Anda di halaman 1dari 19

HUBUNGAN KB SUNTIK 2 BULAN DENGAN SIKLUS

MENSTRUASI PADA WUS DI PMB SRI PURHARYANI


KECAMATAN GIRIMARTO KABUPATEN WONOGIRI

NASKAH PUBLIKASI

Oleh :
Nur Zilawati
32020125

PROGRAM STUDI SARJANA KEBIDANAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
ESTU UTOMO
BOYOLALI, 2020
HUBUNGAN KB SUNTIK 2 BULAN DENGAN SIKLUS MENSTRUASI
PADA WUS SI PMB SRI PURHARYANI KECAMATAN GIRIMARTO
KABUPATEN WONOGIRI TAHUN 2022
Nur Zilawati
Latar Belakang : DKT Indonesia meluncurkan Kb suntik 2 bulan pada Mei 2021,
dengan kelebihan membuat siklus menstruasi menjadi teratur.Di Indonesia
kontrasepsi suntik menempati urutan pertama, untuk Kabupaten Wonogiri jumlah
wanita pengguna KB suntik sebanyak 77.635 WUS tahun 2018, 77.526 WUS
tahun 2019 dan 71.686 WUS tahun 2020. Tujuan : untuk mengetahui adanya
hubungan antara Kb suntik 2 bulan dengan siklus menstruasi pada WUS di PMB
Sri Purharyani tahun 2022. Metode Penelitian : penelitian ini menggunakan
metode kuantitatif dengan rancangan korelasional pada WUS yang memakai Kb
suntik 2 bulan sebanyak 2 kali penyuntikan atau lebih. Jumlah populasi pada
penelitian ini sebanyak 150 WUS, jumlah sampel sebanyak 41 WUS dengan
tehnik Acidental sampling untuk pengambilan sampel. Hasil : usia WUS sebagian
besar yaitu 17 WUS (42%) berumur 20-29 tahun dan sebagian kecil yaitu 9 WUS
(21%) berumur 40-49 tahun. Pekerjaan WUS sebagian besar yaitu 16 WUS (39%)
bekerja sebagai pekerja pabrik dan sebagian kecil yaitu 3 WUS (7%) bekerja
sebagai guru. Sebagian besar dari WUS mendapatkan >2 kali suntikan yaitu 22
WUS (54%) dan sebagian kecil WUS yaitu 19 WUS (46%) mendapatkan suntikan
sebanyak 2 kali. Sebagian besar dari WUS mendapatkan Siklus Menstruasi teratur
yaitu 27 WUS (66%) dan sebagian kecil WUS yaitu 14 WUS (34%) mendapatkan
siklus menstruasi tidak teratur. Pada hubungan Kb suntik 2 bulan dengan siklus
menstruasi didapatkan hasil tidak ada hubungan. Kesimpulan : tidak ada
hubungan antara Kb suntik 2 bulan dengan siklus menstruasi pada WUS dengan
nilai p 0,747 > 0,05.
Kata Kunci : Kb suntik 2 bulan, Siklus Menstruasi

THE RELATIONSHIP OF 2 MONTHS INJECTING KB WITH


MENSTRUAL CYCLE IN WUS SI PMB SRI PURHARYANI, GIRIMARTO
DISTRICT, WONOGIRI REGENCY IN 2022
Nur Zilawati
Background: DKT Indonesia launched 2-month injectable contraceptives in May
2021, with the advantage of making menstrual cycles regular. In Indonesia,
injectable contraception ranks first, for Wonogiri Regency the number of women
using injectable contraceptives is 77,635 WUS in 2018, 77,526 WUS in 2019 and
71,686 WUS in 2020 . Objective: The purpose of this study was to determine the
relationship between 2-month injectable contraceptives and the menstrual cycle in
WUS at PMB Sri Purharyani in 2022. Research methods: This study uses a
quantitative method with a correlational design in WUS who use 2-month Kb
injections for 2 or more injections. The total population in this study was 150
WUS, the number of samples was 41 WUS with Acidental sampling technique for

1
sampling. Results : Most of the WUS age are 17 WUS (42%) aged 20-29 years
and a small portion are 9 WUS (21%) aged 40-49 years. The majority of WUS
jobs are 16 WUS (39%) working as factory workers and a small part, namely 3
WUS (7%) working as teachers. Most of the WUS received >2 injections, namely
22 WUS (54%) and a small proportion of WUS, namely 19 WUS (46%) received
2 injections. Most of WUS have regular menstrual cycles, namely 27 WUS (66%)
and a small proportion of WUS, namely 14 WUS (34%) have irregular menstrual
cycles. In the relationship between 2 months of injectable contraceptives and the
menstrual cycle, the results showed no relationship. Conclusion: there is no
relationship between 2-month injections of Kb with menstrual cycle in WUS with
p value 0.747 > 0.05.
Keywords: 2 months injection, Menstrual Cycle

