Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN KASUS TATALAKSANA PADA Ny.

T USIA 28
TAHUN P2A0 AKSEPTOR KB KONTRASEPSI SUNTIK 3
BULAN DENGAN MENORRHAGIA DI PUSKEMAS
KEDUNGMUNDU KOTA SEMARANG

Artikel Ilmiah

Oleh
NURUL KOMARIYAH
NIM. G3E021028

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2022
PERNYATAAN PERSETUJUAN

Artikel Ilmiah Dengan Judul

LAPORAN KASUS TATALAKSANA PADA Ny. T USIA 28


TAHUN P2A0 AKSEPTOR KB KONTRASEPSI SUNTIK 3
BULAN DENGAN MENORRHAGIA DI PUSKEMAS
KEDUNGMUNDU KOTA SEMARANG

Telah diperiksa dan disetujui untuk dipublikasikan

Semarang, 05 Juli 2022

Pembimbing

Novita Nining Anggraini, S. ST, M. Kes


LAPORAN KASUS TATALAKSANA PADA Ny. T USIA 28
TAHUN P2A0 AKSEPTOR KB KONTRASEPSI SUNTIK 3
BULAN DENGAN MENORRHAGIA DI PUSKEMAS
KEDUNGMUNDU KOTA SEMARANG

Nurul Komariyah1, Novita Nining Anggraini 2


Program Studi Pendidikan Profesi Kebidanan, Profesi Kebidanan,
Universitas Muhammadiyah Semarang
Email: nurulkomariyah7787@gmail.com

ABSTRAK

Masalah Utama, metode kontrasepsi suntik 3 bulan memiliki presentase efek samping
gangguan menstruasi (2,9%,), salah satu gangguan menstruasi yaitu menorrhagia. Dikatakan
menorrhargia apabila perdarahan melampaui 7 hari atau terlalu deras (>80 ml). Etiologi menorrhagia
antara lain ketidak simbangan hormon, suatu kondisi organik uterus, atau mungkin terjadi tanpa ada
kelainan yang nyata pada uterus. Adapun masalah kasus ini yaitu pada Ny. T usia 28 tahun P2A0,
akseptor KB kontrasepsi suntik 3 bulan dengan menorrhagia. Tujuan, untuk melakukan tatalaksana
pada Akseptor KB Kontrasepsi Suntik 3 Bulan dengan menorrhagia di Puskesmas Kedungmundu.
Ruang lingkupnya, akseptor kontrasepsi duntik 3 bulan dengan menorrhagia didaerah kerja puskesmas
kedungmundu. Metode yang di gunakan adalah metode deskriptif, jenis laporan tugas akhir adalah
studi kasus (case study). Hasil dari tatalaksana pada kasus Akseptor KB Kontrasepsi Suntik 3 Bulan
dengan menorrhagia yang dilakukan pengkajian sejak tanggal 22 April 2022 sampai dengan 16 Juni
2022, dilakukan 4 kali pengkajian kunjungan ulang. Pada kasus ini diberikan terapi POK, merupakan
pengobatan menorrhagia akibat kontrasepsi progestin, sehingga menorrhagia menjadi menurun secara
signifikan dan siklus menstruasi normal kembali. Simpulan, bahwa penulis dapat melakukan
tatalaksana pada kasus Akseptor KB Kontrasepsi Suntik 3 Bulan dengan menorrhagia di Puskesmas
Kedungmundu sesuai dengan menggunakan 7 langkah varney, serta tidak terdapat kesenjangan pada
teori dan praktik.

Kata kunci: Kontrasepsi, DMPA, Menorrhagia


ABSTRACT

The main problem, the 3-month injectable contraceptive method has a percentage of side
effects of menstrual disorders (2.9%), one of which is menorrhagia. Menorrhargia is said if the
bleeding lasts more than 7 days or is too heavy (> 80 ml). The etiology of menorrhagia includes
hormonal imbalance, an organic condition of the uterus, or it may occur without any obvious
abnormalities in the uterus. The problem in this case is Mrs. T 28 years old P2A0, acceptor of 3-month
injectable contraception with menorrhagia. The aim is to carry out treatment for 3 Months Injectable
Contraceptive KB Acceptors with menorrhagia at the Kedungmundu Health Center. The scope of this
is a 3 month injection contraceptive acceptor with menorrhagia in the working area of the
Kedungmundu Public Health Center. The method used is descriptive method, the type of final project
report is a case study. The results of the treatment in the case of the 3-Month Injectable Contraceptive
KB Acceptor with menorrhagia were reviewed from April 22, 2022 to June 16, 2022, 4 review visits
were carried out. In this case, POK therapy was given, which is a treatment for menorrhagia due to
progestin contraceptives, so that the menorrhagia significantly decreased and the menstrual cycle
returned to normal. The conclusion is that the author can treat the case of a 3-month injectable
contraceptive KB acceptor with menorrhagia at the Kedungmundu Health Center in accordance with
the 7 steps of Varney, and there are no gaps in theory and practice.

