NASKAH PUBLIKASI
Oleh :
Nur Zilawati
32020125
1
sampling. Results : Most of the WUS age are 17 WUS (42%) aged 20-29 years
and a small portion are 9 WUS (21%) aged 40-49 years. The majority of WUS
jobs are 16 WUS (39%) working as factory workers and a small part, namely 3
WUS (7%) working as teachers. Most of the WUS received >2 injections, namely
22 WUS (54%) and a small proportion of WUS, namely 19 WUS (46%) received
2 injections. Most of WUS have regular menstrual cycles, namely 27 WUS (66%)
and a small proportion of WUS, namely 14 WUS (34%) have irregular menstrual
cycles. In the relationship between 2 months of injectable contraceptives and the
menstrual cycle, the results showed no relationship. Conclusion: there is no
relationship between 2-month injections of Kb with menstrual cycle in WUS with
p value 0.747 > 0.05.
Keywords: 2 months injection, Menstrual Cycle
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan salah satu negara dengan penduduk terbanyak keempat
di dunia. Indonesia diprediksi akan mendapat “bonus demografi”, yaitu bonus
yang dinikmati suatu negara sebagai akibat dari besarnya proporsi penduduk
produktif (rentang usia 15-64 tahun) dalam evolusi kependudukan yang
dialaminya, yang diperkirakan terjadi pada tahun 2020- 2030. Untuk
mempersiapkan kondisi ini, maka pemerintah perlu mengantispasi masalah-
masalah yang mungkin terjadi, diantaranya dengan program Keluarga Berencana
(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2015).
Di Indonesia kontrasepsi suntik menempati urutan pertama, dalam
penggunaan kontrasepsi suntik petugas kesehatan harus menjelaskan efektifitas,
keuntungan, kerugian, indikasi dan kontraindikasi pada calon akseptor KB suntik.
Efektifias kontrasepsi suntik adalah (99% dan100%) dalam mencegah kehamilan.
Walaupun mempunyai efektifitas tinggi dan pelaksanaannya mudah, kontrasepsi
suntik mempunyai efek samping terutama mengganggu siklus menstruasi.
Kenaikan berat badan juga merupakan salah satu efek samping yang sering
dikeluhkan oleh akseptor KB suntik. Beberapa wanita juga mengeluh timbulnya
jerawat di wajah (Susanti, 2013).
Kekurangan lain dari kontrasepsi suntik adalah terganggunya pola haid
diantaranya adalah amenorhea, sakit kepala, menorhagia dan muncul bercak
(spotting), terlambatnya kembali kesuburan setelah penghentian pemakaian,
2
peningkatan berat badan. Gangguan menstruasi paling sering terjadi. Setelah satu
atau dua tahun penyuntikan akan terjadi amenorhea pada kebanyakan wanita
(Saifuddin, 2016).
Kb suntik 2 bulan memiliki keefektifan dalam mencegah kehamilan hingga
99,9 persen. Dengan kandungan kombinasi hormon medroxyprogesteron acecate
dan estradional cypionate yang dirancang sedemikian rupa sehingga akseptor Kb
Suntik 2 bulan tetap bisa mendapatkan menstruasi secara lancar setiap bulan dan
pada saat berhenti menggunakan Kb suntik 2 bulan bisa langsung kembali subur.
Meskipun demikian Kb suntik 2 bulan juga memiliki efek samping seperti nyeri
perut, acne, allopecia, tidak menstruasi, nyeri/kencang pada payudara,
menurunnya libido, depresi, pusing, nyeri haid, emosi yang labil, nyeri kepala,
mual, dan bertambahnya berat badan. Tetapi efek samping tersebut tidak berlaku
untuk semua akseptor Kb suntik 2 bulan, ada beberapa faktor penyebab yang
menjadi pendukung timbulnya efek samping tersebut diperlukan penelitian lebih
lanjut (DKT Indonesia, 2021).
Kb suntik 2 bulan merupakan alat kontrasepsi jenis baru. Dosis pada KB
suntik 2 bulan lebih tinggi dari pada KB suntik 1 bulan sehingga interval waktu
penyuntikan akan lebih panjang, nama lain kb suntik 2 bulan yaitu gestin F2.
(CNN Indonesia, 2021).