PENDAHULUAN
Indonesia merupakan salah satu negara dengan penduduk terbanyak keempat
di dunia. Indonesia diprediksi akan mendapat “bonus demografi”, yaitu bonus
yang dinikmati suatu negara sebagai akibat dari besarnya proporsi penduduk
produktif (rentang usia 15-64 tahun) dalam evolusi kependudukan yang
dialaminya, yang diperkirakan terjadi pada tahun 2020- 2030. Untuk
mempersiapkan kondisi ini, maka pemerintah perlu mengantispasi masalah-
masalah yang mungkin terjadi, diantaranya dengan program Keluarga Berencana
(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2015).
Di Indonesia kontrasepsi suntik menempati urutan pertama, dalam
penggunaan kontrasepsi suntik petugas kesehatan harus menjelaskan efektifitas,
keuntungan, kerugian, indikasi dan kontraindikasi pada calon akseptor KB suntik.
Efektifias kontrasepsi suntik adalah (99% dan100%) dalam mencegah kehamilan.
Walaupun mempunyai efektifitas tinggi dan pelaksanaannya mudah, kontrasepsi
suntik mempunyai efek samping terutama mengganggu siklus menstruasi.
Kenaikan berat badan juga merupakan salah satu efek samping yang sering
dikeluhkan oleh akseptor KB suntik. Beberapa wanita juga mengeluh timbulnya
jerawat di wajah (Susanti, 2013).
Kekurangan lain dari kontrasepsi suntik adalah terganggunya pola haid
diantaranya adalah amenorhea, sakit kepala, menorhagia dan muncul bercak
(spotting), terlambatnya kembali kesuburan setelah penghentian pemakaian,

2
peningkatan berat badan. Gangguan menstruasi paling sering terjadi. Setelah satu
atau dua tahun penyuntikan akan terjadi amenorhea pada kebanyakan wanita
(Saifuddin, 2016).
Kb suntik 2 bulan memiliki keefektifan dalam mencegah kehamilan hingga
99,9 persen. Dengan kandungan kombinasi hormon medroxyprogesteron acecate
dan estradional cypionate yang dirancang sedemikian rupa sehingga akseptor Kb
Suntik 2 bulan tetap bisa mendapatkan menstruasi secara lancar setiap bulan dan
pada saat berhenti menggunakan Kb suntik 2 bulan bisa langsung kembali subur.
Meskipun demikian Kb suntik 2 bulan juga memiliki efek samping seperti nyeri
perut, acne, allopecia, tidak menstruasi, nyeri/kencang pada payudara,
menurunnya libido, depresi, pusing, nyeri haid, emosi yang labil, nyeri kepala,
mual, dan bertambahnya berat badan. Tetapi efek samping tersebut tidak berlaku
untuk semua akseptor Kb suntik 2 bulan, ada beberapa faktor penyebab yang
menjadi pendukung timbulnya efek samping tersebut diperlukan penelitian lebih
lanjut (DKT Indonesia, 2021).
Kb suntik 2 bulan merupakan alat kontrasepsi jenis baru. Dosis pada KB
suntik 2 bulan lebih tinggi dari pada KB suntik 1 bulan sehingga interval waktu
penyuntikan akan lebih panjang, nama lain kb suntik 2 bulan yaitu gestin F2.
(CNN Indonesia, 2021).
WHO (2017) menyatakan bahwa pengguna kontrasepsi suntik secara
universal didunia pada tahun 2016 yaitu sebanyak 57,4%. Di Wilayah ASIA,
prevalensi penggunaan kontrasepsi suntik meningkat sebesar 10,6%. Menurut
Badan Pusat Statistic (2021) jumlah wanita usia subur pada tahun 2018 6,5jt,
tahun 2019 6,6 jt, dan ditahun 2020 menurun menjadi 6,5 lagi. Dari jumlah
tersebut yang mengikuti KB di tahun 2020 sebanyak 58,73%. Data di Jawa
Tengah menunjukkan, jumlah peserta KB pada tahun 2021 sebanyak 4,7jt wanita,
dari angka tersebut sebanyak 2,7jt wanita mengikuti KB Suntik (BKKBN Jawa
Tengah, 2020).
Sedangkan di Kabupaten Wonogiri jumlah wanita yang mengikuti KB suntik
yaitu sebanyak 77.635 WUS pada tahun 2018, 77.526 WUS pada tahun 2019 dan
71.686 WUS pada tahun 2020. Ini adalah data KB suntik 1 bulan dan 3 bulan di

