Anda di halaman 1dari 6

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY.

Y UMUR 43 TAHUN P2A0 AKSEPTOR LAMA KB


INTRA UTERINE DEVICE (IUD) DENGAN MENORRHAGIA DAN ANEMIA SEDANG
DI PUSKESMAS KEDUNGMUNDU KOTA SEMARANG

Nurul Islamiati, Nuke Devi Indrawati


Program Studi Pendidikan Profesi Bidan, Universitas Muhammadiyah Semarang
Email : nurulislamiati01@gmail.com

ABSTRAK

Intra Uterine Device (IUD) merupakan salah satu metode kontrasepsi jangka panjang yang memiliki efektifitas
tinggi. IUD juga memiliki beberapa efek samping salah satunya adalah menorrhagia. Menorrhagia merupakan
gangguan menstruasi yang ditandai dengan menstruasi lebih dari 7 hari dan jumlah darah yang keluar lebih dari 80 ml.
Di Puskesmas Kedungmundu didapatkan bahwa dari 10 akseptor KB IUD 8 diantaranya mengalami menorrhagia dan 2
akseptor haid yang normal. Tujuan penelitian ini adalah melakukan asuhan kebidanan pada Akseptor KB Intra Uterine
Device (IUD) dengan Menorrhagia dengan menggunakan pendekatan 7 langkah varney.
Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus. Lokasi studi kasus ini dilakukan di
Puskesmas Kedungmundu. Adapun yang menjadi subjek studi kasus disini adalah akseptor KB IUD yang mengalami
menorrhagia. Waktu pelaksanaan studi kasus ini dilakukan pada tanggal 06 – 27 Juni 2022. Teknik pengumpulan data
dari pemeriksaan fisik, wawancara dan pengamatan (observasi), data skunder meliputi studi dokumentasi dan studi
kepustakaan.
Asuhan yang diberikan pada kasus ini adalah pemberian asam traneksamat 500 mg 3x1 selama 7 hari untuk
mengatasi perdarahan dan tablet tambah darah 1x1 untuk membantu mengatasi anemia pada ibu, serta memberikan
dukungan moril untuk menguragi kecemasan ibu. Setelah diberikan Asuhan selama 22 hari, maka diperoleh hasil
keadaan umum baik, tidak ada masalah potensial yang muncul, ibu tidak cemas dan merasa nyaman, perdarahan
berhenti, anemia teratasi, akan tetapi ibu memilih untuk melepas IUD dan mengganti cara berKB.
Setelah diberikan asuhan kebidanan selama 22 hari, akseptor KB IUD sudah tidak mengalami menorrhagia dan
anemia sedang. Akan tetapi ibu memilih untuk melepas IUD dan mengganti cara berKB.

Kata kunci : IUD, Menorrhagia, Anemia


MIDWIFE CARE IN NY. Y AGE 43 YEARS OLD P2A0 OLD ACCEPTOR OF INTRA UTERINE
DEVICE (IUD) WITH MENORRHAGIA AND MODERATE ANEMIA IN KEDUNGMUNDU
PUSKESMAS SEMARANG CITY

Nurul Islamiati, Nuke Devi Indrawati


Midwife Professional Education Study Program, University of Muhammadiyah Semarang
Email : nurulislamiati01@gmail.com

ABSTRACT

Intra Uterine Device (IUD) is a long-term contraceptive method that has high effectiveness. IUDs also have some
side effects, one of which is menorrhagia. Menorrhagia is a menstrual disorder characterized by menstruation for more
than 7 days and the amount of blood that comes out is more than 80 ml. At the Kedungmundu Health Center, it was
found that out of 10 IUD family planning acceptors, 8 of them experienced menorrhagia and 2 had normal
menstruation. The purpose of this study was to provide midwifery care for Intra Uterine Device (IUD) acceptors with
Menorrhagia using the 7-step Varney approach.
The method used in this research is a case study. The location of this case study was conducted at the
Kedungmundu Health Center. The subjects of the case study here are IUD family planning acceptors who experience
menorrhagia. The time of the implementation of this case study was carried out on 06 – 27 June 2022. The data
collection techniques were from physical examination, interviews and observations, secondary data including
documentation studies and literature studies.
The care given in this case was the administration of tranexamic acid 500 mg 3x1 for 7 days to treat bleeding and
1x1 blood-added tablets to help overcome anemia in the mother, as well as providing moral support to reduce maternal
anxiety. After being given care for 22 days, the results were good general condition, no potential problems appeared,
the mother was not anxious and felt comfortable, the bleeding stopped, anemia was resolved, but the mother chose to
remove the IUD and change the method of family planning.
After being given midwifery care for 22 days, IUD family planning acceptors no longer experienced menorrhagia
and moderate anemia. However, the mother chose to remove the IUD and change the method of family planning.