WHO (2017) menyatakan bahwa pengguna kontrasepsi suntik secara
universal didunia pada tahun 2016 yaitu sebanyak 57,4%. Di Wilayah ASIA,
prevalensi penggunaan kontrasepsi suntik meningkat sebesar 10,6%. Menurut
Badan Pusat Statistic (2021) jumlah wanita usia subur pada tahun 2018 6,5jt,
tahun 2019 6,6 jt, dan ditahun 2020 menurun menjadi 6,5 lagi. Dari jumlah
tersebut yang mengikuti KB di tahun 2020 sebanyak 58,73%. Data di Jawa
Tengah menunjukkan, jumlah peserta KB pada tahun 2021 sebanyak 4,7jt wanita,
dari angka tersebut sebanyak 2,7jt wanita mengikuti KB Suntik (BKKBN Jawa
Tengah, 2020).
Sedangkan di Kabupaten Wonogiri jumlah wanita yang mengikuti KB suntik
yaitu sebanyak 77.635 WUS pada tahun 2018, 77.526 WUS pada tahun 2019 dan
71.686 WUS pada tahun 2020. Ini adalah data KB suntik 1 bulan dan 3 bulan di
3
Kabupaten Wonogiri 3 tahun terakhir, dikarenakan studi pendahuluan dilakukan
pada bulan Januari tahun 2022 untuk data pengguna KB tahun 2021 masih dalam
proses rekap. Termasuk KB suntik 2 bulan yang dikeluarkan dari DKT bulan
Maret tahun 2021 data pengguna KB suntik 2 bulan belum tersedia.
Di PMB Sri Purharyani Kecamatan Girimarto Kabupaten Wonogiri awal
penggunaan Kb suntik 2 bulan adalah pada bulan Mei tahun 2021. Jumlah
pengguna Kb suntik 2 bulan dari Mei 2021 hingga Maret tahun 2022 adalah
sejumlah 410 WUS. Rata-rata setiap bulan ada 41 WUS yang menjadi akseptor
Kb suntik 2 bulan.
Berdasarkan studi awal di PMB Sri Purharyani Kecamatan Girimarto
Kabupaten Wonogiri pada bulan Januari tahun 2022, dalam satu bulan terakhir
terdapat WUS paling banyak masih menggunakan KB suntik 3 bulan yaitu
sebanyak 55 orang, mereka mengeluhkan mengalami siklus menstruasi yang tidak
teratur dan ingin pindah ke KB suntik 2 bulan karena ingin mendapatkan siklus
menstruasi yang teratur. WUS yang sebelumnya menggunakan KB suntuk 1 bulan
ingin pindah ke KB suntik 2 bulan karena jaraknya cukup panjang dan sama sama
bisa mengalami menstruasi yang teratur. Akseptor KB Suntik 2 bulan pada bulan
Januari tahun 2022 sebanyak 40 WUS.
Pada penyuntikan pertama Kb suntik 2 bulan WUS sudah mendapatkan flek-
flek, pada penyuntikan kedua rata-rata masih flek dan mendapatkan mens darah
segar sedikit (sekitar setengah hari), lalu setelah tiga kali atau lebih penyuntikan
WUS mengatakan sudah bisa mendapatkan mens meskipun kadang hanya 2 hari
saja. Namun tidak semua WUS dengan penyuntikan KB suntik 2 bulan bisa
langsung mendapatkan haid, para WUS yang sudah menjadi akseptor KB suntik 3
bulan lebih dari 5 tahun memerlukan waktu yang lebih lama untuk mendapatkan
mens yang teratur. Ada juga WUS yang mengeluhkan bisa mendapatkan mens 2
bulan sekali menjelang jadwal suntik KB 2 bulan ulang. Penerimaan hormonal
pada masing-masing WUS berbeda-beda.
Berdasarkan dengan hal diatas, maka peneliti perlu dan ingin melakukan
penelitian tentang hubungan Kb suntik 2 bulan dengan siklus menstruasi WUS di
PMB Sri Purharyani Kecamatan Girimarto Kabupaten Wonogiri tahun 2022.