3
Kabupaten Wonogiri 3 tahun terakhir, dikarenakan studi pendahuluan dilakukan
pada bulan Januari tahun 2022 untuk data pengguna KB tahun 2021 masih dalam
proses rekap. Termasuk KB suntik 2 bulan yang dikeluarkan dari DKT bulan
Maret tahun 2021 data pengguna KB suntik 2 bulan belum tersedia.
Di PMB Sri Purharyani Kecamatan Girimarto Kabupaten Wonogiri awal
penggunaan Kb suntik 2 bulan adalah pada bulan Mei tahun 2021. Jumlah
pengguna Kb suntik 2 bulan dari Mei 2021 hingga Maret tahun 2022 adalah
sejumlah 410 WUS. Rata-rata setiap bulan ada 41 WUS yang menjadi akseptor
Kb suntik 2 bulan.
Berdasarkan studi awal di PMB Sri Purharyani Kecamatan Girimarto
Kabupaten Wonogiri pada bulan Januari tahun 2022, dalam satu bulan terakhir
terdapat WUS paling banyak masih menggunakan KB suntik 3 bulan yaitu
sebanyak 55 orang, mereka mengeluhkan mengalami siklus menstruasi yang tidak
teratur dan ingin pindah ke KB suntik 2 bulan karena ingin mendapatkan siklus
menstruasi yang teratur. WUS yang sebelumnya menggunakan KB suntuk 1 bulan
ingin pindah ke KB suntik 2 bulan karena jaraknya cukup panjang dan sama sama
bisa mengalami menstruasi yang teratur. Akseptor KB Suntik 2 bulan pada bulan
Januari tahun 2022 sebanyak 40 WUS.
Pada penyuntikan pertama Kb suntik 2 bulan WUS sudah mendapatkan flek-
flek, pada penyuntikan kedua rata-rata masih flek dan mendapatkan mens darah
segar sedikit (sekitar setengah hari), lalu setelah tiga kali atau lebih penyuntikan
WUS mengatakan sudah bisa mendapatkan mens meskipun kadang hanya 2 hari
saja. Namun tidak semua WUS dengan penyuntikan KB suntik 2 bulan bisa
langsung mendapatkan haid, para WUS yang sudah menjadi akseptor KB suntik 3
bulan lebih dari 5 tahun memerlukan waktu yang lebih lama untuk mendapatkan
mens yang teratur. Ada juga WUS yang mengeluhkan bisa mendapatkan mens 2
bulan sekali menjelang jadwal suntik KB 2 bulan ulang. Penerimaan hormonal
pada masing-masing WUS berbeda-beda.
Berdasarkan dengan hal diatas, maka peneliti perlu dan ingin melakukan
penelitian tentang hubungan Kb suntik 2 bulan dengan siklus menstruasi WUS di
PMB Sri Purharyani Kecamatan Girimarto Kabupaten Wonogiri tahun 2022.

4
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan rancangan
Corelational. Penelitian korelasional merupakan penelitian yang dimaksudkan
untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara dua atau beberapa variabel. Ciri
dari penelitian korelasiaonal adalah bahwa penelitian tersebut tidak menuntut
subyek penelitian yang terlalu banyak (Arikunto, 2010). Penelitian ini
menggunakan pendekatan cross sectional yaitu jenis penelitian yang menekankan
pada waktu pengukuran atau observasi data variabel independen dan dependen
hanya satu kali pada saat itu juga (Nursalam, 2013). Penelitian ini untuk mencari
hubungan KB suntik 2 bulan dengan siklus menstruasi WUS di PMB Sri
Purharyani Girimarto Wonogiri tahun 2022.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis Univariat
a. Karakteristik Usia dan Pekerjaan WUS

Tabel 4.1
Distribusi Usia WUS
NO Menurut Umur Jumlah

N %

1. 20-29 17 42 %

2. 30-39 15 37 %

3. 40-49 9 21 %

Jumlah 41 100 %

NO Menurut Umur Jumlah

N %

1. IRT 8 20 %

2. Pedagang 14 34 %

3. Pekerja Pabrik 16 39 %

4. Guru 3 7%

Jumlah 41 100 %

5
Sumber : data primer ( kuesioner penelitian )

Berdasarkan Tabel 4.1 pada distribusi frekuensi usia WUS menunjukkan


bahwa sebagian besar dari WUS yaitu 17 WUS (42%) berumur 20-29 tahun. Dan
Sebagian kecil yaitu 9 WUS (21%) berumur 40-49 tahun. Pada distribusi
frekuensi pekerjaan WUS menunjukkan bahwa sebagian besar dari WUS yaitu 16
WUS (39%) bekerja sebagai pekerja pabrik. Dan Sebagian kecil yaitu 3 WUS
(7%) bekerja sebagai guru.
b. Kb Suntik 2 Bulan

Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Kb Suntik 2 Bulan
NO Kb Suntik 2 Bulan Jumlah

N %

1. 2 kali penyuntikan 19 46%

2. > 2 kali penyuntikan 22 54%

Jumlah 41 100 %

Sumber : data primer ( kuesioner penelitian )

Berdasarkan Tabel 4.2 menunjukkan bahwa sebagian besar dari WUS


mendapatkan lebih dari 2 kali suntikan Kb suntik 2 bulan yaitu sebesar 22 WUS
(54%). Dan Sebagian kecil WUS yaitu 19 WUS (46%) mendapatkan suntikan Kb
suntik 2 bulan sebanyak 2 kali.
c. Siklus Menstruasi WUS

Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi Siklus Menstruasi WUS
NO Siklus Menstruasi WUS Jumlah

N %

1. Teratur 27 66 %

2. Tidak Teratur 14 34%

6
Jumlah 41 100 %

Sumber : data primer ( kuesioner penelitian )

Berdasarkan Tabel 4.3 menunjukkan bahwa sebagian besar dari WUS


mendapatkan Siklus Menstruasi teratur yaitu 27 WUS (66%). Dan Sebagian kecil
WUS yaitu 14 WUS (34%) mendapatkan siklus menstruasi tidak teratur.
Pembahasan
1. Karakteristik Responden