Keywords: IUD, Menorrhagia, Anemia


PENDAHULUAN perlu dipertimbangkan antara efek sampingnya serta
kelebihan dan kekurangannya. Efek samping AKDR
Berdasarkan data World Health Organization
salah satunya yaitu terjadinya menorrhagia, yang
(WHO) tahun 2017 diantara 1,9 miliar wanita usia subur
merupakan adanya abnormalitas perdarahan saat
(15-49 tahun), 1,1 miliar diantaranya memiliki
haid/menstuasi. Penyebab menorrhagia adalah
kebutuhan menggunakan kontrasepsi, namun saat ini
ketidakseimbangan hormon, Disfungsi Ovarium,
842 juta menggunakan metode kontrasepsi modern dan
80 juta menggunakan metode tradisional, sedang 190 Uterine Fibroids, Polip, Adenomyosi, Penggunaan IUD,
juta wanita lainnya memilih untuk tidak menggunakan Komplikasi kehamilan, bawaan gangguan perdarahan,
alat kontrasepsi. Untuk kontasepsi jangka panjang, salah obat-obatan kondisi lain medis (Hanafi, 2014).
satu yang disarankan adalah Alat Kontrasepsi Dalam Banyaknya eritrosit yang keluar saat
Rahim (AKDR). Di Indonesia data statistik perdarahan bisa menimbulkan anemia, ataupun
menunjukkan 7,75 dari 100 perempuan menggunakan memperburuk keadaan pasien yang sudah didiagnosa
kontrasepsi berupa AKDR. Dari data tersebut masih anemia. Anemia adalah keadaan dimana kadar
rendahnya data pengguna AKDR di Indonesia, salah hemoglobin darah mengalami penurunan dibawah
satu penyebabnya adalah efek samping yang nilai normal yang bisa ditentukan secara laboratorik,
ditimbulkan oleh AKDR (WHO, 2021). Efek samping dan dimana keadaan massa eritrosit atau massa
yang ditimbulkan yaitu perdarahan saat haid, perforasi hemoglobin yang tersebar tidak dapat memenuhi
dinding uterus, keputihan dan ekspulsi (Marmi, 2016). fungsinya sebagai penyedia oksigen bagi jaringan
Berdasarkan data dari SDKI (2017), pemakai tubuh. Wanita dikatakan anemia jika kadar hemoglobin
alat/cara KB modern mengalami penurunan dari SDKI (Hb)<12 atau 13 mg/dL (Soebroto, 2015).
2012 60% menjadi 57% (SDKI, 2017). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ulfa (2021),
Jumlah pengguna KB Provinsi Jawa Tengah tahun Berdasarkan analisa bivariat Uji Chi-square didapatkan
2019-2021 yaitu pada tahun 2019, jumlah peserta KB hasil bahwa variabel yang berhubungan dengan
modern sebanyak 4.884.608 (73,4%) dari 6.652.248 menorrhagia dengan kadar hemoglobin pada akseptor
Pasangan Usia Subur (PUS). Peserta KB aktif yang KB AKDR (P.value 0,036 dan OR 0,174) hasilnya ada
menggunakan MKJP IUD adalah 446.327 (9,1%). Pada hubungan antara menorrhagia dengan kadar hemoglobin
tahun 2020 pengguna KB MKJP IUD mengalami pada akseptor KB AKDR di Desa Wangun Harja
kenaikan yaitu 447.567 (9,4%) dari 4.757.722 peserta Kabupaten Bekasi.
KB modern. Dan pada tahun 2021 pengguna KB MKJP Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan
IUD kembali menurun yaitu 419.097 (9,3%) dari pada tanggal 11 April – 16 April 2022 di Puskesmas
4.508.188 peserta KB modern. Dari data diatas dapat Kedungmundu dengan wawancara pada 10 akseptor KB
kita lihat bahwa pengguna KB MKJP IUD tahun 2021 Intra Uterine Device (IUD) didapatkan bahwa 8
mengalami penurunan sebesar 1% dari tahun 2020 akseptor mengalami haid selama lebih dari 7 hari dan 2
(Dinkes Provinsi Jateng, 2021). akseptor mengalami haid normal 5-7 hari. Berdasarkan
Jumlah pengguna KB Kota Semarang tahun 2019- uraian latar belakang ini maka penulis tertarik
2021 yaitu pada tahun 2019, jumlah peserta KB modern mengambil kasus dengan judul “Asuhan Kebidanan