4
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan rancangan
Corelational. Penelitian korelasional merupakan penelitian yang dimaksudkan
untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara dua atau beberapa variabel. Ciri
dari penelitian korelasiaonal adalah bahwa penelitian tersebut tidak menuntut
subyek penelitian yang terlalu banyak (Arikunto, 2010). Penelitian ini
menggunakan pendekatan cross sectional yaitu jenis penelitian yang menekankan
pada waktu pengukuran atau observasi data variabel independen dan dependen
hanya satu kali pada saat itu juga (Nursalam, 2013). Penelitian ini untuk mencari
hubungan KB suntik 2 bulan dengan siklus menstruasi WUS di PMB Sri
Purharyani Girimarto Wonogiri tahun 2022.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis Univariat
a. Karakteristik Usia dan Pekerjaan WUS
Tabel 4.1
Distribusi Usia WUS
NO Menurut Umur Jumlah
N %
1. 20-29 17 42 %
2. 30-39 15 37 %
3. 40-49 9 21 %
Jumlah 41 100 %
N %
1. IRT 8 20 %
2. Pedagang 14 34 %
3. Pekerja Pabrik 16 39 %
4. Guru 3 7%
Jumlah 41 100 %
5
Sumber : data primer ( kuesioner penelitian )
Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Kb Suntik 2 Bulan
NO Kb Suntik 2 Bulan Jumlah
N %
Jumlah 41 100 %
Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi Siklus Menstruasi WUS
NO Siklus Menstruasi WUS Jumlah
N %
1. Teratur 27 66 %
6
Jumlah 41 100 %
7
Hasil dari pengumpulan data mengenai karakteristik WUS berdasarkan
pekerjaan, sebagian besar WUS bekerja sebagai perkerja pabrik sebanyak 16
WUS (39%) dan kelompok WUS paling kecil bekerja sebagai Guru sebanyak 3
WUS (7%). WUS yang bekerja secara otomatis akan menyandang predikat ganda,
yaitu sebagai ibu rumah tangga dan tentunya sebagai pekerja penuh. Kelelahan
kerja merupakan suatu kondisi dimana tubuh mengalami penurunan pada
performa kerja dan berkurangnya tenaga untuk melakukan suatu kegiatan
(Cahyani, 2016). Menurut Kartikawati (2017) wanita yang bekerja sebagai
pekerja penuh akan beresiko mengalami masalah kesehatan reproduksi, salah
satunya adalah masalah siklus menstruasi. Secara teori stres memiliki hubungan
dengan terganggunya siklus mentruasi. Stresor dapat meningkatkan resiko siklus
menstruasi WUS menjadi lebih panjang arau lebih pendek bahkan bisa tidak
terjadi menstruasi rutin setiap bulannya. Stres pada seseorang akan memicu
pelepasan hormon kortisol dalam tubuh seseorang, biasanya hormon kortisol ini
dijadikan tolak ukur untuk melihat derajat stres seorang. Semakin stres seseorang,
kadar kortisol dalam tubuhnya akan semakin tinggi.
2. Kb Suntik 2 Bulan
Kb suntik 2 bulan adalah jenis Kb baru yang dikeluarkan oleh DKT Indonesia
pada Mei 2021. Menurut DKT Indonesia ada beberapa keunggulan yang diperoleh
pada penggunaan Kb suntik 2 bulan yaitu setelah suntikan dihentikan tingkat
kesuburan bisa normal kembali, menstruasi tetap lancar tiap bulannya karena
kandungan hormon kombinasi yang terdapat pada Kb suntik 2 bulan yakni
medroxyprogesteron acecate dan estradional cypionate. Pada WUS kunjungan
ulang Kb suntik 3 bulan yang mengeluhkan tidak mendapatkan menstruasi dan Kb
suntik 1 bulan mengeluhkan jadwal ulang suntik yang sangat cepat yaitu 28 hari,
PMB Sri Purharyani memberikan konseling bahwa ada Kb suntik baru yaitu Kb
suntik 2 bulan dengan keuntungan bisa mendapatkan siklus menstruasi secara
lancar dan jadwal kunjungan suntik lebih lama yaitu 2 bulan. Sebanyak 19 WUS
(46%) mendapatkan suntikan Kb suntik 2 bulan sebanyak 2 kali, rata-rata dari 19
WUS tersebut mendapatkan siklus menstruasi yang teratur. Sesuai dengan teori
DKT Indonesia (2021) dengan penggunaan Kb suntik 2 bulan menstruasi tetap
8
lancar tiap bulannya karena kandungan hormon kombinasi yang terdapat pada Kb
suntik bulan yakni medroxyprogesteron acecate dan estradional cypionate.