Hasil dari pengumpulan data mengenai karakteristik WUS berdasarkan umur


dijelaskan bahwa WUS sebagian besar berusia 20-29 tahun sebanyak 17 WUS
(42%), sebagian WUS lainnya berusia 30-39 tahun sebanyak 15 WUS (37%), dan
9 WUS (21%) berusia 40-49 tahun. Dikutip dari Hotnida (2020) tentang
Perubahan Siklus Menstruasi Berdasarkan Usia yaitu siklus haid umur 20-an
biasanya menjadi lebih teratur, yakni sekitar 21-35 hari (rata-rata 28 hari), dan
setiap periode berlangsung selama 2-7 hari. Di rentang usia ini, puncak kesuburan
seorang wanita. Berdasarkan data penelitian rata-rata WUS yang berusia 20-29
tahun mengalami siklus menstruasi 21-35 hari yaitu sebanyak 16 WUS.
Menstruasi merupakan proses alamiah yang terjadi pada perempuan. Menstruasi
merupakan suatu perdarahan yang teratur dari uterus sebagai tanda bahwa organ
kandungan telah berfungsi matang. Siklus menstruasi normal terjadi setiap 22-35
hari dengan lama menstruasi selama 2-7 hari (Kusmiran, 2014). Dikutip
berdasarkan Rizal Fadli (2021) tentang Perbedaan Siklus Menstruasi Normal Dan
Siklus Menstruasi Tidak Normal siklus menstruasi WUS dikatakan normal
apabila siklus yang sama terjadi pada tiga kali periode menstruasi. Berdasarkan
data penelitian 3 WUS dengan kelompok usia 40-49 tahun tidak mengalami
menstruasi karena pada usia ini jumlah estrogen yang diproduksi ovarium mulai
berkurang dan mungkin tidak berovulasi secara teratur. Dikutip berdasarkan
Hotnida (2020) tentang Perubahan Siklus Menstruasi Berdasarkan Usia, siklus
haid usia 40 tahun ke atas juga bisa ditandai dengan menstruasi yang tidak datang
setiap bulan.

7
Hasil dari pengumpulan data mengenai karakteristik WUS berdasarkan
pekerjaan, sebagian besar WUS bekerja sebagai perkerja pabrik sebanyak 16
WUS (39%) dan kelompok WUS paling kecil bekerja sebagai Guru sebanyak 3
WUS (7%). WUS yang bekerja secara otomatis akan menyandang predikat ganda,
yaitu sebagai ibu rumah tangga dan tentunya sebagai pekerja penuh. Kelelahan
kerja merupakan suatu kondisi dimana tubuh mengalami penurunan pada
performa kerja dan berkurangnya tenaga untuk melakukan suatu kegiatan
(Cahyani, 2016). Menurut Kartikawati (2017) wanita yang bekerja sebagai
pekerja penuh akan beresiko mengalami masalah kesehatan reproduksi, salah
satunya adalah masalah siklus menstruasi. Secara teori stres memiliki hubungan
dengan terganggunya siklus mentruasi. Stresor dapat meningkatkan resiko siklus
menstruasi WUS menjadi lebih panjang arau lebih pendek bahkan bisa tidak
terjadi menstruasi rutin setiap bulannya. Stres pada seseorang akan memicu
pelepasan hormon kortisol dalam tubuh seseorang, biasanya hormon kortisol ini
dijadikan tolak ukur untuk melihat derajat stres seorang. Semakin stres seseorang,
kadar kortisol dalam tubuhnya akan semakin tinggi.
2. Kb Suntik 2 Bulan

Kb suntik 2 bulan adalah jenis Kb baru yang dikeluarkan oleh DKT Indonesia
pada Mei 2021. Menurut DKT Indonesia ada beberapa keunggulan yang diperoleh
pada penggunaan Kb suntik 2 bulan yaitu setelah suntikan dihentikan tingkat
kesuburan bisa normal kembali, menstruasi tetap lancar tiap bulannya karena
kandungan hormon kombinasi yang terdapat pada Kb suntik 2 bulan yakni
medroxyprogesteron acecate dan estradional cypionate. Pada WUS kunjungan
ulang Kb suntik 3 bulan yang mengeluhkan tidak mendapatkan menstruasi dan Kb
suntik 1 bulan mengeluhkan jadwal ulang suntik yang sangat cepat yaitu 28 hari,
PMB Sri Purharyani memberikan konseling bahwa ada Kb suntik baru yaitu Kb
suntik 2 bulan dengan keuntungan bisa mendapatkan siklus menstruasi secara
lancar dan jadwal kunjungan suntik lebih lama yaitu 2 bulan. Sebanyak 19 WUS
(46%) mendapatkan suntikan Kb suntik 2 bulan sebanyak 2 kali, rata-rata dari 19
WUS tersebut mendapatkan siklus menstruasi yang teratur. Sesuai dengan teori
DKT Indonesia (2021) dengan penggunaan Kb suntik 2 bulan menstruasi tetap