sebanyak 199.001 (77,5%) dari 256.868 Pasangan Usia pada Akseptor KB Intra Uterine Device (IUD) dengan
Subur (PUS). Peserta KB aktif yang menggunakan Menorrhagia di Puskesmas Kedungmundu Kota
MKJP IUD adalah 21.385 (10,7%). Pada tahun 2020 Semarang”.
pengguna KB MKJP IUD mengalami kenaikan yaitu
21.854 (11,2%) dari 195.620 peserta KB modern. Pada TEMUAN KLINIS
tahun 2021 pengguna KB MKJP IUD mengalami Berdasarkan hasil kasus asuhan kebidanan yang
kenaikan yaitu 22.591 (12,9%) dari 175.603 peserta KB dilakukan pada Ny. Y umur 43 tahun P2A0 akseptor
modern. Dari data diatas dapat kita lihat bahwa lama KB IUD didapatkan temuan klinis yaitu sudah 14
pengguna KB MKJP IUD di Kota Semarang mengalami hari ibu mengalami menstruasi secara terus menerus
kenaikan sebesar 1,7% dari tahun 2020 (Disdalduk, dengan jumlah darah yang banyak, dalam 1 hari ibu
2021). mengganti pembalut 4-5 kali. Ibu sering pusing, lemes
IUD mengalami kenaikan yaitu 21.854 (11,2%) dan mata berkunang-kunang dan ibu merasa takut,
dari 195.620 peserta KB modern. Pada tahun 2021 cemas, dan tidak nyaman dengan keadaannya saat ini.
pengguna KB MKJP IUD mengalami kenaikan yaitu Berdasarkan keluhan yang ibu rasakan dan berdasarkan
22.591 (12,9%) dari 175.603 peserta KB modern. Dari hasil pemeriksaan yang dilakukan, saat ini ibu
data diatas dapat kita lihat bahwa pengguna KB MKJP mengalami Menorrhagia dan anemia sedang.
IUD di Kota Semarang mengalami kenaikan sebesar
1,7% dari tahun 2020 (Disdalduk, 2021). RIWAYAT PENYAKIT
Ada beberapa efek samping dari penggunaan Berdasarkan hasil anamnesa yang dilakukan, Ny. Y
AKDR seperti masalah perdarahan saat haid, perforasi tidak pernah menderita penyakit menurun seperti
dinding uterus, dan ekspulsi. Untuk pemakaian AKDR hipertensi, DM dan riwayat penyakit menular seperti
hepatitis, TBC dan HIV/AIDS, dan tidak ada riwayat ulang, untuk mengetahui perkembangan
penyakit degeneratif seperti tumor, cancer pada organ kondisi ibu.
reproduksi.
PEMBAHASAN
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK Berdasarkan permasalahan utama pada
Berdasarkan hasil anamnesa dan temuan kasus Asuhan Kebidanan pada Ny. Y umur 43
klinis pemeriksaan diagnostik yang dilakukan Tahun P2A0 Akseptor Lama KB IUD dengan
pada Ny. Y adalah dengan melakukan Menorrhagia di Puskesmas Kedungmundu
pemeriksaan Haematologi yang meliputi Kota Semarang, saat ini ibu sedang mengalami
hemoglobin, leukosit, trombosit, hematoktit Menorrhagia dan anemia sedang. Berdasarkan
dan eritrosit. Pemeriksaan diagnostik ini kasus penyebab dari Menorrhagia yang dialami
dilakukan untuk mengetahui apakah ibu oleh Ny. Y adalah lamanya penggunaan IUD.
mengalami anemia atau tidak. Sesuai dengan teori Purwoastuti and Walyani
Berdasarkan pemeriksaan diagnostik yang (2018), Menorrhagia dapat disebabkan oleh
sudah dilakukan didapatkan hasil sebagai hormon tidak seimbang, kista ovarium, polip,
berikut : disfungsi ovarium, penggunaan IUD, kanker
Tabel 1 Hasil pemeriksaan pemeriksaan Haematologi dan obat-obatan.
Pemeriksaa Hasil Nilai rujukan Satuan Menurut Hartanto (2013), penyebab
n menorrhagia adalah pada saat insersi. Insersi
Hemoglobin 8,3 12,0 - 16,0 g/dl IUD menyebabkan meningginya konsentrasi
Leukosit 5.500 5.000 - 10.000 /ul plasminogen aktivators (enzim yang
Trombosit 433 150 - 400 Ribu/ul memecah protein dan mengaktivir disolusi
Hematokrit 21,8 37 - 43 % dari bekuan-bekuan darah) dalam
Eritrosit 3,28 4,0 – 5,0 Juta/mm endometrium, dan enzim-enzim ini
Berdasarkan hasil pemeriksaan diagnostik menyebabkan bertambahnya aktivitas