Sebanyak 22 WUS (54% mendapatkan suntikan Kb suntik 2 bulan lebih dari 2
penyuntikan. Rata-rata dari 22 WUS tersebut mendapatkan siklus menstruasi yang
tidak teratur. Sesuai dengan teori DKT Indonesia (2021) bahwa siklus haid akan
berubah pada penggunaan Kb suntik 2 bulan dalam jangka waktu lama.
Kebanyakan wanita yang menggunakan kontrasepsi ini mengalami perubahan
pola haidnya, menjadi amenorhea setelah menggunakan kontrasepti suntik 2
bulan selama satu tahun. Perubahan pola haid bisa berupa haid yang sering, haid
yang tidak teratur, haid yang jarang sampai amenorhea ( DKT Indonesia, 2021).
3. Siklus Menstruasi WUS
9
DKT Indonesia (2021) efek samping yang ditimbulkan dari penggunaan Kb suntik
2 bulan jangka panjang adalah perubahan siklus menstruasi. Kebanyakan wanita
yang menggunakan kontrasepsi ini mengalami perubahan pola haidnya menjadi
amenorhea setelah menggunakan kontrasepsi suntik 2 bulan. Perubahan pola haid
bisa berupa haid yang sering, haid yang tidak teratur, haid yang jarang sampai
amenorhea.
4. Hubungan Kb Suntik 2 Bulan Dengan Siklus Menstruasi WUS
10
diproduksi ovarium mulai berkurang. Mungkin tidak berovulasi secara teratur.
Masa perimenopause ini dapat berlangsung dari beberapa bulan hingga lebih dari
10 tahun sebelum periode menstruasi terakhir. Gejala perimenopause yang paling
umum adalah perubahan siklus menstruasi, salah satunya adalah menstruasi yang
tidak datang setiap bulan. Dari faktor usia tersebut bisa menjadi penyebab siklus
haid menjadi tidak teratur.
Selain usia pekerjaan juga bisa menjadi faktor yang mempengaruhi siklus
menstruasi. Berdasarkan data induk hasil penelitian sebagian besar WUS bekerja
sebagai buruh pabrik yaitu 16 WUS (39%). Pekerja pabrik secara otomatis akan
menyandang predikat ganda, yaitu sebagai ibu rumah tangga dan tentunya sebagai
pekerja penuh. WUS pekerja pabrik akan mengalami kelelahan kerja yang akan
berpengaruh pada siklus menstruasinya menjadi tidak teratur. Kelelahan kerja
merupakan suatu kondisi dimana tubuh mengalami penurunan pada performa
kerja dan berkurangnya tenaga untuk melakukan suatu kegiatan (Cahyani, 2016).
Selain itu, aktivitas fisik yang berlebih banyak mengalami siklus menstruasi tidak
teratur dibandingkan dengan aktivitas fisik yang normal. Para WUS pekerja
pabrik harus bekerja selama 10 jam setiap hari didalam pabrik, belum lagi dengan
pekerjaan rumah sebagai seorang ibu. Aktivitas fisik adalah segala macam gerak
yang membutuhkan energi. Aktivitas fisik dengan intensitas sedang dan berat
berhubungan dengan siklus menstruasi yang tidak teratur (Simbolon, 2016). Stres
juga bisa menjadi salah satu faktor mungkin penyebab siklus menstruasi tidak
teratur. Secara teori tingkat stres memiliki hubungan dengan terganggunya siklus
mentruasi. Stres pada seseorang akan memicu pelepasan hormon kortisol dalam
tubuh seseorang. Biasanya hormon kortisol ini dijadikan tolak ukur untuk melihat
derajat stres seorang. Semakin stres seseorang, kadar kortisol dalam tubuhnya
akan semakin tinggi. Ini disebabkan karena stres yang dialami mempengaruhi
kerja hormon kortisol diatur oleh hipotalamus otak dan kelenjar pituitary
(Kartikawati, 2017).
Jadi dapat disimpulkan jika penyebab siklus menstruasi WUS menjadi tidak
teratur bisa disebabkan oleh beberapa faktor penyebab tidak hanya penggunaan
Kb suntik 2 bulan yang menyebabkan siklus menstruasi menjadi lancar setiap
11
bulannya. Keunggulan Kb suntik 2 bulan yang dikemukakan oleh DKT Indonesia
mungkin tidak sesuai dengan hasil Uji Chi Square pada penelitian ini.