8
lancar tiap bulannya karena kandungan hormon kombinasi yang terdapat pada Kb
suntik bulan yakni medroxyprogesteron acecate dan estradional cypionate.
Sebanyak 22 WUS (54% mendapatkan suntikan Kb suntik 2 bulan lebih dari 2
penyuntikan. Rata-rata dari 22 WUS tersebut mendapatkan siklus menstruasi yang
tidak teratur. Sesuai dengan teori DKT Indonesia (2021) bahwa siklus haid akan
berubah pada penggunaan Kb suntik 2 bulan dalam jangka waktu lama.
Kebanyakan wanita yang menggunakan kontrasepsi ini mengalami perubahan
pola haidnya, menjadi amenorhea setelah menggunakan kontrasepti suntik 2
bulan selama satu tahun. Perubahan pola haid bisa berupa haid yang sering, haid
yang tidak teratur, haid yang jarang sampai amenorhea ( DKT Indonesia, 2021).
3. Siklus Menstruasi WUS

Hasil dari pengumpulan data WUS mengenai siklus menstruasi, 27 WUS


(66%) termasuk dalam kategori siklus menstruasi normal yaitu antara 22-35 hari.
Jika dilihat pada data induk penelitian 27 WUS tersebut berada pada rentang usia
20-29 tahun. Hal ini sesuai dengan teori yang dikutip dari jurnal Hotnida (2020)
tentang Perubahan Siklus Menstruasi Berdasarkan Usia, siklus menstruasi pada
usia 20-an biasanya lebih teratur, yakni sekitar 21-35 hari (rata-rata 28 hari), dan
setiap periode berlangsung selama 2-7 hari. Di rentang usia ini, puncak kesuburan
seorang wanita berada. Dan 14 WUS (34%) termasuk dalam kategori siklus
menstruasi tidak normal yaitu berada pada rentanng kurang dari 22 hari dan lebih
dari 35 hari. Dari 14 WUS tersebut terdapat 4 WUS yang mendapatkan siklus
menstruasi 0 hari. dilihat pada data induk penelitian WUS tersebut berada pada
rentang usia 40-49 tahun. Hal ini sesuai dengan teori yang dikutip dari jurnal
Hotnida (2020) tentang Perubahan Siklus Menstruasi Berdasarkan Usia, mulai
usia 40-an, jumlah estrogen yang diproduksi ovarium mulai berkurang. Mungkin
tidak berovulasi secara teratur. Masa perimenopause ini dapat berlangsung dari
beberapa bulan hingga lebih dari 10 tahun sebelum periode menstruasi terakhir.
Gejala perimenopause yang paling umum adalah perubahan siklus menstruasi.
Yakni, menstruasi yang lebih lama, lebih pendek, lebih berat, atau tidak
mendapatkan menstruasi sama sekali. Siklus haid usia 40 tahun ke atas juga bisa
ditandai dengan menstruasi yang tidak datang setiap bulan. Selain itu menurut

9
DKT Indonesia (2021) efek samping yang ditimbulkan dari penggunaan Kb suntik
2 bulan jangka panjang adalah perubahan siklus menstruasi. Kebanyakan wanita
yang menggunakan kontrasepsi ini mengalami perubahan pola haidnya menjadi
amenorhea setelah menggunakan kontrasepsi suntik 2 bulan. Perubahan pola haid
bisa berupa haid yang sering, haid yang tidak teratur, haid yang jarang sampai
amenorhea.
4. Hubungan Kb Suntik 2 Bulan Dengan Siklus Menstruasi WUS

Hasil pengumpulan data pada analisa bivariat diketahui sebanyak 22 WUS


(54%) telah melakukan penyuntikan Kb suntik 2 bulan lebih dari 2 kali, 14 WUS
(64%) mendapatkan siklus menstruasi secara teratur dan 8 (36%) mendapatkan
siklus menstruasi tidak teratur. 19 WUS (19%) melakukan penyuntikan Kb suntik
2 bulan sebanyak 2 kali penyuntikan, 13 WUS (68%) mendapatkan siklus
menstruasi secara teratur dan 6 WUS (32%) mendapatkan siklus menstruasi tidak
teratur.
Berdasarkan analisis data yaitu hasil Uji Chi-Square menggunakan aplikasi
program SPSS diperoleh hasil p value 0,747>0,05, maka hasil perhitungan SPSS
didapatkan bahwa tidak ada hubungan antara Kb Suntik 2 bulan dengan siklus
menstruasi WUS di PMB Sri Purharyani tahun 2022.
Menurut DKT Indonesia (2021) ada beberapa keunggulan dari Kb suntik 2
bulan diantaranya adalah setelah suntikan dihentikan tingkat kesuburan bisa
normal kembali, menstruasi tetap lancar tiap bulannya karena kandungan hormon
kombinasi yang terdapat pada Kb suntik bulan yakni medroxyprogesteron
acecate dan estradional cypionate. Namun pada uji Chi Square tidak didapatkan
hasil adanya hubungan Kb suntik 2 bulan dengan siklus menstruasi pada WUS.
Namun ada beberapa faktor yang mungkin menjadi penyebab dari
ketidakteraturan siklus menstruasi WUS pada penelitian ini. Salah satunya adalah
jika dilihat berdasarkan data induk hasil penelitian, pada WUS yang mendapatkan
suntikan Kb suntik 2 bulan dengan 2 kali penyuntikan ada 6 WUS yang
mendapatkan menstruasi tidak teratur. Dari 6 WUS tersebut rata-rata WUS
berusia 40-49 tahun. Dikutip berdasarkan Hotnida (2020) tentang Perubahan
Siklus Menstruasi Berdasarkan Usia, mulai usia 40-an, jumlah estrogen yang