Keywords: Contraceptive, DMPA, Menorrhagia


PENDAHULUAN

Menurut (World Health Organization, 2016) Keluarga Berencana adalah


tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk menghindari
kelahiran yang tidak diinginkan/direncanakan. Indonesia sebagai salah satu negara
berkembang di dunia yang terus mengalami peningkatan laju penduduk setiap
tahunnya. Hasil estimasi jumlah jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2020 adalah
sebesar 271.066.366 jiwa yang terdiri atas 136.142.501 jiwa penduduk laki-laki dan
134.923.865 jiwa penduduk perempuan.

Berdasarkan Data dan Informasi (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia,


2021) peserta KB aktif Pasangan Usia Subur (PUS) sebesar 67,6%. Angka ini
meningkat dibandingkan tahun 2019 sebesar 63,31%. Pola pemilihan jenis alat
kontrasepsi pada tahun 2020 bahwa sebagian besar akseptor memilih menggunakan
metode suntik sebesar 72,9%.

Menurut Data dan Informasi (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2019)
Jumlah PUS sebanyak 6.652.451 pasang. Dari seluruh PUS yang ada, sebesar 73,5%
adalah peserta KB aktif. Pada peserta KB aktif, sebagian besar memilih alat
kontrasepsi suntik sebanyak 58,4%. Cakupan peserta KB aktif Provinsi Jawa Tengah
tahun 2019 sebesar 73,5%, relative menurun bila dibandingkan pencapaian tahun
2018 yaitu 73,7%.

Berdasarkan Data dan Informasi (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah,


2019) Cakupan Peserta KB Aktif Terhadap PUS menurut Kabupaten dengan
cakupan tertinggi adalah Batang yaitu 81,1%, Kota dengan cakupan terendah adalah
Kota Pekalongan yaitu 65,1%.. Sedangkan untuk Kabupaten/Kota semarang berada di
cakupan pertengahan yaitu kabupaten semarang 72,6% dan kota semarang 77,5%.

Salah satu metode kontrasepsi modern dengan menggunakan suntik yang


paling sering digunakan adalah DMPA (Depo Medroxy Progesteron Acetat) yang
berasal dari hormon alamiah progesterone. DMPA diberikan setiap 3 bulan dengan
dosis 150 mg (Hartanto, 2018). Metode kontrasepsi suntik 3 bulan memiliki
presentase efek samping yaitu gangguan menstruasi (2,9%), kenaikan berat badan
(2,7%), perdarahan (0,3%), penurunan berat badan (0,2%), dan mual (0,2%) (Affandi,
2012).

Berdasarkan studi pendahuluan di Puskesmas Kedungmundu Semarang pada


bulan januari hingga maret tahun 2022 pengguna akseptor KB kontrasepsi
keseluruhan sebanyak 455 orang. Akseptor KB kontrasepsi suntik 3 bulan dengan
total 401 orang (88,13%), yang mengalami efek samping gangguan menstruasi
sebanyak 65 orang (16,23%) yaitu menorrhagia sebanyak 3 orang (0,78%). Meskipun
demikian kondisi tersebut tetap membutuhkan perhatian untuk tatalaksananya.

Masalah seputar gangguan menstruasi salah satunya adalah menorrhagia.


Menorrhagia adalah istilah medis untuk perdarahan menstruasi yang berlebihan.
Dalam satu siklus menstruasi normal, perempuan rata-rata kehilangan sekitar 30-40
ml darah selama sekitar 5-7 hari haid. Bila perdarahan melampaui 7 hari atau terlalu
deras (melebihi 80 ml), maka dikategorikan menorrhagia atau menstruasi berat
(Sinaga, 2017). Penyebab menorrhagia antara lain ketidak seimbangan hormonal,
adanya tumor fibroid rahim, polip serviks, polip endometrium, radang
panggul, atau yang lebih parah adalah adanya kanker serviks, kanker
endometrium, atau gangguan penggumpalan darah. Penyebab lain dari menorrhagia
adalah pelayanan keluarga berencana diantaranya mengunakan kontrasepsi hormonal
yang berupa suntik progestin (Nadia, 2021).

Hasil penelitian yang dilakukan (Taqiyah, Jama, & Hasraeni, 2020) Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara pemakaian kontrasepsi
suntik dengan kejadian menorrhagia pada akseptor KB di Puskesmas Tompobulu
Kabupaten Gowa. Hasil penelitian lain yang dilakukan (Sriprasert & Pakrashi, 2017)
melaporkan bahwa penyebab menorrhagia sangat dipengaruhi kondisi dalam uterus
atau mungkin terjadi tanpa ada kelainan yang nyata pada uterus.