PENUTUP
Penelitian yang dianalisis statistik telah dilakukan tentang Hubungan Kb Suntik 2
Bulan dengan Siklus Menstruasi WUS dapat disimpulkan sebagai berikut :
DAFTAR PUSTAKA
Afiyanti, Yati & Anggi Pratiwi. (2016) .”Seksualitas dan Kesehatan Reproduksi
Perempuan”.Jakarta: Rajawali Pers
12
Andriana,Nana Aldriana,Andria. (2018) .”Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Siklus Menstruasi pada mahasiswi di Universitas Pasir Pengaraian”. Jurnal
Maternity and Neonatal Vol 2 No 5
Christita O, Wagiyo. (2017) Efek Penggunaan Alat Kontrasepsi Pil dan Suntik 3
Bulan Terhadap Status Gizi dan Tekanan Darah pada Akseptor KB di
Puskesmas Kedungmundu Semarang. Jurnal Kesehatan STIKES Tegalrejo.
EMC Health Care. (2020 ). Penyebab Dan Cara Mengatasi Siklus Menstruasi
Tidak Teratur.
13
Hyejin P, Kisok K. 2013. Associations between oral contraceptive use and risks of
hypertension and prehypertension in a cross-sectional study of Korean
women: BMC Women’s Health.
Kartikawati, Sri Lestari & Apriza Irma Sari. (2017) .”Hubungan Tingkat Stres
Dengan Siklus Menstruasi Pada Mahasiswa Kebidanan Tingkat Iii (Remaja
Akhir Usia 18-21 Tahun) Di Stikes Bhakti Kencana Bandung”. Dinamika
Kesehatan, Vol. 8 No. 1Kementerian Kesehatan RI. Rajin Aktivitas Fisik,
KEMENKES RI
Kawatu PAT, Korompis GEC, Kauripan BHR, Langi GG. 2012. Analisis
Hubungan Pengguna Kontrasepsi Pil dengan Kejadian Hipertensi pada
Wanita Usia Subur di Kecamatan Tombabiri. Manado: Buletin IDI.
Kementrian Kesehatan RI, (2015). Buku Ajar Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta :
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan.
Khamzah, S. N. (2015). Tanya Jawab Seputar Menstruasi (Hira (ed.); 1st ed.).
FlashBooks.
Lisofsky, N., Mårtensson, J., Eckert, A., Lindenberger, U., Gallinat, J., & Kühn,
S. (2015). Hippocampal volume and functional connectivity changes during
the female menstrual cycle. Neuroimage, 118, 154-162.
Lutan, D., Adenin, I., Sastramihardja, H. S., Rahim, T., Yustiawati, M.,
Rochmanti, M., ... & Farid, M. F. (2019). Uji Klinik Randomisasi
14
Terkontrol–Perbandingan Efikasi, Keamanan dan Akseptibilitas antara
Kelompok Pengguna Kontrasepsi Suntikan Gestin F2 dan Gestin F3
Dibandingkan dengan Suntikan Cyclofem. Majalah Kedokteran
Nusantara: The Journal of Medical School, 52(1), 1-8.
Manuaba, Ida A.C. (2013). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan KB untuk.
Pendidikan Bidan Edisi 2. Jakarta: EGC.
15
Rohmi H, Siti Y. 2017. Perbedaan Tekanan Darah dan Indeks Masa Tubuh pada
Akseptor Suntik Kombinasi dan Suntik DMPA. Kementrian Kesehatan
Politeknik Kesehatan Surakarta Jurusan Kebidanan.
Sanger OG, Loho MF, Wirasti CR. Pengaruh Suntikan Depo Medroxprogesteron
Asetat terhadap Profil Lipid. Maj obstet ginekol indones. 2008
Scanlon, V. C., & Sanders, T. (2014). The digestive system, Essential of Anatomy
and Physiology.
Tanudjaja, L. M., Polii, H., & Wungouw, H. I. (2016). Gambaran menstruasi atlit
basket di SMAN 9 Manado. eBiomedik, 4(1).
16
Tomi P. 2016. Gambaran Efek Samping pada Akseptor Kontrasepsi Hormonal di
Puskesmas Colomadu Kabupaten Karanganyar. Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
17
18