10
diproduksi ovarium mulai berkurang. Mungkin tidak berovulasi secara teratur.
Masa perimenopause ini dapat berlangsung dari beberapa bulan hingga lebih dari
10 tahun sebelum periode menstruasi terakhir. Gejala perimenopause yang paling
umum adalah perubahan siklus menstruasi, salah satunya adalah menstruasi yang
tidak datang setiap bulan. Dari faktor usia tersebut bisa menjadi penyebab siklus
haid menjadi tidak teratur.
Selain usia pekerjaan juga bisa menjadi faktor yang mempengaruhi siklus
menstruasi. Berdasarkan data induk hasil penelitian sebagian besar WUS bekerja
sebagai buruh pabrik yaitu 16 WUS (39%). Pekerja pabrik secara otomatis akan
menyandang predikat ganda, yaitu sebagai ibu rumah tangga dan tentunya sebagai
pekerja penuh. WUS pekerja pabrik akan mengalami kelelahan kerja yang akan
berpengaruh pada siklus menstruasinya menjadi tidak teratur. Kelelahan kerja
merupakan suatu kondisi dimana tubuh mengalami penurunan pada performa
kerja dan berkurangnya tenaga untuk melakukan suatu kegiatan (Cahyani, 2016).
Selain itu, aktivitas fisik yang berlebih banyak mengalami siklus menstruasi tidak
teratur dibandingkan dengan aktivitas fisik yang normal. Para WUS pekerja
pabrik harus bekerja selama 10 jam setiap hari didalam pabrik, belum lagi dengan
pekerjaan rumah sebagai seorang ibu. Aktivitas fisik adalah segala macam gerak
yang membutuhkan energi. Aktivitas fisik dengan intensitas sedang dan berat
berhubungan dengan siklus menstruasi yang tidak teratur (Simbolon, 2016). Stres
juga bisa menjadi salah satu faktor mungkin penyebab siklus menstruasi tidak
teratur. Secara teori tingkat stres memiliki hubungan dengan terganggunya siklus
mentruasi. Stres pada seseorang akan memicu pelepasan hormon kortisol dalam
tubuh seseorang. Biasanya hormon kortisol ini dijadikan tolak ukur untuk melihat
derajat stres seorang. Semakin stres seseorang, kadar kortisol dalam tubuhnya
akan semakin tinggi. Ini disebabkan karena stres yang dialami mempengaruhi
kerja hormon kortisol diatur oleh hipotalamus otak dan kelenjar pituitary
(Kartikawati, 2017).
Jadi dapat disimpulkan jika penyebab siklus menstruasi WUS menjadi tidak
teratur bisa disebabkan oleh beberapa faktor penyebab tidak hanya penggunaan
Kb suntik 2 bulan yang menyebabkan siklus menstruasi menjadi lancar setiap

11
bulannya. Keunggulan Kb suntik 2 bulan yang dikemukakan oleh DKT Indonesia
mungkin tidak sesuai dengan hasil Uji Chi Square pada penelitian ini.

PENUTUP
Penelitian yang dianalisis statistik telah dilakukan tentang Hubungan Kb Suntik 2
Bulan dengan Siklus Menstruasi WUS dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Karakteristik meliputi umur dan pekerjaan. Karakteristik umur sebagian besar


WUS yaitu 17 WUS (42%) berada diusia 20-29 tahun dan sisanya sebagian
kecil WUS berada diusia 40-49 tahun yaitu 9 WUS (21%). Untuk karakteristik
pekerjaan sebagian besar WUS yaitu 16 WUS (39%) bekerja sebagai buruh
pabrik dan sebagian kecil yaitu 3 WUS (7%) bekerja sebagai guru.
2. Kb Suntik 2 Bulan sebagian besar WUS yaitu 22 WUS (54%) telah melakukan
penyuntikan Kb Suntik 2 Bulan lebih dari dua kali penyuntikan dan sisanya 19
WUS (46%) melakukan penyuntikan Kb suntik 2 bulan dua kali.
3. Siklus menstruasi sebagian besar WUS yaitu 27 WUS (66%) mendapatkan
siklus menstruasi dalam kategori teratur yaitu berada pada siklus 22-35 hari
dan sebagian lainnya 14 WUS (35%) mendapatkan siklus menstruasi kategori
tidak teratur yaitu berada pada siklus kurang dari 22 hari dan lebih dari 35 hari.
4. Berdasarkan analisis statistik data dari hasil uji Chi Square menggunakan
aplikasi program SPSS diperoleh hasil perhitungan p-value 0,747>0,05. Maka
dari hasil perhitungan SPSS didapatkan hasil Ho diterima sehingga tidak ada
hubungan antara Kb suntik 2 bulan dengan siklus menstruasi WUS di PMB Sri
Purharyani Kecamatan Girimarto Kabupaten Wonogiri tahun 2022.