TUJUAN tugas akhir ini untuk melakukan tatalaksana pada Akseptor KB


Kontrasepsi Suntik 3 Bulan dengan menorrhagia di Puskesmas Kedungmundu.

METODE yang di gunakan tugas akhir ini adalah metode deskriptif, jenis laporan
tugas akhir adalah studi kasus (case study).

PEMBAHASAN Data subjektif yang ditemukan pada tanggal 22 April 2022 jam
08.30 WIB pada kunjungan ulang KB terdapat keluhan yaitu ibu mengatakan
mengalami menstruasi terus. Hal ini sesuai dengan teori (Nina, 2013) bahwa rata-rata
yang mengalami keluhan karna efek samping dari kontrasepsi suntik 3 bulan yaitu
gangguan menstruasi, salah satunya adalah menorrhagia atau menstruasi yang terus
menerus. Berdasarkan hasil penelitian (Adawiyah, 2019) Mekanisme perdarahan
terkait penggunaan DMPA tidak sepenuhnya dipahami. Salah satu mekanisme
perdarahan tersebut diduga karena paparan endometrium secara terus menerus
terhadap dosis progesteron yang konstan. Aktivitas matrix metalloproteinase -9
(MMP -9) meningkat pada pengguna DMPA..

Data objektif ditemukan pada hasil pemeriksaan fisik pada mata didapatkan
Simetris, bersih, tidak ada sekret, konjungtiva pucat (anemis), sklera putih, pupil
isokor, penglihatan normal. Berdasarkan hasil penelitian (Dewi, 2020) bahwa hasil
pemeriksaan laboratorium sebelum tindakan menunjukkan bahwa mayoritas pasien
(59.8%) menderita anemia dengan rata-rata hemoglobin 10.79 (±2.40) mg/dL pada
sebagian besar pasien dengan AUB (66.9%). Sedangkan pada pemeriksaan genetalia
didapatkan vulva kemerahan, penyebaran mons pubis merata, bersih, ada pengeluaran
darah bewarna merah segar, encer, ada sedikit gumpalan darah, ada aroma berbau
seperti darah atau sedikit metalik, dan tidak ada tanda-tanda PMS. Berdasarkan hasil
penelitian (Wantania, 2018) bahwa pemeriksaan inspeksi pada genetalia cukup untuk
menegakkan diagnosis menorrahgia pada kebanyakan pasien.

Analisis data dalam kasus ini yaitu Ny. T usia 28 tahun P2A0, akseptor KB
kontrasepsi suntik 3 bulan dengan menorrhagia 26 hari. Untuk menegakkan
Assessment ini dapat dilihat dari hasil data subjektif dan objektif. Responden
menggunakan kontrasepsi suntik 3 bulan yang berarti bahwa Depo provera
mengandung 150 mg, DMPA Yang diberikan setiap 3 bulan dengan cara disuntikan
intramuskuler (IM) di daerah bokong (Rusmini, 2017). Menorrhagia itu sendiri yaitu
bentuk gangguan siklus menstruasi tetap teratur, jumlah darah yang dikeluarkan
cukup banyak dan terlihat dari jumlah pembalut yang dipakai dan gumpalan
darahnya, dalam pembalut ukuran besar bisa menampung darah ± 30- 40 cc
(Manuaba, 2013). Sedangkan dikategorikan menorrhagia dapat dilihat dari tanda-
tandanya menurut (Affandi, 2012) yaitu perdarahan yang banyak dan kadang terdapat
gumpalan darah, perlu mengganti pembalut > 6 kali per hari, lama menstruasi > 6
hari, mengganggu aktifitas rutin sehari-hari serta kelelahan, lemas, atau nafas pendek
(gejala anemia).teori ini sejalan pula dengan hasil penelitian (Adawiyah, 2019) bahwa
menorrhagia didefinisikan sebagai perdarahan atau bercak selama delapan hari atau
lebih dalam sebulan.