haematologi diatas dapat disimpulkan bahwa fibrinolitik serta menghalangi pembekuan
ibu mengalami anemia sedang. darah. Akibatnya timbul perdarahan lebih
DIAGNOSIS banyak. Pengeluaran darah sering
Berdasarkan data subjektif dan data meningkat dua kali lipat pada pemakaian
objektif didapatkan diagnosa Ny. Y umur 43 IUD jenis CuT 380A hal ini disebabkan
tahun P2A0 akseptor lama KB IUD dengan ketika menstruasi, terjadi peluruhan di dinding
menorrhagia dan anemia sedang. Dimana endometrium, dan pada IUD jenis CuT 380A
timbul masalah kecemasan, khawatir, dan cara kerjanya yaitu dengan cara membuat
ketidaknyamanan pada ibu akibat menstruasi peradangan pada endometrium dan proses ini
yang lama dan banyak sehingga diberi menimbulkan perlukaan didaerah
kebutuhan pemberian dukungan moril pada endometrium, apabila IUD mengenai daerah
ibu. tersebut, maka akan menambah lama dan
Pada kasus Ny. Y umur 43 tahun P2A0 volume darah yang keluar pada saat
akseptor lama KB IUD dengan Menorrhagia menstruasi. dan mungkin sangat banyak
dan anemia sedang terdapat diagnosa potensial hingga menyebabkan anemia defisiensi besi.
yang ditimbulkan yaitu petensial terjadi anemia Banyaknya eritrosit yang keluar saat
berat. perdarahan bisa menimbulkan anemia,
ataupun memperburuk keadaan pasien yang
PENGOBATAN sudah di diagnosa anemia. Anemia adalah
Berdasarkan diagnosis yang didapatkan keadaan dimana kadar hemoglobin darah
maka pengobatan yang diberikan pada Ny. Y mengalami penurunan dibawah nilai normal
adalah dengan memberikan terapi asam yang bisa ditentukan secara laboratorik, dan
traneksamat 500 mg 3x1 selama 7 hari untuk dimana keadaan massa eritrosit atau massa
mengatasi perdarahan dan tablet tambah darah hemoglobin yang tersebar tidak dapat
1x1 dikonsumsi malam hari sebelum tidur memenuhi fungsinya sebagai penyedia
untuk membantu mengatasi anemia pada ibu. oksigen bagi jaringan tubuh. Wanita
dikatakan anemia jika kadar hemoglobin
TINDAK LANJUT (Hb)<12 atau 13 mg/dL. Hal ini didukung
Berdasarkan hasil kasus asuhan dengan penelitian Widyana (2018), yang
kebidanan yang dilakukan pada Ny. Y tindak menyatakan bahwa ada hubungan antara lama
lanjut yang diberikan adalah dengan penggunaan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim
melakukan pemantauan dan pemeriksaan HB (AKDR) terhadap kadar hemoglobin. Hasil
penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Ulfa (2021), yang menyatakan seperti daging merah, bayam dll, untuk
bahwa ada hubungan antara menorrhagia mencegah ibu mengalami anemia. Menurut
dengan kadar hemoglobin pada akseptor KB Rossaint et al. (2016), Asam traneksamat
AKDR di Desa Wangun Harja Kabupaten merupakan agen anti fibrinolitik yang
Bekasi (P.value 0,036 dan OR 0,174). bekerja dengan cara berikatan dengan
Menurut Soebroto (2015), Orang yang Lysine-binding site pada molekul
anemia dengan cepat mengalami penurunan plasminogen yang menghambat pemecahan
kondisi secara fisik, seperti sering sakit, fibrin polimeroleh plasmin, se-hingga
nafsu makan menurun, mata berkunang- hemostasis dapat terjadi dengan lebih
kunang, wajah pucat, dan medah lelah, letih, efektif. Menurut Forbat, et al (2020), Asam
lesuh dan lemah. Kadang kala diantaranya tranexamat sudah digunakan sejak tahun 1970-
sulit untuk melakukan aktivitas sehari-hari. an untuk mengatasi perdarahan, perdarahan
Akibatnya produktivitas dan kualitas hidup intra dan pasca operasi, menoragia, serta untuk
mereka terganggu. Menurut Revinovita (2020), mencegah perdarahan pada pasien hemo-