DAFTAR PUSTAKA
Afiyanti, Yati & Anggi Pratiwi. (2016) .”Seksualitas dan Kesehatan Reproduksi
Perempuan”.Jakarta: Rajawali Pers

Andrian, R. (2019). Perbandingan Perubahan Siklus Haid Sebagai Efek Terhadap


Pemakaian Kontrasepsi Suntik Hormonal Kombinasi Suntikan Per 1 Bulan,
Suntikan Per 2 Bulan, dan Suntikan Per 3 Bulan.

12
Andriana,Nana Aldriana,Andria. (2018) .”Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Siklus Menstruasi pada mahasiswi di Universitas Pasir Pengaraian”. Jurnal
Maternity and Neonatal Vol 2 No 5

BKKBN. (2012).Pedoman Pelayanan KB dalam Jaminan Kesehatan Masyarakat.

BKKBN. (2013) Laporan Peserta KB Aktif Tahun 2013. Jakarta: BKKBN


Jakarta. 2013

Christita O, Wagiyo. (2017) Efek Penggunaan Alat Kontrasepsi Pil dan Suntik 3
Bulan Terhadap Status Gizi dan Tekanan Darah pada Akseptor KB di
Puskesmas Kedungmundu Semarang. Jurnal Kesehatan STIKES Tegalrejo.

CNN Indonesia "(2021) Mengenal KB Suntik 2 Bulan untuk Cegah Kehamilan"


https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20210427135118-255-
635355/mengenal-kb-suntik-2-bulan-untuk-cegah-kehamilan/2.diakses pada
28 januari 2022

Dahlan, Sopiyudin, (2014). Statistik Untuk Kedokteran Dan Kesehatan Edisi 6.


Jakarta,.Salmba.Medika.

Dewi, Nilda Syntia. (2012) .”Biologi Reproduksi”.Yogyakarta: Pustaka Rihama.

EMC Health Care. (2020 ). Penyebab Dan Cara Mengatasi Siklus Menstruasi
Tidak Teratur.

Handayani, S. (2016). Buku Ajar Pelayanan Keluarga Berencana. Pustaka


Rihama.

Hardisman. 2014. Pengantar Kesehatan reproduksi Seksologi dan Embriologi


dalam Kajian Ilmu Kedeokteran dan Al-Qur’an. Yogyakarta: Gosyen
Publising.

Hartanto H. 2012. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta: Pustaka sinar


harapan.

Haryono, Rudi. (2016) .“Siap Menghadapi Menstruasi &


Menopause”. Yogyakarta, Gosyen Publishing

Hidayat. (2011). Metode penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis


Data. Jakarta: Salemba Medika.

Hotnida. (2020). Perubahan Siklus Menstruasi Berdasarkan Usia.

13
Hyejin P, Kisok K. 2013. Associations between oral contraceptive use and risks of
hypertension and prehypertension in a cross-sectional study of Korean
women: BMC Women’s Health.

Irianto K. 2014. Pelayanan Keluarga Berencana Dua Anak Cukup. Bandung:


Alfabeta.

Irianto, Koes. (2014) .”Panduan Lengkap : Biologi Reproduksi Manusia (Human


Reproductive Biology) untuk paramedis dan non-paramedis”. Bandung,
Alfabeta.

Jannati. (2015). Hubungan Lama Pemakaian Alat Kontrasepsi Suntikan Dengan


Gangguan Siklus Menstruasi Pada Akseptor KB Di Puskesmas Peukan Bada
Kabupaten Aceh Besar.

Kartikawati, Sri Lestari & Apriza Irma Sari. (2017) .”Hubungan Tingkat Stres
Dengan Siklus Menstruasi Pada Mahasiswa Kebidanan Tingkat Iii (Remaja
Akhir Usia 18-21 Tahun) Di Stikes Bhakti Kencana Bandung”. Dinamika
Kesehatan, Vol. 8 No. 1Kementerian Kesehatan RI. Rajin Aktivitas Fisik,
KEMENKES RI

Kawatu PAT, Korompis GEC, Kauripan BHR, Langi GG. 2012. Analisis
Hubungan Pengguna Kontrasepsi Pil dengan Kejadian Hipertensi pada
Wanita Usia Subur di Kecamatan Tombabiri. Manado: Buletin IDI.

Kemenkes RI. (2020). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2019. In Kementerian


Kesehatan Republik Indonesia. Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara.
(2020). Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Utara Tahun 2019.

Kementrian Kesehatan RI, (2015). Buku Ajar Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta :
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan.

Khamzah, S. N. (2015). Tanya Jawab Seputar Menstruasi (Hira (ed.); 1st ed.).
FlashBooks.

Kusmiran, E. (2014). Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita. Salemba


Medika.

Lisofsky, N., Mårtensson, J., Eckert, A., Lindenberger, U., Gallinat, J., & Kühn,
S. (2015). Hippocampal volume and functional connectivity changes during
the female menstrual cycle. Neuroimage, 118, 154-162.

