul
DO :
- Pasien tampak meringis
- Pasien tanpak Gelisah
- TTV = TD 124/70 mmHg, N 87x/mnt, RR 20x/mnt, S 36°C, SPO2 98%.
Analisa Data
No Data Etiologi Problem
1. DS : Agen Nyeri akut
- Pasien mengeluh nyeri P: Nyeri Perut Q: seperti teremas pencedera (D.0077)
remas R: di perut bawah S: 3 T: Hilang timbul Biologis
DO :
- Pasien tampak meringis
- Pasien tanpak Gelisah
- TTV = TD 124/70 mmHg, N 87x/mnt, RR 20x/mnt, S
36°C, SPO2 98%.
2 DS : Resiko
- Pasien mengatakan mengeluarkan darah sudah 1 minggu Pendarahan
yang lalu (D.0012)
DO :
- Terdapat darah di softek pasien
- Pasien tanpak pucat
- Pasien tanpak lemas
Diagnosa keperawatan
1. Nyeri akut b.d agen pencedera biologis
2. Resiko perdarahan di tandai dengan komlikasi kehamilan
Intervensi
No Dx Tujuan Intervensi
1 Nyeri akut b.d Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri (I.08238)
agen Keperawatan - Identifikasi PQRS
pencederaan selama 1 x 5 jam, nyeri akut - Fasilitasi istirahat dan tidur
Bioligis klien teratasi dengan - Jelaskan strategi meredakan nyeri
(D.0077) Kriteria hasil : - Kolaborasi pemberian analgesik jika
a. Tingkat nyeri menurun perlu
dari skala 1 menjadi
skala 3 (L.08066)
b. Status kenyamanan
meningkat dari skala 2
menjadi 4 (L.08064)
2 Resiko Setelah dilakukan tindakan Pencegahan Pendarahan
Pendarahan di Keperawatan (I.02067)
tandai dengan selama 1 x 5 jam, - Monitor tanda dan gejala
komlikasi Pendarahan klien dapat pendarahan
kehamilan teratasi dengan Kriteria - Pertahankan bed rest selama
hasil pendarahan
a. Kelembapan membran - Anjurkan segera melapor jika
mukosa Meningkat terjadi pendarahan
dari skala 3 menjadi 4 - Kolaborasi pemberian obat untuk
b. Kelembapan kulit mengontrol pendarahan, Jika perlu
Meningkat dari skala 3
menjadi 4
c. Hemoglobin Meningkat
dari skala 3 menjadi 4
Implementasi
No Waktu Dx Implementasi Respon TTD
1 20/6/ 18.00 Mengidentifikasi S: Edo
2022 PQRST - Pasien mengeluh nyeri P: Nyeri
Perut Q: seperti teremas remas R: di
perut bawah S: 3 T: Hilang timbul
O:
1 - Pasien tampak meringis
- Pasien tanpak Gelisah
- TTV = TD 124/70 mmHg, N
87x/mnt, RR 20x/mnt, S 36°C, SPO2
98%.