Perdarahan yang sering terjadi bisa filia yang menjalani pencabutan gigi.
menimbulkan efek samping yang bisa Sedangkan Tablet tambah darah digunakan
menyebabkan klien untuk tidak memakai untuk mengatasi anemia pada ibu, hal ini
atau menghentikan kontrasepsi IUD dan hal sesuai dengan teori Kemenkes (2015), Tablet
ini juga menjadi resiko kesehatan bagi tambah darah (TTD) merupakan suplemen zat
pemakai dikhawatirkan terjadi anemia. gizi yang mengandung 60 mg besi elemental
Perdarahan yang berlebihan pada saat dan 0,25 asam folat (sesuai rekomendasi
menstruasi atau diantaranya yang bisa WHO). Tablet tambah darah bila diminum
memungkinkan terjadinya anemia. Sering secara teratur dan sesuai aturan dapat
timbulnya efek samping dikarenakan mencegah dan menanggulangi anemia. Hal ini
penggunaan AKDR dengan atau tanpa obat juga didukung oleh teori Waryono (2010),
yaitu volume darah haid yang meningkat per Upaya untuk mencegah tidak terjadinya anemia
siklus. Selain tidak nyaman bagi pemakai adalah melalui suplementasi tablet besi dan
dan menjadikan alasan untuk menghentikan mengkonsumsi makanan yang mengandung zat
pemakaian, ini juga dapat menjadi resiko besi relatif tinggi. Untuk mengatasi dan
kesehatan bagi pemakai, terutama di daerah- mencegah anemia ada dua jenis pendekatan
daerah anemia endemik. Paling menonjol yang bisa digunakan. Pertama, pendekatan
meningkatnya pengeluaran darah pada secara medis, yaitu dengan suplementas.
pemakai AKDR tanpa obat, pengeluaran darah Kedua, pendekatan berbasis pangan, yaitu
dibuktikan dengan meningkat dari rata-rata 32 dengan memperbaiki gizi. Manfaat utama zat
ml pada wanita yang tidak menggunakan besi adalah untuk membentuk enzim yang
kontrasepsi menjadi 52-72 ml pada pemakai fungsinya mengubah berbagai reaksi kimia di
AKDR 24 bulan setelah pemasangan. Hal ini dalam tubuh dan pembentukan komponen
didukung oleh penelitian Mohimani et al. utama dari sel darah merah dan sel-sel otot.
(2017), yang menyatakan bahwa ekspulsi dan Kekurangan zat besi dapat mengakibatkan
menoragia adalah penghentian yang paling kesulitan menelan, kuku berbentuk sendok,
umum di antara pengguna PVR/IUD. Hasil kelainan usus,berkurangnya kinerja gangguan
penelitian ini sejalan dengan penelitian yang belajar. Akan tetapi jika kelebihan zat besi
dilakukan oleh Trigueiro et al. (2020), yang akan timbul masalah seperti pengendapan zat
menyatakan bahwa akseptor IUD yang besi, kerusakan hati (sirosis), diabetes melitus,
menghentikan penggunaan melaporkan dan pewarnaan kulit.
mengalami dismenore, menoragia, tidak teratur
perdarahan, rontok, dan perforasi KESIMPULAN
endometrium. Setelah diberikan asuhan kebidanan
Berdasarkan permasalahan utama maka selama 22 hari, akseptor KB IUD sudah tidak
penatalaksanaan yang yang diberikan pada Ny. mengalami menorrhagia dan anemia sedang.
Y umur 43 Tahun P2A0 Akseptor Lama KB Akan tetapi ibu memilih untuk melepas IUD
IUD dengan Menorrhagia dan Anemia sedang dan mengganti cara berKB.
adalah dengan memberikan terapi Asam
Traneksamat 500 mg 3x1 untuk membantu SARAN
menghentikan perdarahan dan tablet tambah Dapat memberikan pelayanan secara
darah 1x1 diminum malam hari sebelum tidur terpadu dan komprehensif dalam memberikan
dan enganjurkan ibu untuk mengkonsumsi pelayanan kesehatan khususnya pada akseptor
makan-makanan yang mengandung zat besi
KB IUD dengan Menorrhagia dan anemia Wangun Harja Tahun 2019’, Institut Medika
sedang. Drg. Suherman [Preprint].