Lutan, D., Adenin, I., Sastramihardja, H. S., Rahim, T., Yustiawati, M.,
Rochmanti, M., ... & Farid, M. F. (2019). Uji Klinik Randomisasi

14
Terkontrol–Perbandingan Efikasi, Keamanan dan Akseptibilitas antara
Kelompok Pengguna Kontrasepsi Suntikan Gestin F2 dan Gestin F3
Dibandingkan dengan Suntikan Cyclofem. Majalah Kedokteran
Nusantara: The Journal of Medical School, 52(1), 1-8.

Manuaba, Ida A.C. (2013). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan KB untuk.
Pendidikan Bidan Edisi 2. Jakarta: EGC.

Marmi. (2016). Buku Ajar Pelayanan KB. Pustaka Pelajar

Naibaho,Winny Novietta K, Slamet Riyadi, Arif Suryawan. (2014). “Hubungan


antara Tingkat Aktivitas Fisik dan Siklus Menstruasi pada Remaja di SMA
Warga Kota Surakarta” Nexus Kedokteran Komunitas Vol3./No.2

Noni W. 2017. Hubungan Penggunaan Alat Kontrasepsi Hormonal Terhadap


Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Grogol. Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Notoatmodjo, Soekidjo. (2014). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta:


Rineka Cipta.

Nugroho, T dan Utama I.B. 2014. Masalah Kesehatan Reproduksi Wanita.


Yogyakarta: Nuha Medika.

Nursalam. (2013). Konsep Dan Penerapan Metode Penelitian Keperawatan


Untuk Ilmu Kesehatan. Jakarta : Salemba Medika

Prawirohardjo, Sarwono. 2014. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Jakarta:


PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Priyanti S. 2013. Konsumsi Pil KB di Polindes Desa Kembangsari Kecamatan


Jatibanteng Situbondo. Jurnal Hospital Majapahit Vol 5 No 2.

Proverawati, A., & Maisaroh, S. (2016). Menarche Menstruasi penuh Makna.


Nuha Medika.

Regina MB, Herlina W, Rina K. 2017. Hubungan Lama Penggunaan Alat


Kontrasepsi Implan dengan Tekanan Darah pada ibu di Puskesmas Kauditan
kecamatan Kauditan Minahasa Utara. Journal Ilmiah Keperawatan5(1).
Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Sam
Ratulanggi.

Rizal Fadli.(2021). Perbedaan Siklus Haid Normal dan Tidak Normal.

15
Rohmi H, Siti Y. 2017. Perbedaan Tekanan Darah dan Indeks Masa Tubuh pada
Akseptor Suntik Kombinasi dan Suntik DMPA. Kementrian Kesehatan
Politeknik Kesehatan Surakarta Jurusan Kebidanan.

Saifuddin, A.B,. 2016. BKKBN. Depkes Yayasan Bina pustaka Sarwono


Prawirohadjo. Jakarta

Sanger OG, Loho MF, Wirasti CR. Pengaruh Suntikan Depo Medroxprogesteron
Asetat terhadap Profil Lipid. Maj obstet ginekol indones. 2008

Scanlon, V. C., & Sanders, T. (2014). The digestive system, Essential of Anatomy
and Physiology.

Silalahi, Ulber. (2012). Metode Penelitian Sosial. Bandung: PT. Refika


Aditama.
Simbolon, Purnama. (2016). “Hubungan Indeks Massa Tubuh Dengan Lama
Siklus Menstruasi Pada Mahasiswi Angkatan 2016 Fakultas Kedokteran
Universitas Lampung”. Lampung

Sinaga, R. A. P. (2021). Hubungan Lama Pemakaian KB Suntik 3 Bulan Dengan


Gangguan Menstruasi di BPS D Purba Desa Girsang. Jurnal Ilmiah
Kesehatan Vol, 13(1).

Sudayasa IP, Ershanti RSY, Linawati. (2017) Hubungan Lama Pemakaian


Kontrasepsi Oral dengan Hipertensi. Seminar Nasional Riset Kuantitatif
Terapan: Kendari.

Sugiyono (2019). Metode Penelitian pendidikan pendekatan kuantitatif,


kualitataif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Suryati, R.,, (2013). Komunikasi Kebidanan. Trans Info Media. Jakarta.

Susanti, H. A. (2015). Strategi komunikasi badan kependudukan dan keluarga


berencana nasional (bkkbn). Jurnal ASPIKOM, 2(4), 243-254.

Susanti, Heni (2013) Gambaran Karakteristik Pada Akseptor KB Metode


Kontrasepsi Jangka Panjang ( MKJP ) di Puskesmas Mergangsan
Yogyakarta Periode Januari-Juni 2013. Karya Tulis Ilmiah thesis,
Universitas Alma Ata.

Tanudjaja, L. M., Polii, H., & Wungouw, H. I. (2016). Gambaran menstruasi atlit
basket di SMAN 9 Manado. eBiomedik, 4(1).

16
Tomi P. 2016. Gambaran Efek Samping pada Akseptor Kontrasepsi Hormonal di
Puskesmas Colomadu Kabupaten Karanganyar. Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Surakarta.

World Health Organization. (2017). Regional Meeting to Strengthen Capacity in


the new WHO family planning guidelines: Towards universal reproductive
health coverage in SDGs era: World Health Organization. Regional Office
for SouthEast Asia

17
18

Anda mungkin juga menyukai