Untuk penatalaksanaan pada kasus ini penulis melakukan penatalaksanaan


menorrhagia yaitu dengan membina hubungan baik dengan ibu dan keluarga, jelaskan
hasil pemeriksaan pada ibu, jelaskan kembali efek samping KB suntik 3 bulan,
memberikan informasi pada ibu tentang keluhan yang dirasakan merupakan gangguan
siklus menstruasi berupa menorrhagia, berikan dukungan moril, anjurkan untuk
mengganti kontrasepsi lain, jelaskan tentang Pil kombinasi, berikan informed consent,
anjurkan untuk konsumsi makan-makanan yang mengandung zat besi, anjurkan untuk
mengurangi kelelahan fisik dan stress psikologis, anjurkan untuk kunjungan ulang
dan dokumentasikan hasil tindakan. Penatalaksanaan ini sesuai dengan teori menurut
(Rusmini, 2017) yaitu salah satunya jelaskan pada klien tentang Menorrhagia yang
dialaminya, beri dukungan moril pada ibu, anjurkan untuk mengganti kontrasepsi
lain, berikan kontrasepsi pil kombinasi selama 3 bulan, anjurkan untuk mengurangi
kelelahan fisik dan stress psikologis dan anjurkan pada ibu untuk kontrol ulang
sampai perdarahan berhenti atau membaik. Sejalan pula dengan hasil penelitian
(Adawiyah, 2019) bahwa Strategi pengelolaan wanita dengan PUA akibat
penggunaan kontrasepsi progesteron hanya meliputi konseling, pemberian estrogen
supplemental dan atau non steroidal anti inflammatory drug (NSAID) selama episode
perdarahan.

HASIL dari pembahasan mulai dari pengkajian data subjektif dan objektif hingga
menentukan asassment dan memberikan penatalaksanaan pada kasus menorrhagia
sudah sesuai antara teori dan praktik dilahan. Tidak ada kesenjangan yang berarti
dalam memeberikan tatalaksan pada pelayanan KB kontrasepsi Suntik 3 bulan
dengan Menorrhagia.

SIMPULAN Laporan kasus pada Ny. T usia 28 tahun dengan menorrhagia di


Puskesmas Kedungmundu telah dilakukan sesuai 7 langkah varney dan dituangkan
kedalam SOAP. Pengkajian pengumpulan data subjektif dan objektif telah dilaksanakan
dengan pengumpulan semua data menurut lembar format yang tersedia melalui teknik
wawancara dan observasi sistematik pada laporan kasus akseptor KB kontrasepsi suntik 3
bulan dengan menorrhagia. Analsis data telah ditegakkan berdasarkan data yang didapat
pada langkah pertama laporan kasus akseptor KB kontrasepsi suntik 3 bulan dengan
menorrhagia. Penatalaksanaan berupa perencanaan, intervensi dan evaluasi pada laporan
kasus akseptor KB kontrasepsi suntik 3 bulan dengan menorrhagia, tidak ada
kesenjangan antara teori dan penatalaksanaan yang diberikan pada Ny.T . Dapat
disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaaan atau kesenjangan pada teori dan praktik pada
laporan kasus akseptor KB kontrasepsi suntik 3 bulan dengan menorrhagia.

DAFTAR PUSTAKA

Adawiyah, D. (2019). Efektivitas Pil Oral Kombinasi Dosis Rendah dalam


Pengelolaan Perdarahan Uterus Abnormal pada Akseptor DMPA, 2 No.2, 137–
142.
Affandi. (2012). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: PT. Bina
Pustaka Sarwono.
Dewi, S. (2020). GAMBARAN KLINIS DAN HISTOPATOLOGI KASUS-KASUS
ABNORMAL UTERINE BLEEDING DI RUMAH SAKIT SUMBER WARAS.
Jurnal Bakti Masyarakat Indonesia, Vol 3, No.
https://doi.org/http://dx.doi.org/10.24912/jbmi.v3i1.9427
Hartanto Hanafi. (2018). Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta: CV.
Muliasari.
Manuaba. (2013). ilmu kebidanan, penyakit kandungan, dan KB untuk pendidikan
bidan (2nd ed.). Jakarta: EGC.
Nadia. (2021). Kesehatan Reproduksi Dan Keluarga Berencana (KB). Yogyakarta:
Gosyen Publishing.
Nina, dkk. (2013). Keluarga Berencana Dan Alat Kontrasepsi. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Rusmini. (2017). Pelayanan KB dan Kesehatan Reproduksi Berbasis Evidence
Based. Jakarta: Trans Info Media.
Sinaga. (2017). Manajemen Kesehatan Menstruasi. Jakarta: Iwwash.
Sriprasert, I., & Pakrashi, T. (2017). Heavy menstrual bleeding diagnosis and medical
management, 1–8. https://doi.org/10.1186/s40834-017-0047-4
Taqiyah, Y., Jama, F., & Hasraeni. (2020). Penggunaan Alat Kontrasepsi Suntik dan
Gangguan Perdarahan Menstruasi pada Akseptor KB di Puskesmas Tompobulu
Yusrah Taqiyah, 11(April), 2015–2017.
Wantania. (2018). Perdarahan uterus abnormal - menoragia. Jurnal Biomedik (JBM),
Volume 8, 135–142.
World Health Organization. (2016). Keluarga Berencana In : Reproduction Health
and Research. World Health Organization.

Anda mungkin juga menyukai