DAFTAR PUSTAKA Waryono (2010) Gizi Reproduksi. Yogyakarta: Pustaka


Affandi, B. (2014) Buku Panduan Praktis Pelayanan Rihama.
Kontrasepsi. Jakarta.
WHO (2021) Progressing Towards SDG Target.
BKKBN (2014). Buku Panduan Praktis Pelayanan Sexual, Reproductive, Maternal, Newborn,
Kontrasepsi Edisi 3. Jakarta: PT. Bina Pustaka. Child and Adolescent Health (SRMNCAH)
SEAR 2020. World Health Organization.
Dewi, M. (2012). Kesehatan Reproduksi dan Keluarga
Berencana. Jakarta: CV. Trans Info Media.

Dinkes Provinsi Jateng (2021). Profil Kesehatan Jawa


Tengah’, 3511351(24).

Disdalduk (2021). Data KB Kota Semarang. Semarang:


Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga
Berencana Kota Semarang.

Forbat, E., Al-Niaimi, F. and Ali, F.R. (2020) ‘The


emerging importance of tranexamic acid in
dermatology’, Clinical and Experimental
Dermatology, 45(4), pp. 445–449.
doi:10.1111/ced.14115.

Revinovita (2020) ‘Hubungan Lama Penggunaan


Intrauterine Device Dengan Kadar
Hemoglobin Pada Akseptor KB IUD Di
Wilayah Kerja Puskesmas Bangko Tahun
2020’, Dinamika Kesehatan Jurnal Kebidanan
dan Keperawatan, Vol 11 No.

Rossaint, R. et al. (2016) ‘The European guideline on


management of major bleeding and
coagulopathy following trauma: Fourth
edition’, Critical Care, 20(1), pp. 1–55.
doi:10.1186/s13054-016-1265-x.

SDKI (2017) ‘Survei Demografi dan Kesehatan


Indonesia 2017: Daerah Istimewa Yogyakarta’,
Sdki, pp. 1–86.

Soebroto, I. (2015) Cara Mudah Mengatasi Problem


Anemia. Yogyakarta: Penerbit Bangkit.

Sulistyawati (2013) Pelayanan Keluarga Berencana.


Jakarta: Salemba Medika.

Trigueiro, T.H. et al. (2020) ‘Follow-up of copper


intrauterine device insertion by nurses: a
prospective longitudinal study’, Revista
brasileira de enfermagem, 73(Suppl 4), p.
e20200156. doi:10.1590/0034-7167-2020-
0156.

Ulfa, F. (2021) ‘Hubungan Menoragia Dengan Kadar


Hemoglobin Pada Akseptor AKDR di Desa

Anda mungkin juga